Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak ini
disebut juga minyak menguap (volatile oil), minyak eteris (ethereal oil), atau
minyak esensial (essential oil).
Dalam tumbuhan, minyak atsiri terdapat dalam berbagai jaringan, seperti di dalam
rambut kelenjar (pada suku Labiatae), di dalam sel-sel parenkim (pada suku
Zingiberaceae dan Piperaceae) dan terkandung di dalam semua jaringan (pada suku
Coniferae).
Pada tumbuhan, minyak atsiri berperan sebagai pengusir serangga pemakan daun.
Sebaliknya minyak atsiri juga dapat berfungsi sebagai penarik serangga guna
membantu proses penyerbukan dan sebagai cadangan makanan (Gunawan &
Mulyani, 2004).
Tanaman Lada
Tumbuhan lada (P. nigrum L.) yang ada di Indonesia berasal dari Ghats-Malabar
India dan dibawa oleh koloni hindu yang pindah ke Asia Tenggara sejak 2000 tahun
silam. Tumbuhan lada ini dikenal dengan beberapa nama antara lain piper, lada,
merica, dan sakang.
Tanaman ini termasuk tumbuhan semak atau perdu dan sering kali memanjat
dengan akar-akar pelekat, berbatang kecil menjalar dan bunganya majemuk
berbentuk bulir dan menggantung.
Varietas tanaman lada tidak kurang dari 40 jenis, diantaranya adalah varietas
Cunuk, Jambi, Lampung Daun Lebar, Bangka, Kuching dan Lampung Daun Kecil.
Varietas yang banyak ditanam petani adalah varietas Lampung Daun Lebar
karena lebih banyak menghasilkan buah.
Taksonomi tumbuhan lada adalah sebagai berikut
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Piperales
Famili: Piperaceae
Genus: Piper
Spesies: Piper nigrum L.
(ditjenbun.pertanian.go.id)
Nama lain Lada hitam (Piper nigrum L.) di daerah yaitu:
1. Lada (Aceh, Batak, Lampung, Buru, dan Nias)
2. Raro (Mentawai),
3. Lado (Minangkabau),
4. Merico (Jawa),
5. Maica (Bali),
6. Ngguru (Flores),
7. Malita lo dawa (Gorontalo),
8. Marica atau barica (Sulawesi Selatan),
9. Marisan mau, leudeu pedih (Gayo)
10. Sahang (Banjarmasin, Jawa Barat),
11. Sakang (Madura)
(Rismunandar, 2003)
Persebaran Tanaman Lada
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil utama lada dan mempunyai
peranan penting dalam perdagangan lada dunia. Pasokan lada Indonesia dalam
perdagangan dunia dipenuhi dari Provinsi Bangka Belitung yaitu lada putih
dengan sebutan Muntok White Pepper dan Provinsi Lampung yaitu lada hitam
sebagai Lampung Black Pepper.
Lada merupakan jenis tanaman yang dapat dikembangkan di daerah tropis. Lada
sangat peka terhadap genangan air yang berkepanjangan, lada mulai berproduksi
pada kurun waktu 3-3,5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik, lada dapat
bertahan sampai umur 10-15 tahun (Rismunandar, 2003).
Lada putih biasanya dikonsumsi langsung dan umumnya dalam bentuk bubuk,
sedangkan lada hitam dijadikan bubuk biasanya untuk pengolahan lebih lanjut,
misalnya untuk pembuatan oleo-resin. Lada putih mempunyai harga yang relatif
lebih mahal dan mempunyai kandungan minyak atsiri yang lebih kecil dibandingkan
lada hitam (Ketaren,1985)
Pemanfaatan Lada
1. Industri makanan, minuman ringan
2. Industri kosmetik, wangi-wangian
3. Bumbu masakan
4. Sebagai bahan obat-obatan (minyak gosok) dan bahan minyak lada
(Balai Penelitian Rempah dan Obat, 1996)
Minyak Atsiri Lada
Minyak lada merupakan minyak yang bersifat mudah menguap pada suhu kamar dan
mempunyai bau seperti lada (Ketaren,1985)
Minyak lada yang dihasilkan dari penyulingan uap tidak berwarna sampai agak
kehijau-hijauan dan berbau seperti bau lada tetapi tidak terasa pedas. Rasanya
sedikit menyegarkan (fresh), panas (warm), dan berbau terpentin (teroency)
(Actender,1960)
Sebelum disuling buah lada harus dihancurkan, kemudian segera disuling. Ukuran
partikel sekitar 0,7 mm ditemukan optimal untuk penyulingan minyak lada
Penyulingan lada membutuhkan waktu 4 - 5 jam dengan rendemen mencapai 2,5 – 3%
(Risfaheri, 2012)
Komposisi Minyak Lada
Berdasarkan ISO 3061:2008 tentang minyak lada hitam (Piper nigrum L.) :
Standar Mutu Minyak Lada
Standar Mutu Minyak Lada
Kegunaan Minyak Lada
(Risfaheri, 2012)
Teknik Pengambilan Minyak Lada
Teknik Konvensional:
1) Distilasi air
2) Distilasi uap
3) Distilasi uap-air (dikukus)
Teknik Modern:
1) Supercritical Fluid Extraction (SFE)
(Risfaheri, 2012)
Distilasi Air
(Risfaheri, 2012)
Teknik Konvensional
Kelebihan Kekurangan
Biaya investasi yang relatif murah Daya ekstraksi rendah
Selektivitas rendah
Terjadinya degradasi komponen
tidak tahan panas
(Risfaheri, 2012)
Supercritical Fluid Extraction
Teknik Modern
Supercritical Fluid Extraction (SFE)
Ekstraksi minyak lada dengan metode Supercritical Fluid Extraxtion (SFE)
dengan menggunakan karbon dioksida superkritis sebagai pelarut dapat
mengeliminir kelemahan pada ekstraksi (penyulingan) minyak lada secara
konvensional. Suatu penelitian skala laboratorium untuk melihat pengaruh
parameter proses, yaitu tekanan (7,5; 10; dan 15 MPa), suhu (303, 313, dan
323oC) dan ukuran partikel (0,5 mm; 0,75 mm; dan buah utuh).
Kelebihan Kekurangan
Rendemen minyak yang dihasilkan Biaya investasi yang mahal
meningkat dengan kenaikan Diperlukan SDM yang mumpuni
tekanan atau temperatur. untuk menguasai teknologi ini
Laju ekstraksi dan rendemen
meningkat dengan ukuran partikel
menurun karena resistensi difusi
intra partikel lebih kecil untuk
ukuran partikel yang lebih kecil
karena jalur difusi lebih pendek.
(Risfaheri, 2012)
Isolasi dan Karakterisasi Minyak Atsiri Lada Hitam
(Piper nigrum L.) Asal Sajingan Kalimantan Barat
Hasil Penelitian
Lada Hitam Lada Putih Minyak Lada
• Butiran utuh • Butiran utuh • pasar dunia
(14,40-20,40 (22,70 – 26,10 (322,51 US$/kg)
US$/lb ) US$/lb)
• Bubuk lada • Bubuk lada
(13,60-15,80 (20,40 US$/lb)
US$/lb)