PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kecoa merupakan serangga yang seringkali mengganggu kenyamanan hidup manusia
dengan meninggalkan bau tidak sedap, menimbulkan alergi, mengotori dinding, buku, dan
perkakas rumah tangga serta menyebarkan berbagai patogen penyakit. Beberapa penyakit yang
ditularkan oleh kecoa diantaranya tipus, toksoplasma, asma, TBC, kolera, dan SARS
(Environmental Health Watch, 2005; Jacobs, 2013).
Menurut Amalia dan Harahap (2010), kecoa amerika (Periplaneta Americana L.), kecoa
jerman (Blatella germanica L.), dan kecoa australia (Periplaneta australasiae F.) merupakan
jenis-jenis kecoa yang sering ditemukan di lingkungan pemukiman. Kecoa amerika merupakan
jenis kecoa yang paling banyak ditemukan pada lingkungan pemukiman Indonesia.
Pengendalian kecoa dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti pengendalian secara
biologis, mekanis, kimiawi, dan dengan cara menjaga sanitasi. Cara kimiawi adalah cara yang
sering dilakukan oleh banyak masyarakat seperti dengan penyemprotan atau pengasapan
menggunakan insektisida. Namun hal yang dinilai praktis tersebut tanpa disadari dapat meracuni
penghuninya karena asap yang mengandung insektisida ini dapat 2 menyebar keseluruh ruangan
di dalam rumah. Selain itu residu yang ditinggalkan juga berbahaya bagi manusia
(Environmental Health Watch, 2005).
Oleh karena itu, perlu ditemukan cara lain yang lebih aman untuk mengatasi masalah
kecoa. Salah satu solusi yang semakin dipertimbangkan yaitu menggunakan zat pembasmi
berbahan baku alami yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, misalnya penggunaan tanaman jenis
tertentu sebagai pengusir atau penolak serangga. Senyawa tumbuhan yang diduga berfungsi
sebagai insektisida diantaranya adalah golongan sianida, saponin, tanin, flavonoid, alkaloid,
steroid, dan minyak atsiri (Kardinan, 2000).
Serai wangi mempunyai aroma yang khas dan kuat. Aroma ini diperoleh dari senyawa
citronnelal yang terkandung dalam minyak atsiri serai, aroma tersebut tidak disukai dan sangat
dihindari serangga termasuk kecoa. Senyawa citronnelal dapat digunakan sebagai insektisida
alami, memiliki racun kontak (aroma) dan dapat menyebabkan kematian (Hayakawa, 2012).
1..2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
apakah tanaman serai dapat dijadikan zat penolak alami bagi kecoa amerika dewasa?
Secara tradisional seraiwangi digunakan sebagai pembangkit cita rasa pada makanan,
minuman dan obat tradisional (Wijayakusumah, 2002). Serai wangi juga digunakan sebagai
pembangkit cita rasa yang digunakan pada saus pedas, sambel goreng, sambel petis dan saus ikan
(Oyen,1999). Dibidang industri pangan minyak serai wangi digunakan sebagai bahan tambahan
dalam minuman, permen, daging, produk daging dan lemak (Leung dan Foster,1996).
Penggunaan serai wangi kemudian berkembang, terutama dalam industri parfum yang sebagian
besar terdiri dari citral, yaitu bahan utama untuk produksi α dan β ionon, yang digunakan sebagai
bahan pewangi pada sabun, detergen, krim dan lotion (Oyen, 1999).
Sebagai obat tradisional ekstrak serai wangisering diminum untukmengobati radang
tenggorokan, radang usus, radang lambung, diare, obat kumur, sakit perut, batuk pilek dan sakit
kepala serta juga digunakan sebagaimobat gosok untuk mengobati eksema dan rematik
(Wijayakusumah, 2001 ;Leung dan Foster,1996 dan Oyen,1999). Komponen kimia dalam
minyak serai wangi cukup kompleks, namun komponen yang terpenting adalah sitronellal dan
geraniol.Kadar komponen kimia penyusun utama dalam minyak serai wangi tidak tetap, dan
tergantung pada beberapa faktor. Biasanya jika kadar geraniol tinggi maka kadar sitronellal juga
tinggi (Harris,1987). Gabungan dari komponen utama minyak serai wangi tersebut juga dikenal
sebagai total senyawa yang dapat diasetilasi serta dapat menentukan intensitas bau harum, nilai
dan harga minyak serai wangi (Wijesekara,1973). Minyak atsiri merupakan jenis minyak yang
dihasilkan dari tanaman.Minyak cenderung berbentuk cair pada suhu kamar, ini berbeda dengan
minyak hewani atau yang lebih dikenal dengan lemak yang cenderung berbentuk padat.Lemak
mengandung kolesterol, sedangkan pada minyak nabati mengandung fitosterol. Minyak lebih
mudah menguap karena kaya akan ikatan ganda dan asam lemak tidak jenuh yang menyusunnya
dibandingkan dengan lemak yang kaya akan ikatan asam lemak jenuh (Fessenden dan
Fessenden, 1997).
Minyak atsiri serai wangidapat digunakan untuk penyakit infeksi dan demam serta dapat
untuk mengatasi masalah sistem pencernaan dan membantu regenerasi jaringan penghubung
(Agusta, 2002).Daun serai wangi berfungsi sebagai peluruh kentut (karminatif), penambah nafsu
makan (stomakik), obat pasca bersalin, penurun panas, dan pereda kejang (antispasmodik)
(Kurniawati, 2010).
2.6 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka hipotesis pada penelitian ini adalah ekstrak
tanaman serai dapat menjadi zat penolak alami bagi kecoa amerika dewasa karena adanya
kandungan senyawa kimia dalam minyak atsiri serai wangi, kandungan dalam minyak atsiri serai
wangi yaitu sitronellal dan limonoid.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian minyak atsiri serai wangi terhadap kecoa. Sampel penelitian ini adalah sebanyak 9
ekor kecoa (Periplaneta americana). Yang diperoleh secara acak dengan kriteria kecoa dewasa.
Populasi pada penelitian ini adalah kecoa Amerika (Periplaneta americana) yang
diambil dari pemukiman warga di wilayah Indralaya Utara, Sumsel.Dalam proposal ini
dilakukan penelitian di Laboratorium Pendidikan Kimia Universitas Sriwijaya.
Alat : Beker gelas, corong, Kertas saring, Pipet tetes, Gelas ukur, Batang pengaduk, wadah
plastik. Aqua cup, Blender, Neraca analitik, dan wadah semprot.
Prosedur ekstraksi:
Prosedur :
Bahan : gelas plastik yang berisi kecoa dengan pemberian ekstrak serai wangi
Prosedur :
1. Gelas plastik yang berisi kecoa dengan pemberian konsentrasi ekstrak serai wangi. Lalu
melakukan pengamatan.
2. Kecoa yang tidak menunjukkan pergerakan maka di goyang –goyangkan wadah kecoa
dan sentuh kecoa dengan batang pengaduk, jika kecoa benar –benar tidak bergerak berarti
kecoa mati.
3. Menentukan lamanya waktu (menit) kecoa bergerak aktif sampai menuju respon tidak
bergerak selama jangka waktu 60 menit.
4. Menghitung jumlah kecoa yang mati dan catat hasilnya.
BAB IV
I . HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh minyak atsiri serai wangi terhadap kecoa
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil pengamatan terhadap waktu kecoa yang berhenti bergerak pada pemberian
minyak atsiri serai wangi
Dari tabel 1. diatas dapat dilihat bahwa rata-rata waktu kecoa (Periplaneta americana)
mengalami respon tidak bergerak adalah 22.15 menit. Sedangkan pada (kontrol) didapatkan hasil
rata-rata waktu yaitu 60 menit.
II. PEMBAHASAN
Pada penelitian ini didapatkan hasil rata-rata waktu kecoa yang berhenti adalah 22.15
menit. Semakin tinggi volume penyemprotan minyak atsiri serai wangi maka semakin banyak
kandungan limonoid yang terkandung dalam ekstrak tersebut. Jika semakin banyak senyawa
limonoid yang termakan oleh serangga maka akan menyebabkan serangga mati lebih cepat.
Faktor lain yang mempengaruhi kematian kecoa yaitu perlakuan metode semprot,kondisi kecoa
dan pelarut yang digunakan. Adanya pengaruh minyak atsiri serai wangi terhadap respon gerak
pada kecoa karena adanya kandungan senyawa kimia dalam minyak atsiri serai wangi,
kandungan dalam minyak atsiri serai wangi yaitu sitronellal dan limonoid.
Pada pengamatan yang dilakukan respon kecoa terhadap ekstrak serai wangi saat
disemprotkan yaitu gelisah . Setelah beberapa menit beberapa kecoa mulai menggelepar dan
terbaring. Pada pengamatan selanjutnya menunjukan respon tidak bergerak, kaki kecoa menjadi
kaku dan tidak bergerak. Hal ini dikarenakan minyak atsiri serai wangi masuk melalui kulit pada
lapisan kutikula kecoa, racun limonoid yang berpotensi sebagai pembunuh serangga. Sebagai
racun perut limonoid dapat masuk kepencernaan melalui semprotan ekstrak serai wangi yang
termakan. Insektisida akan masuk ke organ pencernaan serangga kemudian akan mengganggu
metabolisme tubuh serangga sehingga akan kekurangan energi untuk aktifitas hidupnya yang
akan mengakibatkan serangga mati. Minyak atsiri langsung menembus integumen serangga
(kutikula), trachea, atau kelenjar sensorik dan organ lain sehingga mengakibatkan tubuh
serangga kaku dan energi berkurang mengakibatkan serangga mati.
Dalam percobaan ini kecoa tidak mati secara bersamaan, hal ni dikarenakan beberapa
faktor. Salah satunya yaitu kondisi kecoa seperti ada yang masih bergerak aktif dan ada juga
yang sedikit lemah dan ada yang sangat lemah. Selain itu, faktor yang lain adalah teknik
penyemprotan ada yang langsung mengenai tubuh kecoa dan ada yang tidak mengenai tubuh
kecoa. Pelarut yang digunakan dalam percobaan ini adalah alkohol 70% . Pelarut ini digunakan
karena kesulitan dalam menemukan pelarut etanol sebesar 96%. Kepekatan dari pelarut ini
mempengaruhi juga kecepatan kematian dari kecoa tersebut, karena semakin pekat pelarut yang
digunakan maka kandungan limonoid yang terdapat dalam serai wangi akan semakin murni.
Masyarakat selama ini menggunakan obat pembasmi kecoa dengan bahan kimia, padahal
obat pembasmi kecoa yang berbahan kimia sangat berbahaya bagi pernafasan. Berdasarkan
penelitian diatas, alternatif lain yang biasa digunakan untuk membasmi kecoa yaitu serai wangi
yang dihasilkan melalui minyak atsiri serai wangi. Minyak atsiri serai wangi disemprotkan ke
kecoa yang ada dirumah, maka kecoa akan mengalami respon tidak bergerak (mati), dan aroma
serai wangi ini sangat harum sehingga tidak membuat gangguan pernafasan karena aromanya
yang bisa membuat kita relaks. Sehingga minyak atsiri serai wangi bisa digunakan sebagai
alternatif untuk pembasmi kecoa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Dari hasil penelitian pengaruh minyak atsiri serai wangi terhadap kecoa dapat diambil
kesimpulan bahwa ada pengaruh pada minyak atsiri serai wangi terhadap kecoa sebagai
insektisida alami.
2. Jenis pelarut dan konsentrasi pelarut yang digunakan mempengaruhi efektivitas ekstrak serai
wangi untuk membasmi kecoa.
3. Faktor lain yang mempengaruhi kecepatan kematian kecoa yaitu kondisi kecoa, dan cara
penyemprotan.
4. Setelah kami membandingkan hasil pengamatan kami dengan jurnal, didapatkan perbedaan
waktu matinya kecoa. Di dalam jurnal dilakukan destilasi sehingga waktu nya lebih stabil
dan cepat. Sedangkan dalam percobaan kami tanpa dilakukan destilasi dan waktu yang
dibutuhkan lama dan tidak stabil.
SARAN