Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN MINGGUAN

KEGIATAN MAGANG DI INDUSTRI

PEMANENAN KELAPA SAWIT DI PT. KRESNA DUTA


AGROINDO SEI PELAKAR

DISUSUN OLEH:
SADIGA MARDIYAH J1B118014
DANENG NUR MAI SRIWULAN J1B118060
FAEDAH AMAL J1B118070

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produksi kelapa sawit yang baik harus dicapai untuk memenuhi kebutuhan
minyak nabati yang terus meningkat sebagai akibat pertumbuhan penduduk dan
peningkatan pendapatan domestik bruto. Untuk mendapatkan produksi yang baik,
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi harus dipahami dan diusahakan pada
tingkat yang optimal (Pahan, 2013). Faktor-faktor tersebut adalah teknik budidaya
yang baik, mulai dari pembukaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan,
pemanenan dan penanganan pasca panen.
Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman
kelapa sawit. Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman, panen juga merupakan
faktor penting dalam pencapaian produksi. Keberhasilan panen sangat tergantung pada
pemanen dengan kapasitas kerjanya, peralatan yang digunakan untuk panen,
kelancaran transportasi serta faktor pendukung lainnya seperti: organisasi panen yang
baik, keadaan areal dan insentif yang disediakan (Lubis, 2008). Menurut Fadli et al.
(2006), panen adalah kegiatan pemotongan tandan buah dari pohon hingga
pengangkutan ke pabrik. Urutan kegiatan panen tersebut antara lain: pemotongan
pelepah, pemotongan TBS, pengutipan brondolan, pengangkutan TBS dan brondolan
ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta pengangkutan TBS dan brondolan ke pabrik
kelapa sawit (PKS).

1.2 Tujuan Kegiatan


Tujuan umum kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan dan pemahaman
mahasiswa baik secara teknis maupun manajerial dalam pengelolaan perkebunan
kelapa sawit. Tujuan khusus kegiatan ini yaitu mengetahui dan mempelajari
manajemen panen dalam kegiatan panen kelapa sawit.
BAB II. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

2.1 Hasil dan Dokumentasi Kegiatan


Gambar Keterangan Gambar Keterangan
Melihat Brondolan
langsung
proses panen

Alat panen Buah di TPH

Potongan V- eFACT
Cut

Buah Mentah Aplikasi IPD

TBS yang Buku


telah di cek Kegiatan
oleh kirani Mandor
2.2 Pembahasan Kegiatan
1. Perencanaan Panen
1) Kebutuhan pemanen dan pembrondol
Jumlah pemanen dan pembrondol diperhitungkan 1:1 atau 1:5 untuk panen MTG
atau menyesuaikan kebutuhan. Pada periode produksi rendah (low crop) jumlah
pembrondol disesuaikan dengan kebutuhan.
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑇𝑀
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑎𝑛𝑒𝑛 =
ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑛 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑟𝑜𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑋 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑛𝑐𝑎𝑘 𝑝𝑒𝑟 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
Jumlah cadangan pemanen maksimal 10% dari kebutuhan. Sedangkan untuk rotasi
tergantung dari kondisi tanaman
2) Peralatan panen
Peralatan panen terdiri dari :
a) Dodos (untuk tanaman ≤ 8 tahun)
Umur 4-5 tahun lebar mata dodos 8-12.5 cm
Umur 5-8 tahun lebar mata dodos sekitar 14 cm
b) Egrek (untuk tanaman > 8 tahun) atau tanaman yang memiliki tinggi 3 meter
c) Angkong
d) Kapak
e) Gancu
f) Batu asa
3) Prakiraan buah
Prakiraan buah diperlukan untuk mengetahui persediaan TBS di kebun pada
masa mendatang yang digunakan dalam perencanaan produksi, kebutuhan tenaga
panen, transportasi dan rencana pengolahan di pabrik.
2. Organisasi Panen
Pengaturan ancak dan pusingan panen
Pembagian ancak panen harus diatur agar mudah dalam pengawasan pekerjaan
panen dan pengangkutan hasil. Area panen setiap divisi harus dibagi menjadi 6
bagian ancak yang disesuaikan dengan konsep 6 hari panen 1 rotasi dalam satu
minggu (7 hari). Khusus area baru panen selama 6 bulan pertama panen dan tanaman
tua > 24 tahun diizinkan rotasi panen 3 kali dalam sebulan. Apabila rotasi panen
tidak dapat tercapai sesuai dengan standar, maka EM harus mengambil kebijakan
untuk menambah pemanen dan pembrondol. Khusus area yang dilalui jaringan
listrik yang berasal dari pabrik maupun PLN harus diinvesntarisasi, dibuat kadveld
khusus dan dilakukan panen secara khusus.
3. Sistem Panen
Sistem panen terdiri dari: Ancak tetap giring dan Ancak mandoran giring
4. Pelaksanaan panen
a) Standar Kematangan Buah
Ketentuan buah yang dipanen berdasarkan pada jumlah brondolan lepas.
Standar kebun inti dan plasma managed 2 brondol per kg berat tandan di
pabrik kelapa sawit (PKS) sedangkan pada kebun plasma unmanaged 1
brondol per kg berat tandan di PKS.
b) Penunasan dan Penyusunan Pelepah Daun pada Waktu Panen
Penunasan dan penyusunan pelepah daun pada saat panen harus berpedoman
pada jumlah pelepah yang harus dipertahankan dan di hindari pemotongan
pelepah berlebihan (over prunning). Apabila ada pelepah terpotong pada
waktu panen, pemanen harus menurunkan pelepah tersebut dan menyusun
di tempat yang seharusnya. Jika terjadi sengkleh pada pelepah muda dan
layu secara alami bukan karena water deficit, pelepah tersebut tidak perlu
dipotong kecuali sudah mengering.
c) Pengumpulan Buah
TBS yang telah dipanen diletakkan dipinggir piringan arah pasar pikul dan
gagang panjang harus dipotong rapat sebelum diangkut ke tempat
pengumpulan hasil (TPH) untuk panen manual, sedangkan untuk panen
mekanis dengan MTG diangkut ke bin. Brondolan dikutip dandiangkut ke
TPH.
5. Pengawasan Panen
Untuk mencapai tingkat pengawasan yang efektif, satu orang mandor produksi
mengawasi sekitar 20 pemanen termasuk pengutip brondolan. Mandor produksi
harus memastikan bahwa semua ancak yang ada dibawah pengawasannya telah
dipanen dan semua brondolan telah dikutip. Pelaksanaan panen telah dilakukan
sesuai dengan standar dan pelepah telah disusun sesuai dengan ketentuan serta hasil
panen telah dikumpulkan di TPH atau ke pasar pikul.

Kriteria Kematangan Buah di PKS


Kondisi buah:
1. Buah mentah : memiliki brondolan lepas < 3 butir per tandan dan umumnya
memiliki brondolan berwarna ungu tua sampai hitam
2. Buah kurang matang : memiliki brondolan lepas ≥ 3 butir per tandan dan kurang
dari standar minimum buah matang dan umumnya memiliki brondolan
berwarna orange kemerahan atau merah keunguan
3. Buah matang : memiliki brondolan lepas antara standar minimum buah matang
sampai 50% brondolan lepas dari total brondolan per tandan dan umumnya
memiliki brondolan berwarna orange kemerahan serta lapisan brondolan terluar
memiliki daging buah berwarna orange serta buah putus (tandan yang terputus
alami)
4. Buah terlalu matang : memiliki > 50% brondolan lepas dari total brondolan per
tandan sampai batas kriteria tandan kosong. Biasanya memiliki brondolan
berwarna merah kehitaman.
5. Tandan kosong : memiliki beberapa brondolan yang tersebar sampai total
brondolan lepas habis sama sekali sampai lapisan buah terdalam, walaupun ada
beberapa brondolan yang masih tersangkut di tandan
6. Buah keras : beberapa brondolan berwarna hitam kusam, pecah-pecah dansulit
membrondol, sedangkan bagian brondolan lainnya dapat terlepas
7. Buah banci : merupakan janjang yang mempunyai malai bunga jantan
(hermaphodile)
8. Parthenocarpic : lebih dari 75% total brondolan di permukaan merupakan
parthenocarpic dengan ciri tidak berminyak, tidak ada nut dan hitam
Tahapan Kerja Panen
1. Tentukan kadveld panen dan sistem ancak. Tersedia kadveld panen harian untuk
dipanen dalam 1 hari. Jelas ancak panen yang diterapkan “ancak tetap giring” atau
“ancak mandoran giring”
2. Hitung kebutuhan pemanen dan pembrondol dengan rumus luas kadveld panen
harian (ha) : luas ancak pemanen harian (ha). Rasio pembrondol dengan pemanen
adalah 1 : 1 atau menyesuaikan kebutuhan.
3. Pasang tanda kadveld D6, buat dari plat seng ukuran 20 cm x 20 cm dan pasang
disetiap sudut blok. Pasang tanda pada barisan batas kemandoran. Tetapkan ancak
panen 4-6 baris per pemanen per blok dan beri tanda nomor atau nama pemanen
di pohon sesuai ancaknya masing-masing.
4. Tetapkan ancak panen 4-6 baris per pemanen per blok dan beri tanda nomor atau
nama pemanen dipohon sesuai ancaknya masing-masing. Batas ancak panen jelas
dan teratur.
5. Persiapkan alat panen sesuai kebutuhan berdasarkan tinggi pokok. Pada TM muda
alat panen yang digunakan dodos, yaitu: umur tanaman 4-5 tahun lebar mata dodos
8-12.5 cm, umur tanaman 5-8 tahun lebar mata dodos sekitar 14 cm. Pada TM
remaja dan tua lakukan panen dengan menggunakan egrek.
6. Panen dilakukan disetiappasar pikul sampai dengan pasar kontrol sesuai dengan
ancaknya, selanjutnya semua TBS langsung diangkut ke TPH kemudian
dilanjutkan ke ancak berikutnya pada blok yang sama.
7. Lakukan panen serentak blok per blok sampai kadveld panen pada hari itu selesai.
8. Lakukan panen dengan alat yang sesuai dan susun pelepah yang sudah dipotong.
9. Lakukan pemotongan tangkai TBS di piringan
10. Buang potongan tangkai TBS ke gawangan mati.
11. Kutip semua brondolan di piringan, pasar pikul, gawangan dan yang tersangkut di
pohon yang dapat dijangkau.
12. Muat TBS ke dalam angkong menggunakan gancu dalam posisi kaki yang aman.
13. Bawa semua TBS dan brondolan yang dipanen ke TPH.
14. Letakkan TBS di TPH dan disusun rapi.
15. Tulis di tangkai TBS nomor pemanen dan jumlah janjang yang ada di TPH.
16. Takar brondolan dengan ember takaran yang seragam sesuai dengan kalibrasi di
TPH.
17. Letakkan brondolan di TPH dengan dialasi karung dan bersebelahan dengan TBS.
18. Tulis nomor pengutip dan jumlah brondolan yang ada di TPH, letakkan pada
tumpukkan brondolan.
19. Mandor produksi harus memastikan semua ancak dibawah pengawasannya telah
selesai dipanen dan dikutip brondolannya.
20. Mandor produksi wajib melakukan inspeksi panen detail (IPD) setiap hari terhadap
minimal 1 pemanen (sesuai ancak panen pada hari tersebut) dan membuat laporan
hasilnya.
21. Kerani produksi menghitung dan memeriksa (grading) kualitas hasil panen TBS
dan brondolan di TPH serta membuat laporannya. Hasil kerja pemanen
terdokumentasi pada Buku Potong Buah (BPtP), hasil kerja pembrondol
terdokumentasi pada Buku Kutip Brondolan (BKtB).

Inspeksi Panen Detail (IPD)


Inspeksi Panen ialah kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa efektif dan
efisiennya pekerjaan pemanen dan lokasi ancak yang di panen apakah sudah layak atau
tidak. Tujuan Inspeksi Panen Memastikan kegiatan operasional panen telah berjalan
secara efektif dan efisien.
Inspeksi panen detail meliputi:
a. Buah matang tidak dipanen.
b. Buah tinggal dipirngan, pasar pikul, gawangan mati dan parit.
c. Brondolan tidak di kutib.
d. Buah mentah dipanen.
e. Buah dengan tangkai panjang.
f. Kesalahan memotong dan penyusunan pelepah.
BAB III. RENCANA KEGIATAN MINGGU BERIKUTNYA

Rencana kegiatan untuk minggu selanjutnya yaitu Pemupukan kompos Janjang


Kosong pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan
(TM) serta Limbah Cair Kelapa Sawit (LCPKS) pada Tanaman Belum Menghasilkan
(TBM). Kegiatan pada Pemupukan kompos janjang kosong meliputi pengangkutan
kompos janjang kosong dari pabrik, pengeceran kompos kesetiap blok dan pokok.
Kegiatan pada Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit meliputi: Pembuatan bed, pembuatan
tanggul pengaman serta pendistribusian LCPKS ke lapangan.
BAB IV. KESIMPULAN

Pada kegiatan panen kelapa sawit ini dapat disimpulkan bahwa:


1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain
keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga mempengaruhi pertumbuhan
kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknolgi.
2. Untuk teknik panen yang baik bertujuan untuk memperoleh jumlah minyak yang
maksimum dengan kualitas yang paling baik.
3. Buah yang dipanen itu harus mencapai optimum kematangannya dengan selang
panen yang tepat, sesuai kriteria matangnya dan pengangkutan hasil yang baik ke
pabrik pengolahan buah sawit.
4. Rendemen minyak (RM) yang diperoleh di pabrik sangat dipengaruhi oleh standar
kematangan buah yang mana buah berubah warna dari hitam menjadi merah oranye
hingga kematangan penuh.
5. Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus segera
diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa sait yang
bermutu tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Fadli, M.L., Sutarta, E.S., Darmosarkoro, W., Purba, P., Ginting, E.N. 2006. Panen
pada Tanaman Kelapa Sawit. Medan (ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Lubis, A.U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia Ed ke-2. Medan
(ID): Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Pahan, I. 2013 . Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai