Anda di halaman 1dari 30

Minyak Atsiri Lada

(Piper nigrum L.)

Hansel Vincent Widjaja


02211640000049
Minyak Atsiri

 Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini
disebut juga minyak menguap (volatile oil), minyak eteris (ethereal oil), atau
minyak esensial (essential oil).

 Dalam tumbuhan, minyak atsiri terdapat dalam berbagai jaringan, seperti di dalam
rambut kelenjar (pada suku Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (pada suku
Zingiberaceae dan Piperaceae) dan terkandung di dalam semua jaringan (pada suku
Coniferae).

 Pada tumbuhan, minyak atsiri berperan sebagai pengusir serangga pemakan daun.
Sebaliknya minyak atsiri juga dapat berfungsi sebagai penarik serangga guna
membantu proses penyerbukan dan sebagai cadangan makanan (Gunawan &
Mulyani, 2004).
Tanaman Lada
 Tumbuhan lada (P. nigrum L.) yang ada di Indonesia berasal dari Ghats-Malabar
India dan dibawa oleh koloni hindu yang pindah ke Asia Tenggara sejak 2000 tahun
silam. Tumbuhan lada ini dikenal dengan beberapa nama antara lain piper, lada,
merica, dan sakang.
 Tanaman ini termasuk tumbuhan semak atau perdu dan sering kali memanjat
dengan akar-akar pelekat, berbatang kecil menjalar dan bunganya majemuk
berbentuk bulir dan menggantung.
 Varietas tanaman lada tidak kurang dari 40 jenis, diantaranya adalah varietas
Cunuk, Jambi, Lampung Daun Lebar, Bangka, Kuching dan Lampung Daun Kecil.
Varietas yang banyak ditanam petani adalah varietas Lampung Daun Lebar
karena lebih banyak menghasilkan buah.
 Taksonomi tumbuhan lada adalah sebagai berikut
 Kerajaan: Plantae
 Divisi: Magnoliophyta
 Kelas: Magnoliopsida
 Ordo: Piperales
 Famili: Piperaceae
 Genus: Piper
 Spesies: Piper nigrum L.
(ditjenbun.pertanian.go.id)
Nama lain Lada hitam (Piper nigrum L.) di daerah yaitu:
1. Lada (Aceh, Batak, Lampung, Buru, dan Nias)
2. Raro (Mentawai),
3. Lado (Minangkabau),
4. Merico (Jawa),
5. Maica (Bali),
6. Ngguru (Flores),
7. Malita lo dawa (Gorontalo),
8. Marica atau barica (Sulawesi Selatan),
9. Marisan mau, leudeu pedih (Gayo)
10. Sahang (Banjarmasin, Jawa Barat),
11. Sakang (Madura)
(Rismunandar, 2003)
Persebaran Tanaman Lada
 Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil utama lada dan mempunyai
peranan penting dalam perdagangan lada dunia. Pasokan lada Indonesia dalam
perdagangan dunia dipenuhi dari Provinsi Bangka Belitung yaitu lada putih
dengan sebutan Muntok White Pepper dan Provinsi Lampung yaitu lada hitam
sebagai Lampung Black Pepper.

 Lada merupakan jenis tanaman yang dapat dikembangkan di daerah tropis. Lada
sangat peka terhadap genangan air yang berkepanjangan, lada mulai berproduksi
pada kurun waktu 3-3,5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik, lada dapat
bertahan sampai umur 10-15 tahun (Rismunandar, 2003).

 Perkembangan tanaman lada juga dipengaruhi oleh kelembaban udara, yaitu


yang dikehendaki oleh tanaman lada berkisar 50 – 100 %. Daerah dataran rendah
Sumatra mulai Aceh hingga Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur
merupakan daerah potensial.
(ditjenbun.pertanian.go.id)
 Dalam dunia perdagangan terdapat dua jenis lada yaitu lada hitam dan lada putih.
Lada hitam diperoleh dari buah lada yang belum masak, dikeringkan bersama
kulitnya hingga kulitnya berkeriput dan berwarna hitam. Lada putih berasal dari
buah yang masak dan kulitnya sudah dihilangkan dan dikeringkan sehingga warnanya
putih (Anwar,dkk, 1994).

 Lada putih biasanya dikonsumsi langsung dan umumnya dalam bentuk bubuk,
sedangkan lada hitam dijadikan bubuk biasanya untuk pengolahan lebih lanjut,
misalnya untuk pembuatan oleo-resin. Lada putih mempunyai harga yang relatif
lebih mahal dan mempunyai kandungan minyak atsiri yang lebih kecil dibandingkan
lada hitam (Ketaren,1985)
Pemanfaatan Lada
1. Industri makanan, minuman ringan
2. Industri kosmetik, wangi-wangian
3. Bumbu masakan
4. Sebagai bahan obat-obatan (minyak gosok) dan bahan minyak lada
(Balai Penelitian Rempah dan Obat, 1996)
Minyak Atsiri Lada
 Minyak lada merupakan minyak yang bersifat mudah menguap pada suhu kamar dan
mempunyai bau seperti lada (Ketaren,1985)
 Minyak lada yang dihasilkan dari penyulingan uap tidak berwarna sampai agak
kehijau-hijauan dan berbau seperti bau lada tetapi tidak terasa pedas. Rasanya
sedikit menyegarkan (fresh), panas (warm), dan berbau terpentin (teroency)
(Actender,1960)
 Sebelum disuling buah lada harus dihancurkan, kemudian segera disuling. Ukuran
partikel sekitar 0,7 mm ditemukan optimal untuk penyulingan minyak lada
 Penyulingan lada membutuhkan waktu 4 - 5 jam dengan rendemen mencapai 2,5 – 3%
(Risfaheri, 2012)
Komposisi Minyak Lada

 Komposisi utama minyak lada sebagian besar merupakan campuran kompleks


dari senyawa terpen hidrokarbon dan senyawa oksigen yang memiliki titik didih
80 – 200oC (Risfaheri, 2012).
 Variasi komposisi senyawa tersebut di dalam minyak lada tergantung pada:
1) Varietas
2) Lahan tempat tumbuh
3) Kondisi agroklimat
4) Mutu bahan baku
Sumber: Robert Asnawi dan Ratna Wylis Arie, 2017

Perbedaan kadar minyak atsiri dan piperin masing-masing varietas karena


perbedaan genetik serta kesesuaian lingkungan tumbuh. Dijelaskan oleh
Purgeslove et al (1981) bahwa rasa pedas dan kadar minyak atsiri pada lada
dipengaruhi oleh varietas dan tingkat kematangan buah lada saat panen,
ditambahkan oleh Bari et al (1974) bahwa faktor genetik dan lingkungan memiliki
hubungan erat yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
 Minyak lada mempunyai rasa menyegarkan karena sebagian besar komponen
kimianya terdiri dari monoterpen. Senyawa α-pinen dan β-pinen memberikan rasa
hangat dan segar. Senyawa limonen memberikan bau seperti jeruk, senyawa α-
fellandren dan β-fellandren memberikan rasa seperti mentol, sedangkan β-
kariofillen menyebabkan minyak lada terasa kering dan berbau seperti bau cengkeh
(Heat,1978)
Standar Mutu Minyak Lada

Berdasarkan ISO 3061:2008 tentang minyak lada hitam (Piper nigrum L.) :
Standar Mutu Minyak Lada
Standar Mutu Minyak Lada
Kegunaan Minyak Lada

Kegunaan minyak lada terutama sebagai:


 Flavor pada berbagai produk makanan
 Bahan obat
 Aromaterapi
 Beberapa jenis parfum

(Risfaheri, 2012)
Teknik Pengambilan Minyak Lada

 Teknik Konvensional:
1) Distilasi air
2) Distilasi uap
3) Distilasi uap-air (dikukus)
 Teknik Modern:
1) Supercritical Fluid Extraction (SFE)
(Risfaheri, 2012)
Distilasi Air

Kondisi operasi : T = 1000C & P = 1 atm


Waktu penyulingan : ± 15 jam
Distilasi Uap

Kondisi operasi : T = 1000C & P = 1 atm


Waktu penyulingan : ± 4 jam
Distilasi Uap-Air
Teknik Konvensional

 Distilasi Uap  Distilasi Uap-Air (Dikukus)


Penyulingan dengan uap langsung Penyulingan dengan cara dikukus
memungkinkan penyulingan dilakukan dapat dikerjakan pada kapasitas
dalam kapasitas besar (volume ketel volume ketel 1000 liter, dan tidak
2.500 l), tetapi membutuhkan dua memerlukan mesin pembangkit uap
unit peralatan yaitu ketel penyuling sehingga lebih berpeluang diterapkan
dan mesin pembangkit uap, sehingga di tingkat petani atau kelompok tani
biaya investasinya cukup tinggi. karena investasinya lebih murah.

(Risfaheri, 2012)
Teknik Konvensional

Kelebihan Kekurangan
 Biaya investasi yang relatif murah  Daya ekstraksi rendah
 Selektivitas rendah
 Terjadinya degradasi komponen
tidak tahan panas

(Risfaheri, 2012)
Supercritical Fluid Extraction
Teknik Modern
 Supercritical Fluid Extraction (SFE)
Ekstraksi minyak lada dengan metode Supercritical Fluid Extraxtion (SFE)
dengan menggunakan karbon dioksida superkritis sebagai pelarut dapat
mengeliminir kelemahan pada ekstraksi (penyulingan) minyak lada secara
konvensional. Suatu penelitian skala laboratorium untuk melihat pengaruh
parameter proses, yaitu tekanan (7,5; 10; dan 15 MPa), suhu (303, 313, dan
323oC) dan ukuran partikel (0,5 mm; 0,75 mm; dan buah utuh).

Diperoleh hasil bahwa minyak lada yang diperoleh mengandung kadar


hidrokarbon sequiterpene (komponen utama parfum) yang tinggi, memiliki ratio
sesquiterpen terhadap monoterpene yang lebih tinggi dibandingkan minyak lada
yang diperoleh dari distilasi air.
(Risfaheri, 2012)
Supercritical Fluid Extraction (SFE)

Kelebihan Kekurangan
 Rendemen minyak yang dihasilkan  Biaya investasi yang mahal
meningkat dengan kenaikan  Diperlukan SDM yang mumpuni
tekanan atau temperatur. untuk menguasai teknologi ini
 Laju ekstraksi dan rendemen
meningkat dengan ukuran partikel
menurun karena resistensi difusi
intra partikel lebih kecil untuk
ukuran partikel yang lebih kecil
karena jalur difusi lebih pendek.

(Risfaheri, 2012)
Isolasi dan Karakterisasi Minyak Atsiri Lada Hitam
(Piper nigrum L.) Asal Sajingan Kalimantan Barat
Hasil Penelitian
Lada Hitam Lada Putih Minyak Lada
• Butiran utuh • Butiran utuh • pasar dunia
(14,40-20,40 (22,70 – 26,10 (322,51 US$/kg)
US$/lb ) US$/lb)
• Bubuk lada • Bubuk lada
(13,60-15,80 (20,40 US$/lb)
US$/lb)

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Bangka Belitung


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai