PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi sumber daya
alam yang besar, antara lain pada rempah-rempahnya. Bahkan Indonesia adalah salah
satu negara pengeskpor rempah-rempah terbesar di dunia. Rempah-rempah merupakan
jenis tumbuhan dengan aroma dan rasa yang kuat yang sering dimanfaatkan menjadi
bumbu dapur. Selain itu rempah-rempah juga banyak digunakan untuk bahan dasar
kosmetik maupun obat-obatan. Karena banyaknya manfaat, tidak heran rempah-
rempah menjadi salah satu komoditas dengan nilai ekonomis yang tinggi. Bahkan, pada
saat zaman penjajahan, salah satu alasan utama para penjajah melakukan eksplorasi di
Indonesia adalah untuk mengambil dan memanfaatklan rempah-rempahnya.
Salah satu rempah-rempah yang memiliki banyak manfaat yaitu ketumbar
(Coriandrum sativum L.). Ketumbar sendiri sudah banyak digunakan sejak dahulu
karena ketersediaan dan manfaatnya yang banyak. Ketumbar disebut-sebut bisa
menjadi antidiabetes, stimulan, bahkan dapat digunakan untuk memperlancar
pengaturan gas tubuh. Banyak orang yang mengambil manfaat dari ketumbar dengan
mengonsumsi minyak atsirinya.
Ketumbar mempunyai kandungan minyak atsiri sekitar 0,4 – 1,1%. Di dalam
ketumbar mengandung hidrokarbon berjumlah sekitar 20%. Komposisi minyak
ketumbar dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Kimia minyak ketumbar.
No. Komponen Jumlah (%)
1. Hidrokarbon, terdiri dari: 20
d-α-pinen
dl-α-pinen
β-pinen
dipenten p-simen
α-terpinen
dan γ-terpinen
terpinolen
dan fellandren
(Guenther, 1990)
Pengambilan minyak ketumbar bisa dilakukan dengan metode ekstraksi.
Ekstraksi dilakukan untuk mengambil satu atau lebih komponen dari suatu bahan.
Metode ekstraksi mengandalkan sifat kelarutan dari senyawa yang akan diekstrasi
terhadap pelarut yang digunakan.
1.2.Tujuan Penelitian
1. Mempelajari proses ekstraksi minyak atsiri dari biji ketumbar.
2. Mengetahui konsentrasi pelarut untuk menghasilkan minyak atsiri yang
optimum.
3. Mengetahui waktu ekstraksi minyak atsiri dari biji ketumbar yang
optimum.
1.3.Rumusan Masalah
1. Berapa konsentrasi pelarut yang optimum untuk mengekstraksi minyak
atsiri dari biji ketumbar?
2. Berapa waktu terbaik untuk mengekstraksi minyak atsiri dari biji ketumbar
yang optimum?
1.4.Batasan Masalah
1. Ketumbar didapat dari
1.6. Hipotesis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biji Ketumbar dan kandungannya
1. Ketumbar
Tanaman ketumbar (Coriandrum sativum Linn) diduga berasal dari sekitar Laut
Tengah dan Pegunungan Kaukasus di Timur Tengah. Di Indonesia, tanaman ketumbar belum
dibudidayakan secara intensif dalam skala luas, penanaman hanya terbatas pada lahan
pekarangan dengan sistem tumpangsari dan jarang secara monokultur. Tanaman ketumbar
(Coriandrum sativum Linn) diduga berasal dari sekitar Laut Tengah dan Pegunungan
Kaukasus di Timur Tengah.
Biji ketumbar (Coriandrum sativum L) juga merupakan salah satu jenis tanaman
bumbu-bumbuan yang sejak lama digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia sebagai obat
atau untuk meningkatkan cita rasa bahan pangan (Purseglove et al., 1981). Zat yang
terkandung pada minyak atsiri selain fenol adalah flavonoid. Flavonoid bersifat antibakteri
dan antioksidan (Wangensteen et al., 2004), mampu meningkatkan kerja sistem imun
karena leukosit sebagai pemakan benda asing lebih cepat dihasilkan dan sistem limfa lebih
cepat diaktifkan (Angka, 2004). Beberapa tipe senyawa flavonoid yang terdapat di dalam biji
ketumbar adalah kuersetin, asam ferulat, rutin, koumarat, asam proto katekuat dan asam
vanilat. Tipe-tipe tersebut merupakan derivat dari asam sinamat dan flavonol.
Biji ketumbar juga mengandung berbagai macam mineral. Mineral yang banyak
terkandung pada biji ketumbar adalah kalsium, fosfor, magnesium, potasium, dan besi.
Kalsium selain berperan sebagai mineral tulang, juga berperan menjaga tekanan darah agar
tetap normal. Mineral fosfor berperan dalam pembentukan dan 6 pertumbuhan tulang.
Fosfor juga berperan dalam menjaga keseimbangan asam dan basa tubuh. Magnesium
merupakan mineral yang berperan dalam metabolisme kalsium dan potasium, serta
membantu kerja enzim dalam metabolisme energi. Potasium membantu keseimbangan
cairan elektrolit dalam tubuh. Besi merupakan mineral yang dibutuhkan dalam
pembentukan sel darah merah, hemoglobin, dan mioglobin otot (Fauci et al., 2008;
Astawan, 2009).
Minyak atsiri merupakan suatu produk alam yang banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam obat-obatan, rokok, kosmetika, bahan pewangi, farmasi,
aroma makanan dan minuman, permen, aromaterapi, bahan pengawet maupun sebagai
bahan pestisida (Narpati, 2000). Di Indonesia terdapat kurang lebih 50 jenis tanaman yang
mengandung minyak atsiri, namun baru 14 jenis tanaman yang sudah diusahakan secara
komersial dan menjadi komoditas ekspor antara lain minyak nilam, minyak seraiwangi,
minyak akarwangi, minyak kenanga, minyak 7 cendana, minyak pala, minyak daun cengkeh,
minyak kayu putih (Rusli, 2002). Salah satu minyak atsiri yang dapat dikembangkan adalah
minyak
Setiap minyak atsiri mempunyai sifat-sifat yang berbeda antar satu dengan yang
lainnya. Sifat khas suatu minyak atsiri dibentuk oleh komposisi senyawasenyawa kimia yang
dikandungnya dan biasanya dinyatakan dalam sifat organoleptik dan sifat fisika kimia. Sifat
organoleptik minyak atsiri dinyatakan dengan warna dan aroma, sedangkan sifat fisika kimia
meliputi berat jenis, indeks bias, putaran optik, bilangan asam dan kelarutan dalam etanol
70 %, bilangan asam, bilangan ester, serta komposisi senyawa kimia yang dikandungnya
dapat dijadikan kriteria untuk menentukan tingkat mutu dari minyak. Sifat kimia
menyatakan jumlah atau besaran kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam minyak
atsiri tersebut (Guenther, 1987). Nilai-nilai sifat fisika kimia minyak atsiri merupakan
gambaran umum minyak atsiri. Nilai-nilai tersebut digunakan sebagai patokan dalam
perdagangan, baik di dalam negeri (Standar Nasional Indonesia) maupun Internasional
(Standar Internasional). Sifat fisika kimia minyak ketumbar dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Sifat Fisika Kimia Minyak Ketumbar
Karakteristik Nilai
0,870-0,885, biasanya tidak lebih
Berat jenis, pada 15o C dari 0,878
Putaran optic +800’ sampai +13oO’
Indeks bias pada 20o C 1,463 - 1,471
Bilangan asam, maks 5,0
Bilangan ester 3,0 - 22,7
Kelarutan dalam alkohol 70%
pada suhu 20o C larut dalam 2-3 volume
Sumber : Guenther (1952) dalam Ketaren, 1985
2.2. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses dimana satu atau lebih komponen dipisahkan secara
selektif dari sebuah cairan atau padatan menggunakan pelarut yang tidak dapat larut.
Proses pemisahan tersebut bergantung pada kelarutan dari tiap komponen. Dari proses
ekstraksi akan menghasilkan dua fase, yaitu fase ekstrak dan fase rafinat. Setelah itu
untuk regenerasi pelarut, perlu dilakukan langkan pemisahan lain, misalnya distilasi.
(ETH Zurich, 2014)
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi
yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Secara garis besar, proses
pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar yaitu :
1. Penambahan sejumlah massa pelarut untuk dikontakkan dengan sampel,
biasanya melalui proses difusi.
2. Zat terlarut akan terpisah dari sampel dan larut oleh pelarut membentuk
fase ekstrak.
3. Pemisahan fase ekstrak dengan sampel
(Wilson, et al., 2000)
Ekstraksi adalah penarikan suatu zat aktif dari suatu padatan atau cairan
menggunakan sebuah pelarut. Pelarut yang digunakan tidak larut atau hanya larut
sebagian dengan padatan atau cairan tersebut. Karena terjadi kontak intensif, zat aktif
akan berpindah dari padatan atau cairan (rafinat) ke pelarut (ekstrak). Setelah berpindah
ke pelarut, dua fase akan berpisah baik oleh gaya gravitasi atau gaya sentrifugal. Untuk
pemurnian zat aktif dapat dilakukan dengan proses pemisahan lebih lanjut.
Berdasarkan fasenya, ekstraksi dibedakan menjadi dua:
1. Ekstraksi padat – cair
2. Ekstraksi cair – cair
Ekstraksi gas – cair disebut absorpsi.
(Gamse, tanpa tahun)
2.4. Pelarut
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas,
yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan
sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia
organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik. Pelarut biasanya
memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap, meninggalkan substansi terlarut
yang didapatkan. Untuk membedakan antara pelarut dengan zat yang dilarutkan,
pelarut biasanya terdapat dalam jumlah yang lebih besar.
Sebagian besar reaksi kimia secara luas dilakukan di dalam larutan. Larutan
terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut (solvent) pada umumnya
adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar, sedangkan zat lainnya
dianggap sebagai zat terlarut (solute). Pelarut memenuhi beberapa fungsi dalam reaksi
kimia, dimana pelarut melarutkan reaktan dan reagen agar keduanya bercampur,
sehingga hal ini akan memudahkan penggabungan antara reaktan dan reagen yang
seharusnya terjadi agar dapat merubah reaktan menjadi produk. Pelarut juga bertindak
sebagai kontrol suhu, salah satunya untuk meningkatkan energi dari tubrukan partikel
sehingga partikel-partikel tersebut dapat bereaksi lebih cepat, atau untuk menyerap
panas yang dihasilkan selama reaksi eksotermik.
(Rahayu, 2017)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Bahan dan Alat
1. Bahan
• Biji ketumbar
• Etanol
• Aquadest
2. Rangkaian Alat
1. Motor pengaduk
2. Pengaduk mekanik
3. Pendingin balik
4. Thermometer
5. Labu leher tiga
6. Waterbath
7. Statif
1. Pemanas
2. Labu destilasi
3. Keluaran air pendingin
4. Masukan air pendingin
5. Kondensor
6. Erlenmeyer
7. Klem
8. Statif
1. persiapan bahan
Dicuci
Dibersihkan
Dijemur
Diblender
Etanol Ekstraksi
Penyaringan Ampas
Filtrat
b) Kadar minyak
sampel dan kertas saring masing masing ditimbang beratnya. Kemudian sampel
dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam tabung ekstraksi Soxhlet.
Labu ekstraksi diisi dengan etanol sebanyak 350 ml. Alat Soxhlet dipassang pada
pemanas dan dihidupkan. Pendingin balik dialirkan. Proses ini dihentikan setelah
tercapai 40 kali recycle. Etanol yang telah mengandung ekstrak minyak kemudian
didistilasi untuk diambil etanolnya. Ekstrak minyak dimasukkan ke dalam oven untuk
menguapkan sisa etanol pada suhu 100-105 C. Selanjutnya didinginkan dalam
eksikator dan ditimbang. Pemanas dan pendingin dilakukan berulang ulang sampai
diperoleh berat konstan
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
Kadar minyak = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 100 %
ETH Zurich. 2014. Practica in Process Engineering II. Zurich: IPE Separation
Process laboratory
Wilson I D, Michael C, Colin F P, Edward R A. 2000. Encyclopedia of Separation
Science. Academic Press.
Gmase, Thomas. Extraction, Liquid – Liquid Extraction, Solid – Liquid Extraction,
High Pressure Extraction. Graz : Department of Chemical Engineering and
Environmental Technology Graz University of Technology
Kusuma, Kurnia Arifiani. 2017. Leaching (Ekstraksi Padat-Cair).
https://kupdf.net/download/leaching-ekstraksi-padat-cair-
repaired_5a070f4ce2b6f51148c0e653_pdf [21 November 2019]
Indradjaja, Suryadi. 2017. Leaching (Ekstraksi Padat Cair).
https://docplayer.info/43823621-Leaching-ekstraksi-padat-cair.html [21 November
2019]
Almohsin, Mohammad. (Liquid-Solid) Leaching.
https://www.academia.edu/24808088/_Liquid-Solid_Leaching [21 November 2019]
Anonim. 2015. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi.
https://dokumen.tips/download/link/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-ekstraksi [21
November 2019]
Rahayu, Siti. 2017. Isolasi Pektin dari Kulit Pepaya (Carica Papaya L.) dengan
Metode Refluks Menggunakan Pelarut HCl Encer. Palembang: Politeknik Negeri
Sriwijaya.