DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD ZAKI MUBARAQ
No.Mhs. 13/15975/TP- STIK WILMAR - BIODIESEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa,
Kalimantan, dan Sulawesi. (Wikipedia, 2016). Berdasarkan laporan
Kompasiana. com tahun 2015, Saat ini Indonesia merupakan produsen
Crude palm oil (CPO) terbesar di dunia. Pada 2012, luas lahan perkebunan
diperkirakan sebesar 9 juta hektar, dengan produksi CPO 24 juta ton per
tahun, dengan komposisi 5 juta ton dikonsumsi di dalam negeri, sementara
80% sisanya di ekspor.
Perusahaan-perusahaan sawit di Indonesia berencana untuk
melakukan investasi-investasi besar untuk meningkatkan kapasitas
penyulingan minyak sawit (Downstream Industry), salah satunya pabrik
Refinery and Fractionation minyak kelapa sawit . Hal ini sesuai dengan
ambisi Pemerintah untuk mendapatkan lebih banyak penghasilan dari
sumber daya dalam negeri. Untuk meningkatkan perkembangan di industri
hilir, pajak ekspor untuk produk minyak sawit yang telah disuling telah
dipotong dalam beberapa tahun belakangan ini dan menjadi 0 % sejak
Oktober 2014. (Indonesia Investment, 2016)
Dalam industri penyulingan minyak sawit mentah (CPO), ada dua
tahapan utama, yaitu proses Refinery (pemurnian), yaitu menghilangkan hal
hal yang tidak diinginkan didalam minyak, dan dihasilkan produk Refined
Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). Tahapan kedua adalah fraksinasi.
Menurut Hernawati (2012 : 2), Fraksinasi merupakan proses pemisahkan
antara fraksi padat dan fraksi cair berdasarkan perbedaan titik beku kedua
fraksi minyak tersebut. Karena karotenoid mudah mengalami kerusakan
akibat suhu tinggi, kerusakan karotenoid perlu dikurangi melalui proses
fraksinasi tanpa perlakuan panas. Untuk itu dilakukan fraksinasi pada suhu
rendah dengan bantuan pelarut organik. Fraksinasi pada suhu rendah
dilakukan berdasarkan perbedaan titik leleh dan kelarutan komponen lemak
yang akan dipisahkan. Proses ini dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap
pertama proses kristalisasi dengan cara mengatur suhu dan tahap kedua
yaitu pemisahan fraksi cair dan padat (Hamilton dalam Hernawati, 2012).
Hotshock adalah salah satu tahapan dalam proses fraksinasi yang
bertujuan untuk mencairkan kristal kristal di dalam RBD Olein yang
masih terikut setelah proses filtrasi dengan cara dipanaskan secara kejut
menggunakan steam 3 barg melalui Heat Exchanger dan memanaskan RBD
Olein 60C 70C, lalu didinginkan kembali oleh RBD Olein yang akan
dipanaskan sehingga suhunya menjadi 35C - 40C. Pada instalasi hotshock
ini belum ada kajian mendalam dan terukur secara pasti pada suhu berapa
RBD Olein harus dipanaskan dan didinginkan untuk mendapatkan stabilitas
RBD Olein yang baik dan tahan lama terhadap suhu dingin, karena stabilitas
RBD Olein dapat diukur dari seberapa tahan minyak tersebut terhadap suhu
dingin pada ruangan, terutama ketika dipasarkan di supermarket dan toko
toko yang memiliki suhu ruangan yang cukup rendah.
Maka dari itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut suhu pemanasan
dan pendinginan yang optimal untuk mendapatkan stabilitas RBD Olein
yang baik dan tahan suhu rendah dengan pemakaian steam produksi yang
optimal pula.
1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang dihadapi adalah stabilitas RBD Olein yang tidak
konstan dan terkadang outspec dan produk menjadi tidak stabil dan cepat
berkabut (cloudy) dan menjadi minyak tidur. Solusi alternatif adalah dengan
menggunakan instalasi hotshock, namun jika diamati harus ada kondisi
proses yang optimal untuk proses hotshock ini.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menentukan temperatur pemanasan RBD Olein yang optimal untuk
mencairkan kandungan kristal pada RBD Olein yang masih terikut.
2. Menentukan temperatur pendinginan yang optimal untuk menjaga
kualitas produk.
3. Melakukan penghematan konsumsi steam pada instalasi hotshock.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Teh
Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L) O. Kuntze) termasuk kedalam
familia Theaceae, Kelas Dicotyledone dan Genus Camelia (Eden, 1965).
Tanmana ini memiliki sekitar 82 spesies, terutama tersebar di kawasan Asia
Tenggara pada garis lintang 300 sebelah utara maupun selatan khatulistiwa.
Tanaman ini berasal dari daerah sub tropis tepatnya di pegunungan Assam
sampai Burma ujung sebelah Barat, melalui China di ujung sebelah timur.
Secara komersial tanaman teh dipasarkan di Georgia dan pertama kali
masuk ke Indonesia pada tahun 1984 berupa biji teh dari Jepang yang
ditanam sebagai tanaman hias (Qibtiyah, 2009).
Jenis tanaman teh berdasarkan botaninya dibedakan atas jenis teh
Sinensis dan jenis Assamica. Teh Sinensis memiliki tinggi 3-9 meter, dengan
pertumbuhan yang lambat, jarak antar cabang dengan tanah amat dekat, dan
memiliki hasil produksi yang tidak banyak tetapi memiliki kualitas yang
baik. Teh Assamica memiliki tinggi 19-20 meter, pertumbuhan lebih cepat,
cabang agak jauh dari permukaan tanah, ukuran daunnya lebih lebar,
panjang ujungnya runcing. Teh jenis ini memiliki produktivitas yang tinggi
dan kualitas yang baik. Selain kedua jenis teh di atas terdapat pula jenis
Cambodia atau teh Kamboja yakni jenis hibrida dari persilangan antara
kedua jenis sebelumnya (Adisewojo, 1982)
2.2. Pemetikan Teh
Pemetikan teh adalah kegiatan yang sangat penting dalam budidaya
tanaman teh karena kegiatan ini bertujuan untuk menjaga agar produksi teh
tetap tinggi dan tanaman tidak rusak. Pemetikan merupakan cara
pengambilan hasil berupa pucuk daun segar yang dilakukan secara teratur
dan terus menerus yang bertujuan untuk memungut hasil berupa daun yang
masih muda dan tunas yang sesuai dengan persyaratan dalam pengolahan
teh. Teknik pemetikan yang efektif dan efisien sangat menentukan maksimal
atau tidaknya produksi. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha untuk
1. Petikan halus, pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk
burung (b) dengan daun muda (m), rumus p+1 atau b+1.
2. Petikan medium, pucuk peko dengan dua atau tiga muda, serta
pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun muda (p+2, p+3,
b+1m, b+2m, b+3m).
3. Petikan kasar, pucuk peko dengan empat daun dan pucuk burung
dengan beberapa daun tua (t) ((p+4 atau lebih b+(1+4t)
2.3. Tenaga Kerja dan Alat Pemetik Teh
Menurut Sandeep (2010) permasalahan yang dihadapi perkebunan teh
adalah kekurangan tenaga kerja pemetik dan peningkatan upah membuat
manajemen berfikir untuk beralih kepada metode alternatif daun teh yaitu
mekanisasi panen teh. Sedangkan menurut Herawati, dan Nurawan (2009)
Kelangkaan tenaga pemetik pada saat panen, masih menjadi suatu kendala
di tingkat perkebunan teh rakyat. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu
alternatif cara yaitu dengan meningkatkan produktivitas melalui pemetikan
mekanis. Pemetikan mekanis menggunakan gunting atau mesin petik
disamping dapat mengatasi kelangkaan kerja, dapat juga meningkatkan
produksi pucuk jika dibandingkan secar manual dengan menggunakan
tangan.
Menurut Sukasman (1994) dari berbagai tindakan kultur teknis
tanaman teh, pemetikan memiliki kontribusi sebesar 70% terhadap
pencapaian produksi. Dengan memperhatikan peran pemetikan untuk
pencapaian produksi, tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan tenaga pemerik di atas adalah: (a) Optimasi produksi tanaman
dan (b) Mekanisasi pemetikan. Optimasi produksi disamping dilakukan
dengan penerapan sistem petikan yang tepat, juga dilakukan penerapan
interval petik yang tepat berdasarkan pengukuran Leaf expantion time
(Satyanarayana, 1995).
Mekanisasi pemetikan dengan gunting (semi mekanis) merupakan
alternatif yang apabila dilakukan dengan benar dapan meningkatkan
produktivitas kerja (prestasi) pemetik, yang pada gilirannya untuk mengatasi
kelangkaan tenaga pemetik (Sukasman, 1998). Selain untuk mendapatkan
hasil yang optimal, penggunaan alat petik berupa mesin dan gunting harus
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Wilmar Cahaya Indonesia, Pontianak
dari tanggal 5 Juli 20 September 2016.
3.2. Alat dan Bahan
1.
Alat
:
a. Termometer
b. Stopwatch
c. Pemanas Elektrik
d. Bak air dingin (suhu air 5C)
e. Gelas Ukur
f. Neraca / Timbangan
g. Pemanas Hot Plate
h. Pengaduk
i. Instalasi Hotshock Fraksinasi Plant
j. Alat alat lain yang membantu penelitian.
2. Bahan :
a. Refined Bleached Deodorized Olein (RBDO) output Filter Press
b. Air dingin
Identifikasi Masalah
Hipotesis
Tinjauan Pustaka
Percobaan Laboratorium
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Pemanasan 100 ml sampel dengan
variasi suhu 55C sampai 80C.
3. Pendinginan 100 ml sampel dengan
variasi suhu 34C sampai 42C.
4. Olah data uji laboratorium.
Analisis Data
YES
Kesimpulan
NO
Tahap Penelitian
Penelitian dilakukan berdasarkan faktor-faktor permasalahan
6.
Suhu Pemanasan
o
1
(langkah 3)
55C
2
60C
3
65C
4
70C
5
75C
6
80C
7.
8.
36C
38C
40C
42C
34C
36C
38C
40C
42C
34C
36C
38C
40C
42C
34C
36C
38C
40C
42C
Analisis Data
Jenis data yang diambil dan metode analisis data:
1. Data:
a. Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dengan
percobaan langsung saat melaksanakan penelitian, maka
data yang didapat pada saat penelitian baik dari lab
maupun aplikasi ke plant.
b. Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari
rekaman data laporan harian konsumsi steam hotshock,
suhu output proses hotshock dan nilai CP (cloud Point).
DAFTAR PUSTAKA
Adisewojo RS, 1965. Bercocok Tanam Teh. Sumur Bandung; Bandung.
Aribawa N.G, 2011. Aspek Metodelogi dalam Ergonomi. ISI; Denpasar.
Bridger. R.S, 1982. Introduction to Ergonomic. McGlaw-Hill. Inc; Singapore.
Riyanto dan Rosyadi, 2002. Pengaruh Pemetikan Gunting terhadap kebutuhan tenaga
kerja, produktifitas dan efisiensi biaya di perkebunan rakyat. LHP Tahun
Anggran 2002 PPTK Gambung; Bandung.
Setyamidjaja, 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius;Yogyakarta
Setyanarayana N, 1995. Techno Commercial Aspect of shear harvesting in tea. The
Planters Cronicle.
Sinaga, Paskaria, 2005. Pengaruh perbaikan keranjang pemetik teh terhadap keluhan
Musculosketal di Perkebunan teh medini kecamatan limbangan
Kabupaten Kendal. Undip; Semarang.
Sukasman, 1998. Pemetikan Teh dengan Gunting di Perkebunan Teh. Seminar Internal
Puslit Teh dan Kina; Gambung.
Tarwaka, Solichul A, Lilik S Bahri, 2010. Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan
kerja dan produktivitas. Uniba Press; Solo.
Wargadipura. R, 1995. Pengaruh Pemetikan dengan alat terhadap pertumbuhan dan
hasil tanam teh (Camellia Sinensi (L) O. Kuntze). Laporan Hasil
Penelitian Litbang Teknik Produksi dan Pascapanen Teh dan Kina Tahun
Anggaran1994-1995. Puslitbang Teh dan Kina Gambung; Bandung
(Unpublised)
: ...................Tahun
Berikan Jawaban mengenai keluhan atau sakit yang anda rasakan sebelum melakukan pekerjaan
tanda pada kolom yang tersedia.
NO
JENIS KELUHAN
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
TIDAK
SAKIT
TINGKAT KELUHAN
AGAK
SAKIT
SAKIT
SANGAT
SAKIT
: ...................Tahun
Berikan Jawaban mengenai keluhan atau sakit yang anda rasakan setelah melakukan pekerjaan tanda
pada kolom yang tersedia.
NO
JENIS KELUHAN
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
TIDAK
SAKIT
TINGKAT KELUHAN
AGAK
SAKIT
SAKIT
SANGAT
SAKIT