BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
c. Kandungan Kimia
Kandungan kimia yang terdapat dalam kenanga (Cananga
odorata (Lam.) Hook.f. & Thomson) antara lain minyak atsiri,
flavonoid, polifenol, dan saponin (Anonim, 2000).
Kandungan kimia yang terdapat di dalam minyak atsiri
bunga kenanga antara lain ester-ester dari asam format, asetat,
valerat, benzoat. Terpenoid, linalool, nerol, farnesol, dan
karsiofilena (Gunawan dan Mulyani, 2004).
2. Kemangi (Ocimum basilicum L.)
a. Tanaman kemangi (O. basilicum L.) termasuk ke dalam
taksonomi sebagai berikut (Backer dan Bakkuizen, 1963) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Spesies : Ocimum basillicum L.
b. Deskripsi Tanaman
Batang berkayu, segi empat, beralur dan bercabang, berbulu
dan berwarna hijau atau keunguan. Daun berwarna hijau atau
keunguan, ujung runcing, menyirip, permukaan daun agak kasar
dan berbulu. Bunga berwarna putih atau keunguan, rangkaian
bunga majemuk (tunggal). Biji berbentuk bulat telur, berwarna
cokelat-hitam (Hadipoentyanti dan Wahyuni, 2008).
c. Kandungan Kimia
Kandungan kimia yang terdapat dalam tanaman kemangi
antara lain minyak atsiri, flavonoida, tanin, dan saponin.
Sedangkan kandungan kimia yang terdapat dalam minyak atsiri
kemangi antara lain eugenol, methyl eugenol, linalool, sineol
dan geraniol (Hadipoentyanti dan Wahyuni, 2008).
B. Minyak atsiri
Minyak atsiri adalah zat berbau dalam tanaman yang disebut juga
sebagai minyak menguap, minyak eteris, atau minyak esensial karena pada
suhu biasa (suhu kamar) dan dalam udara terbuka mudah menguap.
Karena memiliki bau yang mewakili tanaman asalnya maka digunakan
istilah esensial. Dalam keadaan segar dan murni tanpa kontaminan,
minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Pada penyimpanan lama
warnanya dapat berubah menjadi lebih tua (gelap) karena teroksidasi dan
membentuk resin. Sebagai pencegahan, minyak atsiri harus di lindungi
dari pengaruh cahaya, misal disimpan dalam bejana gelas yang berwarna
gelap. Bejana tersebut juga diisi penuh sehingga tidak memungkinkan
minyak atsiri tidak berhubungan langsung dengan oksigen udara, ditutup
rapat, serta disimpan pada tempat yang kering dan sejuk (Gunawan dan
Mulyani, 2004).
Berdasarkan senyawa kimianya, minyak atsiri bukan merupakan
senyawa yang tunggal, melainkan tersusun dari berbagai komponen.
Komponen tersebut terdiri dari kelompok terpenoid dan fenil propana.
Pengelompokan tersebut berdasarkan pada awal terbentuknya minyak
atsiri dalam tanaman. Melalui asal-usul biosintetik, minyak atsiri dapat
dibedakan menjadi:
1. Turunan terpenoid, terbentuk melalui jalur biosintesis asam asetat
mevalonat
C. Penyulingan (Destilasi)
Metode destilasi merupakan metode yang lazim digunakan dalam
penyulingan minyak atsiri. Metode destilasi umumnya dilakukan terhadap
bagian tanaman yang mengandung minyak. Dasar metode ini yaitu
memanfaatkan perbedaan titik didih dari suatu campuran komponen yang
terdiri dari dua jenis cairan atau lebih (Gunawan dan Mulyani, 2004).
Beberapa metode destilasi yang umumnya digunakan yaitu metode
destilasi kering, dimana prosesnya langsung dari bahannya tanpa
menggunakan air. Metode ini paling sesuai untuk bahan tanaman yang
kering dan untuk minyak-minyak yang tahan terhadap pemanasan atau
tidak mengalami perubahan bau dan warna ketika dipanaskan, contoh
bahan yang sesuai untuk metode ini yaitu oleoresin dan copaiba.
