Anda di halaman 1dari 54

BAB I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tumbuhan industri penting
penghasil

minyak

masak,

minyak

industri,

maupun

bahan

bakar

(biodiesel).Komoditas perkebunan kelapa sawit menghasilkan keuntungan besar


sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa
sawit.Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
Pengolahan Kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit.Hasil utama yang dapat diperoleh ialah
minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit
(PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit
ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa
sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan
mekanis, fisik, dan kimia. Kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat
dipengaruhi oleh kondisi buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses
pengolahan

dalam

pabrik

hanya

berfungsi

menekan

kehilangan

dalam

pengolahannya, sehingga kualitas CPO yang dihasilkan tidak semata-mata tergantung


dari TBS yang masuk ke dalam pabrik.
Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO
secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses
pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses
yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain. Kegagalan pada satu tahap
proses akan berpengaruh langsung pada proses berikutnya. Oleh karena itu setiap

tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan norma-norma yang
ada.
1.2 Tujuan Praktek Lapang
PraktekLapang ini bertujuan untuk mengetahui dan mengamati secara langsung
proses perebusan pada pengelohan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq), serta untuk
mendapatkan keterampilan dan peengalaman kerja di lapangan selama praktek lapang
di PT. Perkebunan Nusantara I Cot Girek.
1.3 Ruang Lingkup Praktek Lapang
Ruang lingkup untuk pelaksaan praktek lapang yang akan di laksanakan ini
meliputi, tinjauan proses penyortiran buah, peninjauan langsung terhadap proses
pengelohan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) serta mengamati mekanisme
kinerja sterilizer atau perebusan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq).
1.4 Manfaat Praktek Lapang
Melalui kegiatan ini akan memberikan manfaat terhadap peningkatan aspek-aspek
yang berkaitan dengan pengembangan sikap dan dapat melatih kepekaan
mengindetifikasi permasalahan dan mencari alternatif solusi melalui pendekatan
disiplin ilmu guna meningkatkan kemampuan intelektualnya. Mengetahui secara
langsung tahapan-tahapan pasca panen serta proses pengolahan kelapa sawit di
lapangan.
Selain itu, manfaat praktek kerja lapang juga untuk penyelarasan antara status
pencapaian pembelajaran di kampus dengan pengetahuan dilapangan.Mahasiswa
memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja yang praktis yaitu secara langsung
dapat menjumpai, merumuskan serta memecahakan masalah yang ada dalam kegiatan
di bidang pertanian.Memperoleh pengalaman dengan mengenali kegiatan-kegiatan di
lapangan kerja yang ada di bidang pertanian secara luas.Serta meningkatakan
2

hubungan antara perguruan tinggi, pemerintah, instansi swasta, perusahaan dan


masyarakat, sehingga dapat meningkatkan mutu pelaksanaan Tri Dharma Perguruan
Tinggi.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit(Elaesis guineensisjacq)


Tanaman kelapa sawit (Elaesis guineensis jacq) termasuk tanaman multiguna
yang berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman
berumah satu, yaitu bunga jantan dan betina terdapat dalam satu tanaman dan

terangkai dalam satu tandan. Akar tanaman kelapa sawit dapat menopang hingga
usia 25 tahun. Penambahan tinggi batang terlihat jelas setelah tanaman berumur 4
tahun. Buah tanaman kelapa sawit disebut fructus. Warna buah tergantung varietas
dan umurnya (Suwarto, 2010).
Umur ekonomis kelapa sawit yang dibudidayakan umumnya 25 tahun. Pada
umur lebih dari 25 tahun tanaman sudah tinggi dan sulit dipanen, tandanpun sudah
jarang sehingga diperhitungkan tidak ekonomis lagi. Berdasarkan masa berbuah,
kelapa

sawit

dibedakan

menjadi

dua

jenis,

yaitu

tanaman

belum

menghasilkan(TBM) berumur 0-3 tahun dan tanaman menghasilkan (TM) berumur


>3 tahun (Pardamean, 2008)
Buah kelapa sawit ada yang berwarna hitam, ungu hingga merah tergantung
bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap
pelepah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati
fase matang, kandungan asam lemak bebas akan meningkat dan buah akan rontok
dengan sendirinya (Adi, 2008).
Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicrap),
daging buah (mesocrap)dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit
biji (endocrap) tau cangkang yang berwarna hitam dan keras serta daging biji
(endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak. Berdasarkan ketebalan
cangkang dan daging buah, kelapa sawit dibedakan menjadi 3 jenis yaitu Dura,
Tenera dan Pesifera. Dura memiliki cangkang tebal (3-5 mm),daging buah tipis dan
rendemen minyak 15-17%. Tenera memiliki cangkang agak tipis (2-3 mm), daging
buah tebal dan rendemen minyak 21-23 %. Pesifera memiliki cangkang yang sangat
4

tipis tetapi daging buahnya tebal dan bijinya kecil, rendemen minyaknya >23%,
tandan buahnya hampir selalu gugur sebelum masak sehingga jumlah minyak yang
dihasilkan sedikit (Sukarno, 2007).
Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan
keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam
konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi Crude
Palm Oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS
tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis,
fisik, dan kimia. Kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh
kondisi buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam
pabrik hanya berfungsi menekan kehilangan dalam pengolahannya, sehingga kualitas
CPO yang dihasilkan tidak semata-mata tergantung dari TBS yang masuk ke dalam
pabrik (Siregar, 1991).

2.2. Pemanenan dan Pasca Panen Kelapa Sawit


Tandan kelapa sawit yang ideal panen adalah saat kandungan minyak dan
daging buahnya maksimal dan kandungan asam lemak bebasnya serendah mungkin.
Proses pemasakan tandan sawit dapat dilihat dari perubahan warna buahnya dari hijau
menjadi merah atau orange, dan jumlah buah sawit yang lepas dari tandannya.
Sebagai patokan, jumlah minimum buah sawit yang jatuh sebanyak 10 buah untuk
5

tanaman muda menghasilkan dan 15 buah untuk tanaman tua menghasilkan (Sukarno,
2007).
Proses pemanenan kelapa sawit pada tanaman kelapa sawit adalah meliputi
pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya
ketempat pengumpulan hasil (TPH). Kriteria panen yang perlu diperhatikan adalah
matang panen, cara panen, alat panen, rotasi, sistem panen serta mutu panen
(Suwarto, 2010).
Rotasi panen adalah waktu yang dibutuhkan antara panen terakhir dan
panen berikutnya ditempat yang sama. Rotasi panen tergantung pada cepatnya buah
matang. Pada panen permulaan, biasanya rotasi panen 15 hari, selanjutnya 10 hari dan
terakhir 7 hari. Rotasi panen menggunakan simbol 5/7 artinya dalam 1 minggu ada 5
hari panen dan masing-masing areal tanam diulangi 7 hari berikutnya (Sukarno,
2007).
Berdasarkan tinggi tanaman, cara panen dibedakan menjadi tiga cara. Untuk
tanaman dengan tinggi 2-5 m digunakan cara panen jongkokdengan alat dodos,
sedangkan tanaman dengan tinggi 5-10 m dipanen dengan cara berdiri menggunakan
alat kapak siam. Untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m, pemanenan
dilakukan dengan alat arit bergagang panjang yang disebut egrek (Suwarto, 2010).
Pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit dipabrik bertujuan untuk
mendapatkan minyak yang berkualitas baik. Hasil pengolahan daging buah kelapa
sawit yaitu minyak mentah atau crude palm oil (CPO).CPO harus diolah lebih lanjut
untuk dijadikan produk jadi lainnya. Setelah dilakukan pemanenan, TBS harus segera
diolah, yaitu maksimal 24 jam setelah panen TBS. Buah yang tidak segera diolah
6

akan mengalami kerusakan. Untuk itu TBS harus segera diangkut dari kebun ke
pabrik pengolahan (Suwarto, 2010).
Pahan (2013) menyatakan keterlambatan pengangkutan TBS ke pabrik akan
mempengaruhi proses pengolahan, kapasitas olah dan mutu produk akhir. Pemilihan
alat angkutan yang tepat dapat mengurangi tingkat kerusakan pada buah. Alat angkut
yang dapat digunakan dari perkebunan ke pabrik, diantaranya lori, traktor gandengan
dan truk. Setelah sampai ditempat pengolahan, TBS segera ditimbang. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi,
pembayaran upah pekerja dan perhitungan rendemen minyak sawit (Fauzi 2012).
Pembentukan minyak pada buah kelapa sawit akan berhenti saat buah
dipanen, apabila disimpan kadar air akan berkurang, tetapi kandungan asam lemak
bebas akan naik terus. Oleh karena itu, buah yang telah dipanen harus segera
dipanaskan (diuapkan, direbus) agar pembentukan asam lemak bebas berhenti. Warna
minyak kelapa sawit berwarna orange atau kuning disebabkan oleh adanya pigmen
karoten yang terkandung dalam minyak (Muchtadi, 2013).

2.3. Proses Pengolahan Minyak KelapaSawit


Kepala sawit yang telah dipanen selanjutnya diangkat menuju pabrik dengan
menggunakan truk. Sebelum dipross biasanya kelapa sawit ditimbang dan disortir
terlebih dahulu .di pabrik, kelapa sawit akn direbus, dirontokkan dicincang atau
dilumatkan, kenmudian diprss sampai akhirnya minyak kelapa sawit dilakukan
pemurnian. Selain hasil akhir minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit, juga hasil
buangan atau limbah dari pngolahan Tandan Buah Segar (TBS), bahkan batang klapa
7

sawit juga dapat dipakai sebagai bahan mentah untuk berbagai keperluan.minyak
sawit dan minyak inti kelapa sawit, selain menjadi bahan mentah industri pangan
(oleofood) juga banyak dipakai sebagai bahan mentah industri kimia (oleo chemical)
(Naibaho, 1999).

2.4. Perebusan (Sterilisasi)


Sterilisasi merupakan suatu tindakan untuk membunuh kuman patogen dan
apatogen beserta sporanya pada peralatan yang digunakan dengan cara

merebus,

stoom, panas tinggi atau menggunakan bahan kimia. Dalam pngelolahan kelapa sawit
sterilisasi adalah proses perebusan tandan buah segar (TBS) dalam bejana yang di
sebut sterilizer (Harnaatiaj, 2008).
Proses sterilisasi (perebusan) merupakan proses perebusan TBS dngan bantuan
uap yang mmpunyai tekanan dan berfungsi untuk perebusan, mempercepat proses
pemisahan antara tandan dan brondolan, mencegah peningkatan FFA (asam lemak
bebas, ALB), memperlunak daging buah, mempermudah proses pemecahan cangkang
di ripple mill dan mensterilkan bakteri yang terdapat di tandan buah segar sehingga
mempercepat proses menghasilkan CPO.

BAB III. METODOLOGI PRAKTEK LAPANG

3.1 Waktu dan Tempat Praktek Lapangan


Praktek lapang ini dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2016 sampai dengan
di PT. Perkebunan Nusantara I Cot Girek, Kecamatan Cot Girek, Kabupaten Aceh
Utara.Terhitung dari mulai tanggal 22 Februari s/d 22 Maret 2016.

3.2 Metodelogi Praktek Lapangan


9

Metode yang di gunakan pada praktek kerja lapang adalah field research yaitu
penelitian yang di lakukan dengan meninjau dan mengamati secara langsung pada
tempat penelitian untuk mendapatkan data-data yang akurat.Beberapa teknik yang
dapat di gunakan pada field research.
a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara langung pada obyek penelitian yang
merupakan sumber data.
b. Interview, yaitu teknik mengumpulkan data yang dilakukan dengan melalui
proses tanya jawab (wawancara) dengan Manager, Asisten Kapala ,Asisten
Divisi, Mandor dan pekerja.
c. Studi Kepustakaan
Dilakukan dengan membaca Literatur-Literatur yang berkaitan dengan tema
praktek lapang yang berupa buku-buku bacaan, bulletin, brosur dan artikelartikel yang ada di Pabrik kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara I Cot
Gireuk, perpustaan dan media elektronik.
3.3. Jadwal Kegiatan Praktek Lapangan
Praktek lapang dilakukan terhadap beberapa kegiatan utama yaitu pengenalan
perusahaan, pengenalan alat-alat pemanenan buah, pross pemanenan buah, stasiun
penerimaan buah sampai stasiun pengolahan.

10

Tabel 1. Kegiatan Praktek Lapang

11

Waktu (22Februari 21 maret)


Kegiatan

Minggu I

Minggu II

Minggu III
Minggu IV

Pengenalan dan
Administrasi
Pengenalan Stasiun
Pengolahan
Stasiun Penerimaan dan
Stasiun Loading ramp
Stasiun Penebahan
Stasiun Pengempaan
Stasiun Pemurnian
Stasiun Limbah
Stasiun Kernel
Stasiun boiler
Stasiunwater Treatmen
Stasiun Perebusan

BAB IV. GAMBARAN UMUM PTPN I

12

4.1. Sejarah PT. Perkebunan Nusantara-I Unit PKS Cot Girek


PT. Perkebunan Nusantara-I Unit PKS Cot Girek merupakan suatu
perkebunan yang dimiliki oleh negara yang berorientsi dibidang perkebunan dan
pengolahan kelapa sawit. PT. Perkebunan Nusantara-I Unit PKS Cot Girek mulai
berkembang pada tahun 1975 yang disponsori oleh PTP VII dan PTP VI dari
sumatera utara dengan bantuan Bank Dunia.
Pelaksanaan peletakkan batu pertama pembangunan pabrik pengolahan kelapa
sawit dilakukan oleh Direksi PT. Perkebunan Nusantara IX tanggal 25 November
1991, dikerjakan oleh PT. Unggul Widya Jakarta, selesai pada bulan Januari 1995
yang langsung diresmikan oleh Bapak Menteri Perindustrian Ir. Hartanto dan
Gubernur Daerah Istimewa Aceh Prof.Dr.Imbrahim Hasan, MBA.
Pabrik Pengolahan kelapa sawit Cot Girek dengan alamat di jalan Cot Girek
kilometer 14 Lhoksukon Aceh Utara yang dibangun pada tahun 1991 dan muali
beroperasi (comingsining) pada 25 Januari 1995 yang mual-mula berkapasitas 30 ton
Tandan Buah Segar (TBS) / Jam adan kemudian ditingkatkan menjadi 60 ton TBS /
Jam pada 1 Juli 1997.
Pabrik Pengolahan kelapa sawit Cot Girek mmperoleh Tanadan Buah Segar
(TBS) dari kebun-kebun di sekitar Cot Girek sendiri. Pabrik Pengolahan kelapa sawit
Cot Girek merupakan pabrik kelapa sawit yang didapat dari hasil patungan modal
(Joinventure) beberapa perusahaan-perusahaan negara, kemudian diambil alih oleh
PT. Perkebunan Nusantara-I Unit PKS Cot Girek pada 4 april 1996ssuai dengan
program restrukturisasi BUMN dan atas persetujuan Menteri Pemberdayaan BUMN.

13

Pabrik kelapa sawit (PKS) Cot Girek merupakan suatu daerah yang sangat
strategis yang terletak dikawasan Lhoksukon-Aceh utara.Kecamatan Cot Girek yang
terletak ditengah-tengah perkbunan kelapa sawit Cot Girek.
Penentuan lokasi ini berdasarkan pertimbangan :
a. Jauh dari perkotaan, tetapi transportasi lancar, sehingga memudahkan
pemasaran produksi, baik CPO maupun inti sawit (kernel).
b. Bahan baku dekat dengan pabrik, yang berasal dari kebun Cot Girek dan
perkebunan inti rakyat (PIR), juga dari perkebunan petani. Sehingga dapat
menghemat biaya pengangkutan TBS dan pengolahan dapat dilakukan dengan
baik, yang akhirnya produksi dapat berjalan optimal.
c. Dekat dengan sunmber air yang berasal dari air dam 2 km dari lokasi pabrik
kelapa sawit (PKS) Cot Girek.
d. Loaksi pabrik dari jalan raya dan dari ibukota Lhoksukon Hanya berjarak 14
km.
Pabrik kelapa sawit (PKS) Cot Girek, untuk kelancaran pabrik pengolahan
kelapa sawit pengembagannya tealh dibebaskan tanah dengan luas perkbunan secara
keseluruhan 9000 Hektar. Sumber bahan baku berasal dari kebun perusahaan sndiri,
perkebunan inti rakyat (PIR) dan dari kebun petani.

4.2. Struktur Organisasi Perusahaan


Pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) Cot Girek meruapakan salah satu
cabang perusahaan PT. Perkebunan Nusantara-I Unit PKS Cot Girek yang
berkedudukan I Cot Girek, Aceh utara. Pabrik pengolahan kelapa sawit mempunyai
14

strukur organisasi , dimana dalam organisasi ini hanya ada satu komando, setiap
anggotanya hanya menerima perintah dari satu orang atasan dan hanya bertanggung
jawab kepada atasannya.
Jumlah karyawannya dalam organisasi ini sedikit dan saling mengenal satu
sama lain. Adapun struktur dari organisasi pengolahan kelapa sawit (PKS) Cot Girek
ndapat dilihat dibawah ini.

