Anda di halaman 1dari 26

MINYAK ATSIRI

(JAHE)
OLEH :
YUANITA INDRIASARI
MINYAK ATSIRI (ESSENTIAL OIL)
• Minyak atsiri (essential oil) adalah produk aromatik
yang tersusun dari senyawa kimiawi kompleks,
dihasilkan dari bahan baku berbasis tanaman
menggunakan berbagai metode seperti water
vapour extraction, dry distillation atau menggunakan
proses mekanis yang disesuaikan tanpa pemanasan.
• Minyak atsiri dipisahkan dari fase larutan (campuran
air + minyak atsiri) dengan metode fisik yang tidak
mengakibatkan perubahan komposisi secara
signifikan.
• Jumlah total kandungan minyak atsiri pada
tanaman sangat kecil dan sangat jarang yang
mencapai 1% (Bowles, 2003), tetapi pada beberapa
tanaman tertentu dapat mencapai 10% seperti clove
(Syzygium aromaticum) dan nutmeg (Myristica
fragrans).
• Minyak atsiri adalah senyawa hidrofobik, larut pada
alkohol, non-polar/kepolaran lemah, larut pada
lemak dan minyak, tidak berwarna atau kuning
pucat (kecuali minyak atsiri tanaman chamomile
berwarna biru), sebagian besar berbentuk larutan
dan memiliki berat jenis lebih rendah dari air
(kecuali sassafras, vetiver, cinnamon dan clove)
(Gupta et al., 2010; Martín et al., 2010).
• Minyak atsiri adalah gabungan yang sangat kompleks dari
komponen-komponen volatil, sebagian besar terdiri dari
20-60 komponen individual, dan minyak atsiri lainnya ada
yang tersusun atas lebih dari 100 komponen yang berbeda
seperti minyak atsiri dari melati, jeruk dan kayu manis
(Miguel, 2010; Sell, 2006; Skaltsa et al., 2003; Thormar,
2011).
• Komponen volatil utama yang ada yaitu golongan
hidrocarbon (pinene, limonene, bisabolene), alkohol
(linalol, santalol), asam (benzoic acid, geranic acid),
aldehid (citral), aldehid bentuk siklik (cuminal), keton
(camphor), lakton (bergaptene), fenol (eugenol), eter
fenolic (anethole), oksida (1,8 cineole) dan ester (geranyl
acetate).
• Komposisi aromatik dan kimiawi dari minyak atsiri
beragam tergantung geo-klimatik dari tempatnya dan
kondisi tempat tumbuh (jenis tanah, iklim, ketinggian
dan ketersediaan air), musim (sebelum atau sesudah
terbentuknya bunga), serta waktu ketika panen.
• Faktor lain yang mempengaruhi yaitu faktor genetik
dari tanaman tersebut. Faktor genetik ini akan
mempengaruhi struktur biokimia dari minyak atsiri
pada tanaman.
• Tanaman yang berasal dari spesies yang sama dapat
menghasilkan minyak atsiri yang serupa tetapi
berbeda komposisi biokimianya sehingga manfaat
pengobatannya berbeda.
Perbedaan komposisi biokimia ini memunculkan dugaan
tentang chemotype, dimana yang dimaksud adalah
tanaman yang memiliki spesies yang sama tetapi dapat
memproduksi senyawa metabolit sekunder dengan
komposisi kimiawi yang berbeda.
PRODUKSI MINYAK ATSIRI
• Minyak atsiri yang ada di dalam sel tanaman
dibebaskan menggunakan panas dan tekanan
dari beberapa bagian tanaman seperti daun,
kelopak bunga, buah, rumput, akar, kayu, getah
dan bunga.
• Proses ekstraksi minyak atsiri dari bahan
tanaman dapat dilakukan dengan berbagai
metode dimana hydro-distillation, steam and
steam/water distillation adalah metode ekstraksi
yang paling umum (Bowles, 2003; Margaris et
al., 1982; Surburg & Panten, 2006).
•Metode yang lain mencakup ekstraksi dengan
pelarut, pelarutan dengan air, tekanan dalam
kondisi dingin atau panas, effleurage,
supercritical fluid extraction dan phytonic
process.
•Metode terakhir yang baru dikembangkan
adalah refrigerant hydroflurocarbons solvent
pada suhu rendah (di bawah suhu ruang),
minyak atsiri yang dihasilkan memiliki kualitas
yang baik.
• Komposisi kimiawi dari minyak atsiri yang
dihasilkan berbeda tergantung proses
ekstraksi yang digunakan.
• Contoh : metode hydro-distillation dan steam
distillation akan menghasilkan minyak atsiri
yang kandungan terbesarnya hidrokarbon
terpen, sebaliknya jika menggunakan
metode supercritical fluid extraction akan
menghasilkan minyak atsiri yang memiliki
persentase komponen teroksidasi yang
tertinggi.
TOKSISITAS MINYAK ATSIRI
Minyak atsiri memegang peranan tertentu
dan penting pada tanaman, senyawa ini
disekresikan oleh tanaman sebagai reaksi
terhadap lingkungan dengan tujuan untuk
perlindungan (menghambat proses
germinasi pada musim dingin, memacu
pembungaan atau perlindungan terhadap
parasit, serangga atau herbivora), atau
untuk membantu proses penyerbukan
dengan menarik serangga tertentu.
• Untuk menjaga kenyamanan dan keamanan, segala
bentuk toksisitas harus dipertimbangkan dari setiap
minyak atsiri : keracunan fatal, iritasi dan sifat
korosif, sensitivitas, percutaneous absorption, efek
dari penggunaan berulang, phototoxicity,
karsinogenik, reprotoxicity dan teratogenicity.
• Pada kenyataannya hanya sedikit publikasi dan
penelitian yang berusaha menjawab pertanyaan
kompleks ini.
• Laporan akan terjadinya keracunan harus didasari
penemuan dasar adanya penetrasi minyak atsiri
pada membran percutaneous atau mucous, tetapi
jenis penelitian ini sulit untuk dilakukan.
Tingkat toksisitas minyak atsiri berbeda-beda tergantung
pada :
1. Varietas tanaman dan jenis tanah dari tempat
tumbuhnya, contoh minyak atsiri dari daun Salvia
officinalis L yang ada di Estonia lebih banyak mengandung
racun thujone dibandingkan daerah lain di Benua Eropa.
2. Periode/musim ketika tanaman/bagian tanaman tersebut
di panen.
3. Cara minyak atsiri tersebut dikonsumsi (oral, cutaneous
atau dihirup), tingkat kesehatan orang yang
mengkonsumsi, dan penggunaan bahan tambahan (aditif)
yang berhubungan dengan minyak atsiri tersebut.
4. Tergantung jenis resipiennya dan usianya (contoh :
manusia atau hewan, sudah dewasa atau anak-anak).
• Keracunan pada manusia akibat penggunaan
minyak atsiri telah diobservasi dan terdapat 5
situasi dimana manusia bisa mengalami
keracunan yaitu penggunaan pada kulit
manusia secara langsung, tidak sengaja
tertelan, penelitian klinis dari produk-produk
industri, penggunaan yang tidak sesuai (over
dosis), dan alergi/iritasi kulit.
MINYAK ATSIRI JAHE
Sejak jaman dulu jahe sering dimanfaatkan
untuk mengobati radang sendi, sakit perut,
diare dan liver. Berdasarkan pengalaman
tersebut maka penelitian lebih lanjut tentang
manfaat jahe terus dikembangkan, apalagi
jahe termasuk komoditas yang bernilai jual
tinggi sebagai bahan baku masakan yang
penting, selain itu jahe juga dipercaya dapat
meredakan flu, sakit kepala dan bahkan sakit
menstruasi (Hawkins and Ehrlich, 2007).
