Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS RENDEMEN MINYAK ATSIRI SERAI WANGI

(Cymbopogon nardus (L.) PADA BEBERAPA VARIETAS

Analysis of Essential Oil Yield in Some Varieties of Citronella


(Cymbopogon nardus L.)

Qurrotul A’yun1, Budi Hermana2, Ummu Kalsum3*


1
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma
(Gunadarma University). ayunqurrotul70@gmail.com
2
Staf Pengajar Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
(Gunadarma University). bhermana@staff.gunadarma.ac.id
3
Staf Pengajar Program Studi Agroteknologi, Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Gunadarma (Gunadarma University). ummukalsum89@gmail.com
* Penulis korespondensi

ABSTRAK

Minyak serai wangi merupakan salah satu komoditas atsiri yang memiliki prospek
yang cukup besar diantara minyak atsiri lainnya Serai wangi menjadi salah satu
penghasil minyak atsiri yang diperdagangan dunia dikenal dengan nama citronella.
Serai wangi memiliki 2 tipe diantaranya mahapengiri dan lenabatu, untuk mendapatkan
mutu yang baik faktor genetis menjadi salah satu peran penting sehingga penanganan
komoditas serai wangi telah dimulai sejak berdirinya cultuurtuin berbagai percobaan
dilakukan untuk mendapatkaan serai wangi unggul. Hal ini tidak lepas dari peran
pemuliaan tanaman sehingga terdapat varietas unggul serai wangi yang telah diuji coba
oleh Puslitbangbun dan Balittro yaitu mahapengiri klon G1, G2, G3 dan G4 hanya G2
yang lulus sebagai varietas unggul pada tahun 1992. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui persentase rendemen minyak atsiri dan untuk mengetahui hasil rendemen
pada ketiga jenis dalam mencapai rendemen yang sesuai standar Nasional Indonesia
(SNI). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
kelompok (RAK) 1 faktor dimana 3 perlakuan varietas yang berbeda yaitu varietas
Lenabatu, Mahapengiri Klon G1 dan Mahapengiri G2. Varietas yang memiliki tinggi
tanaman yang tertinggi adalah Lenabatu, namun jumlah anakan yang terbanyak dimiliki
oleh Mahapengiri klon G2. Bobot basah, bobot seluruh tanaman dan bobot kering tidak
terlihat adanya perbedaan diantara ketiga kultivar. penelitian menunjukan analisis
rendemen tertinggi pada ketiga jenis serai wangi sesuai SNI yaitu varietas Mahapengiri
Klon G2 sebesar 0.92 %., diukur berdasarkan parameter pengamatan berupa tinggi
tanaman, jumlah anakan, bobot basah, bobot kering serta bobot seluruh tanaman,
adapun sifat kimia tanah berupa c-organik dan jaringan tanaman berupa NPK, Mg
faktor tersebut mampu meningkatkan sejauh mana pertumbuhan serai wangi. Faktor
lokasi, aspek budidaya, iklim, dan varietas menjadi aspek penting dalam meningkatkan
kualitas minyak atsiri serai wangi.

Kata kunci : rendemen, tanaman serai wangi, varietas

160 Jurnal Pertanian Presisi Vol. 4 No. 2 Desember 2020


ABSTRACT

Lemongrass oil is one of the essential commodities that have a considerable


prospect among other essential oils. Citronella is one of the essential oils that are
traded in the world known as citronella. Lemongrass has 2 types including mahapengiri
and lenabatu, to get good quality genetic factors are an important role so that the
handling of citronella commodities has started since the establishment of the culture of
various experiments to get superior citronella. This is inseparable from the role of plant
breeding so that there are superior varieties of lemongrass that have been tested by the
Research and Development Center and Balittro, namely mahapengiri clones G1, G2,
G3 and G4, only G2 passed as superior varieties in 1992.The results showed The
variety that had the highest plant height was Lenabatu, but Mahapengiri clone G2 had
the highest number of tillers. Wet weight, total plant weight and dry weight did not show
any differences between the three cultivars the highest yield analysis on the three types
of citronella according to SNI, namely the Mahapengiri variety clone G2 of 0.92%.
measured based on the observed parameters in the form of plant height, number of
tillers, wet weight, dry weight and weight of all plants, as for the chemical properties of
soil in the form of c-organic and plant tissue in the form of NPK, Mg these factors were
able to increase the extent of the growth of citronella. Location factors, cultivation
aspects, climate, and varieties are important aspects in improving the quality of
citronella essential oil.

Keywords: yield, citronella plants, varieties

PENDAHULUAN genuinus atau serai wangi atau citronella


Serai wangi merupakan salah satu grass. Minyak serai wangi digunakan
tanaman penghasil minyak atsiri dan untuk bahan dasar pengharum atau
famili graminae terdapat empat jenis serai pewangi dalam industri wewangian.
wangi dikenal diantaranya (1) A. nardus Di perdagangan dunia dikenal dua
var ceriferus yang biasa dikenal dengan tipe minyak serai wangi yaitu tipe
serai dapur minyaknya diperdagangkan Srilanka dan tipe Jawa. Tipe Srilanka
dengan nama west indies lemon grass disebut juga lenabatu berasal dari tanaman
yang biasanya tidak berbunga (2) A. Cymbopogon nardus Rendle. Tipe Jawa
nardus var lexuosua atau disebut juga disebut Mahapengiri berasal dari java
malabar grass atau cochin lemon grass (3) citronelal. Tipe Mahapengiri mempunyai
A. nardus var marginatus alang-alang ciri daun lebih pendek dan lebih besar dari
wangi kandungan minyak serta lenabatu. Selain itu mutu minyaknya lebih
geraniolnya rendah dan rumput muda baik karena mempunyai kadar geraniol
dapat dipakai untuk pakanternak tanaman dan citronelal lebih tinggi (Guenther,
ini juga jarang berbunga (4) A. nardus var 1990). Saat ini perkembangan minyak

A’yun, Hermana, Kulsum, Analisis Rendemen Minyak… 161


https://doi.org/10.35760/jpp.2020.v4i2.3343
atsiri semakin pesat hal ini dapat diamati potensi serai wangi dari segi karakteristik
dari banyaknya pangsa pasar yang atau varietas, standar mutu, budidaya,
mendistribusikan aneka essential oil dari sebaran, produksi serta manfaatnya.
berbagai tanaman termasuk serai wangi. Penggunaan varietas atau klon unggul
Minyak atsiri merupakan salah satu sangat penting karena beberapa serai
komoditas ekspor industri potensial yang wangi lokal memiliki rendemen minyak
dapat menjadi andalan bagi Indonesia. yang sangat rendah (Balittro, 2010).
Data statistik ekspor-impor dunia Kualitas minyak atsiri sangat ditentukan
menunjukan bahwa rata-rata pertumbuhan oleh varietas/klon yang digunakan,
konsumsi minyak atsiri dan turunannya kondisi topografi wilayah budidaya dan
sebesar 5-10% pertahun. Kenaikan cara budidaya. Serai wangi umumnya
tersebut didorong oleh perkembangan dapat tumbuh mulai dari dataran rendah
kebutuhan untuk industri food flavouring, sampai ketinggian 1.200 m dpl (Balittro,
industri kosmetik, dan wewangian. 2010). Cara budidaya dan habitat tanaman
Minyak atsiri yang banyak disuling di serai wangi berpengaruh pada proses
Indonesia antara lain minyak nilam, metabolisme minyak atsiri serta tingkat
cengkeh, pala, serai wangi, akar wangi, mutu tanaman serai wangi (Syukur,
minyak kayu putih (Dewan Atsiri 2010).
Indonesia, 2009). Minyak serai wangi di Jawa Timur tepatnya daerah Kota
Indonesia masih perlu banyak perhatian Malang menjadi salah satu daerah
untuk dikembangkan agar menghasilkan penghasil serai wangi dengan
kualitas yang lebih baik. Sebagian besar produktivitas terendah. Perbedaan ketiga
usaha minyak serai wangi dilakukan oleh jenis serai wangi yang terdapat di wilayah
masyarakat yang terbatas pengetahuannya sentra ini didasarkan pada topografi
sehingga kualitas minyak yang dihasilkan wilayah yaitu ketinggian tempat, proses
terkadang tidak memenuhi persyaratan budidaya. Serai wangi di wilayah sentra
mutu yang telah ditetapkan. Apabila tidak terdapat beberapa jenis yang ditanam
memenuhi persyaratan mutu, harga jual dengan cara budidaya masing-masing.
minyak akan sangat murah (Kementerian Kondisi wilayah sentra pada suatu
Pertanian, 2013). kawasan terkadang tidak seragam
Pentingnya kualitas minyak atsiri meskipun dalam satu kabupaten, seperti
maka perlu dilakukan kajian tentang Dampit yang memiliki ketinggian 350-450

162 Jurnal Pertanian Presisi Vol. 4 No. 2 Desember 2020


mdpl, sedangkan Pujon berada pada Prosedur penelitian
ketinggian 1157 m dpl (Badan Pusat Penelitian ini disusun dalam
Statistik, 2020) Wilayah sentra Jawa Rancangan acak kelompok (RAK) 1
Timur dengan produktivitas terendah di faktor yang terdiri dari tiga perlakuan
tanah Jawa inilah yang menarik perhatian yaitu: LE (varietas lenabatu) G1
penulis untuk mengetahui presentase hasil (Mahapengiri G1) G2 (Mahapengiri G2).
rendemen dari ketiga jenis serai wangi. Pengambilan sampel tanaman dilakukan
secara random proporsional dengan jarak
METODE PENELITIAN yang berjauhan untuk mewakili lokasi,
Alat dan Waktu Pelaksanaan parameter pengamatan dilakukan
Penelitian dilaksanakan pada sebanyak 3 ulangan pada masing-masing
tanggal 13 Mei sampai dengan 13 Agustus jenis sehingga pengamatan diakukan pada
2020 di daerah Malang Kecamatan Turen 27 rumpun serai wangi yang terdapat di
Desa Sanankerto, dengan ketinggian wilayah percobaan. Pengambilan sampel
tempat 3460 mdpl. untuk dilakukan uji analisis rendemen
Analisis rendemen dilaksanakan di dilakukan sebanyak 3 ulangan pada 3 jenis
Institut Atsiri Universitas Brawijaya serai wangi. Panen dilakukan ketika
Malang, Analisis Kandungan Tanah dan tanaman telah berumur 6-7 bulan atau
jaringan tanaman dilaksanakan di Balai selang 3 bulan dari panen sebelumnya.
Pengkajian Teknologi Pertanian Malang Pemanenan dilakukan dengan memotong
Jatim. rumpun 15 cm dari atas tanah. Pemanenan
Pengamatan data klimatologi terlalu rendah menyebabkan batang bawah
diperoleh dari Badan Meteorologi menjadi pecah. Bila hujan turun, maka
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan batang yang pecah tersebut akan
Badan Pusat Statistik (BPS) Malang. membusuk dan tidak dapat mengeluarkan
Bahan yang digunakan yaitu tanaman anakan baru lagi. Hasil panen tersebut
budidaya serai wangi (Cymbopogon dipisahkan antara yang diamati dengan
nardus L). Alat-alat yang digunakan untuk yang akan disuling, bahan yang akan
pengamatan yaitu sekop, arit, plastik disuling sebanyak 13 kg dari 3 rumpun
40x40, timbangan gantung, meteran, pada masing-masing jenis serai wangi, hal
destilator, tali dan kamera digital. ini disesuaikan dengan bobot alat atau
destilator sebesar 2-3 kg. Kemudian

A’yun, Hermana, Kulsum, Analisis Rendemen Minyak… 163


https://doi.org/10.35760/jpp.2020.v4i2.3343
tanaman dipotong dengan panjang 5 cm mengetahui keeratan hubungan antara
dan ditimbang untuk mengetahui berat karakter komponen hasil dengan
basahnya, kemudian dikering anginkan rendemen minyak maka dilakukan analisis
atau dilayukan selama 3 hari 3 malam dan koefisien korelasi analisis yang digunakan
ditimbang kembali untuk mengetahui adalah koefisien korelasi pearson dengan
berat keringnya. rumus sebagai berikut:
Variabel yang diamati meliputi r=
tinggi tanaman, jumlah anakan per
Keterangan :
rumpun, berat basah brangkasan, berat
r = koefisien korelasi
kering brangkasan, jumlah total
x = konsentrasi
keseluruhan tanaman dan rendemen
y = hasil
minyak atsiri.
n = jumlah sampel
Daun serai wangi disuling dengan
Nilai r menunjukkan kekuatan hubungan
sistem destilasi uap selama 4 jam. Setelah
linier. Nilai korelasi berada pada interval
didapat minyaknya, kemudian dihitung
=1≤ r ≤ 1. Tanda – dan + menunjukan
rendemennya dengan menggunakan
arah hubungan (Sulaiman, 2002)
rumus:

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis data Karakter Produksi

Semua data hasil pengamatan tinggi Hasil produksi utama serai wangi

tanaman, jumlah anakan, bobot basah, adalah minyak atsiri. Beberapa faktor

bobot kering dan bobot seluruh tanaman dapat mempengaruhi perolehan minyak

dianalisis menggunakan analisis sidik atsiri dari suatu komoditas. Dimulai dari

ragam pada taraf 5 % dan apabila segi pertumbuhan dan aspek budidayanya.

berpengaruh nyata maka dilanjutkan Disajikan pada tabel 1. jenis serai wangi

dengan uji lanjut beda nyata jujur (BNJ) yang tertinggi pertumbuhannya adalah

pada taraf 5 % dengan software SAS. serai wangi jenis Lenabatu dengan tinggi

Sedangkan komponen hasil keseluruhan 124.66 cm sedangkan varietas

termasuk c-organik NPK, Mg serta data Mahapengiri klon G1 berkisar 114.33 cm

hasil pengamatan menggunakan analisis dan klon G2 86.66 cm. Tinggi tanaman

korelasi pearson dengan software SPSS. yang berbeda disebabkan oleh beberapa

Analisis korelasi dilakukan untuk faktor salah satunya yaitu perbedaan jenis.

164 Jurnal Pertanian Presisi Vol. 4 No. 2 Desember 2020


Lenabatu memiliki tinggi tanaman yang oleh pengaruh sifat genetik dari suatu
lebih besar dibandingkan dengan klon G1 varietas serta keadaan lingkungan yang
dan Klon G2. Proses pertumbuhan sesuai dengan pertumbuhan tanaman.
tersebut tentunya dipengaruhi oleh Jumlah anakan menjadi parameter yang
beberapa faktor diantaranya lingkungan, penting dalam produksi minyak atsiri hal
fisiologis dan genetika tanaman. Menurut ini dikarenakan dapat mempengaruhi
Sitompul et al (1995) menyatakan bahwa bobot kadar minyak yang terdapat
tinggi tanaman merupakan ukuran didalamnya. Menurut Husana (2010)
tanaman yang sering diamati baik sebagai jumlah anakan akan maksimal apabila
suatu indikator pertumbuhan maupun tanaman memiliki sifat genetik yang baik,
sebagai parameter yang digunakan untuk kemudian hasil akan lebih maksimal
mengukur pengaruh lingkungan atau apabila keadaan lingkungan yang
perlakuan yang diterapkan. Berdasarkan menguntungkan serta sesuai dengan
hasil sidik ragam dengan taraf kesalahan 5 pertumbuhan tanaman.
% terhadap tinggi tanaman menunjukan Bobot basah antar perlakuan tidak
bahwa lenabatu berpengaruh nyata berbeda nyata pada ketiga jenis serai
terhadap mahapengiri klon G2 dan tidak wangi. Jumlah tanaman dalam satu
berbeda nyata dengan klon G1 hal ini rumpun juga beragam, mulai dari yang
dikarenakan pengaruh dari perbedaan paling sedikit yaitu 50-65 rumpun untuk
genetik yang dimiliki oleh ketiga jenis varietas Lenabatu, 55-70 rumpun pada
serai wangi. varietas Mahapengiri Klon G1 dan
Hasil sidik ragam jumlah anakan rumpun paling banyak diantara ketiganya
mahapengiri Klon G2 menunjukan yaitu pada varietas Mahapengiri Klon G2
perbedaan yang nyata dengan Lenabatu sebanyak 70-80 rumpun.
dan mahapengiri klon G1. Hal ini diduga

Tabel 1. Pengaruh Jenis Serai Wangi Terhadap Tinggi Tanaman Dan Jumlah Anakan
Perlakuan Tinggi tanaman Jumlah anakan/batang
(cm)
Lenabatu 124.66 a 55.33 b
Mahapengiri Klon G1 114.33 a 55.33 b
Mahapengiri Klon G2 86.66 b 70.66 a
Keterangan: Angka-angka diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama
menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf α= 5%

A’yun, Hermana, Kulsum, Analisis Rendemen Minyak… 165


https://doi.org/10.35760/jpp.2020.v4i2.3343
Hal ini diduga oleh pengaruh sifat relatif sama. Prasetya et al (2009)
genetik dari suatu varietas serta keadaan menyatakan bahwa bobot segar seluruh
lingkungan yang sesuai dengan tanaman dipengaruhi oleh tinggi tanaman
pertumbuhan tanaman. dan luas daun. Semakin tinggi suatu
Dari keseluruhan faktor yang tanaman dan semakin besar luas daunnya
mempengaruhi hasil produksi, didapat maka bobot segar seluruh tanaman akan
hasil bobot berat basah yang disajikan semakin tinggi. Perbedaan yang tidak
pada Gambar 1 yaitu tertinggi sebesar signifikan juga terlihat pada bobot kering
2.33 kg pada varietas Lenabatu, tanaman, dimana ketiga jenis serai wangi
Mahapengiri Klon G2 kg dan 1,67 kg memiliki bobot kering tanaman serai
pada varietas Mahapengiri Klon G1. wangi sebelum dilakukan proses ekstraksi
Banyaknya jumlah anakan akan semakin atau penyulingan berkisar antara 1.1
meningkatkan berat basah yang didapat. sampai 1.6 kg/rumpun. Proses pengering
Bobot seluruh tanaman tidak menunjukan anginan bertujuan untuk mengurangi
perbedaan yang nyata diantara ketiga jenis kadar air dalam bahan, sehingga semakin
serai wangi. Dengan demikian hal tersebut lama proses pengering angina makan
mengindikasikan bahwa ketiga jenis bobot kering semakin menurun
tanaman memiliki bobot keseluruhan yang dikarenakan berkurangnya kadar air.

Gambar 1. Bobot Basah Serai Wangi

166 Jurnal Pertanian Presisi Vol. 4 No. 2 Desember 2020


Gambar 2. Bobot Seluruh Jenis Serai Wangi

Gambar 3. Bobot Kering Tanaman Serai Wangi

Pengeringan tersebut di duga dapat Rendemen Serai Wangi


mempengaruhi hasil rendemen minyak. Rendemen serai wangi pada
Berdasarkan temuan Ermaya et al (2017) berbagai perlakuan tersaji pada Tabel 3.
ditemukan bahwa lamanya suatu pelayuan Perlakuan pada masing-masing varietas
berpengaruh nyata terhadap rendemen menyebabkan respon yang berbeda-beda
minyak atsiri. Penyulingan langsung pada terhadap rendemen serai wangi. Perlakuan
tanaman serai wangi dapat mengakibatkan pada masing-masing jenis serai wangi
teroksidasi dan terhidrolisis sehingga berpengaruh nyata terhadap rendemen
menurunkan serai wangi. Varietas mahapengiri klon

A’yun, Hermana, Kulsum, Analisis Rendemen Minyak… 167


https://doi.org/10.35760/jpp.2020.v4i2.3343
G2 memiliki hasil yang berbeda nyata diduga dipengaruhi oleh suatu varietas,
dengan mahapengiri klon G1 dan tetapi perolehan minyak secara total juga
Lenabatu, hasil penelitian menunjukan dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan
bahwa setiap jenis serai wangi tanaman itu sendiri.
menyebabkan respon yang berbeda-beda Hal ini dimungkinkan bahwa
terhadap rendemen serai wangi. Lenabatu Mahapengiri Klon G2 dihasilkan melalui
memiliki rendemen sebesar 0.46%, pemuliaan tanaman yang intensif sehingga
mahapengiri klon G1 0.57% keduanya memiliki keunggulan genetis oleh Balittro
berbeda nyata dengan klon G2 sebesar (Syukur & Trisilawati, 2018) sehingga
0.92% . hal ini sesuai dengan pendapat rendemen yang dihasilkan oleh
Mansur at al (1987) bahwa rendemen Mahapengiri Klon G2 lebih tinggi. Selain
varietas lenabatu antara 0.4-0.5% dan itu, Ermaya et al., (2017) melaporkan
Mahapengiri memiliki rendemen yang bahwa kualitas minyak atsiri yang
lebih besar yaitu berkisar antara 0.7-1.6 dihasilkan dapat dipengaruhi oleh waktu
%. Rendemen minyak yang dihasilkan pelayuan atau kering angin, tekanan uap
dari daun serai wangi tergantung dari serta kualitas mesin yang digunakan.
bermacam-macam faktor antara lain:
iklim, kesuburan tanah, umur tanaman dan Analisis Jaringan Tanaman
cara penyulingan. Rendemen juga Analisa jaringan tanaman menjadi
dipengaruhi oleh musim. Menurut petani salah satu faktor penting dalam
setempat ketika musim kemarau rendemen meningkatkan suatu kualitas rendemen
minyak lebih tinggi daripada musim yang digunakan untuk mendiagnosa
penghujan. Dari hasil penelitian, hasil kebutuhan hara suatu pertanaman pada
rendemen yang didapat beragam. Varietas masing-masing saat selama pertumbuhan
Lenabatu memiliki rendemen terkecil pertanaman yang gayut dengan masa-
0.5% dibandingkan varietas Mahapengiri masa (periode) hidup yang
yaitu 0.7- 1.6%. perbedaan tersebut mengendalikan berbagai anasir hasil.

Tabel 3. Pengaruh Jenis Serai Wangi terhadap Hasil Rendemen Minyak


Perlakuan Rendemen minyak (%)
Lenabatu 0.46 % a
Mahapengiri klon G1 0.57 % a
Mahapengiri klon G2 0.92 % b
Keterangan: Angka-angka diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan perlakuan yang sama
menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji beda nyata jujur (BNJ) atau Tukey pada taraf a= 5%.

168 Jurnal Pertanian Presisi Vol. 4 No. 2 Desember 2020


Hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa varietas Lenabatu dapat tahan
setiap jenis serai wangi memberikan pada tanah yang tingkat kesuburannya
respon yang berbeda pada analisis relatif rendah dikarenakan pencucian
jaringan tanaman C-organik, fosfor, tanag yang terbentuk oleh curah hujan.
kalium dan magnesium terhadap Kandungan P tertinggi terdapat pada
rendemen serai wangi (Tabel 4). Klon G2 dengan presentase sebesar
Kesuburan tanah menjadi salah satu 0,36% artinya serapan P dalam tanah
faktor penting untuk menghasilkan hasil juga tinggi sehingga berpengaruh pada
rendemen serai wangi, hal ini dapat kandungan hara yang terdapat dalam
diketahui dari kandungan kadar hara tanaman sehingga menyebabkan
tanaman sebagai salah satu faktor dalam meningkatnya laju fotosintesis. Serapan
fase pertumbuhannya. Analisa jaringan K pada Klon G1 lebih tinggi yaitu
tanaman menjadi salah satu penduga 0,70% dari Lenabatu dan G2 hal ini
untuk mengetahui kadar unsur yang menunjukan bahwa Klon G1 aktivasi
terdapat di dalam tanaman. C-organik enzim yang terlibat dalam proses
pada ketiga jenis serai wangi didapat pada fotosintesis memiliki presentase yang
1 sampel luasan wilayan sentra budidaya lebih tinggi dibandingkan keduanya.
yaitu 0,67% artinya kurang dari satu. Serapan Mg yang baik ada pada Klon
Menurut Syukur dan Trisilawati (2019) G1 dan G2 yaitu 0,06 % dibandingkan
menyatakan bahwa C-organik yang Lenabatu sebesar 0,09 % mengacu pada
kurang dari satu, maka tingkat kesesuaian pendapat Cameron et al (1996) yang
lahan budidayanya kurang baik untuk menyatakan bahwa kandungan Mg
budidaya serai wangi. dalam jaringan tanaman biasanya <0,5
Kandungan nitrogen Lenabatu % artinya presentase yang lebih rendah
memiliki presentase tertinggi 0,73% memiliki kandungan yang lebih baik
dibandingkan Klon G1 dan G2 artinya untuk proses pertumbuhan tanaman.

Tabel 4. Analisis Kandungan Unsur Jaringan Tanaman


Varietas C-organik (%) N (%) P (%) K (%) Mg (%)
Lenabatu 0,67 0,73 0,29 0,46 0,09
M Klon G1 0,67 0,52 0,09 0,70 0,06
M Klon G2 0,67 0,36 0,38 0,66 0,06

A’yun, Hermana, Kulsum, Analisis Rendemen Minyak… 169


https://doi.org/10.35760/jpp.2020.v4i2.3343
Hasil Analisis Korelasi kuat terhadap hasil rendemen minyak
Hasil analisis korelasi antara sifat atsiri serai wangi. Sedangkan sifat yang
komponen hasil dengan rendemen lainnya memiliki nilai korelasi yang tidak
minyak atsiri daun serai wangi disajikan nyata. Dengan demikian tanaman yang
pada Tabel 5. jumlah anakannya banyak serta
Pada Tabel 5 menunjukan bahwa kandungan magnesium dan kaliumnya
nilai koefisien korelasi antara sifat mencukupi dapat digunakan sebagai
komponen hasil dan rendemen minyak kriteria seleksi untuk mendapatkan
atsiri daun serai wangi adalah positif tanaman serai wangi yang unggul dengan
negatif, sifat kandungan kalium dan presentase rendemen minyak atsiri yang
jumlah anakan nilai koefisien korelasinya tinggi.
negatif sangat nyata, sedangkan
kandungan magnesium dan tinggi Pembahasan
tanaman nilai korelasinya adalah positif Kota Malang merupakan salah satu
sangat nyata. Hal ini menunjukan bahwa sentra budidaya serai wangi yang terdapat
rendemen minyak atsiri sangat di Jawa Timur. Topografi wilayah,
dipengaruhi oleh sifat-sifat tersebut keadaan geografis yang mendukung
artinya tinggi tanaman, jumlah anakan, sehingga berpotensi untuk ditanami serai
kandungan kalium dan magnesium wangi dari berbagai jenis atau varietas
memiliki korelasi atau hubungan yang diantaranya lenabatu dan mahapengiri.

Tabel 5. Koefisien Korelasi Pearson Antara Sifat Komponen Hasil Dan Rendemen
Minyak
Sifat yang diamati Koefisien korelasi
C-organik -
Nitrogen -0.72
Phospor -0.17
Kalium -0.82**
Magnesium 0.90**
Tinggi tanaman 0.92**
Jumlah anakan -0.76*
Bobot basah daun 0.43
Bobot kering daun 1.08
Bobot seluruh tanaman 0.65
Keterangan: Korelasi sangat nyata (**). korelasi nyata (*)

170 Jurnal Pertanian Presisi Vol. 4 No. 2 Desember 2020


Hasil penelitian menunjukan bahwa aspek budidaya, iklim dan ketinggian
perlakuan pada varietas lenabatu, menjadi aspek penting untuk meghasilkan
mahapengiri klon G1 dan G2 kualitas minyak atsiri yang baik sesuai
menyebabkan respon yang berbeda-beda SNI, hasil rendemen varietas Mahapengiri
terhadap rendemen serai wangi. Klon G2 sebesar 0.92 % serta
Pertumbuhan serai wangi menjadi salah Mahapengiri Klon G1 sebesar 0.57%,
satu faktor tinggi rendahnya kualitas Lenabatu 0.5 % dimana standar nasional
rendemen minyak, pertumbuhan suatu Indonesia sebesar 0.6-1.2% artinya
tanaman dapat diamati berdasarkan tinggi varietas Mahapengiri Klon G2 merupakan
tanaman, jumlah anakan, bobot kering varietas yang terbaik dibandingkan
dan basah. Hasil penelitian menunjukan Lenabatu dan Klon G1 tetapi Klon G1
tinggi tanaman dan jumlah anakan memiliki nilai rendemen yang sesuai
berbeda nyata pada ketiga perlakuan atau standar nasional artinya varietas
pada ketiga jenis varietas artinya tinggi Mahapengiri memiliki presentase
tanaman dan jumlah anakan memiliki rendemen yang lebih baik dari Lenabatu
pengaruh terhadap rendemen. Pada ketiga tetapi Klon G2 lebih unggul dari Klon G1
jenis serai wangi dari hasil penelitian dalam menghasilkan rendemen minyak
didapatkan bahwa mahapengiri klon G2 atsiri. Klon G2 memiliki kualitas hasil
mampu meningkatkan rendemen secara minyak atsiri yang baik. Hal ini diduga
signifikan dibandingkan dengan lenabatu karena ketigannya memiliki proses
dan mahapengiri klon G1. Hal ini budidaya yang sama sehingga hal ini
dimungkinkan bahwa mahapengiri klon dapat disimpulkan dengan menduga
G2 dihasilkan melalui pemuliaan tanaman bahwa kedua perlakuan lainnya baik
yang intensif oleh Balai Penelitian varietas Lenabatu dan Mahapengiri Klon
Rempah dan Obat sehingga hasil G1 kurang cocok atau kurang sesuai
rendemen yang dihasilkan lebih tinggi dengan lingkungan tumbuh pada lokasi
diantara keduanya. Dengan demikian budidaya. Sehingga dalam penelitian
varietas Mahapengiri Klon G2 dapat dapat dikatakan bahwa varietas
dimanfaatkan sebagai alternatif tanaman Mahapengiri Klon G2 dapat menjadi
untuk penerapan budidaya serai wangi acuan untuk budidaya serai wangi dalam
yang akan diproduksi hal ini juga dapat menghasilkan minyak atsiri yang ber
menjadi acuan bahwa lokasi budidaya, kualitas.

A’yun, Hermana, Kulsum, Analisis Rendemen Minyak… 171


https://doi.org/10.35760/jpp.2020.v4i2.3343
KESIMPULAN DAN SARAN budidaya. Penelitian ini membutuhkan
Selama proses penelitian ketelitian yang tepat, kandungan C-
pengambilan sampel hingga tahap organik yang sudah dianalisis akan lebih
penyulingan, perlakuan pada ketiga jenis baik dikaji lebih lanjut terutama pada
serai wangi lenabatu, mahapengiri klon masing-masing jenis serai wangi supaya
G1 dan Klon G2 memiliki presentase dapat mengetahui lebih detail proses
hasil rendemen yang berbeda-beda. Pada penyerapan hara dalam fase
pengamatan ketiga jenis serai wangi pertumbuhannya.
didapatkan hasil bahwa faktor
pertumbuhan jenis dapat mempengaruhi DAFTAR PUSTAKA
perolehan presentase rendemen yakni Badan Pusat Statistik. 2020. ‘Data
Sensus’. Available at:
tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot
https://bps.go.id/indikator/
basah, bobot kering dan bobot seluruh indikator/view_data_pub/3507/api_
pub/38/da_01/2. Kementerian
tanaman. Perlakuan pada serai wangi jenis
Dalam Negeri
mahapengiri klon G2 menghasilkan Cameron Keith, Mclaren, R. G. C. 1996.
Soil science : An Introduction to the
presentase rendemen yang sesuai standar
Properties and Management of New
nasional Indonesia sebesar 0,92%. Hal ini Zealand soils (2nd Ed). Oxford
University Press. Auckland, New
tidak lepas dari peran lokasi budidaya
Zealand.
dimana hasil presentase rendemen akan Departemen Perindustrian dan
Perdagangan. 2002. Data Statistik
berbeda apabila ditanam di lokasi yang
Ekspor/Impor Komoditi Lain-lain
berbeda diduga karena kebutuhan sifat (Essential Oil). Jakarta: Departemen
Perindustrian dan Perdagangan
tanaman yang membutuhkan cahaya
Dewan atsiri indonesia. 2009. Booklet
matahari penuh untuk mencapai minyak atsiri indonesia. Jakarta.
Djoar, D. W., Sahari, P., and Sugiyono.
presentase rendemen yang maksimal.
2012. Studi Morfologi dan Analisis
Lokasi budidaya menjadi faktor penting Korelasi Antar Karakter Komponen
Hasil Tanaman Sereh Wangi
pada pengaruh serapan hara dan jaringan
(Cymbopogon sp.) dalam Upaya
tanaman untuk proses pertumbuhan serai Perbaikan Produksi Minyak. Jurnal
Caraka Tani 27(1): 15–24.
wangi. Presentase hasil rendemen
Guenther, E. 1990.Minyak Atsiri Jilid III
Varietas lenabatu dan Mahapengiri klon
A. diterjemahkan oleh S. Ketaren.
G1 memiliki hasil dibawah 0,6 % hal
Jakarta: UI Press
tersebut diduga keduanya kurang sesuai
Ermaya, D. Irmayanti, Nurman Salfauqi,
dengan lingkungan tumbuh pada lokasi Purnama sari Sri, Bintamat. 2017.
Pengaruh Pelayuan Dan Lama

172 Jurnal Pertanian Presisi Vol. 4 No. 2 Desember 2020


Penyulingan Sereh Wangi Kementerian Pertanian.
(Cymbopogon Nardus) Di Dsa Prasetya, B, S. Kurniawan and M.
Makmur Jaya Kecamatan
Febrianingsih. 2009. (Brassica
Terangun-Gayo Lues Terhadap
Mutu Minyak Serai Wangi. Seminar juncea L) pada Entisol. Jurnal
Nasional II USM. 1 Oktober 2017
Agritek 17 (5): 1022-1029
hal 513-517
Harjadi, B.2007. Analisis Karakteristik Rizal, E. 2011. Sirkuler Informasi
Kondisi Fisik Lahan DAS dengan Teknologi Tanaman Rempah dan
PJ dan SIG di DAS Benain- Obat.Balai Penelitian Tanaman
Noemina,NTT. Jurnal Ilmu Tanah Rempah dan Obat. Bogor:
dan Lingkungan Vol.7 Kementerian Pertanian
No.2m(2007) p: 74-79. Suroso. 2018. Budidaya Serai Wangi.
Husana. 2010. Pengaruh Penggunaan Penyuluh Kehutanan Lapangan.
Jarak Tanam Terhadap Yogyakarta: Dinas Kehutanan dan
Pertumbuhan dan Produksi Padi. Perkebunan
Juliarti, A, Wijayanto, N, Mansur, I Sulaiman, Wahid. 2002 ‘Jalan Pintas
(2020) 'Analisis Rendemen Minyak Menguasai SPSS 10’, Penerbit
Serehwangi (Cymbopogon nardus Andi. Yogyakarta.
L.) yang ditanam dengan pola Syukur. 2010. Budidaya Serai Wangi.
Agrroforestri dan Monokultur pada Bogor: Balai Penelitian Tanaman
Lahan Revegetasi Pasca Tambang Obat dan Aromatik.
Batubara', 8 (2) , pp. 181-188. Syukur, C., Trisilawati, O. 2019. Sirkuler
Mansur, M., Laksamanahardja, M.P. 1987 Informasi Teknologi Tanaman
‘Plasma Nutfah Serai Wangi dalam Rempah dan Obat Seraiwangi
Pengembangan penelitian plasma (Andropogon nardus L.). Balai
nutfah tanaman rempah dan obat.’, Penelitian Tanaman Rempah dan
Edisi khusus Penelitian Tanaman Obat. pp. 9–12.
Rempah dan Obat, VOL III, pp. 38– Sitompul, S.M, Bambang Guritno. 1995.
46. Analisis Pertumbuhan Tanaman.
Kementerian Pertanian. 2013 Data Jenis Yogyakarta: Gadjah Mada
Potensi Atsiri di Indonesia. Jakarta: University Press.

A’yun, Hermana, Kulsum, Analisis Rendemen Minyak… 173


https://doi.org/10.35760/jpp.2020.v4i2.3343

Anda mungkin juga menyukai