Anda di halaman 1dari 45

TANAMAN KELAPA

(Botani, Arti Ekonomi, Jenis, dan


Lingkungan Tumbuh)
PENDAHULUAN
TANAMAN KELAPA (Cocos nucifera L)

Socio‐tropical crops
Tanaman tropis yang semua bagian tanaman
dapat memberikan manfaat ekonomi dan
sosial bagi masyarakat.

The tree of life karena tanaman ini telah


menjadi sumber kehidupan bagi berjuta‐juta
manusia di muka bumi ini.
SISTEMATIKA TANAMAN KELAPA

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Palmales
Famili : Palmae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
Kelapa, Cocos nucifera L. adalah satu-satunya spesies
dari genus Cocos. Beberapa spesies dari beberapa
genera yang bedekatan seperti Sygorus Mort.,
Arecastrain Dr., dan Glaziova Mart., telah sering
secara keliru dimasukkan ke dalam genus Cocos.

Dari berbagai spesies dari keempat genera hanya


kelapalah yang mempunyai arti ekonomi. Bentuk
diploid dari Cocos mempunyai 2n = 32 kromosom,
walaupun kadang-kadang terdapat suatu
penyimpangan, yaitu 2n = 30 kromosom. Seedling
kembar kadang-kadang terjadi bila 2 embryo tumbuh
dalam stu kantung embryo.
ARTI EKONOMI KELAPA
Kelapa adalah salah satu sumber minyak nabati yang memegang
peranan penting di dunia.
Kopra, mengandung 65 % minyak, merupakan bahan tanaman
yang mengandung minyak tertinggi, biji kelapa sawit
mengandung 46 % dan kedelai 16 %. Total ekspor kopra dan
minyak kelapa dunia diperkirakan berkisar antara 2.5 – 2.7 juta
ton ekivalen minyak, jumlah tersebut diperkirakan 5-6 persen
dari ekspor minyak dunia.
Indonesia mengekspor minyak kelapa sebesar 649 255 MT,
Filipina sebesar 847 626 MT, dan India sebesar 6 817 MT (APCC,
2010).
Peranan kelapa di beberapa negara penghasil seperti Filipina,
Solomon, Sri Lanka memberikan kontribusi yang cukup tinggi
terhadap pendapatan ekspor. Sedangkan kontribusi ekspor
kelapa Indonesia terhadap total ekspor hanya sebesar 0.69
persen karena tingginya konsumsi dalam negeri dan umumnya
tanaman sudah tua sehingga produktivitasnya rendah.
Negara-negara Utama : adalah negara yang terletak di
Asia, Oceania, Amerika (Tengah dan Selatan) dan Afrika
(Barat dan Timur). Luas areal kebun kelapa di seluruh
dunia mencapai 11 juta ha lebih dengan produksi buah
mencapai 51 milyar butir.
Sebagian besar kelapa diproduksi oleh negara di
Kawasan Asia Pasifik, dari kawasan tersebut diproduksi
90% kelapa dari total produksi seluruh dunia.

Negara penghasil kopra : Indonesia, Filipina, India, Sri


Lanka, Thailand, Vietnam, malaysia, Papua New Guinea,
Vanuatu, Kepulauan Solomon Barat, Fiji dan Mikronesia.
Data dari Asian and Pacific Coconut Community (APCC,
2010) tiga negara penghasil kopra terbesar di dunia :
Indonesia, Filipina, India. Ketiga negara tersebut
menghasilkan 85.7 persen dari kelapa yang dihasilkan.
Kegunaan kelapa sangat banyak, seluruh bagian
tanaman dapat dimanfaatkan, dikenal sebagai tanaman
multi guna. Peranan kelapa sangat penting dalam
perekonomian Indonesia diawal masa berdirinya negara
Republik Indonesia sebagai penghasil devisa melalui
ekspor kopra dan berbagai produk lainnya,

Indonesia merupakan negara eksportir kopra nomor


satu di dunia. Tergeser oleh Filipina pada era tahun
1970 an karena laju perumbuhan penduduk dan
meningkatnya konsumsi dalam negeri sebagai akibat
meningkatnya pendapatan masyarakat.
Hubungan antara kemasakan Buah dengan Kadar Kopra
Produk – produk lain dari kelapa :
• Desiccated coconut (low fat)
• Santan awet
• Virgin oil
• Coco shake
• Semi virgin oil
• Bungkil kelapa
• Arang tempurung (arang aktif)
• Tempurung untuk ketel uap
• Minuman air kelapa (nata de coco).
Minyak kelapa mentah (Crude coconut oil) :
adalah produk yang diperoleh denganekspresi dan/atau ekstraksi pelarut
dari kernel kering (kopra) kelapa (Cocos nuciferaL.), dan bebas dari
pencampuran dengan minyak dan lemak lainnya. Airnya jernih dan bebas
dari tengik, residu termasuk minyak mineral, endapan, bahan lainnya
yang tersuspensi dan air lainnya.
RBD (refined, bleached and deodorized coconut oil) : adalah
singkatan dari minyak kelapa yang disuling, diputihkan dan proses
menghilangkan aroma khas/tengik dari minyak kelapa mentah yang telah
dimurnikan dengan netralisasi dengan alkali, diputihkan dengan pemutihan
atau carbon teraktivasi atau keduanya dan aroma khas akan hilang dengan
proses penguapan dan tanpa penggunaan bahan kimia lain.
Virgin Coconut Oil (VCO)/Minyak Kelapa Murni : diperoleh dari kernel
segar dan matang (berumur 12 bulan dari penyerbukan) kelapa dengan cara
mekanis atau alami dengan atau tanpa pemanasan, yang tidak menyebabkan
perubahan pada sifat minyak. VCO belum mengalami pemurnian kimia,
pemutihan atau penghilang aroma. VCO dapat dikonsumsi dalam keadaan alami
tanpa perlu pemrosesan lebih lanjut. VCO terutama terdiri dari tryglycerides
rantai menengah, yang tahan terhadap peroksidasi. Minyak kelapa murni tidak
berwarna, bebas dari endapan dengan aroma kelapa segar alami. Itu bebas dari
aroma atau rasa tengik.
Desiccated Coconut : adalah kelapa yang dihilangkan lemaknya diperoleh
dari mengeringkan daging putih butiran atau shredded/like abon dari inti kelapa
dewasa yang segar. proses dilakukan secara tepat untuk kebutuhan konsumsi
manusia. Kelapa kering menggunakan proses air dengan menekan daging
untuk mendapatkan krim kelapa sebelum pengeringan harus diklasifikasikan
sebagai kelapa kering rendah lemak.
Coconout Sugar : adalah Pemanis dalam bentuk padat, berasal dari nira
kelapa segar murni.
Coconut Shell Charcoal : adalah produk yang diperoleh dengan membakar
tempurung kelapa dalam pasokan udara terbatas.
Coconut Shell Activated Carbon : adalah karbon aktif yang memiliki sifat
adsorptive (suatu proses dimana molekul cair terkonsentrasi pada permukaan
oleh kekuatan kimia/fisik), abu (sisa residu setelah pembakaran suatu bahan
dalam kondisi tertentu) dan zat mudah menguap (kehilangan masa bahan
kering setelah degasifikasi dalam kondisi tertentu.
PERKEMBANGAN KELAPA DI INDONESIA

Sebelum tahun 1939, Indonesia merupakan negara


penghasil kopra terbesar, kedudukan Indonesia sebagai
pengekspor kopra nomor satu tergeser oleh negara
tetangga Filipina.
Rendahnya produksi kopra di Indnesia : sebagian besar
(70 %) tanaman yang menghasilkan sudah tua, teknik
budidaya petani masih rendah, adanya serangan hama
dan penyakit, bibit yang digunakan petani bukan benih
unggul, dan meningkatnya jumlah penduduk (laju
pertumbuhan 2.34 %).
Pertanaman kelapa di Indonesia: menyangkut hidup lebih
dari 1.2 juta KK petani, luas 3.8 juta hektar dengan 98
persen kelapa rakyat.
Pertanaman Kelapa di Lampung
Hanya sedikit jenis tanaman yang mempunyai penyebaran luas
seperti kelapa yang terdapat di wilayah tropis. Karena
penyebarannya yang sangat luas, asal usul kelapa menjadi
perdebatan para ahli sejak lama.
Cook (1910) dengan tegas mengemukakan asal amerika tengah,
menyatakan bahwa lebih banyak species cocos ditemukan di
amerika
tengah dan selatan daripada di tempat lain.
Beccari (1917) bahwa tanaman kelapa berasal dari asia
tenggara. Dia menunjukkan jauh lebih banyak macam varietas
kelapa di negara-negara timur jauh dibandingkan di kawasan
Amerika dan Caribea.
• Mengenai asal-usul kelapa terdapat beberapa pendapat :
‐ Dari Amerika selatan karena di wilayah ini banyak ditemui
tanaman yang mirip dengan kelapa.
‐ Dari daerah Pasifik karena di daerah ditemui fosil kelapa dari
jaman Pleioceane di daerah New Zealand.
• Daerah Minahasa sejak 1880 telah menghasilkan kopra yang
diekspor ke Eropa. Hasil tersebut berasal dari perkebunan
rakyat, dan bertambah luas semenjak ditemukan cara membuat
mentega (margarine) dengan bahan baku minyak tumbuh‐
tumbuhan.

• Di pasar dunia, kelapa terutama diperdagangkan dalam bentuk


kopra, minyak kelapa dan bungkil kelapa.

• Perdagangan kelapa dalam bentuk olahan seperti ini pernah


mengalami masa jaya pada dasa warsa tahun 1960‐an.

• Saat itu, dengan hanya mengandalkan produk olahan kelapa


berupa kopra, minyak kelapa dan bungkil kelapa, jumlah nilai
ekspor produk‐produk tersebut mencapai sekitar 10 % dari nilai
ekspor Indonesia.
•Setelah tahun 1960‐an teknologi perminyakan nabati dunia
mengalami kemajuan yang sangat pesat, Amerika Senkat
dengansemangat menggebu terus mengembangkan teknologi
pengolahan minyak domestiknya (minyak kedele, minyak kapas,
minyak kapas, minyak canola, minyak bunga matahari, minyak
jagung, minyak rapeseed, sfflower, dan lain‐lain, sehingga menjadi
beragam penggunaannya,
•Afrika dan Asia mulai dikembangkan tanaman penghasil minyak
nabati yang lain yaitu kelapa sawit, bersamaan dengan
ditiadakannya permasalahan dalam pengolahan awal minyak sawit.
•Tersedianya teknologi pengolahan yang mampu membuat jenis
minyak nabati yang mengisi pasar dunia saat ini mempunyai
sifatsaling dapat menggantikan, telah menyebabkan kelapa tidak lagi
mampu mempertahankan kedudukannya sebagai. penentu harga
tetapi hanya sebagai pengikut harga yang ditentukan oleh pasar
minyak nabati dunia.
•Itulah sebabnya saat ini harga minyak kelapa, kopra dan bungkil
kelapa praktis tidak mengalami kenaikan yang berarti.
JENIS-JENIS KELAPA
Kelapa Genjah ( DWARF COCONUT).
Kelapa genjah ini pada umumnya mempunyai sifat-sifat morfologi dan
biologi yang berbeda dengan kelapa dalam, dimana kelapa genjah
hanya mempunyai ketinggian 1 – 4 m (tapi kadang-kadang lebih),
batang lebih kecil dengan daun dan buah-buah yang lebih kecil, mulai
berbuah umur 3 – 4 tahun, menyerbuk sendiri, umur 25 tahun
produksi mulai menurun, adaptasi sempit, relatif kurang tahan
terhadap hama dan penyakit.
Pada dasarnya kelapa genjah ini dibagi atas tiga jenis berdasarkan
warna buahnya, yaitu kelapa genjah hijau, kuning dan merah (warna
sebenarnya oranye) atau dalam istilah lain Green dwarf, Yellow dwarf
dan Red dwarf.
Kelapa-kelapa genjah di Indonesia yang terkenal ialah :
Kelapa gading (C. nucifera var. eburnea),
Kelapa raja (C. nucivera var. regia),
Kelapa puyuh (C. nucifera var. pumila),
Kelapa raja malabar (C. nucifera var. pretiosa),
Kelapa Dalam (TALL COCONUT)
Jenis kelapa dalam adalah yang terbanyak di Indonesia. Selain karena
berproduksi per pohon lebih tinggi pada umumnya, juga umurnya lebih
panjang (40 – 60 tahun). Hanya mulai berbunga lebih lambat yaitu pada
umur 6 – 9 tahun, menyerbuk silang, lebih tahan terhadap hama dan
penyakit dan adaptasinya luas.
Kelapa hijau (var. viridis)
Kelapa merah-cokelat (var. rubescense)
Kelapa kelabu-cokelat (var. macrocarpa)
Disamping tiga jenis yang penting itu, ditemui pula:
Kelapa puwan (var. capuliformis)
Kelapa kepiting (var. capuliformis)
Kelapa parang (var. machaeroides)
Kelapa tebu (var. schara nina)
Kelapa kenari (var. canarina)
Kelapa putih (var. alba)
Kelapa tawar (var. fragilis)
Kelapa sikat (var. stupposa)
Dalam praktek kehidupan di Indonesia, variasi dalam kelapa itu dikenal
sebagai tipe-tipe yang diberi nama terutama berdasarkan daerah dimana
kelapa tersebut didapat.
Kelapa Hibrida
Kelapa hibrida per definisi adalah turunan pertama yang dibentuk dengan
mengawinkan galur-galur terpilih. Galur adalah suatu set tanaman dengan
sifat yang mantap dan spesifik. Dicirikan antara lain oleh homogenitas yang
tinggi dan menonjol antara anggota pembentuk sel tersebut.
Kelapa hibrida mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan
kelapa dalam atau genjah. Keunggulan tersebut antara lain berbuah lebih
cepat, produksi tinggi, ketahanan terhadap hama dan penyakit, habitat
rendah. Namun kelemahannya adalah sangat memerlukan hara dalam
jumlah yang banyak.
CONTOH. Kondisi yang ada di Pantai Gading ternyata bahwa kelapa
hibrida Malayan Yellow Dwarf X West African Tall (MYD X WAT) telah
terbukti lebih unggul daripada WAT atau MYD.
Contoh lain adalah Malayan Yellow Dwarf X Tahiti Tall, Nias Yellow Dwarf X
West African Tall. Untuk memenuhi kebutuhan bibit kelapa hibrida, pemerintah
telah membuat kebun induk di beberapa wilayah Indonesia.
Kebun Induk di Kebun Rejosari, dimulai tahun 1974/1975 dan kebun bapak di
Kebun Bergen PTP X, dimulai tahun 1976/1977.
Kebun Induk Adolina dan bangun Purba PTP VI, dimulai tahun 1977.
Kebun Induk dan bapak yang dikelola oleh Pusat Pengembangan Tanaman
Industri telah dimulai sejak tahun 1975/1976 di Paya Gajah Aceh, Paniki-
Sulawesi Utara, Bone-Sulawesi Selatan dan Pakuwon-Jawa Barat.
Kelapa Kopyor
Kelapa kopyor adalah kelapa abnormal yang terjadi secara genetiK,
daging buah (albumen) berbutir-butir, lunak dengan susunan longgar
dan erkadar minyak rendah. Kentos tidak berfungsi sebagai alat
pengisap zat makanan, susunan lembaga sangat lemah/ lunak
sehingga tidak mampu menembus lapisan sabut untuk tumbuh.
Tidak dapat digunakan sebagai benih.
Cara mendapat kelapa kopyor
1. Tanaman kelapa yang bisa menghasilkan sebagian buah kopyor
diambil buahnya untuk dijadikan bibit dan ditanam (%
keberhasilan 2,1 sampai 17,5 %).
2. Buah yang sudah masak diambil dan disimpan ± 1 minggu,
kemudian direndam dlm air kapur ± 10 hari.
3. Lubang tempat penanaman mulai dari bawah diisi kapur 1/3
bagian, ijuk/jerami 1/3 bagian, bibit ditanam dan ditimbun
tanah. Bila tanaman sudah berbuah, kulit batang dikupas mulai
dari permukaan tanah sampai 50 cm keatas dan dipukul setiap
hari selama 1 minggu.
4. Melakukan kultur embrio.
Kelapa kopyor dihasilkan dari pohon kelapa tertentu yang sebagian besar
buahnya normal dan sebagian kecil tidak normal (kopyor). Kelapa kopyor
ditandai dengan tekstur daging buahnya lunak, berbutir-butir, dan mudah
dilepas dari tempurungnya sehingga mudah dikerok.
Bila dilihat secara sepintas dari luar, bentuk dan warna buah kelapa yang
normal dengan kelapa kopyor tidak ada perbedaan sedikitpun. Untuk
membedakan kelapa normal dengan kelapa kopyor biasanya buah harus di
gojlog-gojlog sehingga menimbulkan suara gemericik. Suara inilah yang
dapat digunakan untuk membedakan antara kelapa normal dengan kelapa
kopyor.
Kelapa kopyor memiliki ciri khas daging buah yang lunak, memiliki rasa
yang lezat dan mudah dilepaskan dari tempurungnya, sedangkan kelapa
biasa memiliki daging buah yang keras dan melekat erat pada
tempurungnya.
Budidaya kelapa kopyor di Indonesia masih sangat terbatas sehingga
kelapa kopyor masih mempunyai peluang pasar yang besar untuk masa
yang akan datang. Terbatasnya budidaya kelapa kopyor di Indonesia
disebabkan karena sulitnya memperoleh bibit kelepa kopyor dalam jumlah
yang cukup besar dan belum memasyarakatnya teknologi kultur embrio
dalam pembuatan bibit kelapa kopyor.
IKLIM DAN TANAH
Faktor lingkungan : iklim dan tanah merupakan
faktor yang sangat menentukan terhadap pertumbuhan
dan produksi kelapa.
Kelapa tumbuh dan berproduksi tinggi di daerah tropis,
namun demikian untuk menjamin produksi tinggi
persyaratan iklim harus dipenuhi. Faktor iklim : yang
paling berpengaruh adalah curah hujan.
Tanaman kelapa mempunyai adaptasi yang luas terhadap
keragaman tanah, dapat tumbuh di tanah dengan
kandungan pasir tinggi sampai liat tinggi.
Untuk memperoleh produksi tinggi kelapa harus ditanam
pada daerah yang memenuhi persyaratan iklim dan tanah
secara optimal.
Iklim
Kelapa tumbuh di kawasan tropis antara 23º Lintang Utara dan 23º
Lintang Selatan. Faktor iklim yang dibahas adalah suhu, curah hujan,
intensitas cahaya dan angin.

Suhu
Suhu rata-rata tahunan yang optimum untuk pertumbuhan yang terbaik
dan hasil yang maksimum adalah pada suhu lebih kurang 27o C, dengan
suatu kisaran harian 6 – 7 ºC.
Dengan suhu yang rendah abnormalitas pembungaan dan pembuahan
bisa
terjadi. Di Florida pada 25º Lintang Utara, tanaman-tanaman palma
berhenti tumbuh atau mati pada musim dingin yang luar biasa dinginnya.
Suhu menentukan sampai ketinggian berapa dari permukaan laut
(altitude)
tanaman kelapa bisa tumbuh. Di negara bagian Mysore, India kelapa
ditemukan pada 600 – 900 m dpl, Sri Langka sampai ketinggian 750 m. Di
Tabora, Tanzania, tidak jauh dari khatulistiwa, perkebunan yang produktif
pada ketinggian 1 300 m. Di Indonesia secara ekonomis kelapa ditanam di
daerah dengan ketinggian kurang dari 400 m dpl.
Curah Hujan

Penyebaran curah hujan yang merata merupakan faktor yang paling


yang berpengaruh pada hasil. Kelapa menghasilkan sepanjang tahun
dan buah kelapa memerlukan waktu setahun dari penyerbukan
sampai masak, maka secara ideal pohon kelapa sebaiknya tidak
pernah mengalami stress air yang berat.
Total curah hujan tahunan optimum 1 300 dan 2 500 mm per tahun,
meskipun demikian kelapa akan mentolerir curah hujan yang lebih
tinggi selama dibantu dengan drainase yang baik.
Penyebaran curah hujan tahunan yang tidak merata bisa diimbangi
oleh kondisi-kondisi lingkungan khusus ;
1.Di tempat terjadinya perembesan air tanah di tempat pertanaman.
2.Daerah pantai, dimana pertanaman disokong oleh permukaan
yang landai dan laguna (tadah hujan),

Hasil kelapa tertinggi telah ditemukan pada kondisi-kondisi


lingkungan yang khusus tersebut.
Intensitas Cahaya

Tanaman kelapa adalah suatu spesies tanaman yang


memerlukan cahaya dan tidak tumbuh dengan baik
dibawah naungan atau keadaan yang sangat berawan.

Sering ditemui gejala etiolasi pada pohon yang tumbuh


dibawah naungan pohon yang tua. Di Afrika Barat hasil
kopra berhubungan dengan lamanya penyinaran matahari
harian selama periode pemasakan buah yang terakhir.

Dengan penyinaran matahari yang cerah yang kurang dari


2 000 jam per tahun atau 120 jam per bulan,
sebagaimana diukur oleh suatu pencatat Campbell-Stokes,
maka hasil menjadi menurun (Ziller, 1960).
Angin
Kelapa yang tumbuh di kawasan pantai sering sekali diserang angin laut yang
kencang. Dengan memperoleh air tanah yang cukup ternyata pohon kelapa
dapat mentolerir adanya angin ini, meskipun barisan pohon yang terluar bisa
berkurang hasilnya. Hal ini mungkin sebagian disebabkan percikan garam
yang tertinggal pada daun.
Tetapi jauh lebih penting lagi adalah kenyataan bahwa pertanaman kelapa di
daerah pantai beberapa bagian dunia mudah terserang angin topan
(hurricane) atau angin “cyclone. Perkebunan kelapa di Jamaika, pernah
mengalami kerusakan berat disebabkan angin topan.

Dekatnya ke Laut
Kelapa sering dihubungkan dengan daerah pantai kepulauan tropis, maka
terdapat suatu konsepsi yang salah (misconception) kaprah bahwa tanaman
kelapa tidak akan tumbuh di pedalaman. Kondisi di dekat pantai mungkin
sering ideal untuk pertumbuhan kelapa, tetapi kelapa akan tumbuh subur
pada beratus-ratus kilometer ke pedalaman, sejauh kondisi-kondisi yang
diperlukan untuk pertumbuhan tersedia cukup. Di India perkebunan kelapa
yang baik dapat ditemukan di dataran tinggi Mysore pada jarak 240 – 320 km
dari laut.
Kelapa/Nyiur di Pantai
Evapotranspirasi dan Keseimbangan Air Fisiologis

Sehubungan dengan keseimbangan air dalam pohon kelapa, F. Hardy


berpendapat bahwa kelapa mempunyai sifat-sifat fisiologis tertentu
sehingga mudah layu pada lingkungan yang kering.

A.Ukuran daun tajuk hampir tetap sama seumur hidup tanaman


sehingga besarnya transpirasi dalam suatu atmosfer yang konstan
suhu, kelembaban, dan pergerakan udaranya bervariasi hanya
sedikit pada seluruh tahap pertumbuhan.

B.Tarikan ke bawah (bobot) air di dalam “conducting elements”


semakin bertambah dengan semakin tuanya pohon, yakni dengan
panjangnya batang atau tingginya pohon.
C.Resistensi gesekan terhadap pergerakan air ke atas dalam
“conducting elements” semakin bertambah dengan semakin
tingginya pohon (tracheid-tracheid mempunyai diameter yang
sempit).

D. Seluruh daya isap cenderung menarik air dari sel-sel daun karena
faktor (a) dan (b), ditambah dengan yang disebabkan oleh koloid-
koloid tanah sewaktu tanah mengering, menyebabkan kelayuan
daun terjadi pada suatu kandungan air tanah yang jauh lebih tinggi
dari yang normalnya .

E. Fluktuasi permukaan air tanah membatasi perkembangan akar


dalam fase-fase drainase yang buruk pada tipe-tipe tanah tertentu
mengakibatkan akar-akar tanaman kelapa mati karena kekurangan
oksigen.
F. Konsekuensinya kelayuan terjadi jauh lebih awal (pada pohon
berumur kurang dari 20 tahun) pada tanaman kelapa yang tumbuh
pada tanah yang mempunyai ruang perakaran yang terbatas untuk
menopang pohon yang memang mempunyai sistem perakaran
yang kecil daripada pohonpohon yang lebih tua pada tanah yang
mempunyai sistem perakaran yang besar.

G. Jadi, umur dan tingginya tanaman sewaktu tanaman kelapa mati


layu akan memberikan suatu ukuran secara umum tentang
keringnya (ariditas) lingkungan, khususnya yang diakibatkan
keadaan tanah yang merugikan (hubungan air yang tidak baik)
seperti drainase yang jelek dan tingginya permukaan air tanah
penyebab terjadinya kekeringan fisiologis.
Tanah
Tanaman kelapa dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah meskipun
hasilnya bervariasi sekali pada tanah yang berbeda.

Tanah Alluvial
Sebagian besar tanah pertanaman kelapa yang paling baik adalah
endapan alluvial yang kaya, yang dibawa sungai, selama drainase
tanahnya cukup baik.

Tanah Laterit
Di Sri Langka dan India daerah pertanaman yang luas ditemukan pada
tanahtanah yang berasal dari bahan induk yang mengandung besi
tinggi, mulai dari tanah berbatu laterit seperti bata keras hingga tanah
lempung merah
Tanah Vulkanik
Tanah-tanah yang berasal dari abu gunung api dan “tuff” sangat
subur. Bahan induk melapuk dengan cepat melepaskan cukup suplai
hara mineral untuk tanaman dan bersifat drainase yang baik. Tanah-
tanah yang demikian lazim ditemukan pada perkebunan-perkebunan
kelapa di Indonesia, Filipina, dan Papua Nugini.

Tanah Liat
Tanah jenis ini merupakan tanah yang paling sukar dikelola secara
efisien untuk pertanaman kelapa. Drainase yang baik adalah esensial
dan walaupun demikian tanah-tanah ini cenderung tergenang air
(water logged) dalam musim hujan dan mengering keras dan pecah-
pecah dalam musim kemarau
Sifat-sifat Fisik

Kelapa dapat tumbuh pada tanah yang hampir


mengandung 100 persen pasir murni, kemudian tanah
dengan fraksi liat yang semakin besar bisa mencapai 70
persen, hingga tanah gambut dengan kandungan bahan
organik lebih dari 80 persen. Sifat fisik yang terpenting
seperti yang telah disampaikan diatas
adalah drainase yang baik karena perakaran tanaman
kelapa tidak tahan (toleran) terendam air (water logging)
cukup lama. Disamping dengan drainase yang baik,
penting juga adanya tanah yang cukup dalam untuk
perakaran.
Sifat-sifat Kimia

Kelapa akan tumbuh pada pasir yang analisis kimianya


menunjukkan sedikit atau tanpa kandungan hara. Tetapi
analisis bisa berguna pada tanah alluvial atau liat untuk
mencari kemungkinan defisiensi dalam hal kalium atau
fosfat.

Tanaman kelapa toleran pada selang pH yang luas, dari


pasir yang berasal dari koral dengan pH 8 turun sampai
liat masam pada pH 5, atau bahkan kurang.
Bahan Acuan
oAnonymous. 2019. Ilmu Tanaman Perkebunan Kelapa ( Cocos nucifera
L.). Program Studi Agroteknologi, Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Gunadarma. Depok. 56 h.

oAstuti, M. , Hafizal, E. Yuningsih, D. Mustikawati, A.R. Wasingun dan H. M.


Nasution. 2014. Pedoman Budidaya Kelapa (Cocos nucifera L.) Yang Baik.
Ditjen Perkebunan, Kementan RI. Jakarta. 166 h.

oHartawan, R. dan A. Sarjono. 2016. Karakteristik Fisik dan Produksi


Kelapa Dalam (Cococs nucifera L.) di Berbagai Ekologi Lahan. Jurnal Media
Pertanian 1 (2) : 45 – 54.

oSuliyanto. 2019. Studi Kelayakan Budidaya Kelapa Kopyor di Kabupaten


Purbaingga. Performance 9 (2) : 44 – 66.

Anda mungkin juga menyukai