• Berbagai manfaat ini diduga karena beberapa
kandungan aktif yang ada pada jahe.
• Kandungan utama yang ada pada jahe adalah dari
golongan oleoresin yang sering disebut gingerols,
dimana senyawa ini diduga merupakan komponen
aktif utama yang bersifat farmalogikal.
• Jahe juga mengandung shogaol homolog yang
dibentuk dari proses dehidrasi gingerols selama
proses penyimpanan dan proses yang melibatkan
suhu tinggi.
• Kandungan lainnya yaitu gingerdiols, paradols dan
zingerone.
•Sebanyak 40 jenis senyawa antioksidan yang
teridentifikasi pada jahe (Kikuzaki & Nakatani,
1996).
•Beberapa diantaranya tahan panas dan bahkan
baru dapat dibebaskan selama proses
pemasakan, hal ini menjelaskan bahwa jahe yang
telah dimasak masih mengandung antioksidan
yang tinggi.
•Senyawa -Dehydroshogaol, -shogaol dan 1-
dehydro-gingerdione telah diteliti dan
menunjukkan potensi sebagai penghambat
sintesis nitrit oksida (NO) oleh activated
macrophages (Li et al., 2011).
Gingerol yang merupakan komponen utama
jahe, memiliki kemampuan antioksidan
mencegah autooksidasi asam linoleat dan
peroksidasi fosfolipid, juga melindungi
rusaknya sel akibat induksi dari ONOO-
(turunan NO) serta dapat melindungi DNA dari
kerusakan akibat oksidasi lipopolisakarida
terinduksi (diuji cobakan pada tikus) (Ippoushi
et al, 2007).
PASAR MINYAK ATSIRI
• Pengetahuan tentang komposisi minyak atsiri
dan pemanfaatannya sebagai pembantu
pengobatan (terapi), telah mengkontribusi
perkembangannya terhadap pembudidayaan
tanaman sumber minyak atsiri dan pasarnya.
• Meskipun hanya 100 spesies tanaman yang
terkenal karena minyak atsirinya, sebenarnya
terdapat 2000 spesies tanaman yang
terdistribusi dalam 60 famili seperti Laminaceae,
Umbelliferae dan Compositae yang dapat
menghasilkan minyak atsiri.
• Terdapat 3000 jenis minyak atsiri, dan 300
jenis diantaranya bernilai komersial tinggi
dan saat ini telah diperdagangkan secara
internasional (Baylac and Racine, 2003; Burt,
2004; Delamare et al., 2007; Sivropoulou et
al., 1995; 1996; 1997).
• Minyak atsiri digunakan pada sebagian besar
produk agroindustri dan diaplikasikan pada
berbagai produk seperti makanan, minuman,
parfum, obat-obatan dan produk kosmetik.
• Produksi minyak atsiri dunia mengalami
peningkatan tajam. Walaupun harga minyak
atsiri sangat mahal (bahan baku yang
dibutuhkan sangat banyak) tetapi produksinya
terus mengalami peningkatan.
• Diestimasikan produksi minyak atsiri dunia
beragam mulai dari 40.000-60.000 ton per
tahun, jika diuangkan maka mencapai US $ 700
juta.
• Produksi minyak atsiri dominan untuk keperluan
industri berasal dari jeruk manis, cornmint,
eucalyptus, citronela, peppermint dan lemon
(Hunter, 2009).
• Minyak atsiri yang diproduksi untuk
keperluan domestik biasanya berasal dari
lavender, chamomile, peppermint, minyak
pohon teh, eucalyptus, geranium, melati,
mawar, lemon, jeruk, rosemary, frankincense
dan sandalwood.
• Negara-negara yang mendominasi pasar
dunia dari minyak atsiri adalah Brasil, China,
USA, India, Indonesia dan Mexico. Negara
pengkonsumsi terbesar adalah USA, Eropa
(Jerman, United Kingdom dan Perancis) dan
Jepang (Djilani & Dicko, 2012).

Anda mungkin juga menyukai