Anda di halaman 1dari 7

Accelerat ing t he world's research.

Pemanfaatan Biji kelor sebagai


biodisel
Tri Yuniasari

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

PENGAMBILAN MINYAK BIJI ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) DENGAN MET ODE EKST RA…
ade widyawat i

PENGARUH JENIS PELARUT, MASSA BIJI, UKURAN PART IKEL DAN JUMLAH SIKLUS T ERHADAP YIELD E…
yadie uciha

Proposal LA Guruh
Josef July
PEMANFAATAN EKSTRAK BIJI KELOR (Moringa oleifera)
UNTUK PEMBUATAN BAHAN BAKAR NABATI

Subriyer Nasir, Delfi Fatina Soraya, Dewi Pratiwi

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Abstrak

Kelor (Moringa oleifera) tersebar di daerah dengan berbagai kondisi geografi alam.
Keterbatasan akan bahan baku untuk menghasilkan minyak yang dapat dikonversi menjadi bahan bakar
alternatif pengganti minyak bumi menyebabkan berkembangnya penelitian untuk menjadikan minyak
nabati sebagai bahan baku pengganti. Peneltian ini dilakukan untuk mencari tumbuhan yang berpotensi
untuk menghasilkan minyak yang dapat dijadikan bahan baku biodiesel. Metode yang dilakukan untuk
menghasilkan minyak adalah ekstraksi (solvent extracted) dengan variabel operasi volume pelarut,
massa biji, dan waktu ekstraksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar minyak yang dimiliki
Moringa oleifera mencapai 35,83 %.Yield yang optimum pada penelitian ini dipengaruhi oleh variabel-
variabel operasi, dimana lamanya waktu ekstraksi yang terbaik adalah 2 jam, massa bijih 50 gram dan
volume pelarut 400 ml), dan ukuran partikel 2 mm. Berat jenis yang dihasilkan adalah 0,8945-0,9082
gr/ml, kandungan asam lemak bebas (%FFA) 2,058-4,776 %, nilai angka penyabunan 8,5564-107,5399
mgKOH/g, nilai angka asam 0,040-0,095 mgKOH/g dan viskositas 29,3639-54,9996 cst. Identifikasi
senyawa minyak kelor dilakukan dengan menggunakan GC-MS HP 6890 menunjukkan kandungan asam
oleat dalam bentuk trans yang tinggi sebesar 58,50 %.

Kata kunci : Moringa oleifera, FFA, Berat Jenis, Angka Penyabunan, Bilangan Asam, Viskositas, GC-
MS

Abstract

Drumstick (Moringa oleifera) is widely cultivated in area with many geographical


conditions. The aviability of raw materials that can be used to produce an alternative substitution fossil
fuel tends to increase the research of material for oil substitution such as plant oil. This research
intended to find a plant that can produce raw materials of biodiesel. Solvent extraction is used to take
the plant oil with variations of solvent volume, seed mass, particle, and the extraction time as operating
variabels. This research show that Moringa oleifera produce oil 35,83 %. The optimum yield obtained
at 2 hours extraction time, 50 grams of seed mass, and solvent volume 400 ml, and 2 mm ofparticle size.
Oil properties :0,8945-0,982 gr/ml density and 2,058-4,776 %free fatty acid (%FFA), 8,5564-107,5399
mgKOH/g saponification value, 0,040-0,095 mgKOH/g acid value and 29,3639-54,9996 cst. Viscosity.
Component of Moringa oleifera oil was detected with GC-MS HP 6890 show that Moringa oleifera oil
has highly trans oleic acid 58,50 %.

Key word : Moringa oleifera, FFA, Density, Saponification value, Acid value, Viscosity, GC-MS

I. PENDAHULUAN and Industrial Research, 1962). M.oleifera ditanam


Kelor (Moringa oleifera) terdistribusi secara luas terutama sebagai tanaman pagar. Pemanfaatan
di daerah tropis, khususnya Indonesia.. Moringa buah M. Oleifera di Indonesia belum optimal. Buah
(Moringaceae) tersebar di daerah dengan berbagai M. Oleifera lazim digunakan sebagai bahan
kondisi geografi alam. Moringa dapat tumbuh pada makanan bagi masyarakat Indonesia khususnya
dataran rendah sampai dataran tinggi, di daerah dipulau Jawa dan sebagai bahan kuogulan dalam
berpasir atau sepanjang sungai (Council of Scientific penjernihan air.

Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17, Agsutus 2010 29


Untuk mengetahui kelayakan minyak biji M. MS dan sebagai pengembangan teknologi proses
Oleifera sebagai bahan baku biodiesel, maka perlu dalam menghasilkan sumber energi alternatif
dilakukan beberapa uji lainnya untuk mengetahui dengan minyak biji kelor sebagai bahan baku
angka asam, penyabunan dan iodium sampel pembuatan biodisel.
minyak yang telah diperoleh. Biji M. oleifera Variabel-variabel yang diamati pada
mengandung 35% w/w minyak (Anwar et al., penelitian ini adalah volume pelarut, massa biji,
2005). Dalam minyak M. Oleifera mengandung dan lamanya waktu ekstraksi. Variabel-variabel
sterol, tocopherol dan flavonoid (Anwar et al., tersebut diamati pengaruhnya terhadap yield
2005; Lalas and Tsaknis, 2002). Komposisi minyak biji kelor yang dihasilkan.
M.Oleifera terdiri dari asam lemak dan asam oleat
yang tinggi (>70 %) sehingga layak menjadi II. FUNDAMENTAL
bahan baku biodiesel. Kelor merupakan tumbuhan yang berasal
Pengambilan minyak dari biji kelor dapat dari daerah sub-Himalaya di India Barat Laut,
dilakukan cara ekstraksi. Ekstraksi merupakan Afrika, Arabia, Asia Tenggara dan terdistribusi
suatu proses pengambilan kandungan zat yang sampai ke Filipina, Kamboja, dan Amerika
digunakan dalam suatu fasa padatan melalui Utara (Morton, 1991) dan juga tersebar
kontak dengan pelarut. diwilayah Indonesia. Kelor juga dapat tumbuh
Dalam prosesnya, biji kelor yang telah didaerah tropis dengan kondisi lingkungan yang
dihaluskan dilarutkan di dalam pelarutnya dan ekstrim. Di Inggris tanaman ini dikenal dengan
selanjutnya akan diekstraksi. Pengekstraksian nama drumstick tree.
minyak secara kimiawi (solvent extracted) Klasifikasi tanaman kelor tersusun dalam

 Kingdom
merupakan cara yang paling ekonomis karena sistematika sebagai berikut :

 Subkingdom : Tracheobionta
membutuhkan sedikit biaya dengan hasil yang : Plantae

 Divisio
banyak. Pada penelitian ini, variabel-variabel
operasi yang digunakan adalah volume pelarut,
 Class
: Magnoliophyta
massa biji, dan lamanya waktu ekstraksi.
 Subclass
: Magnoliopsida
Dari penelitian terdapat beberapa
 Ordo
: Rosidae
permasalahan berkaitan dengan ekstraksi minyak
 Family
: Brassicales
biji kelor, yaitu bagaimana pengaruh volume
 Genus
: Moringaceae
pelarut terhadap proses ekstraksi minyak biji
 Species
: Moringa
kelor? Bagaimana pengaruh lamanya waktu
: Moringa oleifera
ekstraksi, dan massa biji kelor terhadap produk
hasil ekstraksi? Dan bagaimana menganalisa hasil
ekstraksi minyak biji kelor untuk diketahui Kandungan Minyak Biji Kelor
kualitasnya? Tabel 2.1 Kandungan Minyak Biji Kelor
Tujuan dilakukannya penelitian ekstraksi (% Berat Kering)
minyak biji kelor ini adalah untuk memperoleh No. Parameter Hasil Analisa
minyak dari ekstraksi biji kelor. Mempelajari 1. Kadar Air 7.9 ± 1.00
pengaruh volume pelarut, massa biji, serta 2. Kadar Minyak 30.8 ± 2.19
lamanya waktu ekstraksi terhadap kualitas dan
3. Protein 38.3 ± 1.03
kuantitas minyak biji kelor. Mengetahui berat
4. Kandungan 6.5 ± 0.15
jenis, % FFA (asam lemak bebas), angka
Abu
penyabunan, angka asam, viskositas dan
kandungan senyawa asam lemak dengan alat GC- 5. Kandungan 4.5 ± 0.38
Serat
MS dari minyak biji kelor. Serta dapat
memperoleh bahan baku baru yang dapat Sumber : Abdulkarin et al,2005.
dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat
biodiesel. Kriteria Pemilihan Biji Kelor
Sedangkan manfaat yang diperoleh dari
penelitian ini adalah dapat mengetahui alternatif Sebelum melakukan pengolahan, biji
pengolahan biji kelor menjadi produk yang lebih kelor harus dinilai kesegarannya. Hal ini
ekonomis, mengetahui kualitas minyak biji kelor dilakukan dengan tujuan untuk menentukan biji
hasil ekstraksi, berdasarkan analisa berat jenis, yang baik dan siap diolah. Penilaian kesegaran
kandungan asam lemak bebas (% FFA), angka ini ditentukan berdasarkan atas dasar warna dan
penyabunan, angka asam, viskositas, analisa GC- keadaan fisik bijih. Bijih yang baik adalah biji

30 Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17, Agsutus 2010


yang kulit luarnya berwarna coklat muda, dengan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi
bagian dalam inti bijih berwarna putih. Sedangkan minyak dan lemak adalah dengan menentukan
yang berwarna coklat tua, sampai hitam keriput derajat polaritasnya. Pada dasarnya suatu bahan
dinilai kurang baik. akan mudah larut dalam pelarut yang sama
Biji kelor mengandung 30% sampai dengan polaritasnya. Polaritas minyak dan lemak
42% minyak. Minyak biji kelor ini belum berbeda-beda sehingga tidak ada bahan pelarut
digunakan secara maksimal, di beberapa negara umum (universal) untuk semua macam lipid.
minyak biji kelor digunakan sebagai pewangi. Contoh di bawah ini menunjukkan beberapa
Penggunanaanya baru sebagai obat penyakit kulit jenis bahan pelarut yang sesuai untuk ekstraksi
seperti kudis, yang kurang bernilai ekonomis. lipid tertentu (Sudarmadji, 1989):
a. Senyawa trigliserida yang bersifat non-
Tabel 2.2 Komposisi Asam Lemak Dalam polar akan mudah diekstraksi dengan
Minyak Biji Kelor pelarut-pelarut non-polar misalnya n-
Heksana dan Petroleum eter.
No. Asam Lemak Komposisi b. Glikopida yang polar akan mudah
(%) diekstraksi dengan alcohol yang polar.
1. Asam Palmitat (C16:0) 6,5 c. Lesitin atau secara kimia adalah senyawa
2. Asam Behenic (C22:0) 7,1 fosfafidil kolin bersifat basis dan akan
3. Asam Stearat (C18:0) 6,0 mudah larut dalam pelarut yang sedikit
4. Asam Oleat (C18:1) 72,2 asam seprti alkohol.
5. Asam Linoleat (C18:2) 1,0 d. Fosfadil serin yaitu fosfolipida yang
6. Asam Arakhidat 4,0 bersifat polar dan asam mudah akan larut
(C20:0) dalam kloroform yang sedikit polar.
Senyawa ini tidak mudah larut dalam
Sumber: Gunstone dan Harwood, 2007 alkohol.

Kualitas minyak dari biji-bijian dipengaruhi Ekstraksi minyak ini dapat dilakukan
oleh beberapa fakor, yaitu: dengan berbagai cara antara lain dengan
pemanasan (rendering), pengepresan (pressing)
1. Kualitas dan kemurnian bahan baku. Adanya dan dengan pelarut (solvent extraction).
benda asing atau biji yang berkualitas jelek Heksana adalah suatu hidrokarbon
yang tercampur dalam bahan baku pada alkana dengan rumus kimia CH3(CH2)4CH3.
proses, akan menyebabkan minyak cepat Awalan "Hex" menunjukkan jumlah enam atom
rusak dan berbau. karbonnya, sedangkan akhiran “ana”
2. Usia biji. Biji kelor yang usianya cukup tua menunjukkan bahwa atom karbonnya
akan menghasilkan minyak yang lebih baik dihubungkan oleh ikatan tunggal. Isometri
kualitas dan kuantitasnya dibanding dengan heksana umumnya bersifat tidak reaktif, dan
minyak biji kelor yang lebih muda sering digunakan sebagai pelarut inert dalam
3. Kadar air yang terkandung dalam biji kelor. reaksi organik, karena heksana tidak polar.
Biji kelor yang terlalu lama disimpan akan Umumnya heksana digunakan untuk
mengandung kadar air yang tinggi, sehingga mengekstrak minyak dari bijinya seperti pada
dapat menghasilkan minyak dengan mutu kacang-kacangan dan flax. Hal ini karena
yang kurang baik. heksana tidak reaktif dan inert dalam reaksi
4. Perlakuan terhadap bahan baku pada saat organik karena bersifat sangat non-polar dan
proses dan pasca proses (misalnya: halusnya memilki narrow distillation range dan selective
hasil pencacahan yang dilakukan, power, sehingga tidak memerlukan tingkat
penyimpanan minyak hasil proses dan pemanasan yang tinggi dan daya ekstraksinya
sebagainya). tinggi, yang menjadikan heksana sebagai pelarut
Menurut Ketaren (1986) ekstraksi minyak yang baik untuk mengekstrak minyak dari
atau lemak adalah suatu cara untuk mendapatkan bijinya.
minyak atau lemak dari sel-sel bahan yang diduga Pengujian dan Analisa Kandungan
mengandung minyak atau lemak. Sebagai Minyak. Pengujian yang penting adalah
senyawa hidrokarbon, minyak dan lemak atau penentuan sifat fisika dan sifat kimia dari
lipid pada umumnya tidak larut dalam air, tetapi minyak yang dihasilkan. Penentuan berat jenis,
larut dalam pelarut organik. Pemilihan bahan viskositas, kelarutan dalam alkohol, indeks bias,

Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17, Agsutus 2010 31


angka penyabunan dan angka asam. Uji khusus kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang
lainnya dapat pula dilakukan misalnya kadar eter, besar dan sebaliknya bila minyak mempunyai
penentan total alkohol, titik beku, residu berat molekul besar , maka angka penyabunan
penguapan dan hal ini tergantung pada jenis relatif kecil. Angka penyabunan ini dinyatakan
bahan. Dengan cara membandingkan hasil analisis sebagai banyaknya jumlah KOH yang
dengan data pustaka maka ahli kimia dapat dibutuhkan untuk menyabunkan asam lemak
memperoleh gambaran tentang kemurnian kualitas bebas didalam 1 gr sampel minyak (Sudarmadji,
minyak (Guenther,1987). 1989).
Penentuan Angka Asam. Angka asam
Penetapan Berat Jenis. Berat jenis
menunjukkan banyaknya asam lemak bebas
merupakan salah satu kriteria penting dalam
yang terdapat didalam suatu lemak atau minyak.
menentukan mutu dan kemurnian kandungan
Angka asam dinyatakan sebagai jumlah mg
minyak. Nilai berat jenis minyak umumnya
KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam
berkisar antara 0,696 – 1,188 pada suhu 25oC
lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram lemak
(Guenther,1987).
atau minyak.
Nilai berat jenis minyak pada suhu
Penentuan Viskositas. Viskositas adalah
25oC/25oC didefinisikan sebagai perbandingan
sebuah ukuran penolakan sebuah fluid terhadap
antara berat minyak pada suhu 25oC dengan air
perubahan bentuk dibawah tekanan shear.
pada volume air yang sama dengan volume
Biasanya diterima sebagai ‘kekentalan’ atau
minyak pada suhu 25oC. Piknometer adalah
penolakan terhadap pebuangan. Viskositas
penetapan berat jenis yang praktis dan tepat
menggambarkan penolakan dalam fluid kepada
digunakan, yang dilengkapi dengan sebuah kapiler
aliran dan dapat dipikir sebagai statu cara untuk
dengan gelas penutup.
mengukur gesekan fluid. Air memiliki
Penentuan Asam Lemak Bebas (FFA). Asam
viskositas rendah, sedangkan minyak sayur
lemak bebas ditentukan sebagai kandungan asam
memiliki viskositas tinggi.
lemak yang terdapat paling banyak dalam minyak
Penentuan Asam Lemak dengan Gas
tertentu. Dengan demikian asam lemak bebas
Cromatography-Mass Spectrometry .
sebagai berikut ini dipakai sebagai tolak ukur
Kromatografi gas-cair (biasa disebut
jenis minyak tertentu :
kromatografi gas) merupakan analisis yang
sangat bermanfaat.
Tabel 2.3 Jenis-jenis Asam Lemak Bebas
Pelaksanaan kromatografi gas-cair
(Suhardi, Bambang dan Slamet. 1997)
Seluruh bentuk kromatografi terdiri dari
Jenis Asam fase diam dan fase gerak. Dalam seluruh bentuk
Sumber Berat
Lemak kromatografi yang lain, anda akan menemui
Minyak Molekul
Terbanyak fase gerak adalah cairan. Dalam kromatografi
Susu, Sawit Palmitat 256 gas-cair, fase gerak adalah gas seperti helium
dan fase diam adalah cairan yang mempunyai
Inti Sawit,
Lamat 200 titik didih yang tinggi diserap pada padatan.
Kelapa
Bagaimana kecepatan suatu senyawa
Susu Oleat 282
tertentu bergerak melalui mesin, akan
Jagung, Kedele, tergantung pada seberapa lama waktu yang
Linoleat 278 dihabiskan untuk bergerak dengan gas dan
Kacang dll.
sebaliknya melekat pada cairan dengan jalan
yang sama.
Asam lemak bebas dinyatakan sebagai % Injeksi sampel
FFA yang dapat ditentukan dengan persamaan : Sejumlah kecil sampel yang akan
dianalisis diinjeksikan pada mesin
menggunakan semprit kecil. Jarum semprit
% FFA 
ml NaOH x N x Berat Molekul Asam Lemak
x 100 menembus lempengan karet tebal (Lempengan
Berat contoh x 1000
karet ini disebut septum) yang mana akan
Penentuan Angka Penyabunan. Angka mengubah bentuknya kembali secara otomatis
penyabunan menunjukkan berat molekul lemak ketika semprit ditarik keluar dari lempengan
dan minyak secara kasr. Minyak yang disusun karet tersebut.
oleh asam lemak berantai karbon yang pendek Injektor berada dalam oven yang mana
berarti mempunyai berat molekul yang relatif temperaturnya dapat dikontrol. Oven tersebut

32 Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17, Agsutus 2010


cukup panas sehingga sampel dapat mendidih dan menghitung % yield dari minyak biji kelor
diangkut ke kolom oleh gas pembawa misalnya adalah sebagai berikut :

% Yield 
helium atau gas lainnya.
Berat minyakhasil
x 100 %
III. METODOLOGI Berat bijih kelor
Pada penelitian ekstraksi biji kelor ini,
beberapa variabel kuantitatif yang diberikan

 Volume Pelarut
adalah : IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
: 300 ml Heksana Berdasarkan hasil penelitian ekstraksi
350 ml Heksana minyak biji kelor dengan menggunakan metode

 Massa Biji Kelor


400 ml Heksana sokletasi ini, diperoleh produk akhir dengan
: 30 gram karakteristik sebagai berikut :
40 gram i. Warna kuning bening sedikit kental,

 Waktu ekstraksi
50 gram ii. Sedikit beraroma bumbu kacang,
: 60 menit iii. Relatif tidak ada endapan.
90 menit
120 menit 4.1. Hasil Penelitian Ekstraksi Biji Kelor
Proses ekstraksi yang dilakukan
Prosedurnya pelaksanaan penelitian ini memperoleh % yield yang berbeda-beda. Hal ini
adalah sebagai berikut : berkaitan erat dengan variabel-variabel
Proses Preparasi Bahan. Pada tahap penelitian. Volume pelarut, massa biji, dan
persiapan bahan baku pertama-tama biji kelor waktu ekstraksi mempengaruhi yield yang
dikupas kulitnya, kemudian dikeringkan di dalam diperoleh. Ektraksi minyak biji kelor
oven pada suhu sekitar ± 105oC. Tujuan menghasilkan minyak mulai paling sedikit
pengeringan ini antara lain untuk mengurangi 22,05 % (350 ml, 50 gram, 60 menit) dan paling
kandungan air dalam biji dan mempermudah banyak 35,83 % (400 ml, 50 gram, 120 menit).
dalam proses penghancuran. Pada penelitian ini Dari hasil penelitian terdapat 3
biji kelor diayak dengan menggunakan alat kemungkinan yang menyatakan pengaruh antar
screen dengan ukuran 2 mm. variabel terhadap % yield yang dihasilkan oleh
Proses Ekstraksi. Rangkai peralatan ekstraksi Biji Kelor, antara lain:
soxhlet hingga siap untuk dipakai. Pada penelitian
ini menggunakan soxhlet 500 ml dan labu 500 ml. a. Pengaruh variasi Massa Biji dan
Timbang biji kelor dengan menggunakan neraca Volume Pelarut terhadap % Yield
analitis. Kemudian dibungkus dengan kertas
saring. Perhatikan ukuran bungkusan sampel agar Pengaruh variasi massa biji dan volume
sesuai dengan dengan ukuran soxhlet. Masukkan pelarut terhadap % yield dapat dilihat pada
bungkusan sampel ke dalam soxhlet. Nyalakan Grafik 4.1
pompa untuk sirkulasi kondensor. Tuang pelarut
sebanyak 300 ml yang akan dipakai melalui Pengaruh Massa Biji dan Volume Pelarut
bagian atas soxhlet. Nyalakan water bath dan atur terhadap % Yield untuk Waktu Ekstraksi 60 menit
temperatur sesuai kebutuhan. Catat hasil ekstraksi 40

