Anda di halaman 1dari 31

PRODUKSI BENIH CABAI TAWIT (Capsicum frutescens L.

LAPORAN

OLEH :
FARELNICHOLAS
190301250
AGRONOMI 2019

LABORATORIUM PRODUKSI DAN TEKNOLOGI BENIH


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
F A K UL T A S P E R T A N I AN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan

tepat pada waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Produksi Benih Cabai Rawit

(Capsicum frutescens L.) yang merupakan salah satu syarat untuk dapat

memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Produksi dan Teknologi Benih

Program Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen mata

kuliah Produksi dan Teknologi Benih yaitu : Dr. Ir. Haryati, MP.,

Dr. Khairunisa Lubis, SP., MP., Dr. Diana Sofia Hanafiah, SP., MP serta orang

tua penulis yang telah membantu praktikum ini secara daring.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang saran yang membangun

untuk kesempurnaan penulisan laporan ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan ini

dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
Kegunaan Penulisan ................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Cabai (Capsicum annum L............................................. 4
Syarat Tumbuh ......................................................................................... 5
Iklim ............................................................................................. 5
Tanah............................................................................................ 6
Produksi Benih ......................................................................................... 7
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan .................................................................. 10
Alat dan Bahan Percobaan ........................................................................ 10
Prosedur Praktikum .................................................................................. 10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ........................................................................................................ 12
Pembahasan ............................................................................................. 23

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman

hortikultura dari jenis sayuran yang memiliki buah kecil dengan rasa yang pedas.

Cabai jenis ini dibudidayakan oleh para petani karena banyak dibutuhkan

masyarakat, tidak hanya dalam skala rumah tangga, tetapi juga digunakan dalam

skala industri, dan dieksport ke luar negeri. Tanaman ini mempunyai banyak

manfaat terutama pada buahnya, yaitu sebagai bumbu masak, bahan campuran

industri makanan, dan sebagai bahan kosmetik. Selain buahnya, bagian lain dari

tanaman ini seperti batang, daun, dan akarnya juga dapat digunakan sebagai obat

– obatan (Ashari, 1995).

Produksi tanaman cabai rawit ini dari tahun ke tahun terus meningkat,

tahun 2009 produksinya sebesar 591.294 ton, sedangkan pada tahun 2010

produksinya sebesar 521.704 ton. Setahun terahir ini produksi tanaman cabai

rawit mengalami penurunan sebanyak 69.590 ton. Selain itu cabai rawit harganya

di pasaran seringkali lebih tinggi dari pada cabai jenis lainnya. Hal ini

dikarenakan tidak sedikit petani yang mengalami gagal panen. Terjadinya gagal

panen diakibatkan karena adanya beberapa kendala, terutama tingkat kesuburan

tanah dan hama yang berkembang di tengah udara lembab sehingga membuat

bunga, daun dan tanaman cabai rusak akhirnya mengakibatkan kegagalan panen

(Umah, 2012).

Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu

tanaman hortikultura dari famili solanaceae yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Secara umum buah cabai rawit mengandung zat gizi antara lain lemak, protein,
2

karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, B2, C dan senyawa alkaloid

seperti capsaicin, oleoresin, flavonoid dan minyak esensial (Rukmana, 2002).

Industri benih melibatkan penggabungan komponen-komponen penting

bidang perbenihan, yang keberadaannya dari hulu sampai ke hilir saling

menunjang satu sama lain. Penanganan komponen-komponen bidang perbenihan

harus dilakukan secara menyeluruh dan simultan. Komponen-komponen tersebut,

seperti komponen pemuliaan tanaman dan penelitian pengembangan IPTEK yang

mengelola plasma nutfah dan sumber daya alam, komponen pelepasan varietas,

komponen pengendalian mutu, komponen produksi benih, komponen distribusi

benih, komponen pengguna benih, dan komponen pasar serta pemanfaatan hasil

produksi pertanian. Kegiatan produksi benih merupakan salah satu komponen

penting berkaitan dengan penyediaan benih bermutu dengan kondisi enam tepat,

yang keberhasilannya memerlukan perencanaan yang baik, disiplin yang mantap,

serta pengetahuan dan pengalaman berusahatani khususnya tentang produksi

benih (Mayun, 2016).

Menurut Sudirman (2012) mutu fisiologis benih merupakan interaksi

antara faktor genetik dengan lingkungan tumbuh dimana benih dihasilkan. Untuk

memperoleh benih dengan mutu awal yang tinggi, lingkungan tanaman termasuk

kesuburan tanah diusahakan pada kondisi optimal agar tanaman dapat

menghasilkan benih dengan vigor yang tinggi. Mutu fisiologis dan fisik yang

tinggi dapat diperoleh dengan penanganan pra dan pascapanen yang baik, meliputi

: teknik bercocok tanam, pengendalian hama dan penyakit, pengendalian gulma,

waktu panen, cara panen, processing dan penyimpanan benih.


3

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara

memproduksi benih tanaman Cabe Rawit (Capsicum frutescens L.) secara

mandiri.

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi

komponen penilaian di Laboratorium Produksi dan Teknologi Benih Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai

sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) dapat di

klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Division:

Magnoliophyta, Class: Magnoliophyta, Subclass: Asteridea, Ordo:

Solanales, Family: Solanaceae, Genus: Capsicum, Species: Capsicum

frutecesns L. Tanaman cabai rawit tergolong dalam famili terung-

terungan (Solanaceae) (Wiryanta, 2005).

Tanaman cabai rawit mempunyai akar yang cukup rumit dan

hanya terdiri dari akar serabut saja, biasanya diakar terdapat bintil yang

merupakan hasil simbiosis dengan beberapa mikroorganisme, tetapi tidak

memiliki akar tunggang, namun ada beberapa akar tumbuh ke arah bawah

yang berfungsi sebagai akar tunggang semu (Setiadi, 2005).

Tanaman cabai rawit mempunyai batang yang tumbuh tegak,

berfungsi sebagai tempat keluarnya cabang, tunas, daun, bunga, dan buah.

Kulit batangnya tipis sampai agak tebal. Pada stadium tanaman muda

kulit berwarna hijau, kemudian berubah menjadi hijau kecoklat-coklatan

setelah memasuki stadium tua (Rukmana, 2004).

Daun cabai rawit umumnya berwarna hijau muda sampai hijau

gelap, tergantung pada varietasnya. Daun cabai yang ditapong oleh

tangkai daun mempunyai tulang menyirip. Bentuk umumnya bulat telur,

lonjong dan oval dengan ujung meruncing, tergantung pada jenis dan

varietasnya permukaan bawah berbulu, lebar 0,5-5 cm, panjang 1-10 cm,

panjang tangkai 0,5-3,5 cm (Wiryanta, 2005).


5

Bunga cabai berkelamin dua (hermaprodit), yaitu dalam satu

bunga terdapat kelamin jantan dan kelamin betina. Bunga cabai tersusun

atas tangkai bunga, dasar bunga, kelopak bunga, mahkota, alat kelamin

jantan dan kelamin betina, letak bunga mengantung dan biasa tumbuh

pada ketiak daun ada yang tunggal atau bergerombol dalam tandan,

biasanya dalam satu tandan terdapat 2 – 3 bunga, warna bunga cabai bermacam-

macam ada yang putih, putih kehijauan, dan ungu, yang memiliki 6

kelopak bunga yang berdiameter 5 - 20 mm adapun panjang bunga 1-1,5 cm

dan panjang tangkainya 1 - 2 cm. Mahkota bunga akan gugur pada saat

buah mulai terbentuk, kelopak bunga tertinggal dan melekat dipangkal calon

buah (Nawangsih, 2003).

Bentuk buah tanaman cabai rawit bervariasi mulai dari pendek dan

bulat sampai panjang dan langsing. Warna buah muda umumnya hijau

sampai kekuning keputih-putihan, tetapi setelah tua (matang) berubah

menjadi merah tua atau merah muda. Daging buah umumnya lunak dan

rasanya sangat pedas. Buah memiliki panjang 1 cm – 6 cm, dengan

diameter 0,5 cm – 1,5 cm. Biji tanaman ini berwarna kuning padi dan

melekat dalam buah (Rukmana, 2004).

Syarat Tumbuh
Iklim
Peranan cahaya begitu penting sehingga kehadirannya sangat diperlukan

selama pertumbuhan bibit sampai tanaman berproduksi. Pada intensitas cahaya

yang tinggi dalam waktu yang cukup lama, masa pembungaan tanaman cabai akan

terjadi lebih cepat dan proses pematangan buah juga berlangsung lebih singkat.

Dengan demikian, selanjutnya akan berpengaruh kepada priode budidaya dan


6

prioda panen buah. Tanaman cabai rawit akan tumbuh maksimum dibawah cahaya

dengan kisaran panjang gelombang 400 – 700 nm. Pada tanaman cabai rawit,

cahaya yang dibutuhkan sebanyak 35 PAR selama 12 jam/hari (Purwono, 2003).

Tanaman ini dapat tumbuh di seluruh wilayah Indonesia, baik dataran

rendah, sedang, pegunungan, maupun dataran tinggi. Namun secara umum

pertumbuhan cabai rawit akan sangat baik kalau ditanam di daerah dengan curah

hujan dan panas yang cukup. Penanaman pada tempat yang berbeda akan

menghasilkan buah yang berbeda. Faktor lokasi penanaman ini sangat berperan

dalam produksi buah. Daerah penanaman yang paling cocok adalah pada

ketinggian 0- 500 m dpl, suhu rata- rata 19 - 30°C, dan curah hujan 1000 - 3000

mm/tahun (Sarpian, 2003).

Tanaman cabai rawit tidak menghendaki kelembaban dan curah hujan

yang tinggi serta iklim yang basah, karena pada keadaan tersebut tanaman mudah

terserang penyakit, terutama oleh cendawan (fungi). Kelembaban udara yang baik

untuk pertumuhan tanaman cabai rawit adalah berkisar 60 % - 80 %. Kelembaban

yang telalu rendah dengan suhu udara yang tinggi akan menghambat pertumbuhan

tunas, bunga dan buah (Rukmana, 2004).

Tanah

Tanaman cabai rawit memerlukan tanah yang memiliki tekstur lumpur

berpasir atau liat berpasir, dengan struktur gembur. Selain itu, tanah harus mudah

mengikat air, memiliki solum yang dalam (minimal 1m), memiliki daya menahan

air yang cukup baik, tahan terhadap erosi dan memiliki kandungan bahan organic

tinggi (Putri, 2019).


7

Cabai rawit menghendaki tingkat kemasaman tanah optimal, yaitu tanah

dengan nilai pH 5,5 – 6,5. Jika pH tanah kurang dari 5,5, tanah harus diberi kapur

pertanian. Pada pH rendah, ketersediaan beberapa zat makanan tanaman sulit

diserap oleh akar tanaman, sehingga terjadi kekurangan beberapa unsur makanan

yang ahirnya akan menurunkan produktivitas tanaman. Menurut Tjandra (2011),

derajat keasaman tanah atau pH tanah nertal berkisar 6-7.

Karena sifat adaptasinya paling luas diantara jenis cabai, maka sebagian

besar cabai rawit bisa ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi. Namun,

cabai rawit yang ditanam di dataran tinggi akan mengalami umur panen dan masa

panen yang lebih lama, tetapi hasil panennya masih relatif sama dibandingkan

dengan jika kultivar yang sama ditanam di dataran rendah (Umah, 2012).

Produksi Benih

Tanaman-tanaman voluntir dari kultivar atau spesies yang berbeda yang

tidakm dikehendaki kehadirannya dalam proses produksi benih berasal dari

pertanaman sebelumnya di lahan yang sama. Tanaman-tanaman voluntir tersebut

telah memiliki ketahanan lingkungan tertentu pada lahan tersebut. Untuk areal

penangkaran serealia sering disarankan interval sebanyak dua musim tidak

ditanami tanaman sejenis atau tanaman lain yang mengancam kemurnian

genetisnya, tetapi dalam beberapa program sertifikasi satu musim tanam pun

diterima. Melakukan pengolahan tanah dan roguing secara intensif, sistim tanam

tandur jajar, dan persemaian pada areal yang bebas voluntir sangat efektif untuk

mencegah pencemaran genetis pada tanaman padi. Sedangkan untuk penengkaran

tanaman kacang-kacangan diperlukan interval tiga bulan bera pada lahan-lahan

yang sebelumnya ditanami tanaman sejenis. Persyaratan sejarah lahan ini


8

lazimnya tidak diperlukan dalam produksi benih berlabel (Mayun, 2016).

Pengelolaan tanaman pra panen memiliki arti yang sama pentingnya

dengan penanganan pasca panen, khususnya untuk produksi benih. Beberapa hal

perlu diperhatikan dalam produksi benih (Balitbang, 2013) :

1. Lakukan pada sentra produksi, pilih lahan yang subur dan cukup irigasi.

Hindari penanaman kedelai untuk produksi benih pada lahan yang

bermasalah dan irigasi tidak tersedia (tidak memadai) serta bukan endemik

hama penyakit.

2. Tanam pada saat yang tepat, penanaman lebih awal dan terlambat

seringkali mengalami tekanan hama dan penyakit. Penanaman serentak

pada satu hamparan memiliki resiko gagal lebih kecil.

3. Lakukan pemeliharaan secara optimal sehingga tanaman tumbuh normal.

Penyiangan yang dilakukan terlambat tidak hanya menghambat

pertumbuhan tanaman, namun juga meningkatkan biaya penyiangan.

Lakukan pengendalian hama penyakit tepat waktu, tepat dosis dan tepat

insektisida.

4. Lakukan panen tepat waktu dan jangan ditunda serta penanganan pasca

panen yang benar

Produksi benih yang bermutu baik merupakan tugas yang pasti

memerlukan keterampilan teknik yang tinggi dan investasi finansial yang cukup

besar. Selama proses produksi benih, perhatian yang ketat harus diberikan

terhadap pemeliharaan kemurnian genetik dan pembentukan unsur-unsur mutu

benih lainnya. Produksi benih harus dilakukan di bawah kondisi yang terbaik dan

terorganisasi secara mantap (Mayun, 2016).


9

Keberhasilan produksi benih ditentukan oleh dua faktor utama, yaitu

pengelolaan optimal terhadap tanah dan tanaman serta penggunaan benih unggul

bermutu. Mutu benih dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor genetik,

lingkungan dan status benih (kondisi fisik dan fisiologi benih). Genetik

merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetika benih.

Setiap varietas memiliki identitas genetika yang berbeda. Faktor lingkungan yang

berpengaruh terhadap mutu benih berkaitan dengan kondisi dan perlakuan selama

prapanen, pascapanen, maupun saat pemasaran benih. Faktor kondisi fisik dan

fisiologi benih berkaitan dengan performa benih seperti tingkat kemasakan,

tingkat kerusakan mekanis, tingkat kesehatan, ukuran dan berat jenis, komposisi

kimia, struktur, tingkat kadar air dan dormansi benih (Wirawan, 2002).

Proses produksi benih perlu diupayakan agar kemunduran genetis tidak

terjadi dan benih yang dihasilkan memiliki kemurnian yang tinggi. Kegiatan

pengendalian mutu internal harus dilaksanakan oleh produsen benih dengan

menerapkan prinsip-prinsip genetis dalam roses produksi benih. Kegiatan-

kegiatan yang terkait dengan prinsip-prinsip genetis tersebut adalah sebagai

berikut: (1) menggunakan lahan yang diketahui sejarah penggunaan sebelumnya

sehingga memenuhi persyaratan bebas voluntir di samping memenuhi

persyaratann isolasinya, (2) menggunakan sumber benih yang tepat kelas atau

kualifikasi mutunya, (3) menggunakan isolasi yang sesuai, (4) melakukan

roguing, (5) menghindari kontaminasi mekanis, dan (6) menggunakan wilayah

adaptasi yang sesuai bagi pertanaman (Mayun, 2016).


10

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Praktikum

Adapun praktikum ini dilakukan di Lahan Pribadi, Jalan Hamparan Perak

No.3 , Lubuk Pakam pada bulan November sampai dengan Desember 2021 dengan

ketinggian± 2,5 – 37,5 mdpl

Alat dan Bahan Percobaan

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah timbangan analitik

sebagai alat untuk menimbang buah dan biji, kamera untuk mengambil foto

sebagai bukti melakukan praktikum, bak kecambah sebagai wadah

perkecambahan benih, alat tulis untuk menulis data.

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanaman cabai

rawit (Capsicum frutescens L.), air untuk menyiram tanaman, kertas millimeter

untuk membantu melihat pertambahan ukuran buah, tisu sebagai media

perkecambahan biji, logbook sebagai media untuk mencatat data hasil

pengamatan.

Prosedur Praktikum

Adapun prosedur praktikum yang dilakukan adalah :

1. Dipilih tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) yang berada

disekitar rumah

2. Dipersiapkan enam interval buah cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

dengan masing-masing interval dua sampel. Interval yang digunakan yaitu

berjarak tujuh hari.

3. Dicatat tanggal muncul bakal bunga, ditandai dan difoto.

4. Dicatat tanggal bunga mekar, ditandai dan difoto.


11

5. Dicatat tanggal muncul bakal buah, ditandai dan difoto.

6. Dipanen buah cabai rawit (Capsicum frutescens L.) sesuai interval.

7. Diletakkan diatas kertas milimeter.

8. Ditimbang bobot basah buah cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

9. Ditimbang bobot basah dan kering biji cabai rawit (Capsicum frutescens

L.)

10. Dikecambahkan biji cabai rawit (Capsicum frutescens L.) tiap interval.

Tiap satu sampel di satu interval diambil perwakilan lima biji untuk

dikecambahkan.

11. Diamati perkecambahan biji cabai rawit (Capsicum frutescens L.) tiap

interval, dicatat tanggalnya dan difoto.

12. Dihitung persentase dan dibuat laporan.


12

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Vegetasi : Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

Data Pengamatan

1. Interval ke-1

Hari/Tanggal
Keterangan Gambar
Pengamatan
5 November Tanaman muncul bakal
2021 bunga.

11 November Bunga mekar.


2021

19 November Tanaman muncul bakal


2021 buah.
13

Buah interval satu minggu.

Bobot basah buah interval


satu minggu.
= 0,44 g

Bobot basah biji interval


satu minggu.
= 0,07 g

Bobot kering biji interval


satu minggu.
= 0,03 g

Persentase Perkecambahan

= 10 x 100%
10
= 10
14

Keterangan:

1. Bobot segar buah = 0,44 g

2. Bobot basah biji = 0,07 g

3. Bobot kering biji = 0,03 g

4. Kadar air biji = 4%

2. Interval ke-2

Hari/Tanggal
Keterangan Gambar
Pengamatan
5 November Tanaman muncul bakal
2021 bunga.

10 November Bunga mekar.


2021

16 November Tanaman muncul bakal


2021 buah.

Buah interval dua minggu.


15

Bobot basah buah interval


dua minggu
= 0,69 g

Bobot basah biji interval


satu minggu.
= 0,09g

Bobot kering biji interval


satu minggu.
= 0,05 g

Persentase Perkecambahan

= 10 x 100%
10
= 100

Keterangan:

1. Bobot segar buah = 0,69 g

2. Bobot basah biji = 0,09 g

3. Bobot kering biji = 0,05 g

4. Kadar air biji = 4%


16

3. Interval Ke-3

Hari/Tanggal
Keterangan Gambar
Pengamatan
6 November Tanaman muncul bakal
2021 bunga.

12 November Bunga mekar.


2021

17 November Tanaman muncul bakal


2021 buah.

Buah interval tiga minggu.


17

Bobot basah buah interval


tiga minggu.
= 0,70 g

Bobot basah biji interval


tiga minggu.
= 0,12 g

Bobot kering biji interval


tiga minggu
= 0,06

Persentase Perkecambahan

= 10 x 100%
10
= 100

Keterangan:

1. Bobot segar buah = 0,70 g

2. Bobot basah biji = 0,12 g

3. Bobot kering biji = 0,06 g

4. Kadar air biji = 6%


18

4. Interval Ke-4

Hari/Tanggal
Keterangan Gambar
Pengamatan
6 November Tanaman muncul bakal
2021 bunga.

13 November Bunga mekar.


2021

21 November Tanaman muncul bakal


2021 buah.

Buah interval empat


minggu.

Bobot basah buah interval


empat minggu.
= 0,95 g
19

Bobot basah biji interval


empat minggu.
= 0,15 g

Bobot kering biji interval


empat minggu.
= 0,09 g

Persentase Perkecambahan

= 1 0 x 100%
10
= 100

Keterangan:

1. Bobot segar buah = 0,95 g

2. Bobot basah biji = 0, 15 g

3. Bobot kering biji = 0,09 g

4. Kadar air biji = 6%


20

5. Interval ke-5

Hari/Tanggal
Keterangan Gambar
Pengamatan
6 November Tanaman muncul bakal
2021 bunga.

12 November Bunga mekar.


2021

19 November Tanaman muncul bakal


2021 buah.

Buah interval lima


minggu.

Bobot basah buah interval


lima minggu.
= 1,03 g
21

Bobot basah biji interval


lima minggu.
= 0,17 g

Bobot kering biji interval


satu minggu.
= 0,10 g

Persentase Perkecambahan

= 1 0 x 100%
10
= 100

Keterangan:

1. Bobot segar buah = 1,03 g

2. Bobot basah biji = 0,17 g

3. Bobot kering biji = 0,10 g

4. Kadar air biji = 7%


22

6. Interval Ke-6

Hari/Tanggal
Keterangan Gambar
Pengamatan
7 November Tanaman muncul bakal
2021 bunga.

12 November Bunga mekar.


2021

19 November Tanaman muncul bakal


2021 buah.

Buah interval enam


minggu.

Bobot basah buah interval


enam minggu.
= 1,49 g
23

Bobot basah biji interval


enam minggu.
= 0,19 g

Bobot kering biji interval


satu minggu.
= 0,12 g

Persentase Perkecambahan

= 1 0 x 100%
10
= 100

Keterangan:

1. Bobot segar buah = 1,49 g

2. Bobot basah biji = 0,19 g

3. Bobot kering biji = 0,12 g

4. Kadar air biji = 7%

Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan didapatkan hasil pada

interval pertama, muncul bakal bunga pada tanggal 5 November 2021, lalu 6 hari

setelahnya bunga mekar, lalu 8 hari setelah nya muncul bakal buah, 7 hari

setelahnya dipanen dan didapatkan bobot basah buah 0,44 g, bobot basah biji 0,07

g, bobot kering biji 0,03g, kadar air biji 4%, persentase perkecambahan 100% .

Hal ini sesuai dengan literatur Rukmana (2004) yang menyatakan bahwa Bentuk

buah
24

tanaman cabai rawit bervariasi mulai dari pendek dan bulat sampai panjang dan

langsing. Warna buah muda umumnya hijau sampai kekuning keputih-putihan,

tetapi setelah tua (matang).

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan didapatkan hasil pada

interval kedua, muncul bakal bunga pada tanggal 5 November 2021, lalu 5 hari

setelahnya bunga mekar, lalu 6 hari setelah nya muncul bakal buah, 14 hari

setelahnya dipanen dan didapatkan bobot basah buah 0,69g, bobot basah biji 0,09

g, bobot kering biji 0,05g, kadar air biji 4%, persentase perkecambahan 100%. Hal

ini sesuai dengan literatur Prajnanta (2007) yang menyatakan bahwa Buah

memiliki keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna dan rasa buah. Buah

cabai rawit dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing/berbentuk

kerucut.

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan didapatkan hasil pada

interval ketiga, muncul bakal bunga pada tanggal 6 November 2021, lalu 6 hari

setelahnya bunga mekar, lalu 5 hari setelah nya muncul bakal buah, 21 hari

setelahnya dipanen dan didapatkan bobot basah buah 0,70g, bobot basah biji 0,12

g, bobot kering biji 0,06g, kadar air biji, 6% persentase perkecambahan 100% .

Hal ini sesuai dengan literatur Mayun (2016) yang menyatakan bahwa Proses

produksi benih perlu diupayakan agar kemunduran genetis tidak terjadi dan benih

yang dihasilkan memiliki kemurnian yang tinggi. Kegiatan pengendalian mutu

internal harus dilaksanakan oleh produsen benih dengan menerapkan prinsip-

prinsip genetis dalam proses produksi benih.

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan didapatkan hasil pada

interval keempat, muncul bakal bunga pada tanggal 6 November 2021, lalu 7 hari
25

setelahnya bunga mekar, lalu 8 hari setelah nya muncul bakal buah, 28 hari

setelahnya dipanen dan didapatkan bobot basah buah 0,95g, bobot basah biji

0,15g, bobot kering biji 0,09g, kadar air biji 6% , persentase perkecambahan

100% . Hal ini sesuai dengan literatur Julianti (2005) yang menyatakan bahwa Biji

cabai dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama apabila kandungan air dan

kelembaban ruang penyimpanan sesuai. Semakin rendah kadar air dan

kelembaban ruang penyimpanan maka biji cabai akan semakin lama umur

simpannya

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan didapatkan hasil pada

interval kelima, muncul bakal bunga pada tanggal 6 November 2021, lalu 6 hari

setelahnya bunga mekar, lalu hari 7 setelah nya muncul bakal buah, 35 hari

setelahnya dipanen dan didapatkan bobot basah buah 1,03 g, bobot basah biji

0,17g, bobot kering biji 0,10g, kadar air biji 7% , persentase perkecambahan

100% . Hal ini sesuai dengan literatur Tao (1985) yang menyatakan bahwa Buah

cabai dari setiap varietas cabai mempunyai perbedaan dalam jumlah dan bobot per

satuan berat, yang berpengaruh terhadap rendemen biji.

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan didapatkan hasil pada

interval keenam, muncul bakal bunga pada tanggal 7 November 2021, lalu 5 hari

setelahnya bunga mekar, lalu 7 hari setelah nya muncul bakal buah, setelah 35

hari setelahnya dipanen dan didapatkan bobot basah buah 1,49 g, bobot basah biji

0,19g, bobot kering biji 0,12g, dan kadar air biji 7% , persentase perkecambahan

100%. Hal ini sesuai dengan literatur Nurfalach (2010) yang memyatakan bahwa

Umur panen cabai tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman dan

kombinasi pemupukan yang digunakan serta kesehatan tanaman.


26

KESIMPULAN

1. Pada interval pertama, muncul bakal bunga pada 5 November 2021, bunga

mekar pada 11 November 2021, muncul bakal buah pada 19 November

2021, 7 hari setelahnya dipanen dan didapatkan bobot basah buah 0,44 g,

bobot basah biji 0,07 g, bobot kering biji 0,03g, kadar air biji 4% ,

persentase perkecambahan 100%.

2. Pada interval kedua, muncul bakal bunga pada 5 November 2021, bunga

mekar pada 10 November 2021, muncul bakal buah pada 16 November

2021, 14 hari setelahnya dipanen dan didapatkan bobot basah buah 0,69g,

bobot basah biji 0,09 g, bobot kering biji 0,05g, kadar air biji 4% ,

persentase perkecambahan 100%.

3. Pada interval ketiga, muncul bakal bunga pada 6 November 2021, bunga

mekar pada 12 November 2021, muncul bakal buah pada 17 November

2021, 21 hari setelahnya dipanen dan didapatkan bobot basah buah 0,70g,

bobot basah biji 0,12 g, bobot kering biji 0,06g, kadar air biji 6% ,

persentase perkecambahan 100%.

4. Pada interval keempat, muncul bakal bunga pada 6 November 2021, bunga

mekar pada 13 November 2021, muncul bakal buah pada 21 November

2021, 28 hari setelahnya dipanen dan didapatkan bobot basah buah 0,95g,

bobot basah biji 0,15g, bobot kering biji 0,09g, kadar air biji 6% % ,

persentase perkecambahan 100%.

5. Pada interval kelima, muncul bakal bunga pada 6 November 2021, bunga

mekar pada 12 November 2021, muncul bakal buah pada 19 November

2021, 35 hari setelahnya dipanen dan didapatkan bobot basah buah 1,03 g,
27

bobot basah biji 0,17g, bobot kering biji 0,10 g, kadar air biji 7%,,

persentase perkecambahan 100%.

6. Pada interval keenam, muncul bakal bunga pada 7 November 2021, bunga

mekar pada 12 November 2021, muncul bakal buah pada 19 November

2021, 35 hari setelahnya dipanen dan didapatkan bobot basah buah 1,49 g,

bobot basah biji 0,19g, bobot kering biji 0,12g, kadar air biji 7%,

persentase perkecambahan 100%.


28

DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S., 1995, Hortikultura Aspek Budaya cetakan 1, Universitas Indonesia
Press, Jakarta
Balitbang, 2003. Teknologi Produksi Benih Mendukung Program Kemandirian
Benih Kedelai Di Daerah Sentra Produksi. Agroinovasi Edisi 3-9 April
2013 No.3501 Tahun XLIII
Mayun, I.A. 2016. Kajian Produksi Benih Bermutu (Padi,Jagung,Kedelai).
Universitas Udayana. Bali.
Purnomo. 2003. Bertanam Cabai Rawit Dalam Pot. Tim Lentera. Jakarta.
Putri, I. 2019. Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum
frutescens L.) Yang Diberi Trichokompos Jerami Padi. Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru
Rukmana, R. 2004. Usaha Tani Cabai Rawit. Kanisius. Jakarta. 90
hal.Nawangsih, A. A. Imdad, P. H, Wahyudi. A. 2003. Penebar Swadaya.
Jakarta. 84 hal.
Rukmana, R. H. 2002. Usaha Tani Cabai Rawit. Kanisius. Yogyakarta. 117 hal.
Sapian, T. 2003. Bertanam Cabai Di Polibag. Penebar Swadaya. Jakarta
Setiadi, 2005. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta. 68 hal.
Sudirman, U. 2012. Pengaruh Pemberian Bahan Organik Terhadap Daya Simpan
Benih Kedelai ( Glycine max (L.) Merr. ). Berita Biologi 11 (3) 401-410.
Tjandra, E., 2011, Panen Cabai Rawit Di Polybag, Cahaya Atma Pustaka,
Yogyakarta
Umah, F.K. 2012. Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati (Biofertilizer) dan Media
Tanam Yang Berbeda Pada Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman
Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) di Polybag. Universitas Airlangga.
Surabaya.
Wirawan, B dan Wahyuni, S. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikasi ( Padi,
Jagung, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Hijau). Penebar Swadaya.
Jakarta. 120 Hal.
Wiryanta, W. T. Bernardinus. 2005. Bertanam Cabai Pada Musim Hujan.
Agromedia Pustaka. Jakarta. 79 hal.

Anda mungkin juga menyukai