Anda di halaman 1dari 10

penerapan PDCA di Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia
memproduksi dan mendistribusikan produk (barang atau jasa). Produksi merupakan fungsi
pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk
menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri itu.
Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan perkembangan teknologi,
dimana produksi memiliki suatu jalinan hubungan timbal balik (dua arah) yang sangat erat
dengan teknologi. Kebutuhan produksi untuk beroperasi dengan biaya yang lebih rendah,
meningkatkan kualitas dan produktivitas, dan menciptakan produk baru telah menjadi kekuatan
yang mendorong teknologi untuk melakukan berbagai terobosan dan penemuan baru. Produksi
dalam sebuah organisasi pabrik merupakan inti yang paling dalam, spesifik serta berbeda dengan
bidang fungsional yang lain seperti keuangan, personalia, dan lain-lain. Sistem pendukung
kegiatan produksi antara lain :
perencanaan dan pengendalian produksi
pengendalian kualitas
penentuan standar operasi
penentuan fasilitas produksi
perawatan fasilitas produksi
penentuan harga pokok produksi.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang PDCA pada perusahaan Pabrik Kelapa Sawit (PKS).
PDCA adalah singkatan dari Plan,Do,Check,and Action.PDCA merupakan rangkaian kegiatan
yang terdiri dari penyusunan rencana kerja,pelaksanaan rencana kerja,pemeriksaan rencana
kerja,perbaikan yang terus menerus dan berkesinambungan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
a.
Penerapan PDCA pada perusahaan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) agar dapat menghasilkan
CPO yang berkualitas.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :

a.

Untuk Dapat menerapkan PDCA pada perusahaan Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai media ataupun sarana untuk menambah
wawasan kita tentang pentingnya PDCA pada setiap perusahaan agar dapat menghasilkan
produk-produk yang bekualitas dan kompetitif. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat baik bagi diri penulis pribadi maupun pembaca pada umumnya dan dapat
menjadi sumber referensi bagi kita di kemudian hari.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Plan (Rencana)
2.1.1 Definisi Masalah
Untuk mendefinisikan masalah yang ada,terlebih dahulu kita harus menganalisa masalah yang
terjadi. Contoh kasus yang akan kami ambil adalah faktor apa saja yang mempengaruhi
rendemen CPO di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) ?
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rendemen CPO di PKS
Untuk menghasilkan minyak atau CPO yang baik dari kelapa sawit harus mengandung Asam
Lemak Bebas (ALB) yang rendah dan memiliki rendemen yang tinggi. Ada beberapa factor yang
mempengaruhi rendemen CPO di PKS,antara lain:

Varietas tanaman

Umur tanaman

Pemeliharaan tanaman

Mutu Tandan Buah Segar (TBS)

Derajat Kematangan Buah (Mutu Panen)

Pengangkutan TBS ke pabrik

Kondisi proses pengolahan di PKS

2.1.2 Analisa Penyebab


Untuk menghasilkan CPO yang berkualitas, maka kita harus menganalisa penyebabnya.
Mengapa kualitas CPO yang dihasilkan tidak memenuhi standar ?

Varietas Tanaman

Faktor penentu buruknya kualitas CPO di antaranya disebabkan oleh pemilihan Varietas tanaman
yang salah.
Varietas kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang terbagi atas 4 (empat),yaitu:

1.
Macrocarya, merupakan tipe jenis kelapa sawit yang memiliki cangkang paling tebal yaitu
sekitar > 8 mm.
2.
Dura, merupakan tipe kelapa sawit yang memiliki mesocarp sekitar 35-50% dari
buah,dengan tebal cangkang sekitar 2-8 mm dan ketebalan inti (kernel) yang cukup besar. Tipe
kelapa sawit jenis ini merupakan tipe kelapa sawit yang juga dikategorikan memiliki cangkang
yang cukup tebal,sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah,namun biasanya
tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya cukup rendah yaitu berkisar
18 %.
3.
Pisifera, merupakan tipe kelapa sawit yang memiliki mesocarp sangat tebal yaitu sekitar
70-80% dengan cangkang yang sangat tipis yaitu <0,5 mm (bahkan kadang hampir tidak ada),
namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah sehingga tidak ditanam
secara komersial di perkebunan.
4.
Tenera, merupakan tipe kelapa sawit yang memiliki mesocarp cukup tebal yaitu sekitar 6070% dengan ketebalan cangkang hanya 0,5-4 mm. Tenera adalah persilangan antara induk Dura
dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing
induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertile. Beberapa Tenera
unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minya per
tandannya yang cukup tinggi yaitu sekitar 22-28%. Tipe kelapa sawit ini lebih cocok untuk
penanaman komersial.

Umur Tanaman

Umur tanaman juga sangat mempengaruhi kualias CPO,Tingkat produktivitas tanaman kelapa
sawit akan meningkat secara tajam dari umur 3-7 tahun (periode tanaman
muda,young),mencapai tingkat produksi maksimal pada umur sekitar 15 tahun (periode tanaman
remaja,prime) dan mulai menurun secara gradual pada periode tanaman tua (old) sampai saatsaat menjelang peremajaan (replanting). Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10-15 TBS per
tahun dengan berat 3-40 kg per tandan,tergantung umur tanaman. Dalam satu tandan terdapat
1000-3000 brondolan dengan berat brondolan berkisar 10-20 g.

Pemeliharaan Tanaman

Untuk mendapatkan kualitas CPO yang baik maka kualitas tanamannya juga harus baik, tanaman
yang baik harus dibutuhkan pemeliharaan yang baik pula.Salah satu tindakan yang amat penting
dalam teknik budidaya kelapa sawit adalah dengan melakukan pemeliharaan tanam sejak mulai
tanaman. Hal ini akan menentukan masa non produktifnya. Dengan pemeliharaan yang intensif
sejak mulai tanam diharapkan kelapa sawit mempunyai masa non-produktif yang pendek.

Mutu TBS

Mutu CPO yang dihasilkan sangat ditentukan oleh mutu TBS,sedangkan mutu TBS dipengaruhi
oleh system panen. Kesalahan pada langkah pengumpulan hasil dapat mengakibatkan mutu CPO
tidak memenuhi syarat. Sebagai akibatnya dapat memperkecil efisiensi pengolahan. Pelaksanaan
panen dipengaruhi oleh system panen yang ditetapkan di suatu perkebunan. Panen yang tidak
terkendali akan menyebabkan kehilangan CPO serta penurunan mutu produksi.

Derajat Kematangan Buah (Mutu Panen)

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak
awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah. Dalam hal ini
pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu
minyak yang akan diperoleh sangat ditentukan oleh factor ini. Apabila pemanenan buah
dilakukan dalam keadaan lewat matang,maka minyak yang dihasilkan akan mengandung ALB
dalam persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya,jika pemanenan dilakukan dalam keadaan
buah belum matang,selain kadar ALB-nya rendah,rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.
Berdasarkan hal tersebut di atas,ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen.
Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen,termasuk kualitas minyak sawit
yang dihasilkan. Dikenal ada 5 fraksi TBS.berdasarkan fraksi TBS tersebut,derajat
kematanganyang baik adalah tandan-tandan yang dipanen berada pada fraksi 1,2,dan 3.
Table 2.1 Kematangan TBS yang akan dipanen
No.

Fase Buah

Fraksi Buah

Jumlah berondolan yang telah Tingkat


jatuh
kematangan

1.

Mentah

00

Tidak ada buah yang berwarna Sangat mentah


hijau atau hitam

1% - 12,5% buah luar atau 0-1 Mentah


berondolan tiap kg tandan
memberondol

12,5% - 25% buah luar atau 2 Kurang matang


berondolan tiap kg tandan 25%
dari buah luar memberondol

25%-50% buah luar memberondol

2.

Matang

Matang

3.

Lewat

50%-75% buah luar memberondol

75%-100%
memberondol

100% buah luar memberondol dan Lewat matang


sebagian berbau busuk
(busuk)

buah

Matang

luar Lewat matang


(ranum)

Pengangkutan TBS ke Pabrik

TBS hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut.pada buah yang
tidak segera diolah, maka kandungan asam lemak bebas (ALB) nya semakin meningkat dan
dapat memperkecil kadar rendemen. Pengangkutan yang menempuh jarak terlalu jauh akan
mempertinggi derajat kelukaan buah yang dapat mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan.

Kondisi Proses di PKS

Pengolahan kelapa sawit yang dilakukan secara mekanis dan fisika dapat berperan dengan baik
jika tersedia bahan baku yang sesuai dan kinerja pabrik yang baik.
Untuk mengendalikan proses pengolahan diperlukan pengetahuan dan penguasaan terhadap
proses pengolahan,kinerja mesin dan alat serta memadukan setiap proses pengolahan dan
kemampuan untuk mengoperasikan serta mendiagnosa suatu penyimpangan.
Pada stasiun penerimaan buah,buah yang diterima ditimbang dengan teliti agar didapat
perhitungan rendemen yang tepat. Kemudian langsung diolah agar tidak terjadi pelukaan pada
buah yang dapat meningkatkan ALB dan menurunkan rendemen.
Stasiun perebusan menggunakan system triple peak. Dimana tekanan yang digunakan adalah 2-3
kg/cm3. Apabila tekanan < 2 kg/cm3,maka waktu perebusan akan semakin lama. Hal ini akan
menyebabkan kehilangan minyak pada tandan kosong dan pada air kondensat akan meningkat.
Pada stasiun penebahan, thresher berputar dengan kecepatan 23-25 rpm. Bila putaran dibawah 23
rpm maka berondolan buah tidak terlepas sempurna dari tandannya sehingga dapat menurunkan
rendemen minyak.
Pada stasiun kempa, tekanan berkisar 30-50 bar. Bila tekanan kempa terlalu rendah dapat
mengakibatkan ampas masih basah (mengandung minyak) sehingga kehilangan minyak pada
ampas tinggi. Dan apabila tekanan kempa terlalu tinggi akan mengakibatkan kadar biji pecah
tinggi dan kehilangan minyak pada biji juga tinggi. Selain itu, kinerja mesin pada stasiun
klarifikasi yang kurang baik dapat mengakibatkan minyak terikut bersama sludge maupun air.

2.1.3 Merencanakan Tindakan


Sebelum melakukan tindakan terhadap kasus/masalah yang ada, kita perlu membuat rencana
untuk waktu jangka panjang.
Untuk menghasilkan CPO yang berkualitas maka perlu perencanaan sebagai berikut :

Pemilihan varietas tanaman yang unggul. Dalam kasus ini maka sebaiknya kita memilih
varietas tanaman jenis Tenera

Pada umur sekitar 15 tahun (periode tanaman remaja,prime), tanaman sawit mencapai
tingkat produksi maksimal dan setelah itu tingkat produksi mulai menurun secara gradual pada
periode tanaman tua (old), maka sebaiknya segeralah melakukan peremajaan kembali
(replanting)

Pemeliharaan tanaman meliputi : penyulaman (mengganti tanaman yang mati atau


kurang baik), pemberantasan gulma, pemupukan, pemangkasan (memotong daun-daun
tua),penyerbukan buatan,dll.

Agar TBS mempunyai mutu yang baik maka kita harus mengendalikan system panen.
Pengawasan pada saat panen sangatlah penting.

Derajat kematangan buah harus selalu kita pantau saat melakukan proses pemanenan
agar TBS yang di panen memang benar-benar termasuk kriteria matang.

Segeralah mengangkut buah yang sudah dipanen ke pabrik untuk diolah.

Pada saat proses pengolahan harus selalu terkendali serta dibutuhkan pengetahuan dan
penguasaan terhadap proses pengolahan, kinerja mesin dan alat-alat harus selalu dalam kondisi
yang baik.

2.2 Do (Melaksanakan)
Tindakan yang kita laksanakan harus sesuai dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.
2.3 Check (Periksa)
Pemeriksaan sangatlah penting dilakukan untuk dapat memastikan hasil dari pemecahan suatu
masalah.
2.4 Act (Tindakan)
2.4.1 Cara Mengatasi Kehilangan Minyak Selama Proses Pengolahan

Kehilangan minyak selama proses dapat ditanggulangi dengan angka kerja pengolahan (Standar
Fisik Kerja Pengolahan) yang diperlihatkan pada table berikut:
Tabel 2.2 Standar Fisik Kerja Pengolahan
No.

Uraian

Satuan

Standar Fisik

1.

Tekanan Rebusan

Kg/cm3

2,8-3

2.

Masa Rebusan

Menit

85-90

3.

Pola Rebusan

Puncak

2 atau 3

4.

Suhu Massa dalam Digester

90-95

5.

Tekanan Kerja Single Pressing

Bar

30-50

6.

Tekanan Kerja Double Pressing


Firs Pressing

Bar

30-40

Second Pressing

Bar

40-50

7.

Suhu Kerja Stasiun Klarifikasi

90-95

8.

Tekanan Vacum Dryer

Torr

50

9.

Suhu Hot Water Tank

90-95

10.

Pemakaian Air Pengencer di Screw


Press terhadap TBS

15-20

5-10

11.

Kebutuhan Air Stasiun Klarifikasi


terhadap TBS

12.

Kebutuhan Air Pabrik per ton TBS

m3

1,2-1,5

13.

Kebutuhan Listrik per ton TBS

KwH

15-17

14.

Kebutuhan Uap per ton TBS

Kg

500-600

Selain pengaruh standart fisik kerja pengolahan di atas, kualitas minyak kelapa sawit juga
dipengaruhi oleh system panen yang diberlakukan. Kriteria matang panen yang bervariasi akan
menyebabkan perbedaan kualitas minyak kelapa sawit.

Pemanenan yang sesuai norma-norma panen tidak akan menimbulkan pengaruh negatif terhadap
kualitas. Namun, penyimpangan akan selalu terjadi sehingga menyebabkan penurunan kualitas
seperti pengutipan brondolan yang kotor serta pemotongan buah mentah.
Operasi panen,operasi pengangkutan buah dan operasi pengolahan hendaknya saling mendukung
satu sama lain. Ketiga kegiatan ini merupakan subsistem-subsistem dari satu tujuan system induk
yaitu objektif PAO (Panen Agkut Olah).
Untuk mendukung suksesnya tujuan pengangkutan perlu diperhatikan tersedianya buah di TPH
mulai jam 9.00 WIB, jumlah armada angkutan yang cukup,serta jalan yang baik dan sistem
komunikasi yang lancar.

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan

Untuk menghasilkan minyak atau CPO yang baik dari kelapa sawit harus mengandung Asam
Lemak Bebas (ALB) yang rendah dan memiliki rendemen yang tinggi.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi rendemen CPO di PKS,antara lain:
o Varietas tanaman
o Umur tanaman
o Pemeliharaan tanaman
o Mutu Tandan Buah Segar (TBS)
o Derajat Kematangan Buah (Mutu Panen)
o Pengangkutan TBS ke pabrik
o Kondisi proses pengolahan di PKS
Untuk menghasilkan CPO yang berkualitas maka perlu perencanaan sebagai berikut :
o Pemilihan varietas tanaman yang unggul. Dalam kasus ini maka sebaiknya kita memilih
varietas tanaman jenis Tenera
o Pada umur sekitar 15 tahun (periode tanaman remaja,prime), tanaman sawit mencapai tingkat
produksi maksimal dan setelah itu tingkat produksi mulai menurun secara gradual pada periode
tanaman tua (old), maka sebaiknya segeralah melakukan peremajaan kembali (replanting)

o Pemeliharaan tanaman meliputi : penyulaman (mengganti tanaman yang mati atau kurang
baik), pemberantasan gulma, pemupukan, pemangkasan (memotong daun-daun tua),penyerbukan
buatan,dll.
o Agar TBS mempunyai mutu yang baik maka kita harus mengendalikan system panen.
Pengawasan pada saat panen sangatlah penting.
o Derajat kematangan buah harus selalu kita pantau saat melakukan proses pemanenan agar
TBS yang di panen memang benar-benar termasuk kriteria matang.
o Segeralah mengangkut buah yang sudah dipanen ke pabrik untuk diolah.
o Pada saat proses pengolahan harus selalu terkendali serta dibutuhkan pengetahuan dan
penguasaan terhadap proses pengolahan, kinerja mesin dan alat-alat harus selalu dalam kondisi
yang baik.

BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 1990. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit. Riau: Direktorat Jenderal Perkebunan
Anonymous 1997. Standarisasi pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Direktorat Jenderal
Perkebunan.
Naibaho,P.M. 1998. Teknologi pengolahan kelapa sawit. Medan: Pusat penelitian Kelapa Sawit
(PPKS).
Pahan,I.2006. Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir.Cetakan 1.Jakarta:
Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai