Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN

PENENTUAN TEMPERATUR OPTIMAL PROSES


HOTSHOCK UNTUK MENINGKATKAN STABILITAS
REFINED BLEACHED DEODORIZED OLEIN (RBD
OLEIN)

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD ZAKI MUBARAQ
No.Mhs. 13/15975/TP- STIK WILMAR - BIODIESEL

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa,
Kalimantan, dan Sulawesi. (Wikipedia, 2016). Berdasarkan laporan
Kompasiana. com tahun 2015, Saat ini Indonesia merupakan produsen
Crude palm oil (CPO) terbesar di dunia. Pada 2012, luas lahan perkebunan
diperkirakan sebesar 9 juta hektar, dengan produksi CPO 24 juta ton per
tahun, dengan komposisi 5 juta ton dikonsumsi di dalam negeri, sementara
80% sisanya di ekspor.
Perusahaan-perusahaan sawit di Indonesia berencana untuk
melakukan investasi-investasi besar untuk meningkatkan kapasitas
penyulingan minyak sawit (Downstream Industry), salah satunya pabrik
Refinery and Fractionation minyak kelapa sawit . Hal ini sesuai dengan
ambisi Pemerintah untuk mendapatkan lebih banyak penghasilan dari
sumber daya dalam negeri. Untuk meningkatkan perkembangan di industri
hilir, pajak ekspor untuk produk minyak sawit yang telah disuling telah
dipotong dalam beberapa tahun belakangan ini dan menjadi 0 % sejak
Oktober 2014. (Indonesia Investment, 2016)
Dalam industri penyulingan minyak sawit mentah (CPO), ada dua
tahapan utama, yaitu proses Refinery (pemurnian), yaitu menghilangkan hal
hal yang tidak diinginkan didalam minyak, dan dihasilkan produk Refined
Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). Tahapan kedua adalah fraksinasi.
Menurut Hernawati (2012 : 2), Fraksinasi merupakan proses pemisahkan
antara fraksi padat dan fraksi cair berdasarkan perbedaan titik beku kedua
fraksi minyak tersebut. Karena karotenoid mudah mengalami kerusakan
akibat suhu tinggi, kerusakan karotenoid perlu dikurangi melalui proses
fraksinasi tanpa perlakuan panas. Untuk itu dilakukan fraksinasi pada suhu
rendah dengan bantuan pelarut organik. Fraksinasi pada suhu rendah
dilakukan berdasarkan perbedaan titik leleh dan kelarutan komponen lemak

yang akan dipisahkan. Proses ini dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap
pertama proses kristalisasi dengan cara mengatur suhu dan tahap kedua
yaitu pemisahan fraksi cair dan padat (Hamilton dalam Hernawati, 2012).
Hotshock adalah salah satu tahapan dalam proses fraksinasi yang
bertujuan untuk mencairkan kristal kristal di dalam RBD Olein yang
masih terikut setelah proses filtrasi dengan cara dipanaskan secara kejut
menggunakan steam 3 barg melalui Heat Exchanger dan memanaskan RBD
Olein 60C 70C, lalu didinginkan kembali oleh RBD Olein yang akan
dipanaskan sehingga suhunya menjadi 35C - 40C. Pada instalasi hotshock
ini belum ada kajian mendalam dan terukur secara pasti pada suhu berapa
RBD Olein harus dipanaskan dan didinginkan untuk mendapatkan stabilitas
RBD Olein yang baik dan tahan lama terhadap suhu dingin, karena stabilitas
RBD Olein dapat diukur dari seberapa tahan minyak tersebut terhadap suhu
dingin pada ruangan, terutama ketika dipasarkan di supermarket dan toko
toko yang memiliki suhu ruangan yang cukup rendah.
Maka dari itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut suhu pemanasan
dan pendinginan yang optimal untuk mendapatkan stabilitas RBD Olein
yang baik dan tahan suhu rendah dengan pemakaian steam produksi yang
optimal pula.
1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang dihadapi adalah stabilitas RBD Olein yang tidak
konstan dan terkadang outspec dan produk menjadi tidak stabil dan cepat
berkabut (cloudy) dan menjadi minyak tidur. Solusi alternatif adalah dengan
menggunakan instalasi hotshock, namun jika diamati harus ada kondisi
proses yang optimal untuk proses hotshock ini.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menentukan temperatur pemanasan RBD Olein yang optimal untuk
mencairkan kandungan kristal pada RBD Olein yang masih terikut.
2. Menentukan temperatur pendinginan yang optimal untuk menjaga
kualitas produk.
3. Melakukan penghematan konsumsi steam pada instalasi hotshock.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini yaitu dapat menentukan kondisi proses
hotshock yang optimal sehingga di dapatkan kualitas produk yang baik dan
proses yang efisien.
1.5. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi tentang temperatur optimal proses dan
penghematan konsumsi steam.
1.6. Hipotesis
1. Temperatur proses hotshock yang optimal akan meningkatkan stabilitas
RBD Olein.
2. Temperatur proses hotshock yang optima juga akan menurunkan
konsumsi steam pada HE yang digunakan .

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Teh
Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L) O. Kuntze) termasuk kedalam
familia Theaceae, Kelas Dicotyledone dan Genus Camelia (Eden, 1965).
Tanmana ini memiliki sekitar 82 spesies, terutama tersebar di kawasan Asia
Tenggara pada garis lintang 300 sebelah utara maupun selatan khatulistiwa.
Tanaman ini berasal dari daerah sub tropis tepatnya di pegunungan Assam
sampai Burma ujung sebelah Barat, melalui China di ujung sebelah timur.
Secara komersial tanaman teh dipasarkan di Georgia dan pertama kali
masuk ke Indonesia pada tahun 1984 berupa biji teh dari Jepang yang
ditanam sebagai tanaman hias (Qibtiyah, 2009).
Jenis tanaman teh berdasarkan botaninya dibedakan atas jenis teh
Sinensis dan jenis Assamica. Teh Sinensis memiliki tinggi 3-9 meter, dengan
pertumbuhan yang lambat, jarak antar cabang dengan tanah amat dekat, dan
memiliki hasil produksi yang tidak banyak tetapi memiliki kualitas yang
baik. Teh Assamica memiliki tinggi 19-20 meter, pertumbuhan lebih cepat,
cabang agak jauh dari permukaan tanah, ukuran daunnya lebih lebar,
panjang ujungnya runcing. Teh jenis ini memiliki produktivitas yang tinggi
dan kualitas yang baik. Selain kedua jenis teh di atas terdapat pula jenis
Cambodia atau teh Kamboja yakni jenis hibrida dari persilangan antara
kedua jenis sebelumnya (Adisewojo, 1982)
2.2. Pemetikan Teh
Pemetikan teh adalah kegiatan yang sangat penting dalam budidaya
tanaman teh karena kegiatan ini bertujuan untuk menjaga agar produksi teh
tetap tinggi dan tanaman tidak rusak. Pemetikan merupakan cara
pengambilan hasil berupa pucuk daun segar yang dilakukan secara teratur
dan terus menerus yang bertujuan untuk memungut hasil berupa daun yang
masih muda dan tunas yang sesuai dengan persyaratan dalam pengolahan
teh. Teknik pemetikan yang efektif dan efisien sangat menentukan maksimal
atau tidaknya produksi. Pemetikan berfungsi pula sebagai usaha untuk

membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara


berkesinambungan (Setyamidjaja, 2000)
Menurut Adisewojo (1982), petikan hasil teh di Indonesia lazimnya
dikerjakan dengan meninggalkan daun kepel dan satu helai daun diatasnya.
Petikan dibagi menjadi tiga jenis yakni pemetikan jendangan, pemetikan
produksi, dan pemetikan gendesan. Pemetikan jendangan merupakan
pemetikan tahap awal setelah tanaman dipangkas dengan tujuan untuk
membentuk bidang petik. Pemetikan produksi bertujuan untuk memperoleh
pucuk untuk pengolahan yang dilakukan setelah tiga sampai empat kali
petikan jendangan. Sedangkan pemetikan gendesan adalah pemetikan pucuk
daun teh yang sampai pada daun kepel beberapa bulan sebelum tanaman
dipangkas.

Gambar 1: ibu pemetik teh disebuah perkebunan teh


Pusat Penelitian Teh dan Kina (1997) menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan gilir adalah jangka waktu antara pemetikan satu dengan
pemetikan berikutnya dihitung berdasarkan hari. Menurut Qibtiyah (2009)
jumlah hari tanaman per blok yang tidak dipetik diantara dua petikan
disebut siklus petik. Siklus petik merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi mutu pucuk yang didapat dan potensi kualitas hasil panen.
Sedangkan menurut Setyamidjaja (2000) hanca petik atau areal petik adalah
luas areal yang harus selesai dipetik dalam waktu satu hari.
Maksud dari jenis petikan yaitu macam pucuk yang dihasilkan dari
pelaksanaan pemetikan. Berdasarkan jumlah helaian daun, jenis petikan
terdiri atas beberapa kategori yaitu:

1. Petikan halus, pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk
burung (b) dengan daun muda (m), rumus p+1 atau b+1.
2. Petikan medium, pucuk peko dengan dua atau tiga muda, serta
pucuk burung dengan satu, dua, atau tiga daun muda (p+2, p+3,
b+1m, b+2m, b+3m).
3. Petikan kasar, pucuk peko dengan empat daun dan pucuk burung
dengan beberapa daun tua (t) ((p+4 atau lebih b+(1+4t)
2.3. Tenaga Kerja dan Alat Pemetik Teh
Menurut Sandeep (2010) permasalahan yang dihadapi perkebunan teh
adalah kekurangan tenaga kerja pemetik dan peningkatan upah membuat
manajemen berfikir untuk beralih kepada metode alternatif daun teh yaitu
mekanisasi panen teh. Sedangkan menurut Herawati, dan Nurawan (2009)
Kelangkaan tenaga pemetik pada saat panen, masih menjadi suatu kendala
di tingkat perkebunan teh rakyat. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu
alternatif cara yaitu dengan meningkatkan produktivitas melalui pemetikan
mekanis. Pemetikan mekanis menggunakan gunting atau mesin petik
disamping dapat mengatasi kelangkaan kerja, dapat juga meningkatkan
produksi pucuk jika dibandingkan secar manual dengan menggunakan
tangan.
Menurut Sukasman (1994) dari berbagai tindakan kultur teknis
tanaman teh, pemetikan memiliki kontribusi sebesar 70% terhadap
pencapaian produksi. Dengan memperhatikan peran pemetikan untuk
pencapaian produksi, tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
permasalahan tenaga pemerik di atas adalah: (a) Optimasi produksi tanaman
dan (b) Mekanisasi pemetikan. Optimasi produksi disamping dilakukan
dengan penerapan sistem petikan yang tepat, juga dilakukan penerapan
interval petik yang tepat berdasarkan pengukuran Leaf expantion time
(Satyanarayana, 1995).
Mekanisasi pemetikan dengan gunting (semi mekanis) merupakan
alternatif yang apabila dilakukan dengan benar dapan meningkatkan
produktivitas kerja (prestasi) pemetik, yang pada gilirannya untuk mengatasi
kelangkaan tenaga pemetik (Sukasman, 1998). Selain untuk mendapatkan
hasil yang optimal, penggunaan alat petik berupa mesin dan gunting harus

didukung dengan kondisi tanaman yang baik pula (Wargadipura, 1995).


Secara teknis mekanisasi pemetikan dengan mesin maupun gunting
merupakan petikan berat yang perlu persyaratan untuk menjaga
pertumbuhan pucuk yang meliputi: (a) kapasitas petik dan analisa, (b)
pertumbuhan pucuk dan (c) agroklimat (Riyanto dan Rosyadi, 2002).

