KELOMPOK 4
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
2020
Daftar Isi
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
Tanaman Akar Wangi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Monocotyledone
Ordo : Graminales
Family : Graminae
Genus : Vetiveria
Spesies : Vetiveria zizanioides L.
2
Organ Target Tanaman
Organ target dari tanaman akar wangi adalah akar. Akar merupakan organ utama
dari suatu tanaman, yang biasanya tidak berbuku-buku, tidak beruas-ruas, umumnya
tidak berklorofil serta sebagian atau seluruhnya berada dalam tanah., serta ujungnya
seringkali meruncing, yang akan memudahkan akar untuk menembus tanah.
Akar ini menjadi bagian pokok disamping batang dan daun bagi tumbuhan yang
tumbuhnya telah merupakan kormus. Fungsi akar sendiri untuk memperkuat
berdirinya tumbuhan, menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air dari
dalam tanah, mengangkut air dan zat-zat makanan ke tempat-tempat pada tubuh
tumbuhan yang memerlukannya, dan sebagai tempat penimbunan makanan/cadangan
makanan seperti pada akar wangi.
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam maklah ini adalah sebagai
berikut :
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari disusunnya makalah ini diantaranya sebagai
berikut :
3
BAB II
PEMBAHASAN
Rekayasa pada tanaman akar wangi didasarkan pada dua faktor yaitu faktor
komposisi media tanam dengan tiga taraf yaitu 100% arang sekam, arang sekam :
Styrofoam (2:1), dan arang sekam : styrofoam (1:1). Faktor kedua adalah jumlah bibit
dalam satu polybag yang terdiri dari dua taraf yaitu satu bibit dan dua bibit.
Bibit yang digunakan adalah bibit akar wangi varietas Verina 2 berupa anakan
yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman rempah dan Obat (Balittro).
Rekayasa pada penanaman akar wangi yang dilakukan adalah rekayasa media
tanam dengan penambahan arang sekam dan styrofoam dengan perbandingan volume
1:1. Hal ini diapatkan setelah adanya penelitian yang dilaksanakan oleh Resti dkk di
rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan Bawah, University Farm, Fakultas Pertanian
IPB dengan elevasi 240 m di atas permukaan laut (dpl). Mulai dari tahun 2012-2013.
Rekayasa ini mendapatkan hasil tertinggi dalam jumlah daun, jumlah anakan, jumlah
akar, panjang akar, kandungan klorofil dan karotenoid jika dibandingkan dengan
tanaman yang ditanam pada media arang sekam 100% dan arang sekam : styrofoam
(2:1)
Jumlah anakan secara langsung mempengaruhi jumlah daun pada tanaman akar
wangi, dimana semakin banyak jumlah anakan maka, jumlah daun pun akan semakin
banyak. Dari penelitian yang telah dilakukan jumlah anakan paling pada terdapat pada
rekayasa media tanam dengan penambahan arang sekam dan styrofoam dengan
perbandingan volume 1:1. Hal ini disebabkan karena penambahan styrofoam membuat
pori-pori media tanam menjadi besar, mengingat styrofoam terbuat dari bahan
copolimer stryen yang memiliki bobot sangat ringan yaitu 13 kg/m 3 – 15 kg/m3
4
meskipun tidak memiliki unsur hara. Pori-pori yang besar ini memungkinkan akar
tumbuh dengan baik dan tentunya membuat tanaman memiliki pertumbuhan yang lebih
baik juga jika dibandingan dengan tambahan media tanam berupa arang sekam saja
yang memiliki bobot 125 kg/m3 (Santoso dkk, 2011).
Styrofoam tidak akan mengalami perubahan seperti yang terjadi pada arang
sekam yang dapat hancur dan lapuk sehingga pada akhirnya media menjadi padat dan
menyebabkan pori-pori mengecil (Suryanto dan Dwi, 2010). Hal ini berpengaruh juga
pada pertumbuhan akar, dan pada penelitian didapatkan media yang menghasilkan
pertumbuhan akar paling baik adalah media dengan tambahan arang sekam dan
styrofoam dengan perbandingan volume 1:1.
Media tanam dengan komposisi arang sekam : styrofoam 1:1 dapat menghasilkan rata-
rata jumlah anakan lebih tinggi daripada media tanam dengan komposisi 100% arang
sekam, tetapi tidak terlalu berbeda dengan media tanam komposisi arang sekam :
styrofoam 2:1. Media tanam komposisi arang sekam : styrofoam 1:1 memiliki jumlah
daun yang lebih banyak dibanding media tanam arang sekam 100% maupun media
tanam arang sekam : styrofoam 2:1.
Media tanam styrofoam berasal dari bahan copolimer stryen yang tidak
mengandung hara, tetapi memiliki bobot yang sangat ringan, yaitu 13 kg/m³ sampai 15
kg/m³ (Santoso et al., 2011) dalam (Septyani et al., 2013). Media tanamn styrofoam
5
mempunyai bobot lebih ringan daripada bobot arang sekam yaitu 125 kg/m³. Media
tanam komposisi arang sekam : styrofoam 1:1 memiliki pori-pori yang besar, hal ini
baik untuk perkembangan akar dan produksi tanaman yang lebih baik pertumbuhannya.
Media tanam arang sekam : styrofoam 1:1 pada struktur styrofoamnya tidak mengalami
perubahan sejak awal sampai akhir perlakukan.
Tidak terdapat kekurangan pada media tanam campuran arang sekam dan styrofoam,
tetapi terdapat kekurangan pada masing-masing media tanam.
Arang sekam :
Menurut Suryanto dan Dwi (2010), arang sekam memiliki kekurangan yaitu
memiliki sifat yang mudah hancur dan lapuk dikarenakan terdapat proses
dekomposisi secara terus-menerus yang menyebabkan sekam menjadi lebih padat.
Pemadatan media tanam ini tidak baik untuk pertumbuhan akar tanaman. Pori arang
sekam yang kecil akan mengakibatkan akar tanamn kesulitan menyerap air dan unsur
hara sehingga kebutuhan nutrisi kurang yang berakibat pada proses fotosintesis dan
pertumbuhan tanaman terhambat.
6
Kekurangan pada media tanam styrofoam yaitu tidak memiliki kandungan
hara sehingga dalam pengaplikasiannya dibarengi dengan jenis media tanam lain,
seperti arang sekam.
7
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
Hardjanti S. 2005. Pertumbuhan setek adenium melalui penganginan, asal bahan setek,
penggunaan pupuk daun dan komposisi media. Agrosains. 7(2):108-114.
Mulyati H, Setiawan A, Rusli M. 2009. Rancang Bangun Sistem Manajemen Rantai
Pasokan dan Risiko Minyak Akar Wangi Berbasis IKM di Indonesia. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Resh HM. 2004. Hydroponics Food Production. New Jersey (US): Newconcept Pr.
Septyani, Sintho, dan Slamet. 2013. Budidaya Tanaman Akar Wangi (Vetiveria
zizanioides (L.) Nash) dalam Wadah: Pengaruh Jenis Media Tanam dan Jumlah
Bibit. Bul. Agrohorti 1 (4) : 111 – 121 (2013)