Anda di halaman 1dari 8

Klasifikasi botani tanaman jeruk purut (Citrus hystrix) adalah sebagai berikut:

Kigdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Keluarga : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus hystrix

Jeruk purut merupakan tumbuhan perdu yang dimanfaatkan terutama buah dan daunnya
sebagai bumbu penyedap masakan. Dalam perdagangan internasional dikenal sebagai kaffir lime,
sementara nama lainnya ma kruut (Thailand), krauch soeuch (Kamboja), 'khi 'hout (Laos), shouk-
pote (Burma), kabuyau, kulubut, kolobot (Filipina), truc (Vietnam) dan limau kuwit (Banjar).
Jeruk rempah ini termasuk ke dalam subgenus Papeda, berbeda dengan jenis jeruk pasaran lainnya,
sehingga penampilannya mudah dikenali. Tumbuhannya berbentuk pohon kecil (perdu).
Rantingnya berduri. Daun berbentuk khas, seperti dua helai yang tersusun vertikal akibat
pelekukan tepinya yang ekstrem, tebal dan permukaannya licin, agak berlapis malam.
(Wikipedia.2016)
Jeruk purut adalah salah satu anggota suku jeruk-jerukan, Rutacea, dari jenis Citrus. Nama
latinnya adalah Citrus hystrix. Buahnya tidak umum dimakan, karena tak enak rasanya. Banyak
mengandung asam dan berbau wangi agak keras. Tinggi pohonnya antara 2-12 meter. Batangnya
agak kecil, bengkok atau bersudut dan bercabang rendah. Batang yang telah tua berbentuk bulat,
berwarna hijau tua, polos atau berbintik-bintik. Daun jeruk purut berwarna hijau kekuningan dan
berbau sedap. Bentuknya bulat dengan ujung tumpul dan bertangkai. Tangkai daun bersayap lebar,
sehingga hampir menyerupai daun. Daun ini banyak dipakai untuk bumbu masakan. Buah jeruk
purut lebih kecil dari kepalan tangan, bentuknya seperti buah pir, tetapi banyak tonjolan dan
berbintil. Kulit buahnya tebal dan berwarna hijau. Buah yang matang benar berwarna sedikit
kuning. Warna daging buahnya hijau kekuningan, rasanya sangat masam dan agak pahit.
(Wikipedia.2016) Kulit buah jeruk purut memiliki komponen yang serupa dengan kulit buah jeruk
nipis, dengan komponen utama adalh limonene dan β-pinena, sedangkan minyak atsiri pada daun
jeruk purut didominasi oleh sitronelal 80 %. Namun pada kulit buah jeruk purut cenderung aroma
limonenanya dibandingkan sitronelal.
Tanaman genus citrus ini merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Minyak
atsiri yang dihasilkan oleh tanaman yang berasal dari genus ini sebagian besar mengandung
terpen, siskuiterpen alifatik, turunan hidrokarbon teroksigenasi, dan hidrokarbon aromatik.
Komposisi senyawa yang terdapat di dalam minyak atsiri yang dihasilkan dari kulit buah tanaman
berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan diantaranya adalah limonen, sitronelal, geraniol,
linalol, α-pinen, mirsen ,β-pinen, sabinen, geranil asetat, nonanal, geranial, β-kariofilen, dan α-
terpineol. (Chutia dkk. 2009)
Monoterpena merupakan salah satu senyawa penting yang dihasilkan oleh tanaman dari
genus citrus. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, beberapa monoterpen memiliki
aktivitas sebagai antitumor. Sebagai contoh, limonena yang dihasilkan dari minyak kulit jeruk
dengan persentase lebih dari 90% memiliki aktivitas kemopreventif terhadap kanker kelenjar susu,
kulit, hati dan paru-paru pada tikus. Perillil alkohol, suatu senyawa yang analog dengan limonena
terhidroksilasi, memiliki aktivitas kemopreventif terhadap kanker hati, pankreas dan usus besar
pada tikus. (Sukumar. 1991)
Tabel 1. Kandungan Senyawa dalam Minyak AtsiriKandungan minyak atsiri kulit jeruk
terdiri dari berbagai komponen sespiterpen, sesquiterpen, aldehida, ester, dan stereol. Rincian
komponen kulit jeruk adalah sebagai berikut: limonena (94%), mirsen (2%), linalool (0.5%),
oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen
(0,05%), sinsial (0,02%), dan sinensial (0,01%).
No Komponen Minyak Persentase No Komponen Minyak Persentase
Atsiri Kulit Jeruk (%) Atsiri Kulit Jeruk (%)
1 Limonena 94% 7 Neral 0,1%
2 Mirsen 2% 8 Geranial 0,1%
3 Linalol 0,5% 9 Valensen 0,05%
4 Oktanal 0,5% 10 Sintisial 0,02%
5 Dekanal 0,4% 11 Sinensial 0,01%
6 Sitronelal 0,1%
(Sumber: Hortitech, 2008)

Penelitian yang dapat di lakukan oleh Sumonrat Chanthaphon (2008) menunjukkan hasil
bahwaketika isolasi minyak atsiri kulit jeruk purut dengan menggunakan metode maserasi
memperoleh hasil rendemen sebesar 2,56%. Pada penelitian tersebut, sampel yang digunakan
berupa kulit jeruk purut kering sebanyak 500 gram yang dilarutkan dengan 2 liter etil asetat dan
diletakkan pada mesin shakerselama 8 jam.
Kandungan senyawa kimia yang dominan terdapat pada minyak atsiri kulit jeruk purut
(sesuai dengan data pada tabel 2) adalah β-pinene. Pengertian dari Beta-pinene (β-pinene) adalah
monoterpene, senyawa organik yang ditemukan di dalam tanaman. Senyawa tersebut merupakan
salah satu isomer dari pinene. Adapun isomer dari pinene yang lainnya adalah α-pinene. β-pinene
merupakan cairan yang tidak berwarna, larut dalam alkohol, tapi tidak larut dalam air. Densitas
β-pinene adalah 0.872 g/mL. (Wikipedia, 2016). Berikut adalah struktur dasar kimia β-pinene:

Biosintesis Senyawa β-pinene


-pinene dan β-pinene dapat dihasilkan dari geranyl pirofosfat, melalui siklisasi linaloyl
pirofosfat yang diikuti dengan menghilangnya proton dari setara dengan karbokation.

Sintesis Menthol Dari β-pinene


Ketika di hidrogenasi (-)-β-pinene memberi cis-Pinane sebagai produk utama. Pada
pirolisis, sistem ring tegang dijembatani dibelah untuk memberikan optik murni 2,6-dimetil-2,7-
oktadiena. Itu diubah menjadi (+) - sitronelol dengan oksidasi langsung. Olefin pertama kali
mengalami tambahan Markovnikov HCl diikuti oleh penambahan anti-Markovnikov HBr. Reaksi
solvolisis tersedia dalam campuran citronellols. Oksidasi katalitik didapatkan dari alkohol yang
tersedia (+) - sitronelal. Hal ini dapat dikonversi ke (-) – Menthol, namun produk tersebut
terkontaminasi dengan jumlah jejak (+) - Menthol yang timbul dari trans-Pinane yang dihasilkan
pada langkah pertama (Hopp, 1993)

Limonena merupakan salah satu cairan hidrokarbon yang tidak berwarna dan diklasifikasikan
sebagai senyawa siklis terpena. Umumnya, isomer dari limonena memiliki bau yang kuat dari
jeruk dan digunakan sebagai pelarut.
Sifat-sifat fisik dan kimia dari limonena dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Sifat fisika dan kimia limonena
d-Limonene l-Limonene Dipentene
CAS no. 5989-27-5 5989-54-8 138-86-3
Chemical name (R)-1-methyl-4- (S)-1-methyl-4-(1- 1-methyl-4-(1-
(1-methylethenyl) methylethenyl) methylethenyl)
cyclohexene cyclohexene cyclohexene
Empirical formula C10H16 C10H16 C10H16
Molecular weight 136,23 136,23 136,23
o
Melting point ( C) 74,35 74,35 95,9
Boilling point (oC) 175,5-176,0 175,5-176,0 175,5-176,0
Density (g/cm3 at 20 oC) 0,8411 0,8422 0,8402
Vapour pressure (Pa at 190 190 190
20 oC)
Water solubillity (mg/L 13,8 - -
o
at 25 C)
Henry’s law constant 34,8 - -
3 o
(kPa m /mol at 25 C)
(Filipsson, Falk et al. 1998)
2. Minyak Atsiri
Minyak atsiri merupakan kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada
suhu ruang. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau minyak
essensial. Minyak atsiri termasuk campuran senyawa organik mudah menguap yang diambil dari
tanaman dan tidak larut dalam air. Komponen mudah menguap pada umumnya diisolasi dari
tanaman dengan cara destilasi uap pada tekanan atmosfer. Minyak atsiri dapat diisolasi dari
bagian-bagian tumbuhan, seperti batang, kulit, buah, daun, atau bunga, namun jumlahnya hanya
merupakan bagian kecil saja (1-3%) (Chairil Anwar, 1994).Minyak ini mudah menguap pada suhu
kamar tanpa mengalami dekomposisi, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, dan
umumnya larut dalam pelarut organik (Frieda, 2004).
Dalam keadaan murni (belum tercemar oleh senyawa lain), minyak atsiri mudah menguap
pada suhu kamar; bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah menjadi
tengik (rancid); bersifat tidak stabil pada pengaruh lingkungan, baik berupa oksigen, udara, sinar
matahari dan panas; serta indeks biasnya tinggi. Pada umumnya bersifat optis aktif dan memutar
bidang polarisasi dengan rotasi yang spesifik dan tidak dapat bercampur dengan air, tetapi cukup
larut, sehingga dapat memberikan baunya kepada air walaupun kelarutannya sangat kecil.
Minyak atsiri merupakan campuran senyawa organik yang sebagian besar terdiri dari
senyawa yang mengandung atom C dan H dan disebut sebagai terpena. Jika senyawa tersebut
mengandung gugus fungsional, misalnya hidroksil, karbonil, dan lain-lainnya, maka disebut
terpenoid (Frieda, 2002). Terpenoid merupakan senyawa yang berada pada jumlah cukup besar
pada tanaman. Biosintesis terpenoid berasal dari molekul isoprena (CH2=C(CH3)-CH=CH2) dan
kerangka karbonnya dibentuk oleh dua atau lebih satuan C. Terpenoid yang terkandung dalam
minyak atsiri menimbulkan bau harum atau bau khas dari tanaman (Chairil Anwar, 1994).
Secara kimia, terpena minyak atsiri digolongkan menjadi dua bagian yaitu monoterpena (10
atom C) dan seskuiterpena (15 atom C). Beberapa contoh monoterpena antara lain geraniol,
limonena, kamfor, mentol, dan lain-lain. Yang termasuk seskuiterpena minyak atsiri antara lain γ-
bisaboleh, kariofilen, santonin, dan lain-lain. Senyawa terpena minyak atsiri juga banyak
mengandung senyawa turunan benzena seperti eugenol, koumarin, sinamaldehid, dan lain-lain.
Pada beberapa tumbuhan didapatkan minyak atsiri yang mengandung atom belerang (S) dan atom
nitrogen (N) (Chairil Anwar, 1994). Minyak atsiri termasuk produk alam yang banyak diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari keperluan minyak atsiri semakin bertambah, sesuai
dengan bertambahnya pemakaian wangi-wangian termasuk parfum dan kosmetika, obat-obatan,
dan penyedap masakan. Untuk memenuhi kebutuhan ini, sebagian besar minyak atsiri diambil dari
berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri atau minyak atsiri alami (Muderawan, 2008).
3. Isolasi Limonena
Ekstraksi merupakan suatu proses penyaringan suatu senyawa kimia dari suatu bahan alam dengan
menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat aktif dari campuran dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut
tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain (Lanang, 2003). Hal-hal yang penting diperhatikan dalam
melakukan ekstrasi yaitu pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat-sifat polaritas senyawa yang ingin
diekstraksi ataupun sesuai dengan sifat kepolaran kandungan kimia yang diduga dimiliki simplisia tersebut.
Simplisia merupakan bahan yang dikeringkan atau serbuk bahan yang akan diekstraksi. Ekstraksi bisa
dilakukan dengan berbagai metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses ekstraksi
dapat digunakan sampel dalam keadaan segar atau yang telah dikeringkan, tergantung pada sifat
tumbuhan dan senyawa yang akan diisolasi. Untuk mengekstraksi senyawa utama yang terdapat dalam
bahan tumbuhan dapat digunakan pelarut yang sesuai.

Pada percobaan ini, digunakan tektik ekstraksi padat-cair yaitu ekstraksi maserasi. Ekstraksi
maserasi adalah teknik ekstrasi dengan prinsip pencapaian kesetimbangan konsentrasi,
menggunakan pelarut yang direndamkan pada simplisia dalam suhu kamar. Pemilihan metode
ekstrasi yang digunakan adalah maserasi karena mempunyai banyak keuntungan dibandingkan
dengan metode ekstraksi lainnya. Keuntungan metode ekstraksi maserasi adalah prosedur dan
peralatan yang digunakan sederhana, dan tidak menggunakan pemanasan sehingga bahan alam
tidak terurai. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa terekstraksi, meskipun beberapa
senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut ekstraksi pada suhu kamar (Heinrich,
2004). Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk sampel dalam pelarut yang dapat melarutkan
sampel. Campuran serbuk dan pelarut kemudian diaduk untuk memaksimalkan proses pelarutan
sampai jangka waktu tertentu kemudian dilakukan penyaringan untuk memisahkan ekstrak dengan
residu (ampas).
Soxhletasi dilakukan dengan memasukkan bahan yang akan diekstrak ke dalam kantung
ekstraksi (kertas saring) di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang berada diantara labu suling
dan suatu pendingin air balik dan dihubungkan melalui pipa. Labu tersebut berisi cairan pelarut
yang mudah menguap dan bila dipanaskan akan menguap mencapai ke dalam pendingin balik
melalui pipa, pelarut ini berkondensasi di dalamnya dan menetes ke serbuk yang diekstrak. Larutan
berkumpul di dalam wadah gelas dan setelah mencapai tinggi maksimum secara otomatis ditarik
dalam labu, dengan demikian zat yang terekstrak tertimbun di dalam labu tersebut.
Destilasi merupakan teknik pemisahan yang didasari atas perbedaan perbedaan titik didik atau titik
cair dari masing-masing zat penyusun dari campuran homogen. Dalam proses destilasi sederhana terdapat
dua tahap proses yaitu tahap penguapan dan dilanjutkan dengan tahap pengembunan kembali uap
menjadi cair atau padatan. Atas dasar ini maka perangkat peralatan destilasi menggunakan alat pemanas
dan alat pendingin.
Proses destilasi sederhana diawali dengan pemanasan, sehingga zat yang memiliki titik didih
lebih rendah akan menguap. Uap tersebut bergerak menuju kondenser yaitu pendingin, proses
pendinginan terjadi karena kita mengalirkan air kedalam dinding (bagian luar condenser), sehingga
uap yang dihasilkan akan kembali cair. Proses ini berjalan terus menerus dan akhirnya kita dapat
memisahkan seluruh senyawa-senyawa yang ada dalam campuran homogen tersebut.
Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat dari campuran padatannya,
dimana zat-zat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Prinsipnya
proses ini mengacu pada perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan
zat pencampurnya. Larutan zat yang diinginkan, dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian
dikristalkan kembali dengan cara menjenuhkannya. Untuk pelarutnya yang cocok dapat dipilih
pelarut yang titik didihnya rendah untuk dapat mempermudah proses pengeringan kristal yang
terbentuk kemudian titik didih pelarut hendaknya lebih rendah daripada titik leleh zat padat yang
dilarutkan supaya zat yang akan diuraikan tidak terdisosiasi dan yang paling penting pelarut tidak
bereaksi dengam zat yang akan dilarutkan (biner), untuk lebih umumnya pelarut harus ekonomis
dan mudah didapat. Adapun syarat dari proses rekristalisasi diantaranya adalah :
 Perbedaan kelarutan cukup jauh.
 Suhu kelarutan tidak terlalu tinggi.
 Zat terlarut dan pelarut diusahakan tidak bereaksi, karena jika bereaksi masing-masing komponen
tidak dapat dipisahkan.
 Pelarut non-polar.
Dalam rekristalisasi sebelumnya telah terjadi proses kristalisasi dimana dilakukannya
pemisahan zat padat dari larutannya dengan jalan menguapkan pelarutnya, zat padat tersebut dalam
keadaan lewat jenuh akan berbentuk kristal. Selama proses kristalisasi ini hanya partikel murni
yang akan mengkristal sedangkan zat-zat yang tidak kita inginkan akan tetap berwujud cair.
4. Pelarut Organik
Pelarut organik yang digunakan pada praktikum ini adalah etilasetat, yang mana perlu diketahui
karakteristik dari pelarut ini adalah:
1. Etil Asetat
Etil asetat adalah cairan yang tidak berwarna pada suhu kamar. Etil asetat digunakan sebagai pelarut non-
polar yang murah, relatif aman, secara umum tidak reaktif, dan mudah diuapkan. Etil asetat adalah
senyawa ester dari asam organik. Di dalam skala laboratorium maupun industri, biasanya dibuat dengan
cara memanaskan etanol dengan asam asetat dengan penambahan asam sulfat sebagai katalis. Etil asetat
memiliki Titik didih 171°F (77°C) dan memiliki Titik beku -119°F (-84°C) , Etil asetat di dalam industri biasa
digunakan sebagai pelarut tinta, perekat, resin. Selain itu juga digunakan sebagai citarasa buah buatan.
Dalam sintesis organik etil asetat dapat digunakan untuk membuat etil asetoasetat. Etil asetat juga dapat
digunakan dalam proses coating plastik.

TUJUAN
1. Untuk mengetahui jumlah randemen Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix) dengan metode ekstraksi
maserasi.

METODE PENELITIAN
Pelaksanaan Percobaan ini dimulai pada bulan 29 September 2016 sampai 10 November
2016 dan dilaksanakan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA,
Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja. Praktikum pada metode maserasi dilakukan selama 6
jam. Praktikum ini menggunakan metode eksperimen menggunakan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif. Aspek kualitatifnya berlaku dalam menentukan senyawa-senyawa yang terkandung
pada minyak atsiri kulit jeruk purut dan aspek kuantitatifnya terletak pada penentuan jumlah
minyak atsiri yang didapatkan dari praktikum ini beserta rendemennya. Praktikum ini
menggunakan cara ekstraksi maserasi untuk mengisolasi limonena pada kulit jeruk purut.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam isolasi limonena dari kulit jeruk purut (Citrus hystrix) dengan metode
maserasi adalah gelas kimia 30 mL (2 buah), pengaduk magnet (1 buah), pemanas (1 buah), spatula
(2 buah), neraca elektrik (1 buah), pipet tetes (1 buah), botol kaca (1 buah), corong (1 buah),
blender (1 buah), alat destilasi sederhana (1 set), dan aluminium foil. Adapun bahan yang
digunakan selