Anda di halaman 1dari 25

RESUME PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA

STEAM DISTILLATION

Resume disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Operasi Teknik Kimia

Dosen Pengampu:

Ari Susanti, S.T., M.T.

Kelas B

Disusun Oleh:

1. Kiki Kurnia Sandy Arrohim (181910401037)


2. Evi Nadilah Giandita (181910401066)
3. Siska Nuri Fadilah (181910401067)

PROGRAM STUDI S1 REKAYASA TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSIRTAS JEMBER

APRIL, 2021
BAB 1. BAHAN BAKU ATAU TANAMAN SERTA DESKRIPSI BAHAN

Salah satu kelompok tanaman penghasil minyak atsiri yaitu tanaman nilam (Progestemon
cablin bent), sampai saat ini minyak nilam belum dapat dibuat dalam bentuk sintesis hal ini yang
membuat minyak atsiri mempunyai potensi yang baik dan harganya tinggi. Minyak nilam dalam
dunia internasional sudah lama dikenal dan di Indonesia masih sedikit yang membudidayakan
tanaman nilam. Minyak nilam banyak diminati oleh negara lain hal inilah yang menjadikan minyak
nilam sebagai bisnis yang menjanjikan. Sekitar 600-800 ton/tahun kebutuhan dunia terhadap
minyak atsiri yang berasal dari tanaman nilam. Minyak atsiri nilam yang di ekspor belum
dimurnikan atau yang telah dimurnikan, negara tujuan ekspor minyak atsiri nilam antara lain adalah
Singapura, Amerika serikat dan Spanyol (Suryani, 2020).
Minyak nilam sampai saat ini belum memiliki produk substitusi dan mempunyai peluang
yang baik karena permintaan terhadap minyak nilam selalu meningkat. Setiap tahun kebutuhan akan
minyak wangi meningkat karena kebiasaan gaya hidup masyarakat yang menggunakan kosmetika
dan minyak wangi, maka kebutuhan akan kosmetika atau minyak wangi menjadi meningkat setiap
tahunnya. Lahan budi daya tanaman nilam semakin berkurang karena meningkatnya jumlah
penduduk, permintaan minyak nilam yang semakin meningkat mengharuskan memiliki suatu teknik
budidaya tanaman nilam yang tepat agar memiliki rendemen yang tinggi dan kualitas minyak nilam
yang bagus. Selama hampir 100 tahun di daerah penghasil utama (Aceh dan Sumatera Utara)
tanaman nilam telah dibudidayakan di Indonesia, namun rendemen dan mutu minyak nilam yang
dihasilkan sampai sekarang masih rendah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
rendahnya mutu genetik tumbuhan, teknologi budidaya yang kurang diperhatikan, tanaman terkena
penyakit, serta teknik panen dan pasca panen yang kurang tepat (Suryani, 2020).
Terdapat tiga jenis nilam yaitu nilam aceh, nilam jawa dan nilam sabun di Indonesia hingga
saat ini. Nilam aceh (Pogostemon cablin Benth atau Pogostemon Patchouli) memiliki aroma khas
dan kadar minyak yang tinggi pada daun kering yaitu 2,5- 5% dibandingkan jenis tanaman lain,
sehingga minyak nilam merupakan tanaman standar ekspor yang direkomendasikan. Hampir di
seluruh wilayah Aceh tanaman nilam di tanaman secara meluas karena nilam Aceh yang dikenal
untuk pertama kali. Jenis tanaman nilam ini berasal dari Filipina, yang kemudian ditanam dan
dikembangkan juga di wilayah Malaysia, Madagaskar, Brazil, serta Indonesia. Saat ini. Karena
memiliki kandungan minyak yang tinggi hampir seluruh wilayah Indonesia mengembangkan nilam
Aceh secara khusus (Suryani, 2020).
Nilam jawa (Pogostemon heyneatus Benth) yang biasa disebut nilam hutan. Nilam jawa yang
masuk ke Indonesia berasal dari India, serta tumbuh liar di beberapa hutan di Pulau Jawa. Jenis
nilam jawa yaitu pada daun dan rantingnya tidak memiliki bulu-bulu halus dan ujung daun agak
meruncing. Tanaman nilam jawa ini memiliki kadar minyak 0,5-1,5% lebih rendah dibandingkan
nilam aceh. Nilam sabun (Pogostemon hortensis Backer) biasa digunakan untuk mencuci pakaian,
terutama mencuci kain jenis batik. Jenis nilam sabun memiliki kadar minyak yang sama dengan
nilam jawa yaitu 0,5-1,5%. Jenis nilam sabun tidak memperoleh pasaran dan bisnis minyak nilam
karena kandungan minyak yang dimiliki dan dihasilkan dari proses penyulingan tidak baik. Nilam
jawa dan nilam sabun tidak direkomendasikan sebagai tanaman komersial karena kandungan
minyaknya sangat sedikit dibandingkan nilam aceh. Selain itu, komposisi kandungan minyak nilam
sabun tidak baik sehingga aroma yang dimiliki keduanya berbeda dengan nilam aceh (Suryani,
2020).
Kelompok tanaman penghasil minyak atsiri, salah satunya adalah tanaman Nilam
(Progestemon cablin Bent) yang mempunyai prospek yang cukup baik karena disamping harganya
tinggi, juga sampai saat ini belum bisa dibuat dalam bentuk sintetik. Penggunaan minyak nilam
(patchouli oil) dalam industri kosmetik, parfum, sabun, dan industri lainnya. Minyak nilam bisa
digunakan untuk penyembuhan fisik, mental serta emosional. Selain itu minyak nilam yang bersifat
fixatif (mengikat minyak atsiri lainnya) yang menjadi daya tarik minyak atsiri ini dan sampai saat
ini belum bisa dibuat dengan sintetik dari senyawa lain. Minyak nilam di Indonesia belum optimal
produksinya dan minyak ini merupakan komoditi eksport non migas. Bahkan minyak atsiri ini
sudah popular di kanca Internasional. Kebutuhan minyak nilam di dunia berasal dari tanaman nilam
berkisar 600-800 ton/tahun dan sebagian besar disuplai dari Indonesia. Negara konsumen
menggunakan minyak nilam sebagai bahan pengikat dalam industri minyak wangi (parfum) atau
dalam industri kosmetik. Negara tujuan ekspor nilam adalah Singapura, Amerika Serikat, dan
Spanyol. Sentra produksi tanaman nilam di Indonesia terdapat Sumatra Selatan, Sumatra Barat,
Sumatra Utara, Riau, Nanggroe Aceh Darussalam, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa
Timur, Kalimantan Tengah, dan daerah lainnya. Minyak atsiri nilam diproduksi dari daun dan
ranting tanaman nilam. Beberapa varietas daun nilam yang cukup potensial untuk dikembangkan
(Anto, 2020).
1) Pogostemon cablin Benth
1. Negara-negara yang membudidayakan adalah negara Brazilia, Paraguai, Filipina,
Madagaskar, dan termasuk Indonesia.
2. Bentuk daunnya agak membulat menyerupai jantung.
3. Terdapat bulu-bulu rambut pada bagian bawah daun dan warnanya agak pucat.
4. Tidak didapati berbunga, kalaupun berbunga tapi sangat jarang.
5. Kandungan minyak atsirinya berkisar 2,5-5,5% dan komposisi kimianya cukup lengkap.
6. Minyak atsirinya sangat tinggi kualitasnya.
2) Pogostemon heyneanus, Benth
1. Biasanya tumbuh liar di pekarangan rumah.
2. Nilam hutan atau nilam jawa penyebutannya.
3. Bentuk daun lebih tipis dari Pogostemon cablin dan ujung daun hamper meruncing.
4. Jenis nilam ini dapat berbunga.
5. Kandungan minyak atsiri berkisar 0,5-1,5% dari berat kering, dan komposisi minyaknya
kurang baik.
3) Pogostemon hortensis, Backer
1. Penggunaan jenis nilam ini sebagai sabun.
2. Sifat morfologis dari daunnya yaitu daun tipis, ujungnya agak meruncing dan tidak
berbunga.
3. Kandungan minyak atsirinya rendah berkisar 0,5-1,5% dari berat kering dan komposisi
minyaknya kurang bagus (Anto, 2020).

Gambar 1.1. Varietas Nilam Pogostemon cablin Benth, Pogostemon heyneanus Benth, dan
Pogostemon hortensis Backer.
Tanaman nilam termasuk suku atau famili Labiatae dengan sekitar 200 genera, salah satunya
adalah Pogostemon. Sistematika tanaman nilam sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Dicotyledonae (Biji berkeping dua)
Ordo : Labiatales
Famili : Labiatae
Genus : Pogostemon
Spesies : Pogostemon cablin Benth (Anto, 2020).
Nilam merupakan tumbuhan tropik yang termasuk dalam famili labiatae, kelas Angiospermae
dan divisi Spermatophyta. Tanaman nilam merupakan jenis tanaman berakar serabut, bentuk daun
bervariasi dari bulat hingga lonjong dan batangnya berkayu dengan diameter berkisar antara 10 - 20
mm. Sistem percabangan banyak dan bertingkat mengelilingi batang antara (3 - 5 cabang per
tingkat). Setelah tanaman berumur 6 bulan, tingginya dapat mencapai 1 meter dengan radius cabang
selebar kurang lebih 60 cm. Daun tanaman nilam berbentuk bulat telur sampai bulat panjang
(lonjong). Secara visual daun nilam mempunyai ukuran panjang antara 5 cm -11 cm, berwarna
hijau, tipis, tidak kaku, dan berbulu pada permukaan bagian atas. Daun terletak duduk berhadap-
hadapan. Berikut gambar morfologi daun nilam dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2. Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth.)


Daerah dengan ketinggian 0-1200 dpl (di atas permukaan laut) bisa menjadi lahan untuk
budidaya tanaman nilam dengan produksi yang cukup baik. Tapi untuk tumbuh dan produksi yang
optimum tanaman nilam pada daerah dengan ketinggian 10-400 dpl. Untuk kebutuhan curah hujan
untuk pertumbuhan nilam yaitu sekitar 2.300-3.000 mm/tahun. Sedangkan kebutuhan suhu udara
berkisar 24-28oC dengan kelembaban di atas 75%. Kondisi tanah yang cocok untuk tanaman nilam
yaitu tanah yang subur, gembur, dan perlu banyak air tapi tidak sampai tergenang. Tanah dengan
tekstur lempung sampai liat berpasir cocok juga untuk tanaman nilam dengan pH 5,5-7. Secara
lengkap kesesuaian lahan dan iklim dapat dilihat pada Tabel 1.1 (Anto, 2020).
Tabel 1.1. Kriteria Kesesuaian Lahan dan Iklim untuk Tanaman Nilam
Parameter Tingkat Kesesuaian
Sangat Sesuai Sesuai Kurang Sesuai Tidak Sesuai
Ketinggian 100 – 400 0 – 700 > 700 > 700
(m/dpl)
Jenih Tanah Andosol Regosol Lainnya Lainnya
Latosol Podsolid
Kambisol
Drainase Baik Agak Baik Agak Baik Terhambat
Tekstur Lempung Liat dan Berpasir Lainnya Pasir
Kedalaman Air > 100 75 – 100 50 – 75 < 50
Tanah (cm)
pH 5,50 – 7 5 – 5,5 4,5 – 5 < 4,50
CH Tahunan 2.300 – 3.000 1.750 – 2.300 > 3.500 > 5.000
(mm) 3.000 – 3.500 1.200 – 1.700 < 1.200
Bulan Basah per 10 – 11 9 – 10 <9 <8
Tahun

Senyawa yang ditemukan dalam daun nilam antara lain flavonoid, saponin, tanin, steroid,
serta senyawa minyak atsiri (Zulfa, 2020).
1) Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan
dialam. Senyawa- senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna
kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Golongan flavonoid memiliki kerangka karbon
yang terdiri atas dua cincin benzene tersubstitusi yang disambungkan oleh rantai alifatik tiga
karbon. Pengelompokan flavonoid berdasarkan pada cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan
gugus hidroksil yang tersebar. Flavonoid terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun,
akar, kayu, kulit, bunga, buah dan biji. Sejumlah tanaman obat yang mengandung flavonoid telah
dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antivirus, antiradang, antikanker, dan
antialergi (Zulfa, 2020).
2) Saponin
Saponin merupakan senyawa sekunder yang ditemukan pada banyak tanaman di bagian akar,
kulit, daun, biji, dan buah yang berfungsi sebagai sistem pertah anan. Keberadaan saponin dapat
dicirikan dengan adanya rasa pahit, pembentukan busa yang stabil pada larutan cair. Senyawa
saponin merupakan senyawa aktif yang kuat dan di klasifikasikan oleh struktur aglikon kedalam
triterponoid dan steroid, dimana kedua senyawa tersebut mempunyai berbagai macam sifat biologis
seperti kemampuan hemolitik, aktivitas antibakterial, antimolluska, aktivitas antivirus, aktivitas
sitotoksik atau anti kanker (Zulfa, 2020).
3) Tanin
Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa
khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, antibakteri, dan antioksidan. Tanin merupakan komponen
zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar
mengkristal, mengendapkan protein dari larutanya dan bersenyawa dengan protein tersebut. Tanin
dihasilkan oleh tumbuhan hijau baik tumbuhan tingkat tinggi maupun tingkat rendah dengan kadar
dan kualitas yang berbeda-beda (Zulfa, 2020).
4) Steroid
Steroid merupakan salah satu golongan senyawa metabolit sekunder. Golongan senyawa
tersebut diketahui mempunyai aktivitas bioinsektisida, antibakteri, antifungi, dan antidiabetes.
Steroid merupakan terpenoid lipid yang dikenal dengan empat cincin kerangka dasar karbon yang
menyatu. Struktur senyawanya pun cukup beragam. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya
gugus fungsi teroksidasi yang terikat pada cincin dan terjadinya oksidasi cincin karbonya (Zulfa,
2020).
5) Minyak Atsiri
Minyak atsiri yang biasa disebut sebagai minyak eteris atau minyak yang mudah menguap
dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar, batang, kulit, daun, bunga, buah, atau
biji. Minyak atsiri nilam atau minyak nilam (Patchouli oil) pada bidang farmasi digunakan untuk
obat antiradang, antimikroba, antiserangga, antidepresi dan aromaterapi. Komponen-komponen
kimia penyusun minyak nilam yang mempunyai persentase terbesar adalah patchouli alkohol
(32,60%), Δ-guaiene (23,07%), α-guaiene (15,91%), seychellene (6,95%) dan α-patchoulene
(5,47%) (Zulfa, 2020).
Produksi minyak nilam dilakukan dengan metode destilasi. Proses penyulingan minyak nilam
dapat dilaksanakan dengan umpan operasi 300 kg dalam waktu 8 jam dan kolom tekanan distilasi
2,4 bar. Daun nilam akan menjalani proses pendahuluan sebelum digantung di udara selama 1-2
minggu dan diawetkan selama 3 bulan. Proses ini menghasilkan 2% dari daun. Minyak nilam suling
dibandingkan SNI dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 menunjukkan kadar PA minyak nilam
yang digunakan sebagai bahan baku belum memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) maksimal.
Kondisi PA dipengaruhi oleh proses produksi dan pakan, dalam hal ini daun nilam. Padahal
indikator lain menunjukkan bahwa bahan bakunya sudah sesuai dengan SNI (Ayu et al., 2016).
Tabel 1.2. Karakteristik Minyak Nilam Sesuai dengan SNI
Minyak Nilam
Karakteristik
Bahan Mentah SNI
Warna Kuning Gelap Kuning Coklat Kemerahan
Densitas (g/ml) 0,953 0,950 – 0,975
Indeks Bias (nD) 1,497 1,507 hingga 1,515
Level PA 15,48% Paling sedikit 30%
BAB 2. MEKANISME PROSES STEAM DISTILLATION

Metode distilasi di mana uap dengan jumlah tertentu uap air disemprotkan pada bahan
tanaman yang ditempatkan di kisi-kisi dalam sistem yang mirip dengan distilasi air dan transfer uap
minyak esensial dikenal sebagai (Gambar 2.1) distilasi uap. Distilasi uap pada dasarnya adalah
proses penyulingan bahan tanaman dengan uap yang dihasilkan oleh ketel uap. Dalam metode ini,
material ditempatkan pada pelat berlubang di atas saluran masuk uap. Mudah untuk mengontrol
berapa banyak uap yang dihasilkan dalam mekanisme pembangkit uap. Selanjutnya, karena
penghasil uap berada di luar unit distilasi, suhu lingkungan di mana bahan yang akan didistilasi
dijaga di bawah 100°C dan terjadinya kerusakan akibat efek panas dapat dicegah atau dikurangi.
Masalah terbesar dari distilasi steam adalah tekanan uap dan degradasi yang dapat terjadi jika
kecepatan aliran tinggi (Akdag dan Ozturk, 2019).

Gambar 2.1. Water and Steam Distillation


Distilasi uap adalah jenis distilasi (proses pemisahan atau ekstraksi) untuk pabrik yang sensitif
terhadap suhu seperti senyawa aromatik alami. Ini pernah menjadi metode laboratorium yang
populer untuk pemurnian senyawa organik tetapi telah menjadi usang dengan distilasi vakum.
Distilasi uap masih penting di sektor industri tertentu. Distilasi uap adalah salah satu metode kuno
dan resmi yang disetujui untuk isolasi minyak esensial dari bahan tanaman. Bahan tanaman yang
bermuatan di alembik dikukus tanpa maserasi di dalam air. Uap yang diinjeksikan melewati
tanaman dari dasar alembic ke atas. Distilasi uap adalah metode dimana uap mengalir melalui bahan
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2. Steam ini berfungsi sebagai agen yang memecah pori-
pori bahan baku dan mengeluarkan minyak atsiri darinya. Sistem menghasilkan campuran uap dan
minyak esensial yang diinginkan. Uap ini kemudian dikondensasikan lebih lanjut dan minyak
esensial dikumpulkan. Prinsip dari teknik ini adalah tekanan uap gabungan sama dengan tekanan
lingkungan sekitar 100°C sehingga komponen volatil dengan titik didih berkisar antara 150 hingga
300°C dapat diuapkan pada suhu yang mendekati suhu air. Selain itu, teknik ini juga dapat
dilakukan di bawah tekanan tergantung pada kesulitan ekstraksi minyak atsiri (Rassem et al., 2016).
Gambar 2.2. The Schematic Subsidize Apparatus for Steam Distillation
Dalam distilasi uap langsung, bahan tanaman disuling dengan uap yang dihasilkan di luar
tangki, tepatnya di generator uap (boiler). Seperti air dan distilasi uap, bahan tanaman didukung
pada grid berlubang di atas inlet steam. Uap dalam FDU berada pada tekanan atmosfer sehingga
suhu maksimum adalah 10°C. Namun, steam dalam boiler modern yang bertekanan, misalnya 50
tekanan psi, akan memiliki suhu yang tinggi. Selain itu, tidak ada batasan untuk generasi uap ketika
boiler eksternal digunakan sebagai sumber uap. Penggunaan tekanan tinggi uap di unit distilasi uap
modern memungkinkan durasi distilasi minyak atsiri menjadi lebih cepat dan lengkap (Mulyani et
al., 2020).
Ciri utama proses distilasi uap adalah air penghasil uap tidak diisi dalam boiler penyulingan.
Uap yang digunakan dalam penyulingan adalah uap jenuh atau kelewat panas, yang tekanannya
lebih dari 1 atmosfer. Prinsip kerjanya sama dengan penyulingan air-uap, tetapi di bawah wadah
atau bejana tidak ada air. Uap dihasilkan dari tempat terpisah. Uap dimasukkan ke dandang dengan
tekanan dan biasanya berupa uap tak jenuh (Setiawan, 2019).
Pada metode penyulingan ini, unit penyulingan terbagi atas 3 unit, unit bahan baku, boiler,
dan kondensor. Jenis penyulingan ini lebih modern daripada 2 jenis penyulingan air atau kukus.
Dapur uap dibentuk didalam boiler dengan cara memanaskan air hingga tekanan tertentu yang
ditunjukkan oleh manometer yang telah dipasang dalam boiler. Setelah tekanan uap yang
diinginkan tercapai maka uap jenuh siap dialirkan ke dalam ketel bahan baku seperti Gambar 2.3.
Lebih cocok untuk menyuling bahan-bahan seperti dedaunan dan serpihan kayu (Julianto, 2016).
Gambar 2.3. Destilasi Uap
Proses penyulingan adalah hasil pemisahan minyak atsiri dan bahan tanaman aromatik. Proses
ini mencakup penanganan produk yang bersifat padat dan persiapan bahan, dengan menjaga agar
keadaan bahan cukup baik sehingga minyak atsiri yang dihasilkan dapat dijamin mutunya. Minyak
atsiri dalam tanaman aromatik dikelilingi kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh, kantung minyak
atau rambut glandular. Bila bahan dibiarkan utuh, minyak atsiri hanya dapat diekstraksi apabila uap
air berhasil melalui jaringan tanaman dan mendesaknya ke permukaan. Sebaliknya bahan tanaman
sebelum diproses, dirajang terlebih dahulu menjadi potongan-potongan kecil. Proses ini bertujuan
agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin. Semakin lebar luas permukaan, semakin
besar kemungkinan minyak atsiri dalam tanaman dapat tersuling (Julianto, 2016).
Khusus bahan baku bunga, untuk memperoleh minyak atsirinya, tidak semua bunga dapat
diperlakukan dengan metode hidrodestilasi. Kelopak bunga memiliki jaringan yang lemah dan dapat
mengalami karamelisasi sehingga dapat menghalangi keluarnya minyak atsiri yang terkandung
dalam kelopak bunga. Selain itu dengan perlakuan panas uap dapat menyebabkan berkurangnya
konsentrasi minyak atsiri bunga akibat tingginya tekanan uap yang diberikan sehingga dapat
bersama uap yang keluar. Perlakuan panas juga dapat menyebabkan komponen kimia minyak atsiri
bunga dapat mengalami kerusakan atau reaksi lebih lanjut seperti hidrolisis, polimerisasi, dan
resinifikasi (Julianto, 2016).
Penyulingan dengan uap dilakukan dengan sumber uap panas yang terpisah dengan bahan
yang ingin diambil minyaknya atau menggunakan steam boiler. Untuk bahan yang bertitik didih
tinggi metode ini adalah metode yang tepat digunakan, seperti bahan dari biji-bijian, akar atau kayu
yang banyak mengandung komponen minyak. Yang perlu diperhatikan dalam proses penyulingan,
mengawasi suhu pada ketel agar tidak melampaui suhu superheated steam. Tujuannya untuk
menghindari rendemen minyak rendah karena terjadi pengeringan pada bahan, selain itu komponen
kimia pada minyak akan berkurang ketika tekanan dan suhu terlalu tinggi dan dapat mengakibatkan
proses resinifikasi minyak. Minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan tinggi tidak tepat
menggunakan metode ini seperti minyak atsiri dari jenis bunga karena akan merusak komponen
yang terkandung dalam minyak (Suryani, 2020).
Peralatan utama terdiri dari tiga bagian yaitu destilator, kondensor dan bak penampung air
pendingin. Bagian dalam destilator dibagi dalam dua bagian yaitu atas dan bawah. Bahan baku
ditempatkan di atas dan air yang dipanaskan berada di bagian bawah. Kondensor terdiri dari sebuah
tangki dimana pada bagian dalamnya terdapat pipa berbentuk spiral yang akan dilewati uap dari
destilator. Bak penampung air pendingin berupa tangki memanjang dengan panjang 122 cm, lebar
50 cm dan tinggi 59 cm. Seluruh peralatan dibuat dari bahan stainless steel. Bahan bakar yang
digunakan adalah Gas LPG dan proses destilasi menggunakan pendingin air (Gambar 2.4). Prinsip
kerja alat ini adalah menguapkan air dalam tangki destilasi menjadi steam. Steam melewati
tumpukan daun dan membawa minyak atsiri yang terdapat dalam daun. Steam yang membawa
minyak atsiri dari daun kemudian didinginkan. Proses pendinginan berlangsung dalam kondensor.
Steam melewati pipa spiral didalam kondensor dan pada bagian luar pipa spiral didinginkan
menggunakan air pendingin dari bak penampung air pendingin. Steam yang sudah didinginkan
berubah menjadi kondensat. Air pendingin dari kondensor dikembalikan ke bak penampung air
pendingin. Pendinginan air dalam bak penampung air pendingin berlangsung secara alami (Gambar
2.5). Temperatur air pendingin yang dibutuhkan untuk proses kondensasi adalah 25–30oC. Steam
keluar sebagai kondensat dan minyak sereh dapur dipisahkan dari kondensat menggunakan corong
pemisah. Proses destilasi steam dilakukan sampai kondensat yang keluar dari kondensor tidak
mengandung minyak atsiri. Dalam proses destilasi uap semakin besar laju alir steam maka difusi
uap pada perm ukaan bahan baku semakin baik dan menyebabkan hasil minyak atsiri menjadi
optimal (Ma’sum dan Proborini, 2016).

Gambar 2.4. Peralatan Proses Destilasi Uap Minyak Atsiri, (A) Destilator, (B) Kondensor, (C)
Bak Penampung Air Pendingin.
Gambar 2.5. Sistem Sirkulasi Air Pendingin dan Minyak Atsiri (A) Destilator, (B) Kondensor, (C)
Bak Penampung Air Pendingin.
Prinsip kerja dari perancangan distilator tipe uap (Gambar 3.2) adalah sebagai berikut :
1. Air dari tangki penampung air pendingin akan di pompa menuju tangki boiler.
2. Tangki boiler akan terus di panaskan hingga air akan menguap menuju ke tangki penguapan
oleh pipa penyalur uap.
3. Uap air yang berada di dalam tangki penguapan akan menguapkan bahan baku hingga
senyawa minyak atsiri ikut menguap bersamaan dengan uap air menuju ke kondensor 1.
4. Di dalam kondensor 1 uap hasil penyulingan akan di dinginkan melalui pipa tembaga spiral
yang luarnya di aliri air seacara terus menerus dengan temperatur pengembunan air untuk
mengurangi kadar air dari hasil penyulingan yang di tampung pada wadah penampung
menuju ke kondensor 2.
5. Di dalam kondensor 2 uap hasil penyulingan akan di dinginkan untuk mendapatkan hasil
minyak atsiri melalui pipa tembaga spiral yang di luarnya dialiri air secara terus menerus
sehingga senyawa dari fase uap akan menjadi fase cair menuju wadah penampung hasil
minyak.
6. Didalam wadah penampung menghasilkan minyak atsiri serai wangi dari proses mesin
destilasi (Luthfi et al., 2018).
Mekanisme proses distilasi uap untuk memperoleh minyak atsiri yang berasal dari bahan baku
tanaman nilam (Suryani, 2020).
1. Penimbangan Nilam
Nilam kering ditimbang sebanyak 1,5 kg, proses penimbangan diulang untuk proses
selanjutnya (Suryani, 2020).
2. Proses Destilasi dengan Uap Langsung
a. Memasukkan nilam kedalam destilator atau ketel penyuling dan menutupnya.
b. Memasukkan air kedalam ketel air sebanyak 15 liter, 13 liter air untuk 2 sampel, dan 12
liter air untuk dua sampel kemudian menutupnya dan menyambungkan pipa dari ketel air
ke ketel penyuling.
c. Memanaskan ketel air sehingga uap akan mengalir ke ketel penyuling.
d. Mengalirkan air kedalam kondensor menggunakan selang.
e. Perhitungan waktu penyulingan dilakukan setelah tetesan pertama pada kondensor hingga
tetesan terakhir.
f. Mengambil minyak dari separator.
g. Melakukan kegiatan 1-6 sebanyak 5 kali untuk memperoleh 5 sampel uji.
h. Menyimpan minyak dalam wadah tertutup dan kedap cahaya (Suryani, 2020).
3) Pengujian Minyak Atsiri Nilam
a. Menyimpan minyak atsiri dalam wadah tertutup rapat dan kedap cahaya.
b. Penentuan jumlah minyak atsiri yang diperoleh, dengan menentukan perbandingan
minyak atsiri yang diperoleh terhadap berat bahan yang disuling (Suryani, 2020).
BAB 3. SKEMA ALAT PROSES DAN DIAGRAM ALIR PROSES STEAM DISTILLATION

Gambar 3.1. Skema Distilasi Uap Langsung


Sumber: Patience et al., 2017

Gambar 3.2. Destilator


Sumber: Luthfi et al., 2018
Studi literatur

Persiapkan alat dan bahan

Pembersihan dan pemotongan

Penimbangan

Penyulingan/destilasi

Uap langsung

Minyak Atsiri

Penyimpanan

Pengujian

Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.3. Bagan Alir Penelitian


Sumber: Suryani, 2020
Gambar 3.4. Diagram Alir Ekstraksi Daun Nilam
Sumber : Mu’azu, 2019
BAB 4. BAHAN DAN ALAT PENUNJANG PROSES SERTA KOMPOSISI BAHAN

Secara umum terdapat beberapa komponen utama unit penyuling minyak atsiri yaitu tungku
pemanas, ketel penyuling, pendingin (kondensor), penampung dan pemisah minyak, dan untuk
proses penyulingan dengan uap menggunakan tambahan ketel uap (steam boiler) (Suryani, 2020).
1. Tungku Pemanas
Tungku pemanas digunakan untuk proses penyulingan yang berfungsi sebagai pemanas dan
penyangga ketel suling. Karena itu konstruksinya harus kokoh. Tungku dapat dibuat dari plat besi
atau bata yang tahan panas, tungku dilengkapi dengan pintu api, kisi atau saringan penahan bahan
bakar, lubang api dan cerobong asap. Bahan yang bersifat isolator pada bagian dalam dinding
berganda yang terbuat dari plat besi dapat mengurangi kehilangan panas, bahan bakar yang
digunakan dapat berupa kayu, batu bara, ampas bekas penyulingan dan bahan bakar cair (solar,
minyak tanah dan residu) disesuaikan dengan kondisi tempat penyulingan (Suryani, 2020).
2. Ketel Penyulingan
Ketel penyuling adalah salah satu alat untuk melakukan proses penyulingan, konstruksi untuk
ketel suling bisa dari plat besi galvanis, carbon steel atau besi anti karat (stainless steel). Kelebihan
yang dimiliki stainless steel adalah tahan karat dan masa pakai yang cukup lama, karena tidak
menimbulkan kontaminasi dengan bahan maka warna minyak yang dihasilkan jernih dan bermutu
tinggi. Ada dua bentuk ketel penyuling yaitu silinder atau silinder konikal (besar ke atas). Untuk
bentuk silinder konikal dengan bantuan katrol memudahkan proses pembongkaran bahan setelah
penyulingan. Adapun untuk bahan-bahan berukuran besar dapat menggunakan jaring untuk
memudahkan membongkar sisa bahan proses penyulingan (Suryani, 2020).
3. Pendingin (Kondensor)
Pendinginan atau kondensor sebagai tempat keluarnya distilat umumnya menggunakan bak
atau tabung berisi air yang di dalamnya terdapat pipa berbentuk spiral maupun lurus. Pipa ini
berfungsi untuk mengubah uap ke dalam bentuk cair (kondensasi), terdapat dua macam pendingin
yaitu pendingin coil dan pendingin tubular. Pipa pendingin yang terbuat dari stainless steel akan
tahan karat dan pipa besi atau ledeng tidak tahan karat sehingga menyebabkan minyak berwarna
keruh dan gelap, dan tabungnya terbuat dari mild steel atau carbon steel. Pendingin multitubular
lebih unggul dari pendingin coil karena uap lebih efektif dan mempunyai permukaan lebih luas.
Sejumlah pipa kecil dalam tabung pendingin tipe multitubular disusun secara paralel dan
berlawanan arah dengan aliran distilat, sehingga suhu air pendingin yang masuk mempunyai suhu
yang hampir sama dengan distilat yang keluar. Untuk mengatur suhu distilat yang keluar yaitu
dengan mengatur kecepatan (debit) air pendingin (Suryani, 2020). Kondensor adalah suatu alat yang
terdiri dari jaringan pipa yang bertujuan untuk mengubah zat uap menjadi zat cair. Dengan cara
jaringan pipa yang dilalui uap kemudian didinginkan menggunakan air atau sejenisnya kemudian
uap berubah zat menjadi cair kemudian zat cair tersebut dialirkan pada separator oil guna
memisahkan zat air dan minyak (Shobari, 2019).
Kondensor adalah suatu alat yang terdiri dari jaringan pipa dan digunakan untuk mengubah
uap menjadi zat cair (air), dapat juga diartikan sebagai alat penukar kalor (panas) yang berfungsi
untuk mengkondensasikan fluida. Dalam penggunaanya kondensor diletakkan diluar ruangan yang
sedang didinginkan supaya panas yang keluar saat pengoprasiannya dapat dibuang keluar sehingga
tidak mengganggu proses pendinginan. Proses perubahan uap menjadi cair kondensasi berlangsung
didalam bak, dimana fluida uap mengalir didalam pipa dan fluida dingin berada diluar pipa dalam
bak, aliran fluida dingin yang mengalir ke dalam bak dialirkan secara alami dari mata air. Sirkulasi
fluida dingin yang digunakan untuk pendingin langsung dibuang ke sungai, sehingga fluida dingin
membutuhkan dalam jumlah yang banyak. Jadi apabila proses penyulingan dilakukan di daerah
yang tidak memiliki sumber air dalam jumlah banyak, maka proses penyulingan tidak dapat
dilakukan. Kondensor merupakan komponen pendingin yang sangat penting yang berfungsi untuk
memaksimalkan efisiensi pada mesin pendingin. Kondensor biasanya menggunakan sirkulasi air
pendingin, kebanyakan aliran fluida kerja yang mengalir secara terus menurus didalam alat penukar
kalor. Untuk memperoleh performa yang baik maka alat penukar kalor harus dirancang dengan cara
yang seksama dan seoptimal mungkin. Gambar 4.1 menunjukkan sistem kondensor (Dika, 2020).

Gambar 4.1. Sistem Kondensor


4. Penampung dan Pemisah Minyak
Pemisah minyak yang sempurna memiliki susunan pemisah minyak minimal dua ruangan dan
tiga ruangan pemisah pada penyulingan destilasi uap, karena memiliki tekanan dan kecepatan
penyulingan yang lebih tinggi. Kecepatan penyulingan yang tinggi menyebabkan minyak sukar
berpisah sehingga butiran minyak terbawa oleh air yang keluar dari penampung minyak, karena
aliran distilat relatif cepat dan menimbulkan gerakan turbulen. Pemasangan corong dengan bagian
ujung yang dibengkokkan ke arah atas akan membuat aliran distilat merata dan berkelanjutan,
sehingga lapisan minyak tidak terganggu dan distilat tetap menetes ke dalam corong. Penampung
atau pemisah minyak sebaiknya terbuat dari bahan stainless steel sehingga kemurnian minyak tetap
terjaga atau tidak berwarna keruh (Suryani, 2020).
Separator adalah alat yang digunakan untuk memisahkan minyak dari air suling. Jumlah
volume air suling selalu lebih besar dari jumlah minyak, dalam hal ini diperlukan agar air suling
tersebut terpisah secara otomatis dari minyak atsiri. Sebagian besar alat pemisah minyak dirancang
dengan mengimitasi prinsip botol Florentine kuno. Minyak atsiri dan air suling tidak melarut;
karena perbedaan bobot jenis maka larutan tersebut akan terpisah dimana minyak tersebut berada di
atas lapisan air, hal ini yang merupakan prinsip kerja dasar dari alat ini (Dika, 2020).
5. Ketel Uap (Steam Boiler)
Penyulingan dengan uap langsung tidak dapat dilakukan tanpa adanya ketel uap. Terdapat
ketel uap dengan kemampuan pembangkitan uap tinggi dan kapasitas ketel uap sederhana, yang
terbuat dari plat besi adalah tipe sederhana atau buatan lokal yang umumnya berbentuk oval dengan
pemasangan yang horizontal di atas tungku api. Pengukur tekanan (manometer) sebagai pelengkap
dalam ketel uap, klep keselamatan dan pipa penduga air dalam ketel. Satu ketel uap dapat memberi
uap untuk beberapa ketel penyuling dalam waktu bersamaan, namun ketel buatan pabrik umumnya
berkapasitas lebih besar. Pemilihan ketel uap disesuaikan dengan bahan bakar yang tersedia
(Suryani, 2020).
Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk mengubah air
menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan memanaskan air yang berada
didalam pipa-pipa dengan memanfaatkan panas dari hasil pembakaran bahan bakar. Pembakaran
dilakukan secara kontinue didalam ruang bakar dengan mengalir bahan bakar dan udara dari luar.
Uap yang dihasilkan boiler adalah uap superheat dengan tekanan dan temperatur yang tinggi.
Jumlah produksi uap tergantung pada luas permukaan pemindah panas, laju aliran, dan panas
pembakaran yang diberikan. Boiler yang konstruksinya terdiri dari pipa-pipa berisi air disebut
dengan water tube boiler (Shobari, 2019).

Gambar 4.2. Water Tube Boiler


6. Sumber Uap Air
Penguapan air dalam ketel melalui tungku pemanas menghasilkan uap, uap ini digunakan
untuk proses penyulingan pada penyulingan dengan air dan uap. Untuk penyulingan dengan uap,
ketel uap terpisah dari ketel penyuling dan uap air dapat diperoleh dari ketel uap (Suryani, 2020).
Alat dan bahan yang digunakan dalam proses distilasi uap untuk memperoleh minyak atsiri
dari bahan baku tanaman nilam sebagai berikut:
a. Alat
- Mesin Produksi
1. Boiler
2. Destilator
3. Column cooling
4. Vacum fractionation
5. Separator dan corong pisah
- Peralatan Pendukung Produksi
1. GCMS star brand variants cx 3400
2. Gerobak
3. Timbangan duduk
4. Terpal
5. Mobil kantor
6. Pick up box bekas
7. Truk bekas (Ayu et al., 2016)
b. Bahan
Bahan baku utama yang digunakan yaitu berupa nilam kering dan air distilat. Nilam kering
yang digunakan sebanyak 1,5 kg dan air distilat 15 L (Suryani, 2020). Sedangkan bahan
pendukung yang digunakan yaitu MgSO4 sebanyak 4,5 gram apabila minyak nilam yang
dihasilkan sebanyak 85 mL dan kertas saring. Penambahan MgSO4 digunakan untuk
mengeringkan minyak nilam yang masih mengandung molekul air sehingga diperoleh minyak
nilam murni yang bebas dari air (Souhoka, 2020).
Komposisi dari semua bahan terhadap basis yang ditentukan atau minyak atsiri yang
dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Penyulingan Minyak Atsiri Menggunakan Metode Distilasi Uap
Waktu (menit) Minyak yang
Data ke- Massa (kg) Volume air (ml)
Mendidih Penyulingan dihasilkan (ml)
I 12.000 21.16 180 36
II 12.000 21.27 180 38
III 1,5 15.000 23.38 197 37
IV 13.000 19.23 210 35
V 13.000 20.40 210 34
BAB 5. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MEKANISME PROSES

Distilasi uap lebih disukai pada daerah yang terdapat banyak pengolahan dan butuh
pemasangan lebih dari satu unit. Selain itu, untuk distilasi minyak didih tinggi dan bahan keras
seperti akar dan kayu (cendana, cedar, dan nagarmotha), distilasi uap akan lebih efisien. Distilasi
uap juga mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk ekstraksi minyak. Pada metode ini, uap
dihasilkan secara terpisah dalam boiler uap dan dilewatkan melalui tangki distilasi melalui
kumparan uap (Gambar 5.1). Bahan tanaman dikemas dengan erat di atas grid berlubang. Uap yang
berisi uap minyak, terkondensasi di kondensor tabung dan dipisahkan di bagian penerima minyak.
Biaya bahan bakar umumnya lebih rendah bila menggunakan unit distilasi uap modern karena
efisiensi termal lebih tinggi dengan mengoperasikan sebagian besar boiler. Hal ini menyebabkan
biaya modal cenderung tinggi sehingga hanya produsen besar yang mampu memiliki unit tersebut
mengingat kapasitas tangki berkisar 1-3 bahan tanaman ton per bets (Mulyani et al., 2020).
Kelebihan distilasi uap antara lain kualitas minyak relatif baik, waktu proses destilasi relatif lebih
cepat serta tekanan dan suhu yang dapat diatur atau disesuaikan. Kekurangannya antara lain
peralatannya relatif lebih mahal dibandingkan destilasi air atau air-uap serta membutuhkan keahlian
(tidak sembarang orang) dalam mengoperasikan peralatan (Setiawan, 2019).

Gambar 5.1. Unit Distilasi Uap


Kelebihan dari penyulingan dengan metode destilasi uap langsung (steam distillation) adalah
memiliki efisiensi penyulingan yang lebih tinggi karena waktu penyulingan relatif singkat dan
rendemen yang dihasilkan tinggi. Kualitas dari rendemennya juga tinggi karena tidak bercampur
dengan air. Kekurangannya adalah membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan mahal.
Penyulingan dengan uap langsung dipilih untuk bahan-bahan yang membutuhkan tekanan tinggi
pada proses pengeluaran minyak dari sel tanaman, misalnya gaharu dan cendana. Sebaliknya
metode penyulingan ini tidak baik untuk bahan yang mengandung minyak atsiri yang mudah rusak
oleh pemanasan dan air. Minyak yang dihasilkan dengan cara penyulingan, baunya akan sedikit
berubah dari bau asli alamiah, terutama minyak atsiri yang berasal dari bunga-bungaan (Porawati
dan Kurniawan, 2019).
DAFTAR PUSTAKA

Akdag, A., dan E. Ozturk. 2019. Distillation methods of essential oils. Nisan. 45(1): 22-31.

Anto. 2020. Rempah-Rempah dan Minyak Atsiri. Klaten: Lakeisha.

Ayu, P.K., S. Wijana, E.P. Utomo. 2016. Design of medium scale-integrated patchouli oil agro-
industry in East Java. J-PAL. 7(1): 68-75.

Dika, D.R. 2020. Perancangan alat penyulingan minyak nilam kondensor dan separator. Jurnal
Teknik Mesin. 9(1): 15-23.

Julianto, T.S. 2016. Minyak Atsiri Bunga Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.

Luthfi, M., R. Winarso, dan R. Wibowo. 2018. Rancang bangun boiler dan tangki penguapan
minyak atsiri pada mesin destilator dengan metode uap berbahan baku daun serai
(Cymbopogon nardus). Jurnal CRANKSHAFT. 1(1): 9-20.

Ma’sum Z., dan W.D. Proborini. 2016. Optimasi proses destilasi uap essential oil. Jurnal Reka
Buana. 1(2): 105-109.

Mu’azu, K., A. Ganiyu, A.S. Alkali, B. Inuwa, A.U. Ahmed, S.M. Jibia, M. Shehu, dan I.U.
Adamu. 2019. Process intensification of lemon grass oil in a pilot plant. Nigerian Journal of
Technology (NIJOTECH). 38(2): 376-383.

Mulyani, S., Purwanto, Sudarsono, Wahyono, S. Pramono, I. Purwantini, A. Puspitasari, D.


Santosa, T. Hertiani, N. Fakhrudin, Y.B. Murti, dan S. Utami. 2020. Minyak Atsiri Tumbuhan
Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Patience, G.S., G. Karirekinyana., F. Galli, N.A. Patience, C. Kubwabo, G. Collin, J.C. Bizimana,
dan D.C. Bofto. 2017. Sustainable manufacture of insect repellents derived from Nepeta
cataria. Scientific Reports. 8: 1-9.

Porawati, H., dan A. Kurniawan. 2019. Rancang bangun alat penyuling minyak atsiri tumbuhan
nilam metode distilasi air dan uap. Jurnal Inovator. 2(1): 20-23.

Rassem, H.H.A., A.H. Nour, dan R.M. Yunus. 2016. Techniques for extraction of essential oils
from plants: a review. Australian Journal of Basic and Applied Sciences. 10(16): 117-127.

Setiawan, R. 2019. Peluang Usaha & Pasar Minyak Atsiri: Lengkap dengan Data Pelaku
Usaha/Eksportir dalam Negeri Data Importir/Pembeli Luar Negeri Strategi Pemasaran.
Bandung: Published Rudi Setiawan.
Shobari, E. 2019. Analisis kerja mesin distilasi dan efisiensi boiler pada pengolahan minyak kayu
putih Perum Perhutani Majalengka. Prosiding Industrial Research Workshop and National
Seminar. 10(1): 472-476.

Souhoka, F.A., A.Z.A. Aziz, dan Nazudin. 2020. Patchouli oil isolation and identification of
chemical components using GC-MS. Indonesian Journal of Chemical Research. 8(2): 108-
113.

Suryani, A.E. 2020. Perbandingan Kualitas Minyak Atsiri (Patchouli Oil) Dari Tanaman Nilam
Menggunakan Metode Destilasi Air, Destilasi Uap Cair Dan Destilasi Uap Langsung. Skripsi.
Makassar: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Zulfa, F. 2020. Uji Efektivitas Antibakteri Ekstrak Daun Nilam (Pogostemon cablin Benth.)
Terhadap Zona Hambat Bakteri Escherichia coli (Sebagai Sumber Belajar Biologi). Skripsi.
Malang: Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Malang.

Anda mungkin juga menyukai