Gambar 2: Gunting Petik Teh yang belum dimodifikasi


Menurut Rahmiati dan Salim (1998) gunting pada sistem petikan
bersih (black plucking) harus diimbangi dengan pengolahan tanah melalui
pemupukan berimbang guna meningkatkan pertumbuhan dan produksi
tanaman. Pengkajian penggunaan gunting petik pada komoditas teh
bertujuan untuk mengatasi kelangkaan tenaga pemetik pada saat panen, juga
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pucuk teh yang dihasilkan.
Bekerja sebagai pemetik teh memerlukan alat bantu berupa keranjang
pemetik teh. Keranjang ini digunakan sebagai tempat pengumpulan
daun/pucuk teh sebelum dikumpulkan di tempat pengumpulan sementara.
Permasalahannya adalah bahwa alat kerja seringkali kurang mendapat
perhatian, sehingga alat kerja yang digunakan seadanya saja. Pada akhirnya
akan menimbulkan gangguan pada pekerja pada saat melakukan
pekerjaannya dan akan berpengaruh tingkat produktivitas (Sinaga, 2005).
2.4. Ergonomika
2.4.1 Definisi Ergonomi

Kata ergonomi berasal dari bahasa yunani yaitu ergon (kerja)


dan nomos (peraturan, hukum) dan dapat didefinisikan secara anatomi,
fisiologi, psikologi, engineering manajemen, dan desain/perancangan.
Ergonomika berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan,
keselamatan, dan kenyamanan manusia ditempat kerja, di rumah, di
tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem
dimana diantara manusia, fasilitas kerja, dan lingkungan kerja dapat
saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyelesaikan suasana
kerja dengan manusianya. Menurut Bridger (1995), ergonomi adalah
ilmu yang mempelajari interaksi manusia, mesin, dan lingkungan yang
bertujuan untuk menyesuaikan pekerjaan dengan manusia.
Pada dasarnya ergonomika memiliki tujuan penting yaitu untuk
menaikan efektifitas dan efisiensi pekerjaan, serta aktivitas lain yang
dilakukan, termasuk menaikan kemampuan pengguna, mengurangi
kesalahan, dan meningkatkan produktifitas. Kemudian ergonomika
bertujuan juga untuk menaikan keinginan tertentu manusia, seperti
keselamatan, kenyamanan, penerimaan pengguna, kepuasan kerja, dan
kualitas kehidupan, sama halnya dengan mengurangi kelelahan dan
stress. Aplikasi ergonomika digunakan untuk menambah kenyamanan
dan mengurangi kelelahan, salah satu aspek ergonomi yang dipakai
untuk memodifikasi alat adalah dari segi beban kerja dan gejala
musculoskeletal.
2.4.2 Beban Kerja
Melakukan pekerjaan perlu memperhatikan aplikasi tenaga otot
dengan benar agar diperoleh daya otot yang optimal. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, seperti umur, jenis kelamin, kondisi
kesehatan fisik dan kemampuan tubuh untuk menyesuaikan dengan
lingkungan. Salah satu untuk mengetahui beban kerja adalah
pengukuran denyut nadi, denyut nadi merupakan respon fisiologis
yang dapat dihitung secara praktis saat ingin mengetahui beban kerja
seseorang, karena untuk mengetahui jumlah denyut nadi per menit

cukup dilakukan dengan meraba pada radialis dengan teknik palpasi


dengan rumus sebagai berikut:
Denyut
10 Denyut
DN (
)=
x 60......................(1)
Menit
Waktu perhitungan
Selain menggunakan metode palpasi denyut nadi dapat diukur
dengan alat yang di sebut pulsemonitor. Denyut nadi dapat digunakan
untuk memprediksi atau sebagai indikator penilaian beban kerja
seseorang, yaitu dengan mengkonversikan pada tabel kategori beban
kerja menurut Christensen (1991) dengan menghitung frekuensi
denyut nadi per menit, seperti pada Tabel 1
Tabel 1: Kategori Beban Kerja dinilai dari Frekuensi Denyut
Nadi Kerja.
NO

Denyut Nadi Kerja (Denyut

Kategori beban kerja


Nadi Per Menit)
1
60-70
Sangat ringan = Istirahat
2
75-100
Ringan
3
100-125
Sedang
4
125-150
Berat
5
150-175
Sangat Berat
6
175
Ekstrim
Sumber: Christensen (1991)
2.4.3 Keluhan Muskuloskeletal
Keluhan muskuloskeletal atau istilah lainnya Musculo Skeletal
Disorders (MSDs) (Melhorn, 1996) adalah keluhan nyeri atau sakit
yang dirasakan pada sistem otot rangka. Menurut Tarwaka dkk (2004)
keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot
skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat
ringan sampai sakit. Menurut Grandjean (1993) keluhan otot skeletal
pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat
pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan
yang panjang. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme
karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam
laktat yang menyebabkan timbulnya nyeri otot.
Menurut Tarwaka (2010) metode Nordic Body Map (NBM)
merupakan metode yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan

(severity) dengan menggunakan lembar kerja berupa peta tubuh (body


map). Nordic Body Map meliputi duapuluh delapan (28) bagian otot
skeletal pada kedua sisi tubuh kanan dan kiri yang dimulai dari
anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher sampai dengan bagian
paling bawah yaitu otot pada kaki.

Gambar 3: Body Map


Menurut Kroemer (2001), kuesioner nordic merupakan
kuesioner yang paling sering digunakan untuk mengetahui
ketidaknyamanan atau kesakitan pada tubuh. Kuisioner ini sudah
cukup terstandarisasi dan tersusun rapi. Kuesioner ini dikembangkan
oleh Kourinka (1987) dan dimodifikasi oleh Dickson (1992).

2.5 Perancangan Alat Pemetik Teh


2.5.1 Mekanisasi panen teh di bagian tengah dan selatan wilayah
Afrika" : Martin
Argentina memulai mekanisasi teh panen pada awal 1970-an.
Kekurangan utama tenaga kerja untuk mekanisasi dari panen teh
antara negara-negara anggota Countries of Tea Research Foundation
of Central Africa, diantara mereka Afrika Selatan yang pertama
memulai menggunakan mesin. Karena dalam banyak daerah mesin
panen teh masih dalam tahap awal jenis sederhana dari mesin yang
digunakan.

Sebagian besar perkebunan mencoba geser pemetikan sebagai


bagian dari pengurangan biaya . Mayoritas telah melarang ini sejak
produktivitas tidak seperti yang diharapkan dan semak-semak yang
rusak. Sebagian besar perkebunan tangan mesin yang dimiliki adalah
digunakan karena mereka cocok untuk medan berbukit. Mesin ini bisa
dioperasikan oleh laki-laki dengan tunggal atau ganda. 3 atau 4 orang
dioperasikan mesin bertenaga 2 atau 4 stroke mesin dengan roda yang
memperkenalkan nanti. Mesin ini memiliki ukuran dari 1.2 m ke 2.4.
Umumnya mesin dengan empat roda memiliki kontrol yang lebih baik
untuk mempertahankan ketinggian semak daripada mesin dua roda,
karena mereka memiliki kecenderungan untuk memiringkan.
Output dengan mesin adalah 350 kg hijau daun untuk pria lajang
dioperasikan mesin dan 900-1200 kg untuk orang dioperasikan oleh
dua orang.
2.5.2 "Commercial Crop Technology : Vol.08 Horticulture Science":
Alice Kurian
Negara-negara seperti Jepang dan Rusia sudah mulai pemanenan
mekanis untuk mengurangi biaya tenaga kerja saat pemetikan.
Sekarang India juga mencoba ini. India Selatan memiliki pola tanam
yang berbeda dengan alternatif yang tinggi tanam dan masa tanam
yang rendah. Salah satu solusi dari masalah panen teh adalah tidak
tersedianya cukup jumlah buruh. Masalah ini dapat dipecahkan ke
sejauh dengan bantuan mesin mengintegrasikan untuk panen. Panen
mekanik membantu dalam mengurangi jam manusia. Mesin ini
membutuhkan pekerja tambahan untuk koleksi daun dan menjaga
tas/keranjang dengan benar. Out put untuk pemanenan mekanis
1000kg/8hr dibandingkan dengan 25 kg 40 kg yang dipetik oleh
operator. Mesin panen tidak dapat dilakukan dalam bagian berdekatan.
2.5.3 4 Faktor-faktor dalam ergonomis Perkakas Desain Tangan" :
Sarah

Desain Tangan memiliki efisiensi pengaruh besar sebagai


keamanan dalam semua jenis kegiatan sehari-hari. Diameter pegangan
harus cukup tebal untuk memisahkan jari tips dari palm. Untuk daya
grip panjang pegangan harus 10 - 15cm dan diameter harus 3 - 4cm.

Gambar 4: Product Design Specification (PDS) yang bisa


diterapkan.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Wilmar Cahaya Indonesia, Pontianak
dari tanggal 5 Juli 20 September 2016.
3.2. Alat dan Bahan
1.

Alat
:
a. Termometer
b. Stopwatch
c. Pemanas Elektrik
d. Bak air dingin (suhu air 5C)
e. Gelas Ukur
f. Neraca / Timbangan
g. Pemanas Hot Plate
h. Pengaduk
i. Instalasi Hotshock Fraksinasi Plant
j. Alat alat lain yang membantu penelitian.
2. Bahan :
a. Refined Bleached Deodorized Olein (RBDO) output Filter Press
b. Air dingin

3.3. Objek Penelitian


Objek Penelitian ini adalah Refined Bleached Deodorized Olein
(RBDO) output Filter Press pada Plant Fraksinasi

3.4. Prosedur Tahapan Penelitian


Observasi

Identifikasi Masalah
Hipotesis

Tinjauan Pustaka

Percobaan Laboratorium
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Pemanasan 100 ml sampel dengan
variasi suhu 55C sampai 80C.
3. Pendinginan 100 ml sampel dengan
variasi suhu 34C sampai 42C.
4. Olah data uji laboratorium.

Suhu optimal di aplikasikan pada


instalasi Hotshock Fraksinasi Plant

Analisis Data
YES
Kesimpulan

Gambar : Diagram Alir Prosedur Tahapan Penelitian

NO

3.5. Tahap Penelitian


3.5.1 Pra Penelitian (Pra Research)
Sebelum mengadakan penelitian temperatur optimal proses
hotshock terlebih dahulu diadakan pra penelitian berupa observasi
untuk mengetahui permasalahan pada proses hotshock, adapun
yang akan di teliti dalam pra penelitian adalah sebagai berikut:
a) Analisis data awal plant fraksinasi tentang pemakaian steam
hotshock, temperatur output hotshock, dan data Cloud Poin
(CP) serta cold test produk.
b) Melakukan uji lab lama waktu cloudy pada RBD Olein
sebelum melalui proses hotshock .
3.5.2

Tahap Penelitian
Penelitian dilakukan berdasarkan faktor-faktor permasalahan

pra penelitian di lapangan, adapun tahapannya adalah sebagai


berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Menyiapkan alat dan bahan.


Pengambilan sampel RBD Olein output Filter Press 100 ml.
Pemanasan sampel dengan variasi dari suhu 55C sampai 80C.
Uji persentase kristal pada sampel setelah pemanasan.
Melakukan pendinginan RBD Olein yang telah dipanaskan

6.

dengan variasi dari suhu 34C sampai 42C.


Tabel variasi pemanasan dan pendinginan sampel :
N

Suhu Pemanasan

o
1

(langkah 3)
55C

2
60C
3

Suhu pendinginan (langkah 5)


34C
36C
38C
40C
42C
34C
36C
38C
40C
42C
34C

65C
4
70C
5
75C
6
80C

7.
8.

36C
38C
40C
42C
34C
36C
38C
40C
42C
34C
36C
38C
40C
42C
34C
36C
38C
40C
42C

Mengukur waktu pendinginan sampel yang telah dipanaskan.


Melakukan pengujian lama waktu cloudy pada RBD Olein yang

telah didinginkan menggunakan bak air dingin.


9. Setiap percobaan dilakukan pengulangan 3 (tiga) kali.
10. Suhu optimal hasil uji laboratorium di aplikasikan pada instalasi
hotshock Fraksinasi Plant
11. Analisis data
3.5.3

Analisis Data
Jenis data yang diambil dan metode analisis data:

1. Data:
a. Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dengan
percobaan langsung saat melaksanakan penelitian, maka
data yang didapat pada saat penelitian baik dari lab
maupun aplikasi ke plant.
b. Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari
rekaman data laporan harian konsumsi steam hotshock,
suhu output proses hotshock dan nilai CP (cloud Point).

2. Analisis data primer dan sekunder dilakukan dengan cara


metode:
A. Uji Statistik
Untuk mengetahui apakah hasil penelitian tersebut
berdampak signifikan terhadap pemecahan masalahan
yang ada.
1) Uji Hipotesis
Dengan menggunakan uji hipotesis t-student
untuk mengetahui apakah Hipotesis ditolak ataupun
diterima. Uji t-student adalah salah satu tes statistik
yang dipergunakan untuk menguji kebenaran atau
kesalahan hipotesis nol yang dinyatakan dalam
bentuk statement bahwa diantara dua rata-rata
hitung tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Uji t-student hanya dapat dipergunakan untuk
menguji perbedaan rata-rata dari dua sampel yang
diambil dari suatu populasi yang normal dengan cara
random, serta data yang diperoleh adalah data dalam
skala interval atau rasio.
2) Parameter uji beda
a) Lama waktu cloudy RBD oleinsebelum dan
sesudah proses hotshock.
3) Analisis Varians (ANAVA)
4) Analisis Grafik

DAFTAR PUSTAKA
Adisewojo RS, 1965. Bercocok Tanam Teh. Sumur Bandung; Bandung.
Aribawa N.G, 2011. Aspek Metodelogi dalam Ergonomi. ISI; Denpasar.
Bridger. R.S, 1982. Introduction to Ergonomic. McGlaw-Hill. Inc; Singapore.

Christensen. 1991. Phisiology of Work. Dalam permeggiani. L. Editor Encyclopedia of


occpetional Health and saffety 3nd (revised) Ed. Geneva III. 1898-1700.
Dalimunthe SL, 1987. Dasar-dasar pemetikan teh. Warta Balai Penilitian Teh dan
Kina; Bandung 1:29-32.
Departemen Perdagangan RI. 1992. Pedoman Peningkatan Mutu Komoditi Ekspor
Indonesia. PT. Dharma Niaga; Jakarta.
Dirjen PPHP, 2013. Perkembangan Ekspor Teh Indonesia. Http://pphp.deptan.go.id
Diakses 23 Desember 2013 pukul 15.15.
Eden T, 1965. Tea, Second Edition. Longmans Green And co Ltd. London. 201 p.
Feigenhaum A.V. 1992. Kaidah Mutu Terpadu. Jilid 1 Edisi ketiga. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Herawati H dan Nurawan, 2009. Pengkajian Penggunaan Gunting Petik pada
Komuditas Teh di Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung.
AGRITECH; Bandung.
Juran JM, 1992. Merancang Mutu 1 dan 2. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.
Kroemer, 2001. Ergonomic Ho to design for Else and Efficiency. New Jersey. Prentice
Hall;USA
Manuaba, 2004. Konstribusi Ergonomi dalam pembangunan dengan acuan khusus
bali. Presented at the 2th national ergonomic. UGM; Yogyakarta. 9
Oktober 2004
Melhorn, JM. 1996. A. Prospective study for Upper-Extemity Commulative Trauma
disorders of worker. In Aircraft. Manufacturing. Jurnal occup.
Environmed, 38; 64-61.
PPTK, 1997. Petunjuk Teknis Tanaman Teh. APPI-Puslitbang Gambung; Bandung
Puslitbang Perkebunan, 2010. Penanganan Kualitas Mutu Teh. Banlitbang
Perkebunan. Kementan RI. Jakarta.
Qibtiyah M, 2009. Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia Sinensi (L) O.
Kuntze) Di Unit Perkebunan Tambi, PT. Tambi Wonosobo Jawa Tengah,
Faperta, IPB; Bogor.
Rahmiati dan Salim, A.A. 1998. Pemupukan pada tanman teh. SL-PTH pada tanaman
teh untuk PL 1. Puslit Teh dan Kina; Gambung.