Sedangkan metode yang kedua yaitu destilasi air, metode ini terdiri dari
destilasi air dan uap air serta destilasi uap air langsung (Gunawan dan
Mulyani, 2004).
Metode destilasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode uap
air. Metode ini dapat digunakan untuk bahan kering maupun bahan segar
dan terutama digunakan untuk minyak-minyak yang kebanyakan dapat
rusak akibat panas langsung. Seluruh bagian tanaman yang akan
digunakan dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang
bentuknya mirip dandang. Bahan tanaman ditaruh di dalam bejana bagian
atas kemudian uap air yang dihasilkan oleh air mendidih dari bawah
dandang (Gunawan dan Mulyani, 2004).
D. Repelan
Repelan merupakan bahan yang kemampuannya digunakan sebagai
penolak serangga dari manusia sehingga dapat digunakan untuk
menghindari gigitan atau gangguan serangga terhadap manusia.
Penggunaan repelan yaitu dengan cara menggosokannya pada tubuh atau
menyemprotkannya pada pakaian (Soedarto, 1989).
Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam repelan yaitu tidak
mengganggu pemakainya, tidak melekat atau lengket, memiliki bau yang
menyenangkan pemakainya dan orang di sekitarnya, tidak menimbulkan
iritasi pada kulit, tidak beracun, tidak merusak pakaian serta memiliki daya
usir terhadap serangga hendaknya bertahan cukup lama (Soedarto, 1989).
Contoh senyawa kimia yang saat ini direkomendasikan yaitu
menggunakan N,N-diethylmetatoluamide (DEET) sebagai zat aktif. DEET
merupakan repelan yang tidak berbau namun dapat menimbulkan rasa
terbakar jika mengenai membran mukosa pada tubuh, selain itu juga dapat
merusakkan benda-benda yang terbuat dari plastik maupun bahan sintetik
lainnya (Soedarto, 1989). Zat aktif tersebut jika dioleskan pada kulit atau
pakaian dapat menolak nyamuk, tungau/caplak serta artropoda lainnya
(Sembel, 2009).
E. Gel
Gel atau yang biasa disebut jeli, merupakan suatu sistem setengah
padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. Gel digolongkan sebagai sistem dua fase apabila massa gel
terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah (misalnya Gel Aluminium
Hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase
terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai
magma (misalnya Magma Bentonit). Baik gel maupun magma dapat
berupa tiksotropik, membentuk semi padat jika dibiarkan dan membentuk
cair jika digojog. Pada etiket harus tertera dikocok dahulu sebelum
digunakan (Anonim, 1995).
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba
sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan
antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat
dibuat dari makromolekul sintetik seperti karbomer atau gom alam seperti
tragakan. Gel dapat digunakan secara topikal maupun dimasukkan ke
dalam lubang tubuh (Anonim, 1995).
F. Uraian Bahan
1. Carbopol (Aqupec HV 505)
Carbopol termasuk dalam kelompok polimer asam akrilat.
Pemeriannya berupa serbuk putih, higroskopik, bersifat asam dan
mempunyai bau khas. Carbopol dapat terdispersi dalam air untuk
membentuk larutan koloidal bersifat asam. Carbopol dapat digunakan
sebagai gelling agent jika penggunaannya pada konsentrasi 0,5-2,0%
(Rowe et al., 2005). Karakteristik dari carbopol itu sendiri yaitu larut
dalam air dan alkohol, menunjukan viskositas yang tinggi pada
konsentrasi kecil, bekerja efektif pada range pH yang luas, berbentuk
cairan kental transparan (Afidah, 2008).
G. Aedes aegypti
1. Klasifikasi
Nyamuk Aedes aegypti menurut Sembel (2009) termasuk dalam
subfamili Culicinae, famili Culicidae, Ordo Diptera, Sub ordo
Nematocera, Genus Aedes dan spesies Aedes aegypti.