Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FITOKIMIA

”PEMUNGUTAN MINYAK ATSIRI MAWAR (Rose Oil)


DENGAN METODE MASERASI”

ANDRY ALFAJR SUKMAPUTRA


16334072

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan makalah
ini dilakukan dalam rangka memenuhi nilai Fitokimia 1 pada Fakultas Farmasi
Institut Sains Dan Teknologi Nasional. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
makalah ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
a) Ika Maruya Kusuma, S., Si., M. Si. selaku dosen pembimbing yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan makalah ini;
b) Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; dan
c) sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan
makalah ini.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Jakarta, Januari 2019

ANDRY ALFAJR SUKMAPUTRA

ii
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................ 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ............................................................................ 2
1.3 TUJUAN PENELITIAN ............................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................... 3
2.1 TANAMAN MAWAR ............................................................................... 3
2.2 EKSTRAKSI .............................................................................................. 5
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................... 7
3.1 PENGAMBILAN SAMPEL ....................................................................... 7
3.2 PEMBUATAN SIMPLISIA ....................................................................... 7
3.3 PEMBUATAN EKSTRAK ........................................................................ 7
PEMBAHASAN .................................................................................................. 8
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

iii
Institut Sains Dan Teknologi Nasional
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Iklim tropis di Indonesia memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat di
budidayakan dengan baik, bahkan mampu menjadi komoditi ekspor. Ekspor
minyak atsiri Indonesia masih relatif kecil, apabila dilihat dari total ekspor non
migas. Rendahnya nilai ekspor minyak atsiri disebabkan komoditas minyak atsiri
yang dikembangkan masih terbatas (Prihatman, 2000).

Di Indonesia prospek industri minyak bunga mempunyai beragam


keuntungan, termasuk didalamnya perluasan lapangan kerja, peningkatan
pendapatan petani, peningkatan devisa negara dan efi siensi dalam investasi
agroindustri. Berbagai keuntungan tersebut telah meningkatkan kebutuhan bunga
mawar potong maupun industri (Effendi dalam Yulianingsih etal. 2006).

Menurut Eriyatni (1987) dalam Yulianingsih minyak mawar merupakan


salah satu produk minyak bunga yang memungkinkan untuk diproduksi di
Indonesia dengan kualitas ekspor.

Minyak mawar dapat diproduksi dengan menggunakan metode ekstraksi


pelarut diantaranya adalah maserasi. Maserasi merupakan cara ekstraksi sederhana
yang dilakukan dengan cara merendam bahan dalam pelarut selama beberapa hari
pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Proses ini digunakan untuk
mengekstraksi minyak bunga mawar yang menghasilkan rendemen minyak yang
rendah. Keuntungan dari metode ini adalah peralatan yang digunakan sederhana
(Amiarsi, Yulianingsih, dan Sabari 2006).

Komponen utama pada minyak mawar yang berupa cairan berwarna


kuning pucat mengandung fenil etil alkohol, geraniol dan sitronellol. Komponen
utama tersebut merupakan sisa metabolisme tanaman mawar dan mempunyai
peran ganda, seperti menarik serangga atau mengusir serangga (Sudarmo dalam
Amiarsi). Pemilihan pelarut dalam ekstraksi minyak mawar yang harus

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


2

diperhatikan adalah toksisitas, ketersediaan, harga, sifat tidak mudah terbakar,


rendahnya suhu kritis, dan tekanan kritis untuk meminimalkan biaya operasi dan
reaktivitas (Williams dan Yulianingsih). Dengan mempertimbangkan faktor-faktor
tersebut, pelarut yang dipilih untuk ekstraksi pada penelitian ini adalah etanol dan
n-heksana, karena jumlah dan kualitas minyak yang dihasilkan paling baik
(Atawia dalam Yulianingsih et al. 2006)

Penelitian ini bertujuan mengetahui rendemen yang diperoleh dari minyak


atsiri mawar merah (Rosa damascena) melalui ekstraksi dengan pelarut etanol dan
n-heksana, mengetahui pelarut manakah yang memungut phenyl ethyl alcohol
lebih banyak antara etanol dan n-heksana, serta mengetahui komponen minyak
atsiri mawar merah (Rosa damascena) yang terambil dengan pelarut etanol dan n-
heksana.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa hasil rendemen minyak atsiri mawar merah (Rosa damascena) ?
2. Komponen minyak atsiri apa saja yang terambil dengan etanol dan
nheksana. ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Mengetahui rendemen minyak atsiri mawar merah (Rosa damascena)
2. Mengetahui komponen minyak atsiri yang terambil dengan etanol dan
nheksana.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TANAMAN MAWAR

