Anda di halaman 1dari 8

PENGOLAHAN MINYAK ATSIRI DENGAN LEMAK DINGIN

PENGOLAHAN HASIL TANAMAN PERKEBUNAN II

PTK-1511

Oleh

TRYA AFRIZAL

16721098

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hampir seluruh tanaman penghasil minyak atsiri yang saat ini tumbuh di

wilayah Indonesia sudah dikenal oleh sebagian masyarakat. Bahan beberapa jenis

tanaman minyak atsiri menjadi bahan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-

hari. Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar,

batang, kulit, daun, bunga, buah, atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol antara

lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai

dengan aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut

organic.

Kegunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam berbagai

bidang industry. Banyak contoh kegunaan minyak atsiri, antara lain dalam industry

kosmetik ( sabun, pasta gigi, sampo, losion ). Dalam industry makanan digunakan

sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa, dalam industry parfum sebagai

pewangi dalam berbagai produk minyak wangi, dalam industry farmasi atau obat-

obatan ( anti nyeri, antiinfeksi,pembunuh bakteri ) dalam industry bahan pengawet,

bahkan digunakan pula sebagai insektisida. Oleh karena itu, tidak heran jika minyak

asiri banyak diburu berbagai Negara.


Metode enfleurasi memanfaatkan lemak sebagai media untuk mengabsorpsi

aroma wangi yang dihasilkan oleh jenis bunga tertentu misalnya melati, sedap malam

dan mawar. Proses enfleurasi berakhir apabila lemak telah jenuh dengan minyak

bunga. Keberhasilan proses enfleurasi tergantung pada kualitas lemak yang

digunakan dan ketrampilan dalam mempersiapkan lemak. Berdasarkan pengalaman

selama beberapa tahun diketahui bahwa campuran 1 bagian lemak sapi dan 2 bagian

lemak babi sangat baik untuk proses enfleurasi (Guenther, 1987).

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah

1.      Untuk mengetahui dan memahami teknik isolasi minyak atsiri dengan metode

enfleurasi.

2.      Untuk mengetahui dan memahami prinsip kerja untuk teknik isolasi minyak atsiri

dengan metode enfleurasi.


BAB II

ISI

Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang

hidup menahun. Di Italia melati casablanca (Jasmine officinalle), yang disebut

Spansish Jasmine ditanam tahun 1692 untuk di jadikan parfum. Tahun 1665 di

Inggris dibudidayakan melati putih (J. sambac) yang diperkenalkan oleh Duke

Casimo de’ Meici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati J. parkeri di kawasan India

Barat Laut, Kemudian dibudidayakan di Inggris pada tahun 1923. Di Indonesia nama

melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah Nusantara. Nama-nama daerah

untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut atau Meulu Cina (Aceh), Menyuru

(Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), Mundu (Bima dan

Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta Malete (Madura). Kedudukan tanaman melati

dalam sistematika/taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Oleales

Famili : Oleaceae

Genus : Jasminum

Spesies : Jasminum sambac (L) W. Ait..


Bunga melati bermanfaat sebagai bunga tabur, bahan industri minyak wangi,

kosmetika, parfum, farmasi, penghias rangkaian bunga dan bahan campuran atau

pengharum teh (Anonim, 2000).

Tanaman melati dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran

rendah sampai dataran tinggi pada ketinggian 10-1.600 m dpl. Meskipun demikian,

tiap jenis melati mempunyai daya adaptasi tersendiri terhadap lingkungan tumbuh.

Melati putih (J. sambac) ideal ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m

dpl, sedangkan melati Star Jasmine (J. multiflorum) dapat beradaptasi dengan baik

hingga ketinggian 1.600 m dpl. Di sentrum produksi melati, seperti di Kabupaten

Tegal, Purbalingga dan Pemalang (Jawa Tengah), melati tumbuh dengan baik di

dataran rendah sampai dataran menengah yaitu 0-700 m dpl (Rukmana, 1997).

Teknik isolasi minyak atsiri secara konvensional dengan metode enfleurasi

dapat dilakukan pada tanaman yang berbunga, karena minyak atsiri yang akan

diisolasi adalah minyak atsiri yang berasal dari bunga tanaman tersebut (Guenther,

1987). Contoh bunga yang kandungan minyak atsirinya diisolasi dengan

menggunakan metode enfleurasi yaitu bunga mawar, bunga melati, dan bunga sedap

malam. Alasan penggunaan metode enfleurasi dalam analisis minyak atsiri pada

bunga dikarenakan mutu dan rendemen yang dihasilkan lebih tinggi jika

dibandingkan dengan metode isolasi minyak atsiri dengan lemak padat secara

konvensional lainnya. Oleh karena itu, untuk mengisolasi minyak atsiri yang berasal

dari bunga menggunakan metode enfleurasi. Namun, selain menggunakan metode

enfleurasi untuk isolasi minyak atsiri pada bunga, kita juga dapat menggunakan

metode maserasi, jika rendemen yang dihasilkan dari metode enfleurasi berjumlah
sedikit. Persamaan metode enfleurasi dengan metode maserasi dalam proses isolasi

minyak atsiri pada bunga yaitu sama-sama menggunakan lemak sebagai absorbennya.

Perbedaan dari kedua metode ini yaitu, pada metode enfleurasi menggunakan lemak

dalam kondisi dingin, sementara pada metode maserasi menggunakan lemak pada

kondisi panas. Beberapa contoh lemak yang dapat digunakan sebagai absorben dalam

metode enfleurasi yaitu lemak sapi, lemak babi, lemak kambing, lemak domba, lemak

ayam.
BAB III

PENUTUP

Metode enfleurasi memanfaatkan lemak sebagai media untuk mengabsorpsi

aroma wangi yang dihasilkan oleh jenis bunga tertentu misalnya melati, sedap malam

dan mawar. Proses enfleurasi berakhir apabila lemak telah jenuh dengan minyak

bunga. Keberhasilan proses enfleurasi tergantung pada kualitas lemak yang

digunakan dan ketrampilan dalam mempersiapkan lemak. Alasan penggunaan metode

enfleurasi dalam analisis minyak atsiri pada bunga dikarenakan mutu dan rendemen

yang dihasilkan lebih tinggi jika dibandingkan dengan metode isolasi minyak atsiri

dengan lemak padat secara konvensional lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1980.Materia Medika Indonesia Jilid IV.Jakarta: Direktorat Jenderal


Pengawasan Obat dan Makanan
Anonim.1995.Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Anonim. 2000. Tentang Budaya Pertanian Melati. Jakarta : Deputi Menegristek
Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gunawan, Didik, dkk. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi)Jilid I. Jakarta :
Penebar Swadaya
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: ITB
Ketaren, S.1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai