Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Sereh Wangi

1. Morfologi sereh wangi (Cymbopogon nardus L.)

Sereh wangi (Cymbopogon nardus L.) merupakan tanaman

berupa rumput-rumputan tegak, dan mempunyai akar yang sangat dalam

dan kuat, batangnya tegak, membentuk rumpun. Tanaman ini dapat

tumbuh hingga tinggi 1 sampai 1,5 meter. Daunnya merupakan daun

tunggal, lengkap dan pelepah daunnya silindris, gundul, seringkali bagian

permukaan dalam berwarna merah, ujung berlidah, dengan panjang

hingga 70-80 cm dan lebar 2-5 cm (Segawa, 2007).

Tanaman sereh wangi (Cymbopogon nardus L.) dapat hidup pada

daerah yang udaranya panas maupun dingin, sampai ketinggian 1.200

meter di atas permukaan laut. Cara berkembang biaknya dengan anak

atau akarnya yang bertunas. Tanaman ini dapat dipanen setelah berumur

4-8 bulan. Panen biasanya dilakukan dengan cara memotong rumpun

didekat tanah (Soebardjo, 2010). Susunan bunga tanaman sereh wangi

bercabang, bertangkai, biasanya berwarna sama dan umumnya berwarna

putih. Sereh wangi jarang berbunga dan hanya berbunga bila sudah

cukup matang yaitu pada umur melebihi 8 bulan. Kelopak bunga

bermetamorfosis menjadi 2 kelenjar lodikula, berfungsi untuk membuka


5

bunga pada pagi hari. Benang sari berjumlah 3-6, kepala putik sepasang

berbentuk buku dengan perpanjangan berbentuk jambul (Segawa, 2007).

Minyak sereh wangi yang sering juga disebut sebagai minyak

sitronellal, merupakan minyak hasil ekstraksi dengan metode destilasi

uap dari daun dan batang tanaman Cymbopogon nardus L. Tanaman ini

merupakan tanaman asli Indonesia dan dibudidayakan serta dapat

tumbuh liar di pekarangan.

Tanaman ini memang berasal dari selatan India atau Srilanka, dan

sekarang sudah banyak tumbuh di Asia, Amerika dan Afrika (Fatimah,

2012). Cymbopogon nardus L. termasuk salah satu tanaman yang

merupakan tanaman perkebunan berdasarkan Keputusan Menteri

Pertanian No. 511 tahun 2006. Tanaman ini dari dulu dipercaya dapat

dijadikan obat dan dapat menjaga kebugaran. Ada dua jenis varietas dari

sereh wangi ini yaitu varietas Lena batu dan verietas Mahapengiri

(Fatimah, 2012).

Gambar 2.1 Tanaman sereh wangi (Cymbopogon nardus L.)


6

2. Klasifikasi tanaman

Klasifikasi tanaman sereh wangi adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisio : Spermatophyta (Tumbuhan menghasilkan bunga)

Sub Divisio : Angiospermae (Tumbuhan berbiji tertutup)

Kelas : Monocotyledoneae (Tumbuhan berkeping satu)

Ordo : Poales

Suku : Poaceae

Marga : Cymbopogon

Jenis : Cymbopogon nardus L. ex Bor

3. Khasiat sereh wangi

Sereh wangi memiliki khasiat sebagai obat sinusitis atau

gangguan pernafasan. Ekstrak minyak atsiri dapat digunakan sebagai

obat gosok. Batang umbi sereh dapat direbus dalam air hangat dan

digunakan sebagai wewangian ada bak air mandi, manfaatnya untuk

menyegarkan tubuh serta merelaksasikan otot yang tegang. Minyak yang

dihasilkan dari ekstrak sereh wangidapat digunakan untuk mengusir

nyamuk dan melindungi dari gigitan nyamuk.

Sereh wangi (Cymbopogon nardus L.) sebagai tanaman obat

tradisional, akarnya berkhasiat sebagai peluruh air seni, peluruh keringat,

peluruh dahak (obat batuk), obat kumur,dan penghangat badan. Daunnya

sebagai obat masuk angin, penambah nafsu makan, pengobatan pasca

melahirkan, penurun panas dan pereda kejang (Wibisono, 2011).


7

4. Kandungan kimia minyak atsiri sereh wangi

Minyak atsiri dari sereh wangi didapatkan dengan cara

penyulingan dari daun dan batang sereh segar dengan metode destilasi

uap dengan kandungan minyak atsirinya 0,5-1,2 % (Ginting, 2004).

Kandungan utama dari minyak atsiri yaitu sitronellal, sitronellol,

geraniol, dan sitral. Jumlah kandungan senyawa yang terkandung

berkaitan juga dengan spesies tanamannya. Jenis Cymbopogon nardus L.

memiliki kandungan sitronellal dan geraniol yang paling tinggi

(Arswendiyumna, 2006).

Komposisi kimia penyusun utama dari minyak sereh wangi

adalah golongan monoterpen, alkohol dan aldehida, sehingga minyak

atisiri memiliki sifat fisik dan kimia yang termasuk dalam kelas

alkohol.Geraniol merupakan pesenyawaan yang terdiri dari dua molekul

isopropen, sedangkan sitronellol merupakan hasil kondensasi dari

sitronellal termasuk dalam grup aldehida. Dengan kandungan minyak

seperti ini maka daya menguapnya termasuk dalam golongan cepat

sampai sedang (top to middle note). Kandungan sitronellal dansitral

memiliki potensi efek biologis sebagai analgesik,yaitu memberikan efek

menenangkan dan pengurangan rasa sakit (Desousa and Damio, 2011).

Komponen kimia dalam minyak sereh wangi cukup kompleks,

namun komponen yang paling penting adalah sitronellal dan geraniol.

Kedua komponen tersebut menentukan intensitas bau, serta harga minyak

sereh wangi. Biasanya jika kadar geraniol tinggi maka kadar sitronellal
8

juga tinggi. Menurut Suradikusumah (1989) kandungan minyak atsiri

batang sereh wangi adalah 0,4% dengan komponen utama sitronellal 66-

85%. Berdasarkan penelitian pada daun tanaman sereh wangi, ditemukan

kandungan minyak atsiri sebesar 1% dengan komponen utama sitronellal

dan geraniol. Terdapat sebelas komponen dari minyak sereh yang dapat

diidentifikasi dengan analisis kromatografi gas dan spektrometri massa.

Komponen-komponen tersebut adalah α-pinen, limonen, linalool,

sitronellal, sitronellol, geraniol, sitronelil asetat, ß-kariofilen, geranil

asetat, dkadinen dan elemol, dengan komponen utamanya adalah

sitronellal (Budi, 1992).

Gambar 2.2 Struktur Sitronellal, Geraniol,dan Sitronellol

Komponen-komponen lain yang penting adalah geraniol dan

sitronellol yang mudah diisolasi sebagai campuran yang dikenal sebagai

“rodinol” (Sastrohamidjojo, 2004). Komposisi minyak sereh wangi

terdiri dari 30-40 komponen, yang isinya alkohol, hidrokarbon, ester,

aldehid, keton, oksida, dan terpen (Guenther, 1948).


9

B. Minyak Atsiri

Minyak atsiri merupakan minyak yang bersifat mudah menguap

(volatil) pada suhu kamar, yang biasa disebut juga minyak eteris atau

minyak esensial karena memiliki bau yang khas seperti bau tanamanya,

yang terdiri dari campuran yang mudah menguap, dengan komposisi dan

titik didih yang berbeda-beda.

Minyak atsiri mengandung campuran dari bahan-bahan hayati,

diantaranya adalah aldehid, keton, alkohol,ester dan terpen (Robinson,

1995). Setiap substansi yang dapat menguap memiliki titik didih dan

tekanan uap tertentu dan dalam hal ini Sitronellal Geraniol Sitronellol

dipengaruhi oleh suhu. Pada umumnya tekanan uap yang rendah dimiliki

oleh persenyawaan yang memiliki titik didih tinggi (Guenther, 1948).

Dalam keadaan murni minyak atsiri tidak berwarna, akan tetapi

penyimpanan dalam waktu yang lama dapat teroksidasi dan membentuk

resin sehingga warnanya akan menjadi semakin gelap. Upaya yang

dilakukan untuk mencegah terjadinya perubahan warna pada minyak atsiri

adalah dengan menyimpan minyak atsiri pada botol gelas berwarna gelap

dan tertutup rapat serta diusahakan agar botol terisi penuh agar tidak

terjadi interaksi langsung dengan oksigen. Penguapan minyak atsiri akan

semakin banyak seiring dengan kenaikan suhu (Gunawan & Mulyani,

2004).

Minyak atsiri juga merupakan metabolit sekunder pada tumbuhan

tingkat tinggi yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar
10

tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing

dengan tumbuhan lain dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun

hewan kadang-kadang juga mengeluarkan bau-bauan, zat-zat itu tidak

digolongkan sebagai minyak atsiri. Beberapa dari jenis minyak atsiri dapat

digunakan sebagai aromaterapi dan sebagian digunakan sebagai bahan

obat herbal, diantaranya adalah sebagai obat antiseptik, analgetik,

antibakteri dan sebagai obat antiradang (Heyne, 1987).

Secara kimia, minyak atsiri bukan merupakan senyawa tunggal

tetapi tersusun dari berbagai macam komponen yang tergolong dalam

kelompok terpenoid dan fenilpropanoid. Komponen kimia minyak atsiri

dibagi menjadi dua golongan yaitu hidrokarbon dan hidrokarbon

teroksigenasi. Penyusun utama dari hidrokarbon adalah persenyawaan

terpen (Tyler, 1976).

Terpenoid merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh, dan unit

terkecil yang terdapat didalam terpenoid disebut isopren (C5H8). Satuan

isopren umumnya tersusun dalam suatu urutan dari kepala ke ekor, yaitu

ujung yang bercabang dari satu satuan isopren dihubungkan dengan ujung

yang tidak bercabang dari satuan isoprenyang lain. Berikut adalah

kerangka dasar dari suatu isopren :

Gambar 2.3 Kerangka Dasar Unit Isopren (C5)


11

Unit isoprene diturunkan dari metabolisme asam asetat oleh jalur

asam mevalonat (MVA). Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:

Gambar 2.4 Biosintesis Senyawa Terpenoid (Geissman,1969)

Dua asetil CoA bereaksi menjadi asetoasetil CoA, kemudian

bereaksi lagi dengan asetil CoA sehingga menghasilkan β-hidroksi-β-

metilglutaril CoA, Kemudian direduksi oleh enzim β-hidroksi-β-


12

metilglutaril CoA dengan bantuan NADPH menjadi asam mevaldik

tiohemiasetal. Terjadi pemutusan asetil CoA dan reaksi oksidasi

sehinggaasam mevaldik tiohemiasetal menjadi asam mevaldik dan

direduksi oleh NADPH menjadi asam mevalonat. Asam mevalonat

menjadi isopentenil pirofosfat (IPP) karena terjadi reaksi dengan adenine

triposfat (ATP) dan pemutusan CO2. Adanya enzim isomerase dapat

merubah IPP menjadi dimetilalil pirofospat (DMAPP) dengan reaksi yang

berlangsung secara bolakbalik. DMAPP dapat menjadi isoprene dengan

pelepasan gugus OPP namun jika DMAPP bereaksi dengan IPP akan

membentuk geranil piroposfat.

Golongan terpen minyak atsiri yang kedua adalah seskuiterpen

yang berasal dari tiga satuan isopren (15 atom karbon). Monoterpen dan

seskuiterpen terdapat sebagai komponen minyak atsiri yang tersuling uap

dan beperan penting dalam α-Mirsen Limonen α-Pinen Linalool memberi

aroma pada buah dan bunga. Seskuiterpen dipilah berdasarkan kerangka

karbon dasarnya, yang umum adalah asiklik, monosiklik dan bisiklik.

Seskuiterpen memiliki titik didih diatas 200ᵒC. Contoh golongan senyawa

seskuiterpen yaitu farnesol (asiklik), bisabolena (monosiklik), dan karatol

(bisiklik) dengan struktur sebagai berikut :


13

Gambar 2.6 Contoh Struktur Senyawa Golongan Seskuiterpen

Berdasarkan fungsinya, minyak atsiri (monoterpen dan

seskuiterpen) banyak digunakan sebagai pewangi, misalnya pada industri

parfum dan untuk penyedap masakan. Beberapa jenis minyak atsiri dapat

digunakan sebagai antiseptik internal atau eksternal, bahan analgesik, anti

zimatik, sedatif, stimulan, untuk obat sakit perut, dan juga obat cacing.

Bagi tanamannya sendiri, minyak atsiri digunakan sebagai penolak

serangga, sehingga mencegah rusaknya bunga dan daun. Pada beberapa

tumbuhan, minyak atsiri berfungsi sebagai penarik serangga yang

membantu dalam penyerbukan pada bunga.

1. Sifat Fisika Minyak Atsiri

Seperti bahan-bahan lain yang memiliki sifat fisik, minyak

atsiri juga memiliki sifat fisik yang bisa di ketahui melalui beberapa

pengujian. Sifat fisik dari setiap minyak atsiri berbeda satu sama lain.

Sifat fisik terpenting dari minyak atsiri adalah dapat menguap pada

suhu kamar sehingga sangat berpengaruh dalam menentukan metode

analisis yang dapat digunakan untuk menentukan komponen kimia

dan komposisinya dalam minyak asal. Sifat-sifat fisika minyak atsiri,


14

yaitu : bau yang karakteristik, bobot jenis, indeks bias yang tinggi,

bersifat optis aktif.

2. Bau yang karakteristik

Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari jaringan

tanaman tertentu, seperti akar, batang, kulit, bunga, daun, biji dan

rimpang. Minyak ini bersifat mudah menguap pada suhu kamar (25 0C)

tanpa mengalami dekomposisi dan berbau wangi sesuai dengan

tanaman penghasilnya, serta umumnya larut dalam pelarut organik

tetapi tidak larut dalam air (Gunther, 1990).

3. Kelarutan Dalam Alkohol

Kelarutan dalam alkohol merupakan nilai perbandingan

banyaknya minyak atsiri yang larut sempurna dengan pelarut alkohol.

Setiap minyak atsiri mempunyai nilai kelarutan dalam alkohol yang

spesifik, sehingga sifat ini bisa digunakan untuk menentukan suatu

kemurnian minyak atsiri.

Minyak atsiri banyak yang mudah larut dalam etanol dan

jarang yang larutdalam air, sehingga kelarutannya mudah diketahui

dengan menggunakan etanol pada berbagai tingkat konsentrasi. Untuk

menentukan kelarutan minyak atsiri jugatergantung pada kecepatan

daya larut dan kualitas minyak atsiri tersebut. Kelarutan minyak juga

dapat berubah karena lamanya penyimpanan. Hal ini disebabkan

karena proses polimerisasi menurunkan daya kelarutan, sehingga

untuk melarutkannya diperlukan konsentrasi etanol yang tinggi.


15

Kondisi penyimpanan kurang baik dapat mempercepat polimerisasi

diantaranya cahaya,udara, dan adanya air bisa menimbulkan pengaruh

yang tidak baik.

Minyak atsiri mempunyai sifat yang larut dalam pelarut

organik dan tidak larut dalam air. Berikut adalah hasil pengujian

tingkat kelarutan minyak dalam alkohol yang dipengaruhi oleh semua

faktor perlakuan dan kombinasinya.

Uji BNJ terhadap pengaruh susunan bahan menunjukkan

bahwa susunan bahan bertingkat (A1) menghasilkan minyak minyak

yang secara nyata lebih mudah larut dalam alkohol, dibanding susunan

tidak bertingkat (A0) (Gambar 8). Tingkat kelarutan minyak dalam

alkohol dipengaruhi oleh jenis dan konsentrasi senyawa yang

dikandungnya. Menurut Heath (1978), minyak atsiri yang konsentrasi

senyawa terpennya tinggi, sukar larut; sedangkan yang banyak

mengandung senyawa terpen-o mudah larut dalam etanol. Dalam

penyulingan bertingkat, uap panas lebih mudah dan cepat menembus

bahan yang susunannya tidak padat dibanding susunan tidak

bertingkat, sehingga senyawa terpen-o yang titik didihnya lebih

rendah, lebih banyak terdapat dalam minyak sehingga minyaknya

mudah larut dalam alkohol. Uji BNJ pengaruh ukuran bahan

menunjukkan bahwa minyak dari bahan berukuran besar (B2) secara

sangat nyata lebih sukar larut dalam alkohol dibanding ukuran kecil

(B0) dan sedang (B1) (Gambar 9). Bahan yang berukuran lebih besar,
16

lebih sukar diuapkan minyak atsirinya sehingga senyawa fraksi berat

dalam minyak seperti seskuiterpen akan terpolimerisasi akibat

pengaruh panas terus menerus dalam penyulingan dan polimer yang

terbentuk tidak dapat diuapkan. Kondisi tersebut mengakibatkan

komposisi terpen-o dalam minyaknya lebih rendah sehingga

minyaknya sukar larut dalam alkohol.

Uji BNJ terhadap lama penyulingan menunjukkan bahwa

minyak yang dihasilkan dari penyulingan 6 jam lebih sukar larut

dibanding penyulingan 4 jam. Semakin lama penyulingan maka

senyawa fraksi-fraksi berat dalam minyak akan lebih banyak sehingga

kelarutannya dalam alkohol semakin rendah. Kombinasi perlakuan

yang menghasilkan minyak yang lebih mudah larut dalam alkohol

dengan nisbah volume alkohol dan minyak 1,25:1 adalah A1B1C0,

yaitu perlakuan susunan bahan bertingkat, ukuran bahan sedang dan

lama penyulingan 4 jam. Menurut standar EOA (1970), kelarutan

minyak dalam etanol 70% adalah dalam nisbah volume alkohol

dengan minyak sebesar 3:1 atau lebih.

4. Warna

Sesuai dengan SNI 06-2385-2006, minyak atsiri berwarna

kuning muda hingga coklat kemerahan, namun setelah dilakukan

penyimpanan minyak berubah warna menjadi kuning tua hingga

coklat muda. Guenther (1990) mengatakan bahwa minyak akan


17

berwarna gelap oleh aging, bau dan flavornya tipikal rempah,

aromatik tinggi, kuat dan tahan lama.

C. Teknik Isolasi Minyak Atsiri dengan Metode Distilasi Uap

Minyak atsiri umumnya diperoleh dengan cara distilasi uap dari

bagian tanaman yang mengandung minyak atsiri. Distilasi uap

merupakan metode yang lebih efisien dalam memperoleh minyak yang

memiliki titik didih yang tinggi dan bahan yang keras seperti batang dan

kulit batang. Distilasi uap adalah suatu metode pemisahan bahan kimia

berdasarkan perbedaan kecepatan menguap atau volatilitas bahan.

Komponen yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih

dahulu (Sastrohamidjojo, 2004).

Prinsip dasar distilasi uap adalah mendistilasi campuran senyawa

di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya. Selain

itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam

air. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak beberapa produk

alam seperti minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi

minyak essensial dari sereh wangi. Salah satu keuntungan isolasi minyak

atsiri dengan menggunakan destilasi uap diantaranya penetrasi uap ke

dalam sel-sel tanaman cukup baik dan membagi uaplebih merata ke

seluruh bagian ketel. Selama proses destilasi berlangsung, uap air masuk

menembus jaringan material dan melarutkan minyak yang ada didalam

sel. Uap air menembus dengan cara osmosis yang mengakibatkan

pembengkakan membran dan akhirnya minyak sampai pada permukaan.


18

Minyak langsung diuapkan bersama-sama dengan uap air. Proses ini

berlangsung terus menerus sampai akhirnya semua minyak yang ada di

dalam sel keluar (Sudjadi, 1992).

Anda mungkin juga menyukai