Anda di halaman 1dari 4

BAB III

DASAR TEORI
2.1 Tumbuhan pala
Tanaman pala (Myristica fragrans houtt) adalah tanaman asli Indonesia yang berasal dari
pulau Banda. Tanaman ini merupakan tanaman keras yang dapat berumur panjang hingga lebih
dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah tropis, selain di Indonesia terdapat
pula di Amerika, Asia dan Afrika. Pala termasuk famili Myristicaceae yang terdiri atas 15 genus
(marga) dan 250 species (jenis). Dari 15 marga tersebut 5 marga di antaranya berada di daerah
tropis Amerika, 6 marga di tropis Afrika dan 4 marga di tropis Asia (Rismunandar 1990).
Pala dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai ekonomis dan multiguna
karena setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan dalam berbagai industri. Biji, fuli dan minyak
pala merupakan komoditas ekspor dan digunakan dalam industri makanan dan minuman. Selain
itu minyak yang berasal dari biji, fuli dan daun banyak digunakan untuk industri obat-obatan,
parfum dan kosmetik. Sampai saat ini Indonesia pemasok biji dan fuli pala terbesar ke pasar
dunia (sekitar 60%). Sebagai komoditas ekspor, pala mempunyai prospek yang baik karena
selalu dan akan selalu dibutuhkan secara kontinyu baik dalam industri makanan, minuman, obatobatan dan lain-lain. Sampai saat ini, kebutuhan dalam negeri untuk pala juga cukup tinggi.
Menurut Somaatmaja, 1984 Secara komersial biji pala dan fuli (mace) merupakan bagian
terpenting dari buah pala dan dapat dibuat menjadi berbagai produk antara lain minyak atsiri dan
oleoresin. Produk lain yang mungkin dibuat dari biji pala adalah mentega pala yaitu trimiristin
yang dapat digunakan untuk minyak makan dan industri kosmetik. Biji pala juga diketahui

memiliki aktivitas bakterisida karena adanya kandungan senyawa miristin, hidrokarbon terpen,
dan turunan fenilpropan (Kusumaningrum dkk., 2003).
2.2 Minyak Pala
Minyak pala dan fuli digunakan sebagai penambah flavor pada produk-produk berbasis
daging, pikel, saus, dan sup, serta untuk menetralkan bau yang tidak menyenangkan dari rebusan
kubis (Lewis dalam Librianto, 2004).
Dalam industri parfum, minyak pala digunakan sebagai bahan pencampur minyak wangi
dan penyegar ruangan. Biji pala bersifat karminatif (peluruh angin), stomakik, stimulan,
spasmolitik dan antiemetik (anti mual) ( Weil, dalam Nurdjannah, 2007). Menurut penelitian
Jukic et al (2006), Minyak pala juga digunakan sebagai bahan penyedap pada produk makanan
dianjurkan memakai dosis sekitar 0,08%, karena dalam dosis yang lebih tinggi dapat
menyebabkan keracunan. Minyak pala juga memiliki kemampuan lain, yaitu dapat mematikan
serangga (insektisidal), antijamur (fungisidal), dan antibakteri. Selain itu evalusi terhadap
karakteristik antioksidan dari biji pala telah diteliti oleh Jukic et al (2006)
Minyak pala merupakan minyak atsiri yang dihasil-kan melalui proses penyulingan
dengan mengguna-kan uap dari biji dan fuli yang telah masak dan kering. Metode yang dapat
digunakan untuk memperoleh minyak pala umumnya adalah dengan metode distilasi uap,
distilasi air, distilasi uap-air dan ekstraksi dengan menggunakan pelarut. Metode penyulingan
yang umum digunakan untuk memperoleh minyak pala adalah distilasi uap dengan alasan
kecepatan dan kapasitas produksi minyak. Distilasi uap untuk pengambilan minyak biji pala
dikondisikan pada tekanan di bawah atmosferik karena biji pala memiliki komponen minyak
lemak (Guenther, 1987).

Menurut Couldson dan Richadson (1968), Uap jenuh yang berasal dari cairan yang sama
sekali tidak ber-campur akan mengikuti hukum Dalton mengenai tekanan parsial, yakni tekanan
total dari suatu cam-puran adalah jumlah tekanan parsial. Tekanan parsial bersifat proposional
terhadap fraksi mol dari konstituen dalam fase uap. Jika penyulingan dengan tekanan tinggi
dapat menyebabkan kemungkinan terikutnya minyak lemak sehingga mengurangi mutu minyak
atsiri tersebut (Guenther, 1987).
Selain itu minyak pala juga dapat dihasilkan antara metode hidrodistilasi konvensional
dan microwave mengandung komponen senyawa utama yang sama seperti sabinen, limonen,
safrol, 4-terpineol, miristisin, dan 1R--pinen (Rachmi dkk, 2014).
Dalam ISO No. 3215 tahun 2002 dicantumkan bahwa komponen kimia utama atau
identitas dari minyak pala terdiri dari -pinen, -pinen, mirsen, sabinen, limonen, terpinen,
terpineol, safrol, dan miristisin. Dalam Standar Nasional Indonesia No.06-2388 tahun 2006,
mutu minyak pala Indonesia antara lain ditentukan oleh kandungan miristisin minimum sebesar
10% (SNI, 2006).
Tabel 1. Persyarata mutu minyak pala berdasarkan SNI 06-2388-2006
No

Jenis Uji

Satua

Persyaratan

Keadaan

n
-

1.1

Warna

Tidak bewarna-Kuning pucat

1.2
2
3
4

Bau
Bobot jenis 20o/20oC
Indeks bias (nD20)
Kelarutan dalam ethanol 90% pada suhu

Khas Minyak pala


0,880-0,910
1,470-1,479
1:3 jernih, seterusnya jernih

5
6
7

20oC
Putaran Optic
Sisa Penguapan
Miristisin

%
%

(+)8o - (+)25o
Maksimum 2,0
Minimum 10

2.3 Komponen senyawa kimia minyak pala

Anda mungkin juga menyukai