Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/288233648

Analisis Losses pada Nut and Kernel Station Melalui Proses Pendekatan di Setiap
Peralatan

Conference Paper · December 2011

CITATIONS READS

0 15,639

3 authors, including:

Rengga Arnalis Renjani Nuraeni Dwi Dharmawati


Bogor Agricultural University Institut Pertanian Stiper (Instiper)
6 PUBLICATIONS   1 CITATION    1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Rengga Arnalis Renjani on 27 December 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Seminar Nasional PERTETA, Bandung 6-8 Desember 2011

MAKALAH
TEKNOLOGI PASCA PANEN

39
ANALISIS LOSSES PADA NUT AND KERNEL STATION MELALUI PROSES
PENDEKATAN DISETIAP PERALATAN
Andryas Meiriska Syam1), Rengga Arnalis Renjani1), Nuraeni Dwi Dharmawati2)
Jurusan Teknik Pertanian Progam Khusus Sarjana Teknik Industri Kelapa Sawit (STIK) Fakultas Teknologi Pertanian
INSTIPER, Jln Nangka II Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta
E-mail: renggaarnalisrenjani@ymail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganilisis losses yang terdapat pada nut and kernel station dengan cara
identifikasi alat dan menghitung losses pada setiap peralatan yang terdapat pada nut and kernel station guna
mengetahui losses yang paling tinggi terhadap rendemen inti yang dihasilkan. Penelitian dilaksanaan pada
salah satu Pabrik Kelapa sawit di Kalimantan Timur. Metode kegiatan penelitian yang digunakan adalah
mengidentifikasi losses setiap peralatan, lalu menghitung losses dan membandingan dengan standar pada
perusahaan, jika losses melebihi standar dilakukan analisis faktor-faktor penyebab losses dan pengontrolan di
setiap peralatan untuk mencari alternatif pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa losses
yang paling tinggi terdapat pada Claybath. Dengan losses pada claybath melebihi standar yaitu > 3%. Losses
ini disebabkan pemecahan nut tidak sempurna. Banyak terdapat cangkang dan kernel masih melekat
sehingga ikut tenggelam dan terbuang bersama cangkang.

Kata kunci : losses, nut and kernel station dan claybath.

PENDAHULUAN

Perkebunan kelapa sawit (Elaeis Guineensis) merupakan subsektor perkebunan primadona, karena
sebagian produk kelapa sawit memiliki orientasi ekspor. Produk utama pabrik kelapa sawit adalah CPO (Crude
Palm Oil), PKO (Palm Kernel Oil) dan PKM (Palm Kernel Mean), sehingga sektor perkebunan menjadi penting
baik dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang, jika ditinjau dari aspek ekonomi, sosial, industry
maupun ekologi.
Di Indonesia perkembangan perkebunan kelapa sawit dapat dilihat baik dari segi produktifitas, perluasan
areal, dan volume nilai ekspor dapat ditunjukan dalam table sebagai berikut:

Tabel 1. Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia


Tahun
No Indikator Produktifitas
2002 2003 2004 2005 2006
1 Produksi (ribu ton) 10.020 10.083 12.384 14.100 16.050
2 Areal Tanaman (ribu ha) 9.097 10.020 12.083 14.163 17.373
Volume ekspor minyak Sawit 6.334 5.743 7.034 10.436 12.540
3
(ribu ton)
Nilai ekspor minyak sawit (US$ 1.081 2.092 2.185 3.985 4.817
4
1.000)
Sumber, Dirjen perkebunan 2006

Dilihat dari perkembangan tersebut Indonesia menjadi produsen CPO (Crude Palm Oil) tersebar, dengan
menyumbang 30% dari persediaan minyak sawit dunia.
Proses produksi pengolahan kelapa sawit (PKS) setiap pabrik rata-rata 60-90 ton tandan buah segar
(TBS) per jam dengan lama pengolahan 20 jam/hari, sehingga kelapa sawit yang diolah sekitar 1.200-1800
ton TBS per hari. Pabrik pengolahan kelapa sawit menghasilkan CPO dan PKO, namun ada juga yang hanya
menghasilkan CPO sedangkan kernel yang dihasilkan dijual.
Pabrik Kelapa sawit mengolah buah sawit untuk menghasilkan CPO (Crude Palm Oil) dan PK (Palm
Kernel) yang berkualitas dan kuantitas sesuai dengan target perusahaan dan dengan tingkat kehilangan

134 FTIP-UNPAD | PERTETA Cab. Bandung dan Sekitarnya | B2PTTG LIPI


Seminar Nasional PERTETA, Bandung 6-8 Desember 2011

produksi dibawah target perusahaan. Pengolahan dimulai dari stasiun loading ramps, sterilizer, threshing,
digester & press, klarifikasi serta kernel plant. Setiap stasiun mempunyai proses dan peralatan yang berbeda.
Dan dalam proses pengolahan juga terdapat beberapa by-produk (produk sampingan), yaitu janjangan
kosong, fiber, cangkang, sludge dan solid (bagi pabrik menggunakan decanter) dan dimasing-masing aliran ini
masih terikut CPO,PK atau kedua-duanya (PK dan CPO).
Pada proses pengolahan kelapa sawit terdapat nut and kernel Station. Nut and kernel station merupakan
proses pemisahan campuran ampas dan biji yang keluar dari screw press diproses untuk menghasilkan
cangkang (shell) dan fibre sebagai bahan bakar boiler serta inti sawit (kernel) sebagai hasil produksi yang siap
dipasarkan dan juga ada yang mengolahnya langsung untuk mendapatkan minyak inti dari sawit (PKO).
Proses lanjutan setelah minyak di-ekstrasi oleh mesin press adalah untuk mengutip sebanyak mungkin
nut (pada akhirnya kernel) dari gumpalan. Gumpalan keluar dari mesin press dan diantarkan oleh Cake
Breaker Conveyor (CBC). Gumpalan yang masih panas dan basah, dicacah/diuraikan dalam CBC untuk
melepaskan uap dari gumpalan dan untuk melepaskan fibre dari nut. Hal ini memungkinkan pemisahan fibre
(serat) dari nut.
Press cake kemudian diantarkan menuju Depericarper yang merupakan sebuah kolom pemisah vertikal
(Vertical Winnowing Column), dimana udara akan mengangkat fibre (yang lebih ringan) dan menjatuhkan nut
(yang lebih berat) pada dasar dari kolom pemisah (Winnowing Column) dan diantarkan menuju Polishing
Drum. Polished nut (nut yang sudah bersih) kemudian diantarkan melaui Wet Nut Conveyor menuju Destoner
dimana kecepatan udara akan mengangkat nut (yang lebih ringan) menuju nut hopper sedangkan batu dan
potongan logam (yang lebih berat) dijatuhkan pada lantai. Hal ini menjamin bahwa nut telah bersih dari batu
dan potongan logam, yang akan dapat merusakkan Ripple mill (pemecah nut).
Nut yang basah dari Nut Hopper akan diumpankan menggunakan Air Lock, dimana untuk mengontrol
pengumpanan, pada Ripple mill. Nut pecah, yang terdiri dari kernel dan cangkang, biasa disebut Cracked
Mixture. Cracked mixture ini diantarkan menuju kolom pemisah yang lain, yaitu LTDS 1 dan LTDS 2, dimana
pecahan cangkang dipisahkan dari kernel. Wet kernel kemudian diantarkan menuju Wet Kernel Elevator,
selanjutnya menuju Kernel Drier Silo (Silo Pengering Kernel). Dari LTDS 2, akan terdapat cangkang tebal dan
berat yang tergabung bersama kernel pecah (broken kernel) dan kernel utuh berukuran kecil, kemudian
diantarkan menuju Claybath.
Disinilah broken kernel dan kernel kecil utuh akan mengapung dan mengalir menuju vibrator yang
kemudian dibersihkan dan diantarkan menuju Wet Kernel Elevator selanjutnya ke Kernel Drier Silo. Setelah
pengeringan, kernel kering akan diangkut oleh conveyor dan elevator menuju Kernel Bulking Silo. Dari sini,
kernel kering dikirimkan pada Kernel Crushing Plant (KCP) untuk mendapatkan minyak kernel.
Pada proses pengolahan kernel yang tepatnya di nut and kernel station,, banyak terdapat biji-biji yang
terbuang. Selain itu banyak juga terdapat biji yang masih utuh, inti setengah pecah, dan serabut atau debu
yang masih menempel pada biji yang sering disebur kadar kotoran. Adapun kadar kotoran tersebut adalah biji
utuh adalah biji yang lewat atau tidak pecah pada saat proses pemecahan biji yang terjadi di Ripple mill. Biji
setengah pecah adalah biji yang dipecah di Ripple mill, namun karena terjadi putaran yang rendah
mengakibatkan biji yang tidak terpecah secara sempurna dan kemudian inti ini menempel pada cangkangnya.
Serabut atau debu merupakan serabut yang masih melekat pada biji yang tidak bersih dipoles oleh alat yaitu
Polishing Drum. Untuk mengatasi hal tersebut dapat diupayakan berbagai cara, yaitu identifikasi alat-alat yang
terdapat pada stasiun kernel dan menekan losses yang terdapat pada alat-alat di stasiun kernel.
Tujuan penelitian ini adalah menganilisis losses yang terdapat pada nut and kernel station dengan cara
identifikasi alat dan menghitung losses pada setiap peralatan yang terdapat pada nut and kernel station guna
mengetahui losses yang paling tinggi terhadap rendemen inti yang dihasilkan.

METODOLOGI

Penelitian dilakukan pada salah satu Pabrik Kelapa Sawit di Kalimantan Timur. Waktu pelaksanaan
selama 4 bulan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji dari kelapa sawit. Peralatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah timbangan kasar, timbangan analit, wadah sortasi, plat, mesin gerinda, mesin las,
elektroda, blende, dan meteran.

135
Data yang diamati :
1. Nama alat/jenis
Identifikasi 2. Spesifikasi
peralatan 3. Fungsi/kegunaan
4. Maintenance
5. Rekapan data sebelumnya

Mengukur kehilangan setiap alat :


1. Ambil sampel
2. Pengukuran sampel
3. Analisis sampel

Losses >standar
Alternatif Deteksi
Perbandingan
pemecahan permasalahan
terhadap
masalah
standar yang
telah
ditentukan.

Losses < standar

Selesai

Gambar 1. Bagan alir (flow chart) tahap penelitian

Tahap-tahap penelitian dilaksanakan seperti Gambar 1. Identifikasi peralatan pada nut and kernel station.
Pada tahap ini, identifikasi peralatan yang meliputi nama alat dan bagian-bagiannya, spesifikasi,
fungsi/kegunaan, komponen. Mengukur kehilangan/losses kernel. Pengukuran losses dilakukan pada setiap
peralatan dengan cara mengambil sampel, mengukur dan menganalisa sampel serta menghitung persentase
kehilangan kernel. Membandingkan losses kernel terhadap standar yang dipersyaratkan. Jika kehilangan tidak
melebihi standar, maka alat dalam kondisi dan dapat berfungsi dengan baik. Mendeteksi penyebab losses
tinggi. Jika terjadi losses melebihi standar yang dipersyaratkan selanjutnya dilakukan analisis. Melacak faktor-
faktor yang menyebabkan losses tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi losses dibagi menjadi 3 komponen
utama yaitu komponen alat, human error dan komitmen perusahaan. Alternatif pemecahan masalah untuk
mengurangi kehilangan pada alat. Verifikasi alternatif pemecahan masalah yang telah dilakukan untuk
mengurangi kehilangan pada peralatan. Jika kehilangan yang terjadi < standar, maka alternatif pemecahan
yang dilakukan telah selesai.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Menunjukkan bahwa losses pada fibre cyclone dan LTSD (light tenera dust separator) telah
memenuhi standar yang ditetapkan oleh pihak perusahaan. Sedangkan ripple mill dan claybath, losses
ataupun effisiensi dari alat tidak memenuhi standar.

136 FTIP-UNPAD | PERTETA Cab. Bandung dan Sekitarnya | B2PTTG LIPI


Seminar Nasional PERTETA, Bandung 6-8 Desember 2011

Tabel 2. Persentase losses peralatan pada nut and kernel station


No Alat Rata-rata losses (%) Standar losses (%)
1 Fibre cyclone 1,48 2
2 Ripple mill 91,03 (effisiensi alat) 96 s/d 98
3 LTSD 0,72 2
4 Claybath 7,24 3

Faktor-faktor penyebab terjadinya losses pada peralatan di nut and kernel station. Timbulnya losses pada
fibre cyclone disebabkan diameter brondolan yang diolah tidak seragam ukurannya berkisar antara 9 mm
sampai dengan 16 mm. Penyetelan yang dilakukan pada damper terlalu besar mengakibatkan daya hisap
udara yang dihasilkan menjadi besar, sehingga nut ikut terhisap. Hasil pengepresan yang terlalu kuat
mengakibatkan nut pecah sehingga ikut terhisap oleh fibre cyclone.
Pada ripple mill losses disebabkan keadaan dari rotor bar yang telah aus yang menyebabkan banyak nut
tidak pecah. Penyetelan dari GAP ripple mill yang tidak sesuai diameter nut yang masuk kedalam ripple mill,
sehingga banyak nut yang lewat dan tidak pecah. Putaran dari rotor tidak mencapai >1000 rpm. Selain itu
faktor dari material yang masuk masih basah, sehingga pada proses pemecahan nut susah untuk dipecah dan
kinerja dari ripple mill juga berat.
Untuk menjaga agar losses kernel pada LTDS dibawah standar maka daya hisap yang dihasilkan oleh
hisapan angin harus sesuai dengan material yang hisap yaitu pada penyetelan damper harus disesuaikan.
Sedangkan pada claybath, timbulnya losses disebabkan kurangnya pemberian CaCO3 yang berakibat
kernel ikut terbuang ke claybath shell. Dalam hal ini pemberian CaCO 3 harus diperhatikan, dimana dihitung
berapa material yang masuk untuk mengetahui pemakaian CaCO3 tersebut. Penambahan CaCO3 bertujuan
agar menaikkan berat jenis dari air, sehingga kernel yang berat jenis dibawah berat jenis air setelah dilakukan
penambahan CaCO3 naik keatas dan cangkang turun kebawah, hal ini disebabkan berat jenis cangkang lebih
besar dari pada air yang dicampurkan dengan CaCO3. Berat jenis air yang telah dicampur CaCO 3 berkisar
1,13, cangkang 1,25 dan kernel 1,07. Apabila pemakaian CaCO3 terlalu banyak, akan mengakibatkan
cangkang akan terikut ke kernel. Sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas kernel. Effisiensi pemecahan
dari nut cracker tidak memenuhi standar yang mengakibatkan banyak terdapat cangkang dan kernel masih
melekat, sehingga pemisahan yang dilakukan tidak terjadi sempurna yang berakibat menjadi losses.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa losses yang paling tinggi terdapat pada Claybath. Dengan losses
pada claybath melebihi standar yaitu > 3%. Losses ini disebabkan effisiensi riiple mill tidak mencapai standar
yang ditetapkan perusahaan (96% s/d 98%) ataupun pemecahan nut tidak sempurna. Banyak terdapat
cangkang dan kernel masih melekat sehingga ikut tenggelam dan terbuang bersama cangkang.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terimakasih disampaikan kepada Ir. Nuraeni Dwi Dharmawati, MP; Ir. Hadiyanto dan Helmi Zaldi
selaku Manager Pabrik Kelapa Sawit yang memberikan bimbingan dan masukan pada penelitian yang
dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Naibaho, P.M. 1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.
Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2003. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit dan Produk Turunannya. Medan.

137

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai