SKRIPSI
OLEH :
SITTA TIFFANI
150301075
AGRONOMI
SKRIPSI
OLEH :
SITTA TIFFANI
150301075
AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar sarjana
di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
SITTA TIFFANI : Effect of the Ridge Size on the Growth and Production
of Several Sweet Potato Genotype (Ipomoea batatas L.), supervised by NINI
RAHMAWATI and HOT SETIADO.
The use of ridge size and sweet potato genotype could increased the
productivity of several sweet potato clones as the staple food. The objective of the
research was to determine the effect of the ridge size on the growth and
production of several sweet potato genotype. The research was conducted on the
farming field at Eka Warni street, Gedung Johor subdistrict, Medan Johor
district, Medan from March to July 2019 with 25 meter altitude. The randomized
block design was used with two factors, i.e: sweet potato genotype (Sari, Cengkeh
Turi,Tanah Seribu) and the ridge size (0, 15, 30 cm). The result showed that the
Tanah Seribu significantly affected the stem length, the tuber length per sample,
the tuber weight, the number of tuber A, and the number of tuber B. The ridge size
significantly affected the stem length at four weeks planted. The interaction at six
weeks planted between Tanah Seribu and the ridge size of 0 cm significantly
affected the stem length.
dari 7 bersaudara dari Ayahanda Hadi Subowo dan Ibunda Almh Sri Dadi Pujiati.
Tahun 2015 penulis lulus dari SMA Dharma Patra P.Brandan dan pada
Agroteknologi.
Negara (PTPN) IV Kebun Laras pada tahun 2018 dan melaksanakan kuliah kerja
2019.
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
dan Produksi Beberapa Genotipe Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)”. Skripsi ini
dibuat sebagai syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Ibu Dr. Nini Rahmawati, SP. MSi, dan Bapak Ir. Hot Setiado M.S., selaku dosen
Penulis juga sampaikan ucapan terima kasih kepada Ayahanda Hadi Subowo atas
Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
Hal.
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................. 1
Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 3
Kegunaan Penulisan .................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ........................................................................................... 4
Syarat Tumbuh ............................................................................................ 5
Iklim...................................................................................................... 5
Tanah .................................................................................................... 7
Ukuran Bedengan ........................................................................................ 8
Genotipe Ubi Jalar ....................................................................................... 9
LAMPIRAN
No. Hal.
1. Panjang batang pada perlakuan beberapa genotipe ubi jalar dan ukuran
bedengan pada umur 2-10 MST ................................................................ 19
2. Jumlah umbi per sampel pada perlakuan beberapa genotipe ubi jalar dan
ukuran bedengan ....................................................................................... 20
3. Panjang umbi per sampel pada perlakuan beberapa genotipe ubi jalar
dan ukuran bedengan ................................................................................ 20
4. Diameter umbi per sampel pada perlakuan beberapa genotipe ubi jalar
dan ukuran bedengan ............................................................................... 21
5. Bobot umbi per sampel pada perlakuan beberapa genotipe ubi jalar dan
ukuran bedengan ....................................................................................... 22
6. Bobot basah tanaman per sampel pada beberapa genotipe ubi jalar dan
ukuran bedengan ....................................................................................... 23
7. Rataan bobot umbi pada beberapa genotip lokal ubi jalar dan aplikasi
biochar jerami padi dengan dosis berbeda ................................................ 23
8. Indeks panen pada beberapa genotip lokal ubi jalar dan aplikasi biochar
jerami padi dengan dosis berbeda ............................................................. 24
9. Grading umbi segar kelas A pada beberapa genotipe ubi jalar dan
ukuran bedengan ....................................................................................... 25
10. Grading umbi segar kelas B pada beberapa beberapa genotipe ubi jalar
dan ukuran bedengan ................................................................................ 25
11. Grading umbi segar kelas C pada beberapa beberapa genotipe ubi jalar
dan ukuran bedengan ................................................................................ 26
No. Hal.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
pangan dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, ubi jalar mempunyai
beberapa keunggulan antara lain memiliki nilai gizi yang relatif tinggi, kaya
yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberikan manfaat, selain mempunyai
utama subtitusi beras atau sebagai pangan alternatif. Keuntungan lainnya adalah
palawija dengan waktu tanam sekitar 3,5-6 bulan (Widhi dan Dahrul, 2008).
Sehingga ubi jalar merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki potensi
Produksi ubi jalar nasional dari tahun 2014 sampai tahun 2018 mengalami
penurunan yaitu sebesar 2.382.658 ton (2014) menjadi 1.914.244 ton (2018). Luas
areal panen ubi jalar pada tahun 2014-2018 juga mengalami penurunan yaitu
Produksi ubi jalar di Indonesia masih rendah. Hasil umbi basah rata-rata
pada tingkat petani 7,3 ton per hektar, sedangkan rata-rata produksi di tingkat
nasional 9,5 ton per hektar (Djalil et al., 2004). Rendahnya produksi ini
lingkungan serta teknik budidaya masih kurang baik oleh karena itu perlu adanya
perbaikan teknik budidaya untuk menghemat tenaga dan waktu sehingga dapat
kondisi aerasi tanah agar tetap baik, di antara bedengan atau guludan biasanya
dibuat parit atau saluran drainase. Bedengan atau guludan dibuat memanjang
searah lereng, sehingga tanah di dalam bedengan atau guludan tersebut mengalami
erosi pada saat hujan, dan terjadi peningkatan jumlah aliran permukaan, yang pada
akhirnya akan meningkatkan debit sungai dengan kandungan lumpur yang tinggi.
Kondisi seperti ini akan mempercepat hilangnya tanah lapisan atas yang subur,
Bedengan adalah guludan tanah yang sengaja dibuat oleh petani untuk
menanam tanaman pangan dengan lebar dan tinggi tertentu, dan diantara dua
bedengan dipisahkan oleh saluran atau parit drainase yang berguna untuk
mengalirkan air agar aerasi tanah atau kelembapan tanah dalam bedengan tetap
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
ubi jalar (Ipomoea batatas L.) terhadap ukuran bedengan serta interaksi keduanya.
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh data dalam penyusunan
skripsi dan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Tanaman ubi jalar merupakan tanaman dikotil yang memiliki dua tipe akar
yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Akar
penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur hara yang ada dalam tanah,
sedangkan akar lumbung berperan sebagai tempat penimbun fotosintat yang akan
membentuk umbi. Akar berada tidak lebih dari 45 cm di dalam tanah. Sekitar 15%
dari keseluruhan akar yang terbentuk akan menebal dan membentuk umbi yang
Ubi jalar memiliki batang yang lunak dan bulat. Batang ubi jalar beruas-
ruas, setiap ruas ditumbuhi akar, tunas, dan daun. Ukuran diameter batang ubi
varietas ubi jalar merambat dan diameter batang sedang serta batang kecil dimiliki
oleh varietas ubi jalar agak tegak. Diameter batang besar memiliki kemampuan
hidup dan tumbuh lebih baik dari diameter batang kecil. Warna batang ubi jalar
Daun ubi jalar berbentuk bulat menyerupai hati. Helaian daun berukuran
lebar, menyatu mirip bentuk jantung namun ada juga yang menjari. Panjang
tangkai daun berkisar antara 5-25 cm. Warna daun ubi jalar dominan hijau tua
sampai kekuningan, sedangkan warna tangkai daun dan tulang daun antara hijau
sampai ungu, sesuai dengan warna batangnya. Letak daun tanaman ubi jalar pada
batang adalah berbentuk spiral dengan pola 2/5. Panjang tangkai daun berkisar
berwarna merah jambu pucat dengan leher terompet kemerahan, ungu pucat atau
ungu, menyerupai warna bunga ‘mekar pagi’ (morning glory). Bunga mekar pada
pagi hari, dan menutup serta layu dalam beberapa jam. Penyerbukan dilakukan
Umbi ubi jalar memiliki ukuran, bentuk, warna kulit, dan warna daging
yang bermacam-macam tergantung varietasnya. Ukuran umbi ubi jalar ada yang
bentuknya bulat lonjong dan bulat panjang (Juanda dan Cahyono, 2004). Sebagian
besar ubi berkembang dari bakal calon ubi yang terdapat pada sistem akar serabut.
Ubi juga terbentuk dari akar-akar yang tumbuh pada buku-buku batang yang
Syarat Tumbuh
Iklim
menurun di atas 30° C. Ubi jalar adalah tanaman yang penuh dengan sinar
Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah beriklim panas dan
lembab, dengan suhu optimum 27°C berkelembaban udara 50% – 60% dan lama
penyinaran 11-12 jam per hari dengan curah hujan 750 mm – 1500 mm per tahun.
Produksi dan pertumbuhan yang optimal untuk usaha petani ubi jalar yang cocok
adalah pada saat musim kemarau (kering). Tanaman ini dapat tumbuh sampai
ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Ubi jalar masih dapat tumbuh
dengan baik di dataran tinggi (pegunungan) tetapi umur panen menjadi panjang
Ubi jalar dapat tumbuh dengan baik pada curah hujan berkisar antara 500-
5000 mm/tahun. Curah hujan optimal agar ubi jalar berproduksi berkisar antara
750-1500 mm/tahun. Oleh karena itu, produksi ubi jalar yang optimal tercapai
pada musim kemarau. Waktu penanaman ubi jalar di lahan kering yaitu pada
musim hujan, sedangkan di lahan sawah ubi jalar ditanam pada sesudah panen
Ubi jalar sangat membutuhkan udara panas, lembab dan kandungan air
tinggi. Suhu yang dibutuhkan sekitar 24°C sampai 27°C dengan lama penyinaran
matahari 10-12 jam sehari. Meskipun demikian tanaman ubi jalar dapat tumbuh
sepanjang tahun, asalkan berada di tempat lahan yang terbuka dan tidak
produksi. Kadar air daun adalah (86%), batang (88,4%) dan umbi (70,6%).
Kelembaban penting untuk mencapai perkecambahan yang baik. Tanah juga harus
tetap basah selama masa pertumbuhan (60-120 hari), meskipun pada panen
Tanah
Tanaman ubi jalar dapat ditanam pada berbagai jenis tanah, namun lumpur
berpasir yang dikeringkan dengan tanah liat subsoil dianggap ideal. Tidak tahan
air dan biasanya ditanam di gundukan atau punggung bukit. Aerasi yang buruk
atau konsentrasi oksigen kurang dari 10% di dalam tanah pada tahap awal
meningkatkan tingkat lignifikasi sel stele dan menekan aktivitas kambium primer,
sehingga akar muda berkembang menjadi akar berserat (Takagi, dkk., 2016).
Pada umumnya, dapat dikatakan bahwa hampir setiap jenis tanah pertanian
cocok untuk membudidayakan tanaman ini. Meskipun begitu, jenis tanah yang
organik, aerasi serta drainasenya baik, dan mempunyai derajat keasaman tanah
(pH) 5,5 – 7,5.Sebaliknya, penanaman ubi jalar pada tanah kering dan pecah-
pecah sering menyebabkan ubi jalar terkena hama penggerak. Namun, bila
ditanam pada tanah yang mudah becek atau berdrainase jelek, dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan
merupakan faktor utama penyedia unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Tanah
yang cocok untuk tanaman ubi jalar adalah tanah yang mengandung pasir, kadar
lempungnya sedikit dan longgar serta kondisinya gembur, sehingga udara dan air
dalam tanah dapat saling berganti dengan lancar. Kondisi tanah yang berat juga
dapat ditanami ubi jalar namun harus diolah dan diberi campuran pasir, kompos,
Perkembangan umbi akan terhambat oleh struktur tanah bila ditanam pada
tanah lempung berat, sehingga dapat mengurangi hasil dan bentuk umbinya sering
berbenjol - benjol dan kadar seratnya tinggi. Apabila ditanam pada lahan yang
sangat subur akan banyak tumbuh daun tetapi hasil umbinya sangat sedikit.
Derajat kemasaman (pH) tanah yang baik untuk pertumbuhan ubi jalar berkisar
antara 5,5 - 7,5. pH tanah optimum untuk pertumbuhan tanaman ubi jalar adalah
6,1 - 7,7 akan tetapi ubi jalar masih tahan tumbuh pada pH tanah yang relatif
Ukuran Bedengan
Ubi jalar dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, namun hasil terbaik akan
didapat bila ditanam pada tanah lempung berpasir yang kaya akan bahan organik
dengan drainase yang baik. Perkembangan umbi akan terhambat oleh struktur
tanah bila ditanam pada tanah lempung berat, sehingga dapat mengurangi hasil
dan bentuk umbinya sering berbenjol - benjol dan kadar seratnya tinggi. Apabila
ditanam pada lahan yang sangat subur akan banyak tumbuh daun tetapi hasil
umbinya sangat sedikit. Derajat kemasaman (pH) tanah yang baik untuk
pertumbuhan ubi jalar berkisar antara 5,5 - 7,5. pH tanah optimum untuk
pertumbuhan tanaman ubi jalar adalah 6,1 - 7,7 akan tetapi ubi jalar masih tahan
ukuran tinggi tidak melebihi 40 cm. Bedengan yang terlalu tinggi cenderung
menanam ubi jalar dengan guludan atau bedengan yang kecil dengan harapan
sawah, cara budidaya dengan membuat gulud besar dan tinggi secara bertahap
lebih efektif dan efisien dibandingkan cara tradisional yang memerlukan turun
nutrisi cukup tinggi antara lain karbohidrat, lemak, protein, vitamin tiamin, niasin,
bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Ubi jalar mempunyai kandungan gula antara
manis dan lunak. Daging umbi yang berwarna oranye banyak mengandung
mata. Daging umbi yang berwarna ungu banyak mengandung anthosianin yang
sangat bermanfaat untuk mengikat gugus radikal bebas, mencegah penuaan dini,
Ubi jalar memiliki keragaman yang cukup banyak yang terdiri dari jenis
jenis lokal dan beberapa genotipe unggul. Ada empat jenis ubi jalar yang sangat
umum dikenal yaitu ubi jalar putih yang memiliki bentuk umbi umumnya bulat,
permukaan kulitnya tidak rata, daging umbi lebih keras dan rasanya lebih manis.
Ubi jalar oranye berbentuk cenderung lonjong, permukaan kulitnya tidak rata,
warna daging jingga atau kuning dan lebih lunak sehingga kandungan patinya
juga lebih rendah. Ubi jalar merah berbentuk cenderung bulat, permukaan kulit
umumnya tidak rata, daging umbi lebih keras dan warnanya merah di bagian
tengah dan putih di bagian dekat kulit, permukaan kulit cenderung tidak rata. Ubi
jalar ungu umumnya lonjong dan permukaan kecil rata, daging berwarna ungu ada
yang keunguan dan ada yang berwarna ungu pekat dan teksturnya tergolong keras
(Pantastico, 1986).
Tersedianya genotipe unggul yang berdaya hasil tinggi dengan kualitas hasil yang
baik serta tahan hama dan penyakit. Preferensi petani terhadap ubi jalar juga
sangat beragam. Untuk bahan konsumsi secara langsung petani memilih ubi jalar
dengan rasa enak dan tekstur padat, sebaliknya apabila untuk pembuatan tepung
dipilih ubi jalar dengan kadar bahan kering dan kadar tepung tinggi. Hingga tahun
2005, tersedia 13 genotipe unggul ubi jalar yaitu Daya, Borobudur, Prambanan
Mendut, Kalasan, Muaratakus, Cangkuang, Sewu, Sari, Boko, Sukuh, Jogo, dan
Kidal. Pada tahun 2006, Balitkabi melepas tiga genotipe ubi jalar yang sesuai
untuk dataran tinggi di Papua yaitu Papua Solossa, Papua Patippi, dan Sawentar
Jalan Eka Warni, Kelurahan Gedung Johor, Kecamatan Medan Johor, Medan
dengan ketinggian ±32 meter diatas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah stek batang
Sari, Genotipe Cengkeh Turi, dan Genotipe Tanah Seribu sebagai bahan tanam,
pupuk Urea, SP-36, dan KCL sebagai pupuk dasar, plastik sebagai wadah tajuk
tanaman, amplop coklat sebagai wadah umbi, tali plastik sebagai penanda plot,
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul sebagai alat
untuk membuat plot, parang untuk memotong pacak bambu, gembor untuk
menyiram tanaman, cutter dan gunting untuk memotong bahan stek, meteran
untuk mengukur panjang sulur dan panjang umbi, timbangan analitik untuk
menimbang bobot basah tanaman, dan bobot umbi, jangka sorong untuk
Metode Penelitian
K1 : Sari
G0 = 0 cm
G1 = 15 cm
G2 = 30 cm
Jarak tanam : 30 cm
Dimana:
Yijk : Data hasil pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan genotipe (K) taraf
µ : Nilai tengah
(αβ)jk : Interaksi antara perlakuan genotipe taraf ke-j dan tingkat bedengan taraf
ke-k
εijk : Galat dari blok ke-i, perlakuangenotipe taraf ke-j dan tingkat bedengan
taraf ke-k
Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata,
maka dilanjutkan dengan Uji Beda Rataan berdasarkan Duncan Multiple Range
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Areal lahan penanaman yang digunakan dibersihkan dari gulma, dan sisa
cm, dengan jarak antar blok 50 cm. Dibuat parit drainase di sekeliling areal
Pembuatan Bedengan
pengolahan tanah dengan ukuran panjang 180 cm, lebar 50 cm, dengan ketinggian
0 cm, 15 cm, dan 30 cm sesuai perlakuan, jarak antar bedengan 50 cm dan jarak
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan menanam 5 stek batang ubi jalar pada setiap
Pemupukan
dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk ubi jalar yaitu ¹/₃ Urea 200 kg/ha
(6 g/plot), KCL 100 kg/ha (3 g/plot), dan semua SP-36 100 kg/ha (9 g/plot) secara
ditugal. Pemupukan kedua dilakukan dengan takaran ²/₃ Urea 200 kg/ha
(12 g/plot), dan KCL 100 kg/ha (6 g/plot) secara ditugal atau digarit disetiap
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari bila tidak ada hujan dengan
menggunakan gembor.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada stek yang tidak tumbuh atau rusak
dan menggunakan cangkul pada gulma yang berada di pinggir plot ataupun di
parit drainase. Penyiangan dilakukan seminggu sekali atau sesuai kondisi lahan.
menghindari hadirnya hama boleng (Cylas sp.). Pembubunan dilakukan pada saat
tanaman berumur 4 MST, kemudian diulang pada saat tanaman berumur 7-8
MST.
Pengangkatan Batang
atau berdasarkan pengamatan adanya akar yang tumbuh pada ruas-ruas batang.
dengan mencabut tanaman yang terkena penyakit dan diganti dengan tanaman
Panen
Panen dilakukan pada saat ubi jalar berumur 16 MST dengan kriteria
panen dapat dilihat dari warna daun mulai menguning dan kemudian rontok dan
Pengamatan Parameter
Panjang Batang
tumbuh, dan diukur setiap minggu mulai dari 2 MST sampai 10 MST.
Jumlah umbi per sampel dihitung dengan menghitung jumlah umbi pada
akhir penelitian.
Panjang umbi diukur dari pangkal umbi sampai ujung umbi dengan
Bobot umbi per sampel diukur pada akhir penelitian dengan menimbang
tajuk dan akar tanaman. Sebelum ditimbang, tajuk dan akar tanaman dipisahkan
dari umbi serta dibersihkan dari tanah atau kotoran yang menempel kemudian
rumus :
Kesimpulan
panjang batang, jumlah umbi per sampel, panjang umbi per sampel,
diameter umbi per sampel, bobot umbi per sampel, bobot basah tanaman
per sampel, rataan bobot umbi, grading umbi segar kelas A, B dan C.
per sampel, diameter umbi per sampel, bobot umbi per sampel, bobot
basah tanaman per sampel, rataan bobot umbi, grading umbi segar kelas A
dan B.
3. Interaksi antara perlakuan genotipe ubi jalar Tanah Seribu dan ukuran
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Amin, A.R. 2014. Memahami Pengolahan Tanaman Ubi Jalar Melalui Media
Cetak dan Media Elektronik. Makassar.
Badan Pusat Statistik. 2018. Data Produksi Tanaman Ubi Jalar 2014-2018.
Sumatera Utara. Medan.
Deputi Menegristek. 2008. Ubi Jalar / Ketela Rambat (Ipomoea batatas L.).
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Djalil, M., J. Dasril dan Pardiansyah. 2004. Pertumbuhan dan hasil tanaman ubi
jalar (Ipomoea batatas L.) pada pemberian beberapa takaran abu jerami
padi. J. Stigma. 12(2): 192-195.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan. 2012. Petunjuk Tekniks Produksi Ubi Jalar.
Jawa Barat.
Isa, M., H. Setiado, L.A.P. Putri. 2015. Pengaruh Jumlah Ruas dan Sudut tanam
Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Ubi Jalar
( Ipomoea batatas L.) Lamb. J. Agroekoteknologi 4(1) : 1945-1952.
Juanda D. dan Cahyono B. 2000. Budidaya dan Analisis Usahatani Ubi Jalar.
Yogyakarta.
Kurnia. U., Y. Sulaeman, dan A. Muti K. 2000. Potensi dan pengelolaan lahan
kering dataran tinggi. hlm. 227-245 dalam Sumberdaya Lahan Indonesia
dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Prasetiaswati N. dan B. S. Radjit, 2012. Kelayakan Usaha Tani Ubi Jalar dengan
Penerapan Teknologi Pengguludan di Lahan Kering Masam di Lampung.
Rubatzky, G.E dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia. Penerbit ITB. Bandung.
Saleh, N., St.A. Rahayuningsih, M.M. Adie. 2012. Peningkatan produksi dan
kualitas umbi-umbian. Kesuburan dan Pemupukan Tanah. Balitkabi
Malang.
Sartika. D, 2011. Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Ubi Jalar
(Ipomoea batatas L.) Pada Berbagai Dosis Pupuk Anorganik. Fakultas
Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Skripsi.
Sonhaji, A. 2000. Mengenal dan Bertanam Ubi Jalar. Gaza Publishing. Bandung.
Susanto, E., N. Herlina, dan N.E. Suminarti. 2014. Respon Pertumbuhan Dan
Hasil Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Pada Beberapa Macam Dan
Waktu Aplikasi Bahan Organik. J. Produksi Tanaman 2(5) : 412-418.
Takagi, H., C.G. Kuo & S. Sakamoto. 2016. Ipomoea batatas (PROSEA).
http://uses.plantnet-project.org/en/Ipomoea_batatas_(PROSEA). Diakses
April 2017.
Wahyuni, T.S., dan J. Wargiono. 2012. Morfologi dan Anatomi Tanaman. dalam
Ubi Jalar: Inovasi Teknologi dan Prospek Pengembangan. Puslitbang
Tanaman Pangan. Hal 37-56.
Wargiono, J. 1980. Ubi jalar dan bercocok tanamnya. Bul. Tek. Puslitbangtan.
Bogor.
Widowati S, dan J. Wargiono, 2009. Nilai Gizi dan Sifat Fungsional Ubi Kayu
Inovasi Teknologi dan Kebijakan Pengembangan Ubi Kayu. Badan
Litbang. 2009.