Riyanto dan Rosyadi, 2002. Pengaruh Pemetikan Gunting terhadap kebutuhan tenaga
kerja, produktifitas dan efisiensi biaya di perkebunan rakyat. LHP Tahun
Anggran 2002 PPTK Gambung; Bandung.
Setyamidjaja, 2000. Teh Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius;Yogyakarta
Setyanarayana N, 1995. Techno Commercial Aspect of shear harvesting in tea. The
Planters Cronicle.
Sinaga, Paskaria, 2005. Pengaruh perbaikan keranjang pemetik teh terhadap keluhan
Musculosketal di Perkebunan teh medini kecamatan limbangan
Kabupaten Kendal. Undip; Semarang.
Sukasman, 1998. Pemetikan Teh dengan Gunting di Perkebunan Teh. Seminar Internal
Puslit Teh dan Kina; Gambung.
Tarwaka, Solichul A, Lilik S Bahri, 2010. Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan
kerja dan produktivitas. Uniba Press; Solo.
Wargadipura. R, 1995. Pengaruh Pemetikan dengan alat terhadap pertumbuhan dan
hasil tanam teh (Camellia Sinensi (L) O. Kuntze). Laporan Hasil
Penelitian Litbang Teknik Produksi dan Pascapanen Teh dan Kina Tahun
Anggaran1994-1995. Puslitbang Teh dan Kina Gambung; Bandung
(Unpublised)

KUESIONER NORDIC BODY MAP


Nama : ...................................................................................................................
Umur : ...................Tahun
Lama Bekerja

: ...................Tahun

Berikan Jawaban mengenai keluhan atau sakit yang anda rasakan sebelum melakukan pekerjaan
tanda pada kolom yang tersedia.
NO

JENIS KELUHAN

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Sakit kaku di leher bagian atas


Sakit kaku di leher bagian bawah
Sakit di bahu kiri
Sakit di bahu kanan
Sakit di lengan atas kiri
Sakit di penggung
sakit lengan atas kanan
sakit pada pinggang
Sakit pada pinggul
Sakit pada pantat
Sakit pada siku kiri
Sakit pada siku kanan
Sakit pada lengan bawah kanan
Sakit pada lengan bawah kiri
Sakit pada pergelangan tangan kiri
Sakit pada pergelangan tangan kanan
Sakit pada tangan kiri
Sakit pada tangan kanan
Sakit pada paha kiri
Sakit Pada paha kanan
Sakit pada lutut kiri
Sakit pada lutut kanan
Sakit pada betis kanan
Sakit pada betis kiri
Sakit pada pergelangan kaki kiri
Sakit pada pergelangan kaki kanan
Sakit pada kaki kiri
Sakit pada kaki kanan

TIDAK
SAKIT

TINGKAT KELUHAN
AGAK
SAKIT
SAKIT

SANGAT
SAKIT

KUESIONER NORDIC BODY MAP


Nama : ...................................................................................................................
Umur : ...................Tahun
Lama Bekerja

: ...................Tahun

Berikan Jawaban mengenai keluhan atau sakit yang anda rasakan setelah melakukan pekerjaan tanda
pada kolom yang tersedia.
NO

JENIS KELUHAN

0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Sakit kaku di leher bagian atas


Sakit kaku di leher bagian bawah
Sakit di bahu kiri
Sakit di bahu kanan
Sakit di lengan atas kiri
Sakit di penggung
sakit lengan atas kanan
sakit pada pinggang
Sakit pada pinggul
Sakit pada pantat
Sakit pada siku kiri
Sakit pada siku kanan
Sakit pada lengan bawah kanan
Sakit pada lengan bawah kiri
Sakit pada pergelangan tangan kiri
Sakit pada pergelangan tangan kanan
Sakit pada tangan kiri
Sakit pada tangan kanan
Sakit pada paha kiri
Sakit Pada paha kanan
Sakit pada lutut kiri
Sakit pada lutut kanan
Sakit pada betis kanan
Sakit pada betis kiri
Sakit pada pergelangan kaki kiri
Sakit pada pergelangan kaki kanan
Sakit pada kaki kiri
Sakit pada kaki kanan

TIDAK
SAKIT

TINGKAT KELUHAN
AGAK
SAKIT
SAKIT

SANGAT
SAKIT

Anda mungkin juga menyukai