Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

PERAN KEWIRAUSAHAAN DALAM PENINGKATAN EKONOMI


NASIONAL

Kelas : D

Dosen Pembimbing :

Januar Fery Irawan, ST. M.Eng.

Dibuat oleh :

Nama : Evi Nadilah Giandita


NIM : 181910401066
Prodi : S1 Teknik Kimia

UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat
serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
kewirausahaan dengan judul “Peran Kewirausahaan dalam Peningkatan Ekonomi
Nasional”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester
mata kuliah Kewirausahaan. Makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan
dari beberapa pihak yang terus memotivasi saya hingga terselesaikannya makalah
ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada Januar Fery Irawan, ST. M.Eng
sebagai dosen bahasa Kewirausahaan yang senantiasa membimbing saya di dalam
penyusunan makalah ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah
yang berjudul “Peran Kewirausahaan dalam Peningkatan Ekonomi Nasional”
masih memiliki kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saya memohan maaf
atas kekurangan tersebut. Saya juga mengharap segala saran dan kritik dari
pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah berikutnya. Saya berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi pembaca
ataupun penelitian selanjutnya.

Jember, 9 Juni 2019

Evi Nadilah Giandita

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………………...………………………………………....i

KATA PENGANTAR …………………………………………………………ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………...iii

BAB 1. PENDAHULUAN …………...……….………………………………1

1.1 Latar Belakang …………………………………………………….1


1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………2
1.3 Tujuan ……………………………………………………………...2
1.4 Manfaat ………………………………………………………….....3

BAB 2. PEMBAHASAN ………….…………………………………………..4

2.1 Pengertian Berkewirausahaan …….……………………………….4


2.2 Manfaat Berkewirausahaan ……………………..…………………5
2.3 Fungsi Wirausaha ………………………………………………….6
2.4 Modal Wirausaha …………………………………….......………...7
2.5 Pertumbuhan Ekonomi ……….………..……………….……….....7
2.6 Peran Kewirausahaan dalam Peningkatan Ekonomi Nasional ….....8

BAB 3. PENUTUP …………………………………………………………..14

3.1 Kesimpulan ……….………………………………………………14


3.2 Penutup …………………………………………………………...15

DAFTAR PUSTAKA …………….……………………………………………16

iii
1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini, pengangguran dan kemiskinan terjadi karena perbandingan antara
jumlah penawaran kesempatan kerja di seluruh sektor, baik di dalam maupun di
luar negeri yang meliputi sektor industri, pertanian, pertambangan, transportasi,
pariwisata, dan lain-lain, tidak sebanding dengan jumlah lulusan atau penawaran
tenaga kerja baru yang dihasilkan di segala level pendidikan, baik di tingkat SMP
(sembilan tahun wajib belajar-yang tidak mampu melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi) sampai dengan perguruan tinggi di semua jenjang.
Kesenjangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja ini perlu dipikirkan
oleh kita semua, lebih-lebih tenaga kerja yang tidak terdidik, tidak terampil, dan
atau tenaga kerja berpendidikan rendah, bila tidak tertampung di lapangan kerja
formal, maka jalan satu-satunya adalah dibekali dengan keterampilan
berwirausaha agar mereka setelah lulus sekolah/kuliah maupun berhenti
sekolah/kuliah di tengah jalan tetap memperoleh penghasilan dan pada akhirnya
mencapai kesejahteraan yang diharapkan tanpa harus mengandalkan untuk
menjadi pegawai/karyawan di suatu perusahaan (Saiman, 2017: 22).
Banyaknya pengangguran (baik yang tidak memiliki keterampilan dan tidak
berpendidikan tinggi maupun pengangguran yang memiliki pendidikan formal
sampai di tingkat sarjana atau pengangguran intelektual) karena pertumbuhan
ekonomi suatu negara yang rendah, ataupun karena krisis ekonomi yang
berkepanjangan, sehingga tidak mampu menampung antara pertambahan tenaga
kerja baru dengan ketersediaan lapangan kerja baru. Sebagaimana dapat dilihat
data profil penduduk Indonesia tahun 2006 berikut ini : total penduduk Indonesia
± 230 juta orang dengan kondisi sosial ekonomi 12% (27,6 juta orang) ekonomi
atas, 40% (92 juta orang) ekonomi menengah, dan 48% (110,4 juta orang)
golongan ekonomi bawah. Dari 230 juta orang tersebut, sebanyak 30 juta orang
tinggal di kota dengan daya beli tinggi, 100 juta orang sangat rendah daya belinya,
60 juta orang tinggal di Pulau Jawa, 21 juta orang tinggal di Sumatera. Dengan
2

komposisi 58% (133,4 juta orang) tinggal di pedesaan dan 42% (96,6 juta orang)
tinggal di perkotaan. Dari total 230 juta orang tersebut pengangguran mencapai ±
39,8 juta sampai dengan 55% ± 100 juta orang penganggur (Saiman, 2017: 23).
Solusi untuk mengatasi hal itu tentu tidak ada jalan lain kecuali jika setiap
lulusan atau tenaga kerja baru, baik yang dihasilkan dari tingkat pendidikan paling
bawah (SMP-wajib sembilan tahun) sampai dengan tingkat perguruan tinggi, mau
tidak mau harus dibekali dan diarahkan untuk tidak lagi berorientasi menjadi
pegawai/”priyayi” atau pencari kerja /buruh sebagai orang gajian, namun
diarahkan untuk menjadi seorang pemula wirausahawan atau menjadi pengusaha
mikro atau pengusaha kecil sebagai pemberi kerja/gaji bagi orang lain atau
mampu menciptakan pekerjaan atau lapangan kerja bagi orang lain. Pembekalan
keterampilan berwirausaha tersebut harus menjadi program pemerintah, baik
jangka pendek, sedang, maupun panjang guna memperkecil jumlah keluarga
miskin karena tidak memiliki pekerjaan atau pengangguran yang pada akhirnya
tidak berpenghasilan. Dari jumlah penduduk tersebut terdiri atas 480 kelompok
etnik dengan selera rasa nusantara. Penduduk Indonesia 99% (227,7 juta orang)
makan nasi (beras) sebagai makanan pokok, sehingga peluang usaha restoran
tidak aka nada matinya (Saiman, 2017: 23).
Dari uraian tersebut melatarbelakangi saya untuk mengetahui lebih mendalam
mengenai “Peran Kewirausahaan dalam Peningkatan Ekonomi Nasional”.
Mengingat pada saat ini Indonesia masih merupakan negara yang berkembang
sehingga peran dari kewirausahaan tentunya sangat dibutuhkan untuk mendorong
segi perekonomian di Indonesia. Meningkatnya perekonomian nasional akan
dapat meminimalisir angka pengangguran dan kemiskinan yang nantinya dapat
mendorong sebuah negara yang sedang berkembang menjadi sebuah negara yang
maju.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran kewirausahaan dalam peningkatan ekonomi nasional?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami peran kewirausahaan dalam peningkatan
ekonomi nasional.
3

1.4 Manfaat
1. Mengenalkan kepada seluruh warga masyarakat pentingnya
kewirausahaan untuk meningkatkan ekonomi nasional.
4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berkewirausahaan

Entrepreneurship yang dibahasaindonesiakan berkewirausahaan sampai saat


ini belum ada definisi yang telah disepakati bersama di antara para ahli. Hal ini
dapat disimak dari adanya perbedaan beberapa definisi antara satu ahli dengan
ahli lainnya, namun setiap definisi memiliki benang merah yang sama. Dalam
beberapa teks asli berbahasa Inggris yang dikemukakan oleh beberapa pakar,
berkewirausahaan didefinisikan sebagai berikut (Saiman, 2017: 41).
John J. Kao (1993) mendefinisikan entrepreneurship sebagai berikut :
“Entrepreneurship is the attempt to create value through recognition of business
opportunity, the management of risk-taking appropriate to the opportunity, and
the through the communicative and management skills to mobilize human,
financial, and material resources necessary to bring a project to fruition”.
Dengan kata lain, berkewirausahaan adalah usaha untuk menciptakan nilai melalui
pengenalan kesempatan bisnis, manajemen pengambilan risiko yang tepat, dan
melalui keterampilan komunikasi dan manajemen untuk memobilisasi manusia,
uang, dan bahan-bahan baku atau sumber daya lain yang diperlukan untuk
menghasilkan proyek supaya terlaksana dengan baik.
Pengertian entrepeneurship menurut Robert D. Hisrich et al. (2005) sebagai
berikut : “Entrepreneurship is the dynamic process of creating incremental
wealth. The Wealth is created by individuals who assume the major risks in terms
of equity, time, and/or carrier commitment or provide value for some product or
service. The product or service may or may not be new or unique, but value must
somehow be infused by the entrepreneur by receiving and locating the necessary
skills and resources”. Dengan kata lain, berkewirausahaan adalah proses dinamis
atas penciptaan tambahan kekayaan. Kekayaan diciptakan oleh individu yang
berani mengambil risiko utama dengan syarat-syarat kewajaran, waktu, dan atau
komitmen karier atau penyediaan nilai untuk berbagai barang dan jasa. Produk
5

dan jasa tersebut tidak atau mungkin baru atau unik, tetapi nilai tersebut
bagaimanapun juga harus dipompa oleh usahawan dengan penerimaan dan
penempatan kebutuhan keterampilan dan sumber-sumber daya.
Menurut Instruksi Presiden RI No. 4 Tahun 1995 : “Kewirausahaan adalah
semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani uasaha
dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan
cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam
rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan
yang lebih besar” (Saiman, 2017: 43).
Wirausahawan (entrepreneur) adalah seseorang yang memutuskan untuk
memulai suatu bisnis, sebagai pewaralaba (franchisor) menjadi terwaralaba
(franchise), memperluas sebuah perusahaan, membeli perusahaan yang sudah ada,
atau barangkali meminjam uang untuk memproduksi suatu produk baru atau
menawarkan suatu jasa baru, serta merupakan manager dan penyandang risiko
(Saiman, 2017: 43).
Wirausaha adalah orang-orang yang memiliki sifat-sifat kewirausahaan dan
umumnya memiliki keberanian dalam mengambil risiko terutama dalam
menangani usaha atau perusahaannya dengan berpijak pada kemampuan dan atau
kemauan sendiri. Seseorang dapat dikatakan wirausaha apabila orang tersebut
memulai dan/atau mengoperasikan sebuah usaha/bisnis, menemukan kebutuhan
pasar dan membangun perusahaan baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar
tersebut, berani mengambil risiko (risk takers) yang mampu memberikan daya
dorong bagi perubahan, inovasi, dan kemajuan, semua active owner-managers
(founders and/or managers of small business) (Saiman, 2017: 43-44).
2.2 Manfaat Berkewirausahaan
Dari beberapa penelitian mengindikasikan bahwa pemilik bisnis mikro, kecil,
dan atau menengah percaya bahwa mereka cenderung bekerja lebih keras,
menghasilkan lebih banyak uang, dan lebih membanggakan daripada bekerja di
suatu perusahaan besar. Sebelum mendirikan usaha, seiap calon wirausahawan
sebaiknya mempertimbangkan manfaat kepemilikan bisnis mikro, kecil, dan atau
menengah (Saiman, 2017: 44).
6

Thomas W. Zimmerer et al. (2005) merumuskan manfaat berkewirausahaan


adalah sebagai berikut : memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan
nasib sendiri, memberi peluang melakukan perubahan, memberi peluang untuk
mencapai potensi diri sepenuhnya, memiliki peluang untuk meraih keuntungan
seoptimal mungkin, memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan
mendapatkan pengakuan atas usahanya, memiliki peluang untuk melakukan
sesuatu yang disukai dan menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakannya.
Dengan beberapa manfaat berkewirausahaan tersebut di atas jelas bahwa
menjadi usahawan lebih memiliki berbagai kebebasan yang tidak mungkin
diperoleh jika seseorang menjadi karyawan atau menjadi orang gajian atau
menjadi buruh bagi juragan/orang lain, atau menjadi pesuruh bagi pengusaha lain
atau menjadi pekerja bagi para pemilik perusahaan (Saiman, 2017: 45).
2.3 Fungsi Wirausaha
Setiap wirausaha memiliki fungsi pokok dan fungsi tambahan. Adapun fungsi
pokok wirausaha yaitu membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil
risiko tentang tujuan dan sasaran perusahaan, memutuskan tujuan dan sasaran
perubahan, menetapkan bidang usaha dan pasar yang akan dilayani, menghitung
skala usaha yang diinginkannya, menentukan permodalan yang diinginkannya
(modal sendiri dan modal dari luar), dengan komposisi yang menguntungkan,
memilih dan menetapkan kriteria pegawai/karyawan dan memotivasinya,
mengendalikan secara efektif dan efisien, mencari dan menciptakan berbagai cara
baru, mencari terobosan baru dalam mendapatkan masukan atau input, serta
mengolahnya menjadi barang dan atau jasa yang menarik, memasarkan barang
dan atau jasa tersebut untuk memuaskan pelanggan dan sekaligus dapat
memperoleh dan mempertahankan keuntungan maksimal (Saiman, 2017: 45-46).
Sedangkan fungsi tambahan wirausaha adalah mengenali lingkungan
perusahaan dalam rangka mencari dan menciptakan peluang usaha,
mengendalikan lingkungan ke arah yang menguntungkan bagi perusahaan,
menjaga lingkungan usaha agar tidak merugikan masyarakat maupun merusak
lingkungan akibat dari limbah usaha yang mungkin dihasilkannya, meluangkan
7

dan peduli atas CSR. Setiap pengusaha harus peduli dan turut serta bertanggung
jawab terhadap lingkungan sosial di sekitarnya (Saiman, 2017: 46).
2.4 Modal Wirausaha
Entrepreneur dalam menjalankan bisnisnya tidak lepas dari modal. Modal
tidak selamanya identik dengan uang ataupun barang (tangible). Sebuah ide sudah
termasuk modal yang luar biasa karena ide merupakan modal utama yang akan
membentuk dan mendukung modal lainnya. Beberapa modal yang termasuk ke
dalam modal tidak berwujud (intangible) antara lain modal intelektual, modal
sosial, dan moral (Saragih, 2017).
Modal Intelektual didefinisikan sebagai kombinasi dari sumberdaya-
sumberdaya intangible dan kegiatan-kegiatan yang membolehkan organisasi
mentransformasi sebuah bundelan material, keuangan dan sumberdaya manusia
dalam sebuah kecakapan sistem untuk menciptakan stakeholder value (Saragih,
2017).
Modal sosial dan moral yang dapat disebut sebagai suatu integritas merupakan
suatu hal penting yang membentuk sebuah citra terhadap kepribadian Anda
sebagai seorang wirausaha. Pada saat menjalankan bisnis, ada etika wirausaha
yang tidak boleh Anda langgar (Saragih, 2017).
Mental wirausaha harus ditaman sejak dini. Karena modal mental merupakan
kesiapan sejak dini kemudian diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk
menghadapi risiko dan tantangan (Saragih, 2017).
Sebagai wirausaha, Anda harus berani menghadapi risiko. Risiko disini berarti
risiko yang telah diperhitungkan sebelumnya sehingga hasil yang akan dicapai
akan proporsional terhadap risiko yang akan diambil. Anda harus bisa belajar
mengelola risiko dengan cara mentransfer berbagai risiko ke pihak lain seperti
bank, investor, konsumen, pemasok dan sebagainya (Saragih, 2017).
2.5 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah perekonomian yang menyebabkan barang dan
jasa yang di produksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat bertambah, masalah pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari
pertumbuhan makro ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan adalah
8

meningkatnya suatu perekonomian dalam sebuah daerah yang telah menjadikan


suatu daerah maju. Misalnya dibidang perekonomian perdagangan coklat dimana
dalam setiap tahun sebelumnya pemasaran coklat sekitar 60%, kemudian kini
telah sudah meningkat menjadi 88% dari tahun sebelumnya (Adam, 2013: 6-7).
Menurut pasal 4 Undang-Undang No 25 tahun 2004 tentang sistem
perencanaan pembangunan nasional „‟ Pertumbuhan ekonomi‟ adalah
kemampuan ekonomi untuk tumbuh yang cukup tinggi, berkelanjutan, mampuh
meningkatkan pemerataan dan kesejahteraan masyarakat secara luas, serta
berdaya saing tinggi didukung oleh penguasaan dan penerapan ilmu pengetahuan
dan teknologi didalam mengembangkan sumber daya (Adam, 2013: 7).
2.6 Peran Kewirausahaan dalam Peningkatan Ekonomi Nasional
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam ketidakpastian
global, perlu melakukan pemberdayaan usaha kecil yang dianggap mampu
mengembangkan produksi. Sesuai dengan program pemerintah ditargetkan 5 juta
wirausaha baru sampai dengan 2025 dengan mengembangkan sumber daya
manusia untuk kemajuan wirausaha nasional. Terdapat empat masalah pokok
dalam pengembangan kewirausahaan nasional, terutama sektor kecil, dan
menengah, diantaranya adalah terkait dengan akses pembiayaan, akses pemasaran,
regulasi birokrasi, dan kapasitas UKM. Upaya peningkatan kapasitas wirausaha,
pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam
kewirausahaan dengan tiga tahap, yaitu pembibitan, penempaan, dan
pengembangan (Sukirman, 2017).
Kewirausahaan tertuang dalam Peraturan Menteri Negara Koperasi dan
UKM, Nomor: 06/Per/M.KUKM/VIII/ 2012 dengan harapan untuk mendorong
dan mengakselerasi pemberdayaan Koperasi dan UMKM serta meningkatkan
daya saing. Usaha kecil merupakan tumpuan yang diharapkan untuk mengambil
strategi dengan menjadikan usaha yang mandiri, sehat, kuat, berdaya saing serta
mengembangkan diri untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta
mendukung perluasan kesempatan kerja dalam mewujudkan demokrasi ekonomi.
Peningkatkan kualitas kelembagaan dilakukan secara berjenjang melalui upaya
9

membangunkan (awakening), pemberdayaan (empowering), pengembangan


(developing), penguatan (strengthening) (Sukirman, 2017).
Pentingnya wirausaha di dalam masyarakat tersebut tidak sekedar menjadi
‘alat’ untuk melakukan perbaikan dan perubahan di dalam kualitas hidup diri dan
masyarakat, tetapi juga wirausaha juga dibuktikan dapat berperan signifikan di
dalam mewujudkan kualitas diri masyarakat dan bangsa. Negara-negara yang
telah berhasil maju dan juga berhasil dalam meningkatkan kemakmuran rakyatnya
seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Amerika Serikat, Kanada,
Negara-negara Eropa Barat, Australia, Inggris, dan lain sebagainya disebabkan
oleh salah satu utamanya adalah karena negara-negara tersebut memiliki banyak
wirausaha. Bukti ini diperkuat lagi dengan hasil studi oleh Peter F. Drucker dalam
bukunya berjudul Innovation and Entrepreneurship yang deduktif oleh DR. Ir.
Ciputra dalam artikel beliau di SK Indopos (Sabtu, 21 Februari 2009 dan lihat
juga Drucker 1994) dengan judul ‘Solusi Job Creation di Tengah Krisis Global’
menemukan bahwa entrepreneur (wirausaha) mempunyai peran yang besar di
dalam menciptakan lapangan kerja di Amerika Serikat (AS) dalam kurun waktu
1965-1985 sedangkan pada waktu tersebut kondisi ekonomi AS sangat tidak
menguntungkan yang disebut oleh Drucker sebagai the-no-growth economy.
Drucker mengatakan, seperti yang dikutip oleh Ciputra (21 Februari 2009) sebagai
“ In no other peace time period has the United States created as many new jobs,
whether measured in percentage or in absolute number” (Frinces, 2010).
Dalam perspektif lain, seorang pakar bisnis, David McClelland yang juga
dikutip oleh Ciputra (2009) bahwa salah satu syarat suatu negara untuk mencapai
tingkat kemakmuran diperlukan 2% dari jumlah penduduknya adalah
entrepreneur (wirausaha). Sementara saat ini (Juni 2009) Indonesia yang memiliki
sekitar 400.000 orang wirausaha atau sama dengan 0.18% dari jumlah penduduk.
Bila rumusan 2% dari jumlah penduduk diperlukan untuk mencapai tingkat
kemakmuran Indonesia, maka Indonesia saat ini harus memiliki sekitar 4.600.000
orang. Bila selama 30 tahun ini sejak awal Era Orde Baru hingga Era Reformasi
baru mencapai 400.000 orang, maka, bila tidak adanya rekayasa dan perubahan
strategis yang drastis, diperlukan waktu selama 345 tahun untuk memiliki
10

4.600.000 wirausaha (4.600.000 orang wirausaha : 400.000 orang wirausaha) =


(11.5 x 30 tahun).
Untuk mencapai tingkat kemakmuran bukan hal yang mudah. Diperlukan,
perubahan, usaha dan kerja keras yang terfokus serta sistematik oleh negara,
pemerintah, dan keluarga, terutama individual rakyat untuk
mentransformasikannya dari kondisi sekarang untuk menjadi wirausaha. Menjadi
wirausaha bukan sebagai alternatif profesi, tetapi menjadi wirausaha adalah
sebuah pilihan strategis yang harus dibuat dengan tekad yang bulat dan kuat. Pada
kondisi sekarang ini dapat dikatakan bahwa kunci kemakmuran adalah wirausaha,
dan wirausaha adalah sebuah profesi yang sangat menjanjikan bagi kebaikan
dalam kualitas hidup dengan meningkatkan daya beli. Daya beli tercipta dengan
tingginya pendapatan yang diperoleh sebagai akibat dari profesi yang ditekuni.
Pada saat ini, Singapura yang miskin sumber daya alam, tetapi memperoleh
pendapatan per kapita sebesar US$ 37.000 per tahun, dibanding dengan Indonesia
yang hanya memiliki sekitar US$ 2.200 per tahun. Angka ini memberikan pesan
dan kesan bahwa wirausaha sebuah profesi mulia yang perannya untuk
membangun masyarakat dan negara yang makmur sangat jelas dan besar,
khususnya bila kita mengkaji kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh negara-
negara maju lainnya di dunia baik itu di Eropa, Amerika, Australia dan Asia.
Karena negara-negara tersebut, khususnya pemerintah dan rakyat telah memilih
wirausaha sebagai profesi utama yang sangat penting dan ditumbuhkembangkan
secara sengaja (intentionally) (Frinces, 2010).
Dalam dimensi yang lebih luas, wirausaha sangat diperlukan karena perannya
di dalam mendinamisasikan kegiatan ekonomi bisnis keluarga, masyarakat, daerah
dan negara, yaitu dengan munculnya para pelaku ekonomi bisnis baru yang
disebut wirausaha. Bila dinamisasi kegiatan ekonomi bisnis ini dapat
dipertahankan dan bahkan ditingkatkan dalam waktu yang cukup lama, maka hal
ini akan dapat membuat fondasi yang kuat bagi ketahanan (resilience) ekonomi
negara terhadap fluktuasi dan krisis ekonomi global (Z. Heflin Frinces, 2004 dan
2009) seperti yang pernah terjadi pada tahun 1998 dan 2008 hingga saat ini.
11

Wirausaha perlu akses pasar sebesar-besarnya ke pasar dunia, dan sebaliknya


juga dituntut oleh pelaku usaha global untuk membuka pasar domestik, karena
eksistensi dan peran wirausaha pada tahun 2007 mencapai mencapai 49,84 juta
unit usaha dan merupakan 99,99% dari pelaku usaha nasional, dalam tata
perekonomian nasional sudah tidak diragukan lagi dengan melihat kontribusinya
dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)
Nasional, nilai ekspor nasional, dan investasi nasional (Suryadi, 2018).
Pada tahun 2006 peran wirausaha terhadap penciptaan PDB nasional
mempunyai kontribusi yang besar yaitu 53,49% dan selebinya adalah usaha besar
yaitu sebesar 46,51%, sedangkan pada tahun 2007 peran wirausaha terhadap
penciptaan PDB nasional sebesar 53,60% dibanding tahun 2006, seperti dalam
tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Kontribusi Jenis Usaha Terhadap PDB (Suryadi, 2018).
Tahun Usaha Menengah Usaha Besar
2006 53,49% 46,51%
2007 53,60% 46,40%
Sumber : Statistik UKM Kementerian UKM dan Koperasi
Pada tahun 2010 sampai dengan 2012 jumlah total UMKM yang ada, 90%
didominasi oleh usaha mikro dan kecil, seperti pada tabel 2 dan gambar 2.
Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) menjadi sangat strategis, karena
potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, serta
menjadi tumpuan sumber pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat (Nursiah, dkk, 2015).
Tabel 2. Perkembangan Jumlah Usaha UMKM dan Besar, PDB RI Tahun 2010-
2012
Indikator 2010 2011* PDB (%) 2012* PDB (%)
Jumlah Unit Jumlah Unit Jumlah Unit
Unit Usaha 53,828,569 55,211,396 56,539,560
UMKM 53,823,732 55,206,444 50.04 56,534,592 54,77
Usaha 4,837 4,952 49.96 4,968 45,23
12

Besar
Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia,
2013 (diolah). (*) = Data sementara.
Usaha Besar Usaha Kecil
Omzet /tahun lebih dari Rp 50 M Omzet /tahun Rp 300 Jt s/d Rp
2,5 M
Asset lebih dari Rp 10 M Asset Rp 50 Jt s/d Rp 500 Jt
Usaha Mikro
Usaha Menengah Omzet /tahun s/d Rp 300 Jt
Omzet /tahun Rp 2,5 M s/d Rp 50 M Asset s/d Rp 50 Jt
Asset Rp 500 Jt s/d Rp 10 M

Gambar 2. Persentase Jumlah UMKM di Indonesia Tahun 2012


Kewirausahaan dirasakan semakin penting peranannya dalam pengembangan
perekonomian nasional. Kewirausahaan efektif untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat melalui kontribusinya pada peningkatan pertumbuhan perekonomian
sekaligus pemerataan pertumbuhan ekonomi. Negara-negara yang
perekonomiannya sedang tumbuh seperti China dan India adalah contoh negara
yang punya jutaan wirausaha yang tangguh dan berdaya saing global (Suryadi,
2018).
Wirausaha saat ini tidak bisa lagi menghindar dari situasi dan kondisi
perdagangan bebas dunia, apalagi kalau ingin berperan lebih besar di
perekonomian dunia. Wirausaha perlu akses pasar sebesar-besarnya ke pasar
dunia, dan sebaliknya juga dituntut oleh pelaku usaha global untuk membuka
13

pasar domestik, oleh karena itu upaya dalam peningkatan kapabiltas wirausaha
dalam peningkatan kemampuan kewirausahaan dengan peningkatan kemandirian,
kemampuan bisnis dan jiwa kepemimpinan dalam sektor kewirausahaan, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan kualitas kewirausahaan (Suryadi,
2018).
14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Peran kewirausahaan dalam peningkatan ekonomi nasional sangatlah penting
untuk mengembangkan sebuah negara menjadi sebuah negara yang maju dan
memakmurkan kehidupan rakyat, khususnya di negara Indonesia yang memiliki
jumlah penduduk tertinggi di dunia namun peningkatan jumlah penduduk tidak
seimbang dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Hal tersebut akan
berdampak meningkatnya tingkat pengangguran dan kemiskinan di Indonesia,
maka dari itu guna meningkatkan lapangan pekerjaan maka setiap individu
diharapkan mampu untuk berwirausaha yang didukung tidak hanya oleh
pengetahuan saja namun juga keterampilan yang dimilikinya. Pada kenyataannya
tidak semua yang memiliki pendidikan tinggi mendapat pekerjaan dengan cepat,
maka dari itu jika setiap individu memiliki bakat (keterampilan) dapat
dikembangkan dengan cara berwirausaha.
Menjadi wirausaha bukan sebagai alternatif profesi, tetapi menjadi wirausaha
adalah sebuah pilihan strategis yang harus dibuat dengan tekad yang bulat dan
kuat. Pada kondisi sekarang ini dapat dikatakan bahwa kunci kemakmuran adalah
wirausaha, dan wirausaha adalah sebuah profesi yang sangat menjanjikan bagi
kebaikan dalam kualitas hidup dengan meningkatkan daya beli. Daya beli tercipta
dengan tingginya pendapatan yang diperoleh sebagai akibat dari profesi yang
ditekuni. Peran kewirausahaan dalam peningkatan ekonomi nasional terletak pada
meluasnya lapangan pekerjaan sehingga dapat membantu memakmurkan
rakyatnya. Dampaknya dari segi ekonomi akan semakin meningkat jika sebagian
besar rakyat membuka sebuah usaha tersendiri, dapat dilakukan melalui sebuah
UKM (Usaha Kecil Menengah), usaha besar, dan koperasi. Peningkatan ekonomi
nasional melalui peran wirausaha dapat dilihat dari segi kehidupan seluruh
rakyatnya dimana rakyat yang berwirausaha akan merasakan bahwa penghasilan
yang diperoleh jauh lebih besar serta mempunyai kebanggaan tersendiri karena
bekerja di kantor miliknya sendiri dibandingkan dengan bekerja sebagai
pegawai/karyawan dalam sebuah perusahaan/kantor milik orang lain.
15

Wirausaha saat ini tidak bisa lagi menghindar dari situasi dan kondisi
perdagangan bebas dunia, apalagi kalau ingin berperan lebih besar di
perekonomian dunia. Wirausaha perlu akses pasar sebesar-besarnya ke pasar
dunia, dan sebaliknya juga dituntut oleh pelaku usaha global untuk membuka
pasar domestik, oleh karena itu upaya dalam peningkatan kapabiltas wirausaha
dalam peningkatan kemampuan kewirausahaan dengan peningkatan kemandirian,
kemampuan bisnis dan jiwa kepemimpinan dalam sektor kewirausahaan, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan kualitas kewirausahaan
3.2 Saran
Penulis berharap agar setiap individu dapat membuka sebuah usaha demi
meningkatkan kondisi ekonomi nasional serta membantu individu lain yang
mengalami kesulitan dalam segi perekonomian karena dengan berwirausaha maka
dapat memberikan lapangan pekerjaan kepada individu yang membutuhkan.
Penulis juga berharap supaya setiap wirausahawan untuk selalu rendah hati dan
peduli terhadap sesama yang membutuhkan dan tidak lupa untuk selalu
mengembangkan wirausaha menjadi banyak cabang karena dengan semakin
banyaknya cabang maka akan dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan
pengangguran dalam sebuah negara serta dapat meningkatkan kemakmuran
kehidupan rakyat, jika kondisi kehidupan rakyat makmur dan sejahtera maka
tingkat perekonomian nasional sebuah negara akan semakin meningkat.
16

DAFTAR PUSTAKA

Adam, A. 2013. “Peranan Kewirausahaan dalam Pertumbuhan Ekonomi di


Kabupaten Polman Khusus pada Perusahaan CV Bumi Surya”. Skripsi.
Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri
Makassar:Makassar.
Ciputra 2009 “Solusi Job Creation di Tengah Krisis Global”. SK. Indopos Sabtu,
21
Februari 2009, Surat Kabar, harian, Jakarta.
Frinces, H. (2010). Pentingnya Profesi Wirausaha di Indonesia. Jurnal Ekonomi
dan Pendidikan, 7(1), 36-37.
Hisrich, Robert D., Michael P.Peters, dan Shepherd Dean A. 2005.
Entrepreneurship. Edisi Keenam. Boston, USA: McGraw Hill.
Kao, John J. 1993. Entrepreneurship Creativity and Organization: Text, Cases
and Readings. New York: McGraw Hill.
Nursiah, dkk. (2015). Perilaku Kewirausahaan pada Usaha Mikro Kecil (UMK)
Tempe di Bogor Jawa Barat. Jurnal Agribisnis Indonesia, 3(2), 146.
Saiman, L. 2017. Kewirausahaan: Teori, Praktik, dan Kasus-Kasus. Jakarta:
Salemba Empat.
Saragih, R. (2017). A Membangun Usaha Kreatif, Inovatif dan Bermanfaat
Melalui Penerapan Kewirausahaan Sosial. Jurnal Kewirausahaan, 3(2),
27-28.
Sukirman. (2017). Jiwa Kewirausahaan dan Nilai Kewirausaahan Meningkatkan
Kemandirian Usaha Melalui Perilaku Kewirausahaan. Jurnal Ekonomi
dan Bisnis, 20(1), 114.
Suryadi, D. 2018. “Peran dan Strategi Pengembangan Kewirausahaan dan
Tantangannya dalam Menghadapi Perekonomian di Masa yang akan
Datang”. Article (hlm 2).
Z. Heflin Frinces Juni 2004 Kewirausahaan dan Inovasi Bisnis, Yogyakarta:
Darussalam
17

Z. Heflin Frinces Juni 2009 Globalisasi: Respons Terhadap Krisis Ekonomi


Global,
Yogyakarta: Mida Pustaka
Zimmerer, Thomas W. dan Norman M. Scarborough. 2005. Pengantar
Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil (Asli Essentials of
Entrepreneurship and Small Business Management). Edisi Keempat.

Anda mungkin juga menyukai