untuk setiap variabel. Lakukan langkah yang sama


35
untuk volume pelarut, massa biji, dan waktu
% Yield

ekstraksi yang berbeda. 30


Hitung setiap hasil ekstraksi kemudian 30 gr
dibandingkan. 25 40 gr
Proses Evaporasi. Rangkai alat evaporasi 50 gr

hingga siap dipakai. Masukkan larutan sampel ke 20


300 350 400
dalam labu sampel. Nyalakan evaporator dan atur Volume Pelarut (ml)
temperatur sesuai titik didih pelarut yang dipakai.
Nyalakan pompa vakum. Catat hasil evaporasi
untuk setiap variabel.
Hasil (keluaran) dari evaporator inilah yang
merupakan minyak biji kelor. Adapun cara

Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17, Agsutus 2010 33


Pengaruh Massa Biji dan Volume Pelarut Pengaruh Volume Pelarut dan Massa Biji
terhadap % Yield untuk WaktuEkstraksi 90 menit terhadap % Yield untuk waktu Ekstraksi 90 menit

40 40

35 35
% Yield

% Yield
30 30

30 gr 300 ml
25 25 350 ml
40 gr
50 gr 400 ml

20 20
30 40 50
300 350 400 Massa Biji (gr)
Volume Pelarut (ml)
Pengaruh Volume Pelarut dan Massa Biji
terhadap % Yield utuk Waktu Ekstraksi 120 menit
Pengaruh Massa Biji dan Volume Pelarut
terhadap % Yield untuk Waktu Ekstraksi 120 menit 40

40
35

% Yield
35 30
% Yield

300 ml
30 25 350 ml
400 ml
30 gr
20
25 40 gr 30 40 50
50 gr Massa Bi ji (gr)

20 Gambar 4.2. Pengaruh Volume Pelarut dan


300 350 400
Volume Pelarut (ml) Massa Biji terhadap % Yield
Gambar 4.1. Pengaruh Massa Biji dan Volume Dari Grafik 4.2 dapat dilihat bahwa
Pelarut terhadap % Yield semakin banyak massa biji yang digunakan
untuk ekstraksi maka akan dihasilkan % yield
Dari Grafik 4.1 dapat dilihat bahwa yang banyak pula. Dimana pada grafik diatas
semakin banyak volume pelarut maka % yield didapatkan % yield terbesar 35,83 % pada
yang dihasilkan dari ekstraksi biji kelor semakin massa biji 50 gram dan terkecil sebesar 22,05 %
banyak. Hal ini disebabkan karena distribusi untuk massa biji kelor yang digunakan sebanyak
partikel dalam pelarut semakin menyebar, 30 gram.
sehingga memperluas permukaan kontak,
sehingga didapatkan % yield yang banyak pula.
c. Pengaruh variasi Massa Biji dan Waktu
b. Pengaruh variasi Volume Pelarut dan Ekstraksi terhadap % Yield
Massa Biji terhadap % Yield Pengaruh variasi massa biji dan waktu
ekstraksi terhadap % yield dapat dilihat pada
Pengaruh variasi volume pelarut dan massa Grafik4.3
biji terhadap % yield dapat dilihat pada Grafik 4.2

Pengaruh Volume Pelarut dan Massa Biji


terhadap % Yield untuk Waktu Ekstraksi 60 menit
35

30
% Yield

25 300 ml
350 ml
400 ml
20
30 40 50
Massa Biji (gr)

34 Jurnal Teknik Kimia, No. 3, Vol. 17, Agsutus 2010

Anda mungkin juga menyukai