Dalam klasifikasi bunga mawar disebutkan bahwa bunga ini merupakan


jenis tanaman perdu yang memiliki buah, berakar tunggang dengan banyak
cabang akar, memiliki batang yang berduri, tinggi tanaman antara 0,3 sampai 0,5
meter, serta memilki beragam warna bunga (putih, ungu, merah, dan merah
muda). Untuk dapat tumbuh baik, tanaman mawar sangat membutuhkan sinar
matahari penuh. Apabila kurang mendapat sinar matahari, pertumbuhan tanaman
mawar dapat menjadi terhambat dan terkadang tidak menghasilkan bunga. Syarat
pertumbuhan yang baik lainnya adalah bunga mawar membutuhkan suhu
optimum 30°C dan kelembaban udara antara 60-80%. Sebelumnya, yang penting
diperhatikan adalah bunga mawar termasuk golongan bunga yang sangat mudah
kehilangan air. Untuk itu sebaiknya dalam pemanenan bunga mawar dilakukan
pada pagi hari sekali (sebelum matahari terbit).

Minyak bunga mawar yang dihasilkan dari proses ekstraksi sudah sejak
lama digunakan sebagai bahan baku untuk produk pewangi, sabun, pelembab
kulit, dan obat-obatan. Dalam Klasifikasi bunga mawar diketahui bahwa bunga
mawar terdiri dari berbagai jenis yang dibedakan berdasarkan habitat tumbuhnya.
Di antaranya, jenishybrid tea, floribunda, polyantha, grandiflora, dan climbing
rose. Jenis bunga mawar hybrid tea, memiliki bunga tunggal, berukuran lebih
besar, susunan bunga kompak, tangkai bunga panjang, dan sering digunakan
sebagai bunga potong. Mawar floribunda, memiliki tangkai yang agak panjang,
yang bunganya bersatu dalam suatu rangkaian yang besar. Bunga mawar
polyantha ,memiliki satu rangkaian bunga berukuran kecil. Selanjutnya, jenis
mawar grandiflora, adalah gabungan antara sifat-sifat hybrid lea dan floribunda,
sehingga sering digunakan sebagai bunga potong atau tanaman taman. Sedangkan
jenis terakhir, yaitu climbing rose adalah bunga mawar rambat dengan beragam
bunga tunggal dan rangkap.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


4

Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), secara lengkap klasifikasi


bunga mawar adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rosanales
Famili : Rosaceae
Genus : Rosa
Spesies : Rosa hybrida
Nama umum : mawar
Habitus : Semak; tinggi ± 2 m.

Deskripsi tanaman:

Batang: tegak, bulat, berkayu, berduri, hijau keabu-abuan; Daun: Majemuk,


lonjong, berseling, panjang 5-10 cm, lebar 1,5-2,5 cm, tepi beringgit, ujung
runcing, pangkal meruncing, pertulangan menyirip, tangkai selinder, berwarna
hijaukeabu-abuan.

Deskripsi Bunga:

Majemuk, bulat, diujung batang atau cabang, panjang tangkai ± 2,5 cm, berwarna
abu-abu, kelopak berbentuklonceng, benang sari bertangkai, kepala sari berwarna
kuning, memiliki putik bulat, panjang ± 0,5 cm, mahkota bunga yang halus,
berarna merah dan berbau harum. Tanaman bunga mawar juga mengandung
senyawa kimia flavonoid dan polifenol yang tinggi.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


5

2.2 EKSTRAKSI

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi


zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa
atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku
yang telah ditetapkan.Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi
bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan
dengan cara destilasi dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat
sesedikit mungkin terkena panas. Ekstraksi merupakan salah satu metoda
pemisahan zat terlarut dengan pelarutnya berdasarkan titik didih
pelarut.Metode ekstraksi terbagi atas 2 cara, yaitu :
1. Cara dingin
a. Maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan
simpilisia yang digunakan dihaluskan berupa serbuk kasar, dilarutkan
dengan bahan pengekstraksi.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada suhu
ruangan. Proses terdiri dari pengembangan bahan tahap maserasi
antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampuangan ekstrak)
terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5
kali bahan.
2. Cara panas
a. Refluks
Refluks adalah cara ekstraksi dengan pelarut pada suhu titik didih
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif terbatas pada
konstan serta dengan adanya pendngin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali.
b. Soxhletasi
Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


6

dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin


balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
suhu yang lebih tinggi dari suhu ruangan yaitu 40-50˚C.
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada suhu penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih yaitu 96-98˚C
selama waktu tertentu (15-20 menit).
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30 menit) dan suhu
sampai titik didih air.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


7

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 PENGAMBILAN SAMPEL


Bunga mawar dibeli di Pasar kembang, Randusari, Semarang, Pelarut
Etanol dan N-Heksane teknis yang dibeli dari toko Indrasari, Semarang.
Pengambilan minyak mawar dengan metode maserasi dilakukan dengan prosedur
pertama yaitu memisahkan bunga mawar segar dari tangkai dan kelopaknya, dan
dipilih mahkotanya.

3.2 PEMBUATAN SIMPLISIA


Mahkota mawar kemudian dipotong kecil-kecil dan direndam kedalam
pelarut dengan perbandingan 1: 3, 1 untuk berat mahkota mawar dan 3 untuk
volume pelarut yang digunakan.

3.3 PEMBUATAN EKSTRAK


Dilakukan proses maserasi, dengan pengadukan selama 1 menit secara
manual pada suhu ruang dan tanpa terkena cahaya (ditempat tertutup dan gelap)
didiamkan selama 12 jam. Kemudian ekstrak mawar dipisahkan dengan cara
penyaringan dan pemerasan sehingga diperoleh ampas dan fi ltrat. Filtrat yang
mengandung minyak bunga mawar dievaporasi dengan rotary vacuum evaporator
pada suhu 50-60ºC, untuk memisahkan antara pelarut dengan minyak mawar
concrete. Setelah didapatkan minyak mawar concrete, dihitung rendemen dan
dilakukan uji GCMS.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


8

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada proses perlakuan bahan, bahan yang digunakan adalah bunga mawar
tabur merah dengan tingkat kemekaran bunga 50-70% (setengah mekar) yang
diperoleh di Berguto. Bunga mawar dipotong kecil-kecil dengan menggunakan
pisau. Proses pengecilan ukuran bertujuan agar kelenjar minyak pada bunga dapat
terbuka sebanyak mungkin sehingga laju penguapan minyak atsiri pada proses
kstraksi bahan menjadi cepat (Munawaroh, 2009).
Setelah diperoleh potongan bunga mawar, kemudian dilakukan proses maserasi.
Proses maserasi ini menggunakan pelarut menguap karena lebih menguntungkan
daripada menggunakan penyulingan, karena pada proses maserasi dapat mengatasi
hidrolisis ester yang terkandung dalam minyak atsiri pengaruh air dan panas
(Amiarsi et al. 2006).

Proses pemungutan minyak bunga mawar dilakukan dengan metode


maserasi menggunakan 2 jenis pelarut organik yaitu etanol dan n-heksana, dengan
perbandingan bahan dan pelarut yaitu 1:3 (Yulianingsih et al. 2006). Pada
maserasi minyak mawar ini menggunakan alat rotary vacuum evaporator untuk
memisahkan antara pelarut dan minyak mawar. Penggunaan alat ini dipilih karena
mampu menguapkan pelarut dibawah titik didih sehingga zat yang terkandung
didalam minyak tidak rusak oleh suhu tinggi (Pangestu & Handayani 2011).
Penelitian ini dilakukan di dua tempat, proses maserasi dilakukan di rumah dan
pada proses evaporasi pelarut dilakukan di lab kimia analitik FMIPA UNNES.

Pada proses pemungutan minyak mawar dilakukan dengan menggunakan


pelarut etanol teknis 96% sebanyak 150 mL. sehingga diharapkan pada kondisi
operasi tersebut etanol dapat menguap dan minyak dapat terambil semaksimal
mungkin. Pada metode maserasi dengan perbandingan berat/volume (1:3)
membutuhkan berat bahan sebanyak 50 g dan volume pelarut etanol 96% teknis
150 ml dengan waktu 20 menit. Metode yang digunakan dalam proses ekstraksi
ini yaitu metode maserasi, dengan cara merendam bahan kedalam pelarut. Metode

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


9

ini sangat cocok untuk bahan berupa bunga, karena sifat bahan yang tidak tahan
terhadap suhu tinggi dan juga merusak minyak jika mengalami pemanasan yang
berlebih (Yulianingsih et al. 2006). Proses maserasi dilakukan selama 12 jam
didalam tempat yang tertutup dan gelap dengan tujuan terhindar dari cahaya atau
penerangan, agar proses dapat berlangsung secara efektif. Setelah 12 jam proses
maserasi dihentikan, diperoleh ekstrak bunga mawar kemudian dilanjutkan
dengan penyaringan. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan antara ampas
bunga dan fi ltrat bunga. Pada penelitian dengan pelarut etanol ini fi ltrat yang
didapat berwarna merah tua; hal ini dikarenakan sifat dari etanol yang dapat
melarutkan pigmen mawar merah yaitu zat warna antosianin (Anis et al. 2011).

Proses dilanjutkan dengan mengevaporasi filtrat bunga menggunakan alat


rotary vacuum evaporator yang bertujuan memisahkan minyak mawar dari
pelarut etanol. Filtrat yang mengandung minyak bunga mawar ini kemudian
dievaporasi pada suhu 60°C. Pada penelitian ini diperoleh minyak yang
bercampur dengan pelarut dan pewarna sehingga berwarna merah tua. Maserasi
menghasilkan minyak mawar dengan pelarut etanol sebanyak 14 ml. Pada proses
maserasi minyak mawar yang kedua dilakukan menggunakan pelarut n-heksana
dengan ukuran volume dan berat bahan yang sama. Pada penelitian dengan pelarut
n-heksana ini, filtrat yang didapat berupa 2 lapisan yaitu lapisan atas berwarna
kuning bening sedangkan lapisan bawah berwarna merah tua pekat seperti dadih.
Proses dilanjutkan dengan mengevaporasi fi ltrat bunga menggunakan alat rotary
vacuum evaporator. Evaporasi ini bertujuan untuk memisahkan minyak mawar
yang masih bercampur dengan pelarut n-heksana. Filtrat yang mengandung
minyak bunga mawar ini kemudian dievaporasi pada suhu 55°C. Pada maserasi
waktu yang digunakan yaitu 10 menit. Pada penelitian maserasi dengan pelarut
n-heksana, waktu yang dibutuhkan untuk menguapkan pelarut lebih cepat dari
pada pelarut etanol, dikarenakan sifat n-heksana yang stabil dan mudah menguap
(Munawaroh, 2009). Minyak atsiri mawar yang diperoleh menggunakan n-
heksana berwarna kuning bening. Maserasi minyak mawar menghasilkan minyak
sebanyak ± 1 tetes. Hasil maserasi minyak atsiri mawar dengan pelarut etanol
diperoleh rendemen sebanyak 8,76%, sedangkan dengan pelarut n-heksana

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


10

sebanyak 0,34%. Uji GS-MS dilakukan di laboratorium kimia UGM. Menurut


Perumal dan Khan, komponen utama minyak atsiri mawar merah (Rosa
damascena) adalah phenyl ethyl alcohol. Hasil uji GC-MS maserasi minyak
mawar dengan pelarut etanol dan maserasi minyak mawar dengan pelarut n-
heksana menunjukkan bahwa komponen yang terdeteksi adalah komponen
minyak mawar sesuai dengan literatur. Hasil uji GC-MS maserasi minyak mawar
dengan pelarut etanol terlihat pada gambar 1 dan tabel 1. Pada maserasi minyak
mawar dengan pelarut etanol terdapat enam komponen yang terkandung dalam
minyak atsiri mawar. Empat komponen minyak atsiri yang termasuk didalam
literature adalah phenyl ethyl alcohol (2,73%), eicosene (1,00%), octadecane
(0,47%), hexadecanol (0,63%). Sedangkan komponen yang paling menonjol
adalah ethyl alcohol (83,74%) karena pelarut yang terkandung dalam minyak
mawar ini masih terlalu banyak dikarenakan waktu proses evaporasi yang kurang
maksimal. Hasil uji GC-MS minyak mawar dengan pelarut n-heksana
menunjukkan bahwa kandungan minyak atsiri dari mawar merah (Rosa
damascena) yang terdeteksi berjumlah 9 komponen, dengan komponen utama
phenyl ethyl alcohol (31,69%). Sedangkan komponen yang termasuk didalam
referensi Perumal diantaranya phenyl ethyl ester (3,43%), nonade- cane (0,95%),
dan eicosane (1,13%). Tabel 3 terlihat bahwa pada maserasi dengan pelarut etanol
komponen utama phenyl ethyl alcohol yang terdeteksi sebanyak 2,73%.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


11

Sedangkan pada maserasi dengan pelarut n-heksana komponen phenyl ethyl


alcohol adalah 31,69%. Hal ini membuktikan bahwa pelarut n-heksana lebih

selektif dalam mengekstraksi sejumlah kecil zat lilin serta dapat mengekstrak zat
pewangi dalam jumlah besar, sehingga pengambilan komponen utama minyak
atsiri lebih maksimal.

Menurut Referensi (a)Khan & Rehman, (b)Perumal, (c)Ketaren pada tabel 4


terlihat bahwa perbandingan pada penelitian maserasi minyak mawar dengan
pelarut nheksana memiliki komponen utama yaitu phenyl ethyl alcohol lebih
banyak dari maserasi dengan pelarut etanol. Dari ketiga referensi yang diacu,
maserasi minyak mawar dengan pelarut n-heksana dan etanol memiliki komponen

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


12

utama dengan jumlah yang jauh berbeda. Hal ini disebabkan karena perbedaan
jenis pelarut untuk mendapatkan kedua sampel percobaan, dan metode
pengambilan minyak yang berbeda. Secara umum kedua sampel penelitian yang
dianalisis menggunakan uji GC-MS menghasilkan jumlah komponen kimia
minyak atsiri yang lebih sedikit dibandingkan dengan ketiga referensi; hal ini
dikarenakan pada ketiga referensi menggunakan metode distilasi steam. Pada
sampel maserasi minyak mawar merah (Rosa damascena) dengan pelarut etanol
dan maserasi dengan pelarut n-heksana memiliki kandungan utama phenyl ethyl
alcohol yang terdeteksi secara berurutan sebesar 2,73% dan 31,69%.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


13

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang dilakukan dapat disimpulkan


sebagai berikut, maserasi minyak atsiri mawar dengan pelarut etanol
menghasilkan rendemen 8,76%, sedangkan minyak atsiri mawar dengan pelarut n-
heksana menghasilkan rendemen sebanyak 0,34%. Komponen utama maserasi
minyak atsiri mawar dengan pelarut etanol adalah phenyl ethyl alcohol (2,73%).
Sedangkan maserasi minyak atsiri mawar dengan pelarut n-heksane mengandung
komponen phenyl ethyl alcohol (31,69%).

Institut Sains Dan Teknologi Nasional


14

DAFTAR PUSTAKA

Amiarsi, D. et al. 2006. Pengaruh Jenis dan Perbandingan Pelarut terhadap


Hasil Ekstraksi Minyak Atsiri Mawar. In J.Hort 16(4): 356-359.

Anis, S. et al. 2011. Optimalisasi Fungsi Pigmen Bunga Mawar Sortiran sebagai
Zat Pewarna Alami dan Bioaktif Pada Produk Industri. Jurnal Teknik Industri
12(2): 96-104.

Munawaroh, S. 2009. Ekstraksi Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Cit- Etanol dan
N-Heksana.Tugas Akhir. Universitas Negeri Semarang.

Pangestu, A & Setyo Wuri Handayani. 2011. Rotary Evaporator and Ultraviolet
Lamp.Institute Pertanian Bogor.

Prihatman, K. 2000. MAWAR (Rosa damascene Mill).Sistim Informasi


Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS.

Yulianingsih, et al. 2006. Seleksi Jenis Bunga untuk Produksi Mutu Minyak
Mawar. In J.Hort. 16(4): 345-348.

Institut Sains Dan Teknologi Nasional

Anda mungkin juga menyukai