Anda di halaman 1dari 5

3 Pemanenan

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemanenan yaitu:

1. Kriteria Matang Panen

Pemanenan harus dilakukan dengan tepat untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Pada
tanaman setahun pemanenan harus dilakukan pada saat paling menguntungkan dan memiliki
bobot yang paling tinggi. Misal pada tanaman tebu, harga jual tebu sangat bergantung dari bobot
tebu dan kadar gula, sehingga pemanenan harus dilakukan pada saat tanaman memiliki bobot
dan kadar gula paling tinggi.

Pada tanaman tembakau harga jual ditentukan oleh bobot tembakau dan rasa tembakau dimana
rasa tem bakau terbentuk dari kandungan nikotin pada krosok atau daun tem bakau, sehingga
pemananen hanya dilakukan pada daun masak yang umumnya memiliki kadar nikotin relatif
tinggi.

Kadar gula, kandungan nikotin dan aspek-aspek lainnya yang diper timbangkan dalam melakukan
pema nenan merupakan kriteria panen. Kriteria panen untuk masing-masing komoditi tanaman
perkebunan ber beda-beda bergantung dari tuntutan mutu yang diminati oleh masyarakat.

2. Cara Panen

Ada berbagai cara panen yaitu ter gantung pada jenis komoditi. Uraian cara panen tanaman
akan diberikan contoh pada kelapa sawit dan karet yaitu sebagai berikut:

a. Matang panen
1) Panen kelapa sawit
Matang panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara fisiologi. Secara visual dapat
dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merah jingga, sedangkan secara fisiologi dapat
dilihat dari kandungan minyak yang maksimal dan kandungan asam lemak bebas yang minimal.
Pada saat matang dicirikan pula oleh membrondolnya buah. Jumlah brondolan buah inilah yang

1
dijadikan dasar untuk memanen tandan buah, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun,
jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah
brondolan sekitar 15 sampai 20 butir. Namun, secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada
setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan.

Proses pematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya. Buah
akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak
pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh
dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh disebut brondolan.

b. Proses pemanenan
Proses pemanenan kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut
brondolan dan mengangkut buah ke tempat penampungan hasil (TPH) serta ke pabrik.
Pelaksanaan pemanenan tidak dilakukan secara sembarang. Perlu memperhatikam beberapa
kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak
yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik.
Kriteria panen yang harus diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi
panen, sistem panen serta mutu panen.

Berdasarkan tinggi tanaman, ada 2 cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa
sawit. Untuk tanaman yang berumur < 7 tahun cara panen menggunakan alat dodos dengan
lebar 10-12,5 cm dengan gagang pipa besi atau tongkat kayu. Sedangkan tanaman yang berumur
7 tahun atau lebih, pemanenan menggunakan egrek yang disambung dengan pipa alumunium
atau batang bambu. Untuk memu dahkan pemanenan, sebaiknya pelepah daun yang
menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi di tengah gawangan. Tandan buah
yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Tandan buah yang
telah dipotong diletakkan teratur dipiringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan.
Brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain. Selanjutnya tandan dan
brondolan dikumpulkan di TPH.

2
c. Rotasi panen
Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir de ngan panen berikutnya
pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sa wit pada umumnya menggunakan rotasi
panen 7 hari, artinya satu areal panen harus dimasuki oleh pemanen tiap 7 hari. Rotasi panen
diangap baik bila buah tidak terlalu matang, yaitu menggunakan sistem 5/7. Arti nya dalam satu
minggu terdapat 5 hari panen dan masing-masing ancak panen diulang 7 hari berikut nya.
Pemanenan dilakukan terus menerus sepanjang tahun.

d. Sistem panen

Dikenal dua sistem ancak panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap. Pertama sistem giring;
apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pe manenan pindah ke ancak berikutnya yang telah
ditunjuk oleh mandor, dan begitu seterusnya. Sistem ini me mudahkan pengawasan pekerjaan
pemanenan dan hasil panen lebih cepat sampai ke TPH (tempat pe ngumpulan hasil) dan pabrik.
Namun ada kecenderungan pemanen akan memilih buah yang mudah dipanen sehingga ada
tandan buah atau brondolan yang tertingal karena pe manenannya menggunakan sistem
borongan.

Kedua sistem tetap; sistem ini sangat baik diterapakan pada areal perke bunan yang sempit,
topografi terbuka atau curam, dan dengan tahun ta nam yang berbeda. Pada sistem ini
pemanenan diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak berpindah pindah. Hal tersebut
menjamin di perolehnya TBS (tandan buah segar) dengan kematangan yang optimal. Rendemen
minyak yang dihasilkan pun tinggi. Namun kelemahan sis tem ini buah lebih lambat keluar
sehingga lambat pula sampai ke pabrik.

e. Kerapatan panen

Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat kerapatan pohon matang
panen di dalam suatu areal. Tujuannya untuk mendapatkan satu tandan yang matang panen.
Sebagai contoh, kerapatan panen 1:5, artinya setiap 5 pohon akan ditemukan minimal 1 tandan
yang matang panen. Agar lebih akurat, di dalam penentuan kerapatan panen, dapat ditentikan
selama 1 hari sebelum panen buah. Perhitungan dilakukan khususnya pada areal yang
keesokanya akan dipanen. Untuk menghitung ke rapatan panen dalam satu areal, dapat
mengambil beberapa pohon yang akan digunakan sebagai contoh secara sistematis, misalnya di

3
dalam satu blok diambil sebanyak 10 baris tanaman sebagai barisan pohon contoh, kemudian di
dalam setiap barisan tersebut ditentukan pula sebanyak 10 batang pohon untuk contoh
perhitungan. Dengan demikian, di dalam satu blok akan digunakan 100 pohon contoh.
Selanjutnya pada setiap pohon tersebut dilakukan perhitungan dan pencatatan jumlah tandan
yang matang panen. Jika ternyata di dalam satu blok tersebut ditemukan sebanyak 25 tandan
yang matang panen maka kerapatan panennya adalah 1:4. Hal ini berarti rata-rata 4 pohon akan
dapat di jumpai 1 tandan yang matang panen. Pekerjaan ini sebaiknya dilakukan langsung oleh
mandor yang ber sangkutan sehingga hasil akan lebih akurat.

f. Fraksi TBS dan mutu panen

Komposisi fraksi tandan yang biasa nya ditentukan di pabrik sangat di pengaruhi perlakuan sejak
awal pa nen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan bu ah dan tingkat
kecepatan peng angkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat
kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu minyak yang akan diperoleh
sangat ditentukan oleh faktor ini.

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit
yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak
yang dihasil kan mengandung ALB dalam per sentase tinggi (lebih dari 5%). Se baliknya, jika
pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rende
men minyak yang diperoleh juga rendah.

Berdasarkan hal tersebut di atas, ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen.
Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit
yang dihasilkan. Dikenal ada lima fraksi TBS. Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat
kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada pada fraksi 1,2, dan 3.
Lihat Tabel 42.

Faksi Jumlah Brondongan Tingkat Kematangan


00 Tidak ada, buah berwarna hitam Sangat mentah
0 1 - 12,5% buah luar membrondol Mentah
1 12,5 - 25% buah luar membrondol Kurang matang

4
2 25 - 50% buah luar membrondol Matang I
3 50 - 75% buah luar membrondol Matang ll
4 75 - 100% buah luar membrondol Lewat matang I
5 Buah dalam juga membrondol, ada Lewat matang ll
buah yang busuk

Secara ideal, dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan terkumpulnya
brondolan, serta pengangkutan yang lancar maka dalam suatu pemanenan akan diperoleh
komposisi fraksi tandan sebagai berikut:

• Jumlah brondolan di pabrik sekitar 25% dari berat tandan seluruhnya.


• Tandan yang terdiri dari fraksi 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan.
• Tandan yang terdiri dari fraksi 1 maksimal 20% dari jumlah tandan.
• Tandan yang terdiri dari fraksi 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan.

Selanjutnya akan diuraikan cara panen yang berbeda dengan kelapa sawit yaitu tanaman karet.

Anda mungkin juga menyukai