4.2.1. Manajer/ Kepala Pabrik


Kepala pabrikatau manager bertangung jawab kepada Direktur produksi atau
secara langsung pada Direktur Utama PT. Prkebunan Nusantara-I Unit PKS Cot
Girek terhadap pemanfaatan semua unsur produksi, aset PKS Cot Girek dan
hubungan baik dengan unsur-unsur terkait secara optimal untuk mewujudkan tujuan
perusahaan. Manager juga berwenang memanfaatkan segala sumber daya yang ada di
PKS Cot Girek dan berwenang mengambil keputusan yang sifatnya menentukan
demi kepentingan perusahaan, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perusahaan.

4.2.2. Masinis Kepala


Masinis Kepala beranggung jawab kepada manager atas tugasnya dalam
mengkoordinir asisten pengolahan dan asisten laboratorium dalam menerapkan
teknologi untuk pengoperasian pabrik agar dapat mencapai hasil yang optimal.
15

Persyaratan memenuhi teknids dan non-teknis lainnya yang mencakup


memperdai RAB, mngkoordinir SDM dibawahnya, termasuk hasil pengeriman
produksi,selain itu masinis kepala berwenang untuk memerintah dan memanfaatkan
langsung seluruh tenaga kerja yang berada dibawah pngawasannya dan memutuskan
serta memmberi insruksui kerja, pengarahan dalam bidang teknologi dan lain-lain.

4.2.3. Kepala Tata Usaha


Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab dalam mnyusun daftar gaji
karyawan, mengontrol semua laporan dari setiap bagian agar tepat waktu.Kepala tata
usaha juga berwenang merencanakan, mengarahkan kegiatan dibidang administrasi
untuk mencapai sasaran yang telah distujui RAB PKS Cot Girek yang telash distujui
oleh Direksi PT. Perkebunan Nusantara-I dan mengawasi pengeluaran biaya sesuai
dengan anggaran.

4.2.4. Asisten Laboratorium


Asisten

Laboratorium

bertanggung

jawab

dalam

menentukan

analisa

dilaboratorium yang diperlukan pabrik secara optimal, guna pengendalian jalannya


proses pngolahan TBS, inti sawit, air ketel dan air limbah agar mutu dan kerugian
yang timbul berada dalam batas normal, termsuk menghitung persedian dan
pengiriman produksi shingga kualitas produksi dapat dikontrol.

4.2.5. Asisten Pengoalahan

16

Asisten pPengoalahan bertanggung jab dalam mengoprasikan PKS untuk


menghasilkan minyak sawit dan limbah, melaksankan p-engolahan sesuai jadwal
yang ditentukan termasuk pengendalian limbah pabrik kelapa sawit (PKS) sehingga
mncapai hasil yang optimal dan melaksankan absensi karyawan yang menjasdi
tanggung jawanbnya serta menyusun laporan harian.

4.2.6. Asisten Teknik


Asisten Teknik bertanggung jawab atas kelancaran mesin-mesin prosesing dan
mesin-mesin penggerak, serta mesin-mesin pembangkit tenaga dan alat-alat lainnya
dan berwenang dalam merncanakan serta menjamin terpeliharanya instalasi di dalam
pabrik dan bengkel sesuai dengan sasaran perusahaan PT. Perkebunan Nusantara-I
Unit PKS Cot girek.selain itu Asisten Teknik berwenang dalam

menydusun RAB

tahunan ssuai rencana time schedule yang teklah disahkan oleh manager.

4.2.7. Mandor
Sebagai pembantu asisten, maka mandor bertugas mengawasi para pekerja yang
berada dibawah tanggung jawabnya dan membantu segal tangguang jawab asisten.

4.2.8. Pekerja
Pekerja adalah orang-orang yang bertugas melaksanakan perintah dari mandor
masing-masing yang bertugas pada saat itu.

17

BAB V. PEMBAHASAN

5.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit

18

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dioperasikan dalam suatu rangkaian proses yang
kontiyu, dimana hasil pross dari suatu instalasi akan dilanjutkan oleh instalasi
selanjutnya dngan mempertahankan mutu. Salah satu factor yang menentukan untuk
mendapatkan rendemen yang optimal, hasil produksi yang baik dan efisiensi yang
tinggi dari suatu pabrik adalah mutu bahan baku (TBS) yang akan diolah.
Prose pengeloahan kelapa sawit dibagi atas beberapa tahap, yang dilakukan pada
masing-masing stasiun. Stasiun-stasiun pada proses pengeloahan kelapa sawit antara
lain:
1.
Stasiun Penerimaan Buah ( Fruit Reception Station )
2. Stasiun Perbusan ( Sterilizing Station)
3.
Stasiun Penebahan ( Thressing Station)
4.
Stasiun Pengempaan ( Pressing Station)
5.
Stasiun Perbusan ( Clarifation Station)
5.1.1. Stasiun Penerimaan Buah ( Fruit Reception Station )
Tanaman kelapa sawit yang berasal dari kebun-kebun diangkut ke pabrik
dengan menggunakan truk pengangkut untuk diolah.Pengangkutang secepatnya
dilakukan stelah pemetik (diterima dipabrik maksimum 24 jam stelah panen). Hal ini
bertujuan untuk mencegah kenaikan kadar asam lemak bebas (ALB) karena
keterlambatan pengpressan. Adapun cara untuk mengurangi kadar asam jika asamnya
tinggi adalah dngan cara melakukan pencampuran antarabuah lamadengan buah baru,
dengan perbandingan buah baru yang akan dicampur harus lebih banyak dari pada
buah yang lama.
1. Timbangan
Proses pengolahan dimulai dari penimbangan buanh dengan tujuan untuk
mengetahui jumlah TBS yang akan diolah, untuk mengetahui rendemen minyak
dan inti serta berat tandan rata-rata. Dari penimbangan juga diketahui beberapa
19

jumlah produksi TBS yang dicapai dari setiap afdeling. Jenis timbangan yang
akan digunakan adalah merk Every buatan asembling Indonesia yang berkapsitas
50 ton. Timbangan pada pabrik kelapa sawit cot girek menggunakan sistem
komputer untuk mempermudah dalam mengukur berat.
Prinsip kerja dari timbangan tersebut yaitu truk melewati jembatan timbang
dan berhenti selama 5 menit, kenmudian dicatat berat truk sebelum TBS
dibongkah dan disortir, setelah dibongkah truk ditimbang kembali untuk
mengetahui jumlah TBS yang diterima dipabrik.

Gambar 1.Stasiun Jembatan Timbang pada PT.Perkebunan Nusantara I


Unit PKS Cot Girek.

2. Penimbunan dan

Pemindahan Buah (Fruit Loading Ramp dan Storage

Hooper)
Setelah ditimbang, TBS dipindahkan ke loading ramp sebagai tempat penimbunan
sementara TBS sebelum dipindahkan ke lori rebusan .pada loading ranmp ini
dilakukan sortasi buah, yang bertujuan untuk pengawasan terhadap kandungan
minyak dalam proses pengelohan adan kadar ALB dari TBS tersebut.
Sortasi dilakukan terhadap setiap afdeling dengan mnentukan satu truk yang
dianggap memiliki kebun asal.Sortasi TBS dilakukan berdasarkan kriteria panen

20

yang dibagi berdasarkan raksi buahnya. Fraksi yang diingin pada pross
pengolahan adalah fraksi I,II,IIIsedangkan fraksi-fraksi yang lain diharapkan
dapat masuk dalam proses pengolahan. Setelah diketahui setiap fraksi dari hasil
sortasi, maka ditetapkan norma-norma mutu panen yang baik.

Gambar 2.Stasiun Penimbunan dan Pemeindahan Buah pada


PT.Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot Girek.
Fruit loading ramp terdiri dari 14 hopper (2 line) penyimpanan untuk
penimbunan TBS dengan sudut kemiringan 12(dua belas derajat). Loading ramp
ini dilengkapi dengan pintu loading yang bekerja dengan dengan system hidrolik,
dimana setiap pintu dipasang pengatur untuk dipindahkan TBS kedalam lori-lori
perebusan.

21

Gambar 3.Loading Ramp pada PT.Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot Girek
TBS dari loading ramp ini kemudian dimasukan kedalam lori-lori yaitu
meletakkan buah kelapa sawit perebusan yang berkapasitas 3,4-3,5 ton TBS pada
setiap lorinya. TBS dimasukkan kdalam lori yang dibuka pintu loading yang
diatur dengan system hidrolik. Delapan lori yang diisi penuh dimasukkan kedalam
sterilizer, dengan menggunakan cupstand yang berfungsi untuk menarik lori
masuk kedalam dan keluar dari sterilizer.

Adapun kriteria panen dan syarat mutu tandan buah segar (TBS) dapat dilihat pada
tabel2.
tabel 2. kriteria panen dan syarat mutu tandan buah segar (TBS)
No.

Kematangan

Mentah

Fraksi
Jumlah Brondolan
00
Tidak ada brondola, buah
Bewarna hitam, dengan
membrondol 0%.
0

Dari
membrondol.
12,5-25% Buah luar
Membrondol.

2
2

Matang

Mentah

1-12,5% brondolan buah

1
1

Keterangan
Sangat

luar
Mentah
Kurang matang
Matang I
Matang II

3
12,5-50% Buah luar
Membrondol.

22

50-70% Buah luar


4
3

Membrondol.

Lewat
Matang

Terlalu

75-99% Buah luar


5

Membrondol,ada

matang
buah

yang busuk.
Adapun tujuan dari penyortiran adalah :
a. Untuk mencari mutu TBS yang bagus
b. Memesisah tandan buah layu TBL (Tandan Buah Layu)
c. Buah kecil TM I dan TM II
d. Untuk mengetahui jenis buah sawit Tenera Dan Dura.
e. Memetong tangkai janjang
5.1.2. Stasiun Perbusan ( Sterilizing Station)
Sterilizer adalah sebuah bejana uap yang digunakan untuk merebus
TBS.setelah lori dimasukkan kedalam sterilizer, dimana ada empat buah sterilizer
yangdigunakan untuk tempat perebusan. Dalam Satu buah sterilizer dapat
menampung delapan buah lori, dengan masing-masing lori berkapsitas 3,5 tonTBS.
Yang diengkapi dengan kran-kran steam masuk dan keluar serta pemipaan dan alatalat untuk mengontrol tekanan, proses perebusan dilakukan 90-120 menit sebagai
media pemanasnya uap dari turbi yang bertekanan 2,5-3 kg/cm.
Pola perebusan yang digunakan ada dua yaitu doble peak (dua puncak)
atautriple peak (tiga puncak). Jumlah puncak dalam pola perebusan ditunjukan dari
jumlah pembukaan atau penutupan dari uap masuk atau uap keluar selama proses
perebusan berlangsung yang diatur secara manual atau secara automatis.

23

5.1.3. Stasiun Penebahan ( Thressing Station )


Pross distasiun penebahan dimulain dari sawit yang keluar dari stasiun
perebusan (sterilizer). Setiap sterilizer berisi 8 lori dan tiap-tiap lori diangkat dengan
menggunakan hoisting crane, buah yang telah direbus dijatuhkan kdalam hopper
yang berfungsi untuk menampung buah yang telah direbus, kemudian autofeeder
berfungsi untuk mengatur jatuhnya buah masuk ke thresher agar tidak terjadi
penyumbatan, setelah buah di autofeeder buah kemudian dijatuhkan ke drum berputar
(thresher) dengan putaran 23-25 rpm.

Gambar 4. Threshingpada PT.Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot Girek


Drum ini dilengkapi dengan sudut-sudutyang menunjang, buah terangkat daan
jatuh terbanting sehingga buah pada tandan membrondol atau terlepas. Bantingan
yang dilakukan secara berulang-ulang akan mnyebabkan brondolan terlepas dari
tandannya dan jatuh kebawah melalui

celah-celah drum yaitu ke bottom cross

conveyor, sedangkan tandan kosong terlempar keluar dan jatuh ke empty bunk
conveyor dan dibawa ke incerator untuk dibakar.

24

Brondolan yang terlepas dari bottom cross conveyor diangkat ke fruit elevator
ke top crosss conveyor yang kemudian diteruskan ke fruit distribussion conveyor
untuk dibagiakan ke tiap-tiap digester.Di dalam proses perontokan buah, terkadang
dijumpai brondolan yang tidak terlepas daqrin tandannya, hal ini disebabkan TBS
masih mentah dan perebusan yang tidak merata, dan susunan tandan yang sangat
rapat dan padat sehingga uap tidak mencapai kebagian dalam tandan.

5.1.4. Stasiun Pengepresan (Pressing Station)


Pengepresan adalah suatu proses pengambilan minyak dari daging buah yang
dilakukan dengan melumatkan dan mengepres daging buah. Pada PT. Perkebunan
Nusantara I Unit PKS Cot Girekpelumatan dilakukan dengan digester, sedangkan
pengepresan dilakukan dengan screw press (kempa ulir).
1. Pelumatan (Digester)
Tujuan pelumatan agar daging buah terlepas dari biji dan menghancurkan selsel yang mengandung minyak, sehingga minyak ini dapat diperas pada proses
pengempaan. Pelumatan dilakukan dalam Digester yang berbentuk silinder tegak,
disini terdapat 3 unit Digester, masing-masing berkapasitas 7,5 ton. Didalam
Digester dipasang pengaduk yang berputar pada sumbunya sehingga diharapkan
sebagian besar daging buah terlepas dari bijinya.Pada pengadukkan dilakukan
pemanasan untuk memudahkan pelumatan buah dengan menggunakan air panas
bertemperatur sekitar 90-95C.Digester dapat dilihat pada Gambar 11.

25

Gambar 5.Digester PKS PT. Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot Girek

1. Fungsi digester

Menampung brondolan untuk selanjutnya di umpankan ke screw press

Mengaduk dan merajang brondolan sehingga mengkondisikan mesocrap lebih


renggang ( tidak lengket ) dengan nut sehingga dalam proses pengepresan,
minyak lebih mudah dipisahkan sehingga seting tekanan hidrolik tidak
berlebihan dan broken nut pun rendah .

2. Hal hal yang perlu diperhatikan pada digester :

Temperatur,

Temperatur pada digester dianjurkan antara 95 OC - 100 OC, tujuan dari pada
pemanasan pada digester adalah untuk memecahkan partikel partikel
minyak yang terkandung didalam daging buah sehingga pada proses
pengutipan minyak oleh press didapatkan hasil yang maxsimal dan kondisi
fibre tidak basah karena kandungan minyak yang ada telah dipisahkan dengan
baik .

Isi digester,

26

Isi digester minimal 2/3 bagian dari kapasitas full. Bila isi digester kurang dari 2/3
kapasitas, umpan untuk screw press lama kelamaan akan berkurang dan ini
akan menyebabkan broken nut menjadi tinggi.dari tingginya broken nut
kehilangan kernel pada fibre cyclone akan tinggi pula.

Pisau pengaduk,
Jarak antara pisau pengaduk harus ideal ( 2,50 cm ). Bila jarak pisau

pengaduk kurang dari ketentuan di khawatirkan pengadukan tidak maksimal sehingga


banyak loss fruit yang belum sempat dilumat / di rajang oleh pisau pengaduk
langsung di prosess oleh screw press sehingga di dapatkan hasil yang kurang
maxsimal, akibat lainnya fibre pada oress bash dan kehilangan minyak pada fibre
press tinggi.
2. Pengempaan (Pressing)
Pengempaan berfungsi untuk mengambil minyak kasar (Cruide Oil) dari
daging buah (pericarp). Alat pengempaan (Screw Press) adalah Alat yang terdiri dari
press silinder dan didalamnya ada 2 buah screw ulir (scew press) yang berputar
berlawanan arah. Ampas dari pengepresan ini dialiri menuju ke boiler dan akan
dijadikan bahan bakar untuk boiler. Sedangkan bijinya akan dibawa menuju ke
stasiun kernel.
Masa hasil proses pengadukan dalam Digester masuk kedalam ScrewPress
yang bertujuan untuk memeras daging buah sehingga dihasilkan minyak kasar
(Crude Oil). Tekanan kempa diatur oleh konis yang berada pada bagian ujung
pengempaan dan dapat digerakkan maju mundur secara hidrolisis, disini terdapat 8

27

unit Screw Press yang berkapasitas 12-15 ton/jam dengan tekanan kempa 30-40
Kg/cm. Screw press pada PT.Perkenbunan Nusantara I Unit PKS Cot Girek dapat
dilihat pada Gambar 12.

Gambar 6.Screw Press pada PT.Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot Girek
Setelah selesai mengolah sebaiknya screw press dalam keadaan kosong. Hasil
dari pengempaan ini akan menjadi 3 bagian, yakni : minyak kasar, biji (nut), dan serat
(fiber).Minyak kasar yang dihasilkan masih tercampur dengan pasir, kotoran dan air
sehingga ditampung di oil gutter (talang minyak). Sedangkan serat dan biji akan
masuk ke cake breaker conveyor untuk proses pengutipan inti. Cake Breaker
Conveyor hasil pengempaan atau ampas press keluar dan dibawa oleh Cake Breaker
Conveyor ke Depricarper. CBC adalah alat berbentuk tulang horizontal yang
didalamnya dilengkapi conveyor untuk memecahkan dan mendorong ampas ke ujung
as.

28

1. Fungsi Press
Memisahkan minyak dari fibre dan nut.
Secara umum pengambilan Minyak nabati dari sumbunya disebut Ekstraksi
Minyak.
2. Hal hal yang perlu diperhatikan pada press

Tekanan pompa hidrolik

Tekanan pompa hidrolik harus bekerja sesuai dengan fungsinya. Yang mana
fungsi dari pada hydraulic pump adalah untuk menggerakan pressan /
pengempa secara automatik.

Percampuran air pada press oil gutter

Percampuran

air

pada

oil

gutter

disesuaikan

dengan

hasil

analisa

laboratorium.Sedangkan ketentuan percampuran air yang ideal dalam hal ini


antara 30 - 35 % per ton dari kapasitas press. Perlu diperhatikan, bahwa
percampuran air pada oil gutter sangat besar pengaruhnya pada proses
selanjutnya di oil room.
3. Hal hal yang menyebabkan kehilangan minyak pada press fibretinggi :
a. Temperatur digester dibawah standart( < 95 0C )
b. Tekanan hidrolik dibawah rata rata ( < 50 psi )
c. Kurangnya kematangan dan kemasakan buah
d. Screw press aus.

29

5.1.5. Stasiun Klarifikasi (Clarification Station)


Minyak yang diperoleh dari hasil pengepressan masih mengandung air dan
kotoran, seperti pasir, tanah, sisa-sisa daging buah dan lain sebagainya. Proses
pemurnian minyak bertujuan untukmemisahkan kotoran atau benda-benda asing yang
masih tercampur dengan minyak yang bersifat mengganggu. Diharapkan minyak
sawit(CPO) hasil pemurnian mempunyai kadar kotoran dan kadar air yang rendah
sehingga siap untuk dipasarkan.
1. CST (Continous Settling Tank) atau Tangki Pemisah
Kegunnan dari Continous Settling Tank adalah untuk memisahkan antara
minyak dengan sludge. Prinsip dari pemisahan ini adalah adanya perbedaan berat
jenis antara minyak dan sludge (Lumpur minyak). Minyak mempunyai berat jenis
lebih ringan dari sludge, sehingga di dalam Clarifier Tank terdapat tiga lapisan yang
terdiri dari lapisan minyak bagian atas ,sludge bagian tengah dan di bagian bawah
adalah campuran antara air, kotoran dan sludge. Agar pemisahan minyak menjadi
sempurna, maka di dalam Cs. Tank diberikan steam , sehingga temperatur akan selalu
terjaga pada suhu yang diinginkan.
Continous Settling Tank merupakan tempat penampungan minyak dari semua
pengolahan. Fungsi dari tangki ini adalah untuk memisahkan antara minyak, kadar
air, kotoran atau lumpur serta pasir. Sistem pemisahan yang terjadi pada tangki ini
adalah dengan cara pengendapan (sistem gravitasi). Hasil dari pemisahan ini nantinya
akan timbul 2 lapisan yaitu: lapisan minyak dan sludge. Minyaknya akan masuk
30

kedalam oil tank setelah masuk ke dalam vacum dryer.Sedangkan sludgeakan


dikeluarkan melalui underflaw dan kemudian dibawa ke vibrating screen.Continous
Settling Tankdapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7.Continous Settling Tank


2. Sludge Tank (Tangki Lumpur)
Fungsi dari pada Sludge tank adalah sebagai tempat penampung sludge yang keluar
dari continues tank. Sludge yang masuk ke dalam sludge tank, kadar minyak yang
terkandung diharapkan tidak lebih dari 10 %, dan temperature yang diperlukan antara
90 100 0C, yang mana hal ini dimaksudkan agar semasa pengolahan pada sludge
separator mendapatkan hasil yang baik.Sludge Tank dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8.Sludge Tank


3. Oil Tank

31

Oil Tank berfungsi sebagai penampung minyak yang dialirkan dari CST.Sistem
pemanasannya sama dengan CST yaitu sistem steam injeksi. Baru kemudian dialiri
uap dengan sistem pemanasan spiral.Suhu normal di Oil Tank berkisar 90-95 oC.Air
0.3, dan kotoran 0.2.Oil Tank dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9.Oil Tank


5.1.6. Stasiun Kernel (Kernel Station / Kernel Plant)
Stasiun kernel merupakan stasiun pengolahan biji, untuk mendapatkan produksi
kernel yang baik sesuai dengan standard yang diinginkan.Pada PT. Perkebunan
Nusantara I Unit PKS Cot Gireksawit merupakan hasil utama dari proses pengolahan
TBS (tandan Buah Segar) yang dikeluarkan dari perebusan dan pemerasan (pressan)
dan dikenal dengan minyak sawit kasar atau Crude Palm Oil (CPO) dengan hasil
samping berupa serabut (fiber), cangkang (shell) dan kernel.
Stasiun Kernel pada PT. Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot Girekdapat dilihat pada
Gambar 10.

32

Gambar 10.Stasiun Kernel pada PT. Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot Girek.
Adapun tahap-tahap yang harus dilewati untuk mendapatkan inti (kernel) adalah:
a. Fiber Cyclone
Ampas kempa dari screw press yang terdiri dari serat dan biji yang masih
menggumpal masuk ke fibre cyclone. Fibre cyclonemerupakan pemisahan antara
fibre dan Nut dengan cara fibrenya dihisap keluar ketangki /siklon tabung dan
kemudian fibrenya ditranfer untuk bahan bakar boiler.
b. Polishing Drum
Berfungsi untuk melepaskan fibre yang masih melekat pada nut setelah proses fiber
cyclone.
c. Nut Silo
d. Nut Silo berfungsi untuk menurunkan pengaruh pectin (sebagai lem pelekat) yang
terdapat diantara cangkang dan inti untuk dipecah didalam alat pemecah (ripple
mill).
e. Ripple Mill
Biji dari Nut silo masuk ke Ripple Mill untuk dipecah sehingga inti terpisah dari
cangkang. Biji yang masuk melalui akan mengalami suatu gaya sentrifugal sehingga
biji keluar dari rotor dan terbanting dengan kuat yang menyebabkan inti menjadi
pecah.
f. Hidro Cyclone

33

Berfungsi untuk memisahkan antara sell dan kernelnya dengan cara sentrifugasi didalam
fortex dan sellnya diangkat ke sell bungker dan kernelnya masuk ke kernel silo.
g. Kernel silo
Kernel silo berfungsi sebagai tempat penggorengan atau pemasakan dan pemanasan
untuk dikeringkan kernelnya dengan suhu 65-70 derajat celcius.
e. Wet Conveyor
Fungsinya adalah untuk mengantarkan kernel yang sudah kering menuju kernel
bunker.
f. Kernel Bunker
Berfungsi sebagai tempat penampungan kernel sebelum dipasarkan.
g. Sell Bungker
Tempat penyimpanan sell sebelum digunakan sebagai bahan bakar boiler atau
dibuang
5.2.

Stasiun Pendukung Proses Pengolahan Kelapa Sawit


Sedangkan proses pengolahan kelapa sawit pada pabrik PT. Perkebunan

Nusantara I Unit PKS Cot Girekterbagi atas beberapa unit stasiun pendukung yaitu
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

Stasiun Boiler (Boiler Station)


Stasiun Kamar Mesin (Engine Room Station)
Stasiun Water Treatment
Stasiun Limbah (Effluent Station)

5.2.1. Stasiun Boiler


Boiler berfungsi untuk menghasilkan uap dengan cara mengkonversikan atau
merubah energi yang berupa fiber dan shell menjadi energi panas dalam ruang bakar
atau dapur pembakaran yang terdapat pada boiler. Energi panas yang dihasilkan,
kemudian ditransfer pada fluida yaitu air umpan boiler, dengan energi panas tersebut
34

air akan berubah menjadi uap air (steam). Uap air yang terbentuk dipakai untuk
menggerakkan turbin uap, turbin ini akan menggerakkan generator yang
menghasilkan listrik untuk menggerakkan mesin-mesin produksi dan aktivitas
pendukung lainnya.
Boiler merupakan suatu alat penukar panas (Heat Exchanger) yang
memfasilitasi perpindahan panas dari bahan bakar ke fluida agar fase yang digunakan
untuk menggerakkan alat-alat mekanis tersebut berubah.Fluida yang digunakan untuk
memanaskan adalah air yang telah dibersihkan dari senyawa-senyawa kimia,
misalnya besi. Apabila zat ini tidak dibersihkan terlebih dahulu dari air, maka akan
merusak pipa-pipa boiler pada saat pemanasan. Kerusakan yang ditimbulkan berupa
pembentukan kerak-kerak pada permukaan dalam pipa-pipa boiler yang digunakan
atau yang disebut dengan Fouling Factor (Faktor Pengotoran). Stasiun Boiler pada
Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot Girekdapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11.Stasiun Boiler PT. Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot Girek.

A. Tujuan penjernihan dan pemurnian air untuk boiler antara lain :

35

1. Menghilangkan zat-zat padatan tidak larut dalam air ( pasir, Lumpur, tanah,
dan sebagainya ), dan zat-zat terlarut terutama garam - garam kalsium dan
magnesium yang dapat mengakibatkan pembentukan kerak- kerak dalam ketel.
2. Untuk menjamin bahwa air yang digunakan akan menghasilkan steam yang
bersih / murni dan tidak merusak ketel.

B. Proses penjernihan dan pemurnian air


Proses penjernihan dan pemurnian air untuk boiler dapat diterangkan secara
garis besar seperti berikut ini:
1. Tangki Pengendapan ( Clarifier )
Air waduk yang akan dijernihkan pertama-tama dialirkan kedalam tangki
pengendapan dan secara bersamaan diinjeksikan larutan soda ash, alum sulfat,
dan larutan floculan ( Polimer / N 8173 ). Adapun tujuan diinjeksikannya
bahan- bahan kimia tersebut adalah :
a. Soda Ash
Guna dari pada soda ash adalah sebagai penyeimbang kadar asam dan basa
(Neutral) pada air yang akan diproses.
b. Alum Sulfat
Kegunaanya

adalah

untuk

mengkondisikan

garam-garam

alkali

(terutama kalsium berkarbonat) yang terkandung didalam air membentuk


endapan berupa gumpalan ( floc ).
c. Floculan / Polimer

36

Kegunaan dari pada floculan adalah untuk mengikat gumpalan ( floc ) yang
telah terbentuk sehingga bentuk dari pada floc floc tersebut bertambah
besar dan bertambah berat yang selanjutnya diharapkan floc floc
tersebut akan lebih cepat mengendap pada dasar tangki, sedangkan air
jernih akan naik secara perlahan lahan kepermukaan dan keluar dari
bagian atas tangki.

5.2.2. Stasiun Kamar Mesin (Engine Room Station)


Kamar Mesin merupakan pembangkit energi listrik yang digunakan di dalam
pabrik untuk mensuplay listrik (power) untuk mesin-mesin pabrik, kantor, maupun
domestic (perumahan). Peralatan yang ada pada kamar mesin diesel genset, Steam
turbin. Mesin utama untuk penghasil energi listrik dalam PKS, PT. Perkebunan
Nusantara I Unit PKS Cot Girek yaitu menggunakan steam turbin, adanya diesel
genset digunakan untuk support steam turbin apabila ada trouble atau masalah.
Stasiun Kamar Mesin pada PT. Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot Girek dilihat
pada Gambar 12.

37

Gambar 12.Stasiun Kamar Mesin pada PT. Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot
Girek.
Sumber pembangkit tenaga listrik yang lazim digunakan ada dua jenis yakni:
1. Turbo Generator (Steam Turbine Generator)
Fungsi dari turbo generator sebagai sumber pembangkit tenaga listrik utama yang
digunakan di pabrik kelapa sawit, dimana alat ini bias bekerja karena adanya
uap dari boiler, Prinsip kerja alat ini adalah mengubah Energi potensial air
menjadi energi mekanik mdan energy mekanik dirubah lagi menjadi listrik.
2. Diesel Genset
Diesel alternator (generator set) merupakan sumber tenaga listrik utama pada saat
turbo alternator tidak beroperasi dan membantu Turbo Generator saat
mengalami kekurangan power.

5.2.3. Stasiun Water Treatment Plant


Water Treatment Plant adalah sebuah sistem yang berfungsi untuk mengolah
air dari kualitas air baku(influent) yang kurang bagus agar mendapatkan kualitas air
pengolahan standart yang diinginkan/ditentukan atau siap untuk di konsumsi. Stasiun
Water Treatment pada PT. Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot Girek, kebutuhan
air untuk pabrik di suplay dari sungai terdekat dari area kebun kemudian di tampung
oleh waduk buatan. Air dalam waduk di pompa dengan menggunakan multistage
pump kapasitas 45 kW ke pabrik melalui proses injeksi kimia dan di endapkan pada
water basin. Air yang terdapat pada water basin kemudian di pompakan melewati
38

penyaringan pada presure sand filter yang di dalamnya terdapat pasir kuarsa menuju
Over Head Water Tank. Air Ini di gunakan untuk Boiler, Kebutuhan Proses Panas dan
dingin, Keperluan Domestik, Washer (bersih-bersih pabrik) dan suplay untuk Fire
Hydrant. Water Treatment Plant pada PT. Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot
Girek dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13.Water Treatment Plant


Proses pengolahan air bertujuan untuk menghasilkan kualitas air yang
baik sebelum digunakan agar memenuhi persyaratan yang ditentukan. Proses
pengolahan air mencakup pengoperasian, penjernihan, penyaringan, pertukaran
ion, proses Demin Plant. Proses pengolahan air menghasilkan air yang akan
digunakan untuk :
1. Air domestik, yaitu air yang digunakan diluar kegiatan pabrik.
2. Air proses, yaitu air yang digunakan untuk kegiatan proses dipabrik dan
laboratorium.
3. Air boiler, yaitu air yang digunakan untuk umpan boiler
39

5.2.4. Stasiun Limbah (Effluent Station)


Pada PT. Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot Girek limbah hasil
pengolahan pabrik ini dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman karena kandungan
nutrientnya cukup tinggi, tidak beracun dan tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar.
Limbah tersebut diproses sampai pada tingkat kolam primary anaerobik dan
selanjutnya akan dipompa ke kebun sawit, sistem ini disebut Sistem Land Aplication.
Proses pengendalian limbah cair pabrik kelapa sawit adalah proses perombakan
secara anaerobik yang berlangsung tanpa membutuhkan oksigen, untuk mendapatkan
senyawa-senyawa limbah menjadi energi dan nutrisi yang sesuai untuk kebutuhan
land application.
Tujuan stasiun limbah secara keseluruhan adalah mendapatkan limbah akhir
yang sesuai dengan kebutuhan land application dan perawatan kolam limbah.
Adapun manfaat dari limbah anaerobik pada PT. Perkebunan Nusantara I Unit PKS
Cot Girek ini yaitu limbah tidak dibuang ke sungai sehingga tidak mencemari sungai,
bisa menjadi pupuk anorganik, memperbaiki pH tanah, meningkatkan kelembaban
tanah, dan memperbaiki struktur tanah.Kolam limbah di PT. Perkebunan Nusantara I
Unit PKS Cot Girek dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Kolam limbah di PT. Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot Girek
40

Limbah ini sebelum dialiri ke kebun harus diawasi terlebih dahulu yaitu
limbah harus lebih dulu diolah dikolam primary anaerobic untuk menurunkan BOD
nya. Kolam anaerobic ada 4 kolam yang kemudian limbah akan ditampung ke kolam
berikutnya sebelum dialiri ke lahan. Dengan adanya pemanfaatan limbah ini, maka
perkebunan tidak perlu lagi membeli pupuk anorganik. Pada PT. Perkebunan
Nusantara-I Unit PKS Cot girek terdapat 7 nomor kolam limbah. Kolam Nomor 1
spesifikasinya: manfaatnya untuk Cooling Fond, PxLxT (41x33x4), Volume (5.412
M3). Kolam Nomor 2 spesifikasinya : manfaatnya untuk Netralizing Fond, PxLxT
(53x18x3), Volume (2.862 M3). Kolam Nomor 4 spesifikasinya : manfaatnya untuk
Aerobik Fond, PxLxT (100x48x3), Volume (14.400 M 3). Untuk nomor tiga dan lima
spesifikasinya tidak ada. Karena papan spesifikasinya sudah rusak. Tetapi kolam
nomor lima manfaatnya untuk sedimentasi, ini adalah tahap terakhir dari kolam
limbah yang ada di PT. Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot Girek Di kolam nomor
lima juga terdapat Farator di tengah kolamnya, ini berfungsi untuk memberikan
udara.
Pabrik kelapa sawit , air limbah bersumber dari 3 pengelohan yaituair buangan
kondesat dari stasiun Sterilizer, air buangan dari stasiun Klarifikasi dan air buangan
dari Claybath atau hydrocyclone. oleh karena adanya perbedaan sifat dari air buangan
stasiun kernel dengan air buangan dari stasiun sterilizer maupun klarifikasi (air yang
banyak mengandung banyak lemak), maka sebaiknya air limbah pabrik kernel
tersebut setelah zat padatnya dikurangi melalui suatu pengendapan (seperti kalsium
pit).
41

Parameter yang dipakai pada air limbah pada PT. Perkebunan Nusantara I
Unit PKS Cot Girek adalah :
a. PH adalah merupakan istilah yang lazim dan dapat dicek secara manual
sehingga parameter tersebut sangat jarang untuk kesalahan,yang mana pH yang
diharapkan kisaran 69, pH tersebut pada level netral dan sudah ada
perombakan karena pH asal dari Pabrik Kelapa Sawit kisaran 45 dan kenapa
pH bisa naik dari 4 menjadi 7 hal itu dikarenakan salah satu faktor aktiftas dan
kehidupan mikro organisme.
b. BOD (biological Oxygen Demand), merupakan jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh organisme untuk menguraikan bahan organic secara biologis
didalam air buangan pada waktu dan suhu tertentu. Lebih banyak bahan
organic, lebih banyak pula oksigen yang diperlukan oleh organisme. Dengan
kata lain lebih banyak bahanbahan organic pada air buangan itu, maka lebih
besar BOD nya.
c. COD(Chemical Oxygen Demand),

merupakan jumlah oksigen yang

dibutuhkan untuk menguraikan bahan organik secara kimiawi.


d. Total Solid(TS), merupakan jumlah seluruh bahan padatan yang terkandung
didalam air limbah yaitu partikel yang sukar larut dan mengendap.
e. Suspended Solid(SS), merupakan jumlah partikel yang tidak larut at
Perlakuan secara biologis yaitu dengan pembiakan bakteri, dengan adanya
perombakan limbah segar oleh bakteri tersebut maka sudah ada perubahanperubahan sifat dari limbah tersebut seperti pH, TS,SS,maupun BOD yang
mana jika dalam pengaplikasian sudah sesuai standart bahkan terjadi seperti
tumpahan limbahpun tidak akan langsung terjadi perubahan yang frontal.

42

Sebelum air buangan pabrik (Raw Effluent)dialirkan pada proses fermentasi,


maka harus melalui tahap sebagai berikut:
1. Air buangan (air limbah) yang berasal dari stasiun rebusan dan klarifikasi
dipompakan ke tanki pemisahan minyak (Sludge Oil Recovery Tank) atau Fat
Fit. Tujuannya adalah pengurangan kadar minyak pada suhu yang masih tinggi.
2. Penurunan suhu limbah dilakukan dengan cara mengalirkan ketangki pendingin
(cooling tower) atau melalui aliran parit yang panjang dan terbuka.
Setelah air limbah pabrik melalui tahap diatas, maka air limbah
selanjutnya dikendalikan dengan fermentasi.Pengendalian air limbah dengan
fermentasi dapat dibagi dalam 2 sistem fermentasi anaerobik dan fermentasi
aerobik. Dan di perkebunan Kelapa Sawit Sistem tersebut pada umumnya di
pakai karena murah dan praktis cuma perlu lahan yang cukup luas.

5.2.5. Tinjauan khusus pada staion perebusan (sterilizer)


Sterilizer adalah sebuah bejana uap yang digunakan untuk merebus buah
kelapa sawit.Pada PT. Perkebunan Nusantara-I Unit PKS Cot Girek. Sebelum proses
ekstraksi minyak, hal yang pertama harus dilakukan adalah merebus buah dalam ketel
rebusan (sterilizers). Sterilisasi adalah proses perebusan buah kelapa sawit dalam
sebuah bejana horizontal disebut dengan sterilizer.
Setelah lori dimasukkan kedalam sterilizer, ada 4 unit sterilizerdi PT.
Perkebunan Nusantara-I Unit PKS Cot Girek yang kapasitas keselurahannya
adalah110.1 ton. Setelahlori diisi TBS dimasukkan ke sterilizer pintunya ditutup rapat
dan dikunci dengan handle, sehingga tidak terbuka saat perebusan terjadi. Proses

43

perebusan dilakukan selama 90 sampai 100 menit, dan sebagai pemanas dipakai uap
bekas dari turbin dengan tekanan 2,8-3 kg/cm.Sterilizer dapat dilihat pada gambar 15
berikut ini:

Gambar 15.Sterilizerpada PT.Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot Girek


Adapun spesifikasi sterilizer adalah sebagai berikut:
1. Pada stasiun rebusan ini terdapat 4 buah sterilizer.
2. Kapasitas rebusan 8 lori, masing masing lori berkapasitas 3,450ton tandan
buah segar (TBS), jadi kapasitas satu sterilizer +27,600 ton, jadi 4 buah
sterilizer dapat menampung 110,1 ton TBS.
3. Dilengkapi dengan valve-valve steam masuk/keluar serta pemipaan dan alat
alat kontrol tekanan (manometer).
Urutan langkah proses perebusan / sterilisasi :

Pembuangan udara dari tabung rebusan dan selah-selah TBS

Exhaust / Pembuangan steam sisa perebusan

Penaikan tekanan

Penahanan tekanan

Pembuangan condensate rebusan.

44

Metode perebusan yang digunakan pada PT. Perkebunan Nusantara-I Unit


PKS Cot Girek adalah sistem tiga puncak (Triple Peak).Adapun prinsip Triple Peak
adalah tiga kali pemasukan uap (uap basah) ke dalam Sterilizer dan tiga kali
pembuangan uap (Blow Up). Tahap perebusan dengan pola Triple Peak adalah tahap
pencapaian puncak I, II dan III, di mana dilakukan tiga kali pemasukan uap dan
pembuangan uap. Jumlah puncak dalam pola perebusan ditunjukkan oleh jumlah
pembukaan dan penutupan dari steam masuk atau steam keluar selama perebusan
berlangsung, yang diatur secara manual.
Sistim perebusan 3 puncak (Triple Peak) yaitu pada puncak pertama Steam
turbin dimasukkan selama 15 menit dengan tekanan naik 1,5 kg/cm dan temperatur
atau suhu 130 C, puncak pertama steam atau uap panas dibuang menjadi 0. Pada
puncak kedua steam dimasukkan lagi selama 15 menit dengan membuka kran steam
masuk dan menutup valvepembuangan blow-downdan blow-up tekanan naik 2,5
kg/cm dan suhunya mencapai 135C, puncak kedua steam atau uap panas di buang
kembali. Dan terakhir puncak ketiga steam dimasukkan lagi selama 5 menit sampai
tekanan naik 3kg/cm atau mencapai puncak dan dipertahankan selama 45 menit,
tujuannya adalah untuk memperbagus perebusan buah. Steam dibuang sampai habis
selama 15 menit dengan tekanan turun 0 bar atau 0 kg/cm.
Pada Sterillizer melalui 3 peak, di mana proses yang terjadi pada setiap peak
adalah sebagai berikut:
a. Puncak Pertama (1 peak) bertujuan untuk :
1. Membuang udara yang teperangkap didalam Sterilizer
2. Mengurangi keaktifan (aktivitas) enzim asam lemak bebas

45

b. Puncak Kedua (2 peak)


1. Mengurangi kadar air dari buah
2. Proses awal Sterilisasi
c. Puncak Ketiga (3 peak)
1. Proses Sterilisasi sempurna
2. Melekangkan antara cangkang dan kernel supaya tidak menyatu dan untuk
memudahkan pemecahan biji.
Alat yang digunakan pada proses perebusan di PT. Perkebunan Nusantara-I Unit PKS Cot
Girekadalah :
a. Alat penarik (capstand), ini adalah alat penarik lori keluar dan masuk
sterilizer. Sebelum capstand dijalankan, bollard harus dalam keadaan bersih
dan kering hal ini untuk menghindarkan tali slip waktu digunakan
b. Jaringan rel (rail track), ini adalah alat untuk rel tempat lori berjalan dari
pintu bay menuju guide bollard, dari guide bollard menuju sterilizer dan dari
sterilizer menuju tippler kemudian menuju pintu bay kembali.
c. Transfer cariage, ini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan antar
rail track.
d. Pengarah lori (guide bollard), ini adalah alat yang digunakan untuk
mengarahkan lori yang berisi TBS dari pintu bay ke arah pintu rebusan yang
digunakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam operasi sterilisasi
Tekanan steam yang sesuai / cukup 3 kg/cm (bar)
Waktu perebusan yang disesuaikan dengan siklus / urutan langkah perebusan /
sterilisasi tersebut
Kehilangan / losses condensate steriliser, tidak boleh melebihi losses to FFB
( 12 % )
Kehilangan / losses condensate diakibatkan oleh:

46

a.

Buah restan di kebun atau di pabrik

b. Waktu perebusan yang berlebihan


c.

Process pembuangan condensate yang tidak sempurna

kematangan panen TBS oleh estate.


Pengeluaran buah matang:

Pastikan tekanan dalam rebusan telah 0 kg/cm2.

Persiapkan lori yang sudah berisi TBS didepan rebusan yang buahnya telah
matang.

Buka pintu rebusan.

Keluarkan lori buah yang telah matang sambil digandeng dengan lori yang
berisi TBS sehingga lori yang berisi TBS berada di dalam rebusan.

Tutup pintu rebusan.

Hasil dan Akibat


Proses perebusan atau sterilisasi buah harus disesuaikan dengan kondisi dan
target-target kualitas buah yang ada. Sebab apabila waktu perebusan yang
digunakan terlalu berlebihan atau kurang, atau waktu perebusan tidak sesuai
dengan kondisi TBS yang ada, maka hasil proses selanjutnya akan tidak sesuai
dengan kualitas dan kuantitas yang ditetapkan.
Hasil dan akibat apabila :
a. Waktu perebusan kurang

47

Fruit lost / losses buah pada janjang kosong tinggi, dari tingginya fruit lost
pada janjang kosong mengakibatkan OER dan KER menjadi turun. Sebab
pada buah yang terbuang bersama janjang kosong kadar minyak dan kernel
jelas masih ada.
Akan terjadi basah pada fiber press dan ini penyebab kehilangan minyak pada
fiber press tinggi dan Hcn pada cracker tinggi pula. Dari tingginya half crack
nut pada cracker akan mengakibatkan tingginya angka kehilangan kernel pada
shell basah ( cly bath ). Sedangkan dari basahnya fiber, polishing drum akan
sering mengalami tumpah bahkan sumbat dan terjadilah stoppages atau stop.
Dari seringnya stoppages itu jelas throughput pabrik akan turun. Masalah lain
dari basahnya fiber adalah pembakaran pada boiler akan mengalami kesulitan
dan lama - kelamaan pressure drop. Dari dropnya pressure tersebut, untuk
sickle perebusan selanjutnya pada sterilizer akan mengalami masalah dengan
tekanan steam untuk masak buah selanjutnya.
Masalah lain yang diakibatkan dari kurangnya waktu perebusan yang
mengakibatkan buah kurang masak, pada process pengepresan buah mentah /
kurang masak akibat perebusan, nut yang dihasilkan tidak bersih dari
mesocarp / daging buah. Masalah ini berdampak pada air kalsium cly bath di
nut plant akan cepat mengalami kejenuhan dikarenakan tingginya kadar
minyak yang ada pada nut. Dan akibat selanjutnya kernel losses pada cly bath
shell dan kadar kotoran pada kernel menjadi tinggi. Dari kotornya nut, feeder

48

nut cracker akan sering mengalami sumbat dan lama kelamaan nut silo
manjadi full dan akibat selanjutnya process stop.
Thresher Trip
Dari kurangnya waktu perebusan akan dihasilkan banyaknya buah yang
kurang masak, pada thresher akan mengalami masalah antara lain adalah dari
beratnya buah mentah yang dibanting-banting oleh thresher maka thresher itu
sendiri akan mengalami jebol, plug timah ( fluid coupling ) bocor sehingga
thresher akan trip.
Proses pemisahan minyak dengan sludge akan mengalami masalah. Dari
mentahnya buah yang dihasilkan oleh perebusan yang selanjutnya di process
oleh press kan menghasilkan minyak kasar atau oil crude dengan kandungan
air sedikit ( kadar air pada buah sudah banyak terbuang pada saat proses
perebusan ) sehingga sludge yang masuk pada CS.Tank kental. Selanjutnya
process underflow pada CS.Tank akan mengalami kelambatan karena
kentalnya sludge dan lama-kelamaan CS.Tank akan full dan kemungkinan
yang paling buruk karena kentalnya sludge process pemisahan minyak
Lumpur pada CS.Tank akan kesulitan sehingga lama kelamaan level minyak
tipis dan level sludge makin naik dan selanjutnya sludge masuk dalam oil
tank/tanki minyak sehingga kotoran pada minyak menjadi tinggi. Dari makin
naiknya level sludge pada CS.Tank, maka CS.Tank akan mengalami tumpah.
b. Waktu perebusan berlebihan
Kehilangan minyak pada sterilizer condensate tinggi.

49

Tankosakan hancur dan mengakibatkan corong umpan ke presing sumbat.


Persen kehilangan minyak pada empty bunch tinggi.
Dari lamanya waktu perebusan atau waktu perebusan yang berlebihan maka
buah masak dari sterilizer akan menglami keterlambatan, selanjutnya tipper
akan stop beroperasi karena harus menunggu buah dari sterilizer, bahkan
mungkin press pun ikut stop. Jelas dari masalah itu akan terjadi
stoppages/waktu stop process dan dari stoppages yang terjadi throughput pun
akan turun.
Supply steam dari turbine jelas bertambah dan ini jelas tidak effisien, karena dari
setiap M3 air yang diolah untuk menghasilkan steam memerlukan bahan kimia
dan biaya lain untuk process penjernihan air tersebut. Bila semakin banyak M 3 air
yang diperlukan untuk menghasilkan steam yang digunakan oleh sterilizer dengan
waktu yang berlebihan jelas biaya untuk itu semakin tinggi dibandingkan dengan
waktu perebusan yang tepat / tidak berlebihan.
Sterilizer adalah merupakan suatu bejana uap bertekanan yang bekerja dengan
tingkat resiko yang tinggi. Oleh karena itu sterilizer dan unit pendukungnya harus
diperiksa sebelum dioperasikan.
Hal hal yang perlu diperiksa antara lain:
1. Packing Pintu
Kerusakan pada packing pintu biasanya timbul pada bagian bawah, hal ini
disebabkan adanya genangan Air Condensate. Untuk itu kebocoran Packing Pintu
terutama pada bagian bawah harus benar-benar diperiksa.

50

2. Manometer / Alat Pengukur Tekanan


Manometer yang terdapat pada bagian atas pintu muka/belakang harus
Penyaring condensate yang terdapat pada lantai dalam Sterilizer haruss diperiksa
apakah ada brondolan yang sangkut/janjangan yang sangkut, sebab jika hal ini
diabaikan

dapat

menghambat

pengeluaran

air

condensate

pada

saat

pengoperasian, dan genangan air condensate ini akan mempercepat rusaknya


packing pintu.
diperiksa apakah masih berfungsi atau tidak, sebab Manometer adalah sebagai
alat indikator bagi Operator untuk menentukan apakah tekanan dalam Sterilizer
masih ada atau tidak. Seluruh Valve , seperti Valve inlet,Valve Condensate harus
diperiksa apakah berfungsi atau tidak. Untuk yang menggunakan Valve
Automatic pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan compressor, sedang
untuk yang menggunakan sistem manual pemeriksaan dilakukan dengan
memutar Valve dengan tangan.
3. Strainer / Plate Penyaring Condensate
4. Katup Pengaman
Periksa mekanisme dari katup pengaman (Safety Valve) apakah sudah
berfungsi baik.
5. Centilever (Jembatan untuk masuk lorry rebusan)
Periksa apakah cantilever dalam keadaan baik atau tidak, hal ini harus benarbenar diperhatikan agar lorry yang masuk/keluar dari sterilizer tidak jatuh atau
jadi lambat.

51

BAB VI.PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat saya ambil dari hasil praktek lapang di PT.
Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot Girekadalah
1. Perebusan (Sterilizer) adalah sebuah bejana uap yang digunakan untuk
merebus TBS.
2. Pada 1 unit sterilizer dapat menampung 8 unit lori dimana 1 unit lori dapat
menampung 3450 kg TBS.
3. Tahap perebusan yang digunakan dengan pola Triple Peak adalah tahap
pencapaian puncak I, II dan III, di mana dilakukan tiga kali pemasukan uap
dan pembuangan uap.
4. Tekanan minimum yang diizinkan pada perebusan 2,8 kg/cm dan tekanan
maksimumnya ialah 3 kg/cm. Temperatur yang digunakan berkisar antara
130 - 135C .waktu yang digunakan untuk prebusan yaitu 90-100 menit. Agar
tidak terjadi losis yang besar.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat saya ambil dari hasil praktek lapang di
PT.Perkebunan Nusantara I Unit PKS Cot Girekadalah :
1. Keadaan dari setiap mesin-mesin harap lebih diperhatikan, kondisi mesin
yang dipakai akan berpengaruh terhadap produkvitas dan kualitas.
52

2. Jalan disekitar kantor dan pabrik harus diaspal untuk mengurangi debu yang
dapat menyebabkan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, P. 2008. Kaya dengan Bertani Kelapa Sawit. Pustaka Baru Press, Yogyakarta.
Fauzi, Y., Y.E. Widyastuti, I. Satyawibawa dan R.H. Paeru. 2012. Kelapa Sawit.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Hidayah I. 2001.Produksi Bahan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di
Balai Penelitian Marihat Sumatera Utara.Skripsi. Jurusan Budi Daya
Pertanian, Fakultas Pertanian IPB.
Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jaqcuin) di Indonesia. Pusat
Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Marihat Ulu. 435 hal.
Muchtadi, T. R., Sugiono dan F. Ayustaningwarno. 2013. Ilmu pengetahuan Bahan
Pangan. Penerbit Alfabeta, Bandung.
Pahan, I. 2013. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.
Pardamean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa
Sawit. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Siregar, I. 1991. Teknologi Pengolahan. Sarana Empat Nusa Indah, Pengantar
Siantar.
Sukarno. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. PT.
Agromedia Pustaka, Jakarta.

53

Suwarto dan Y. Octavianty. 2010. Budidaya Tanaman Perkebunan Unggulan. Penebar


Swadaya, Jakarta.

54

Anda mungkin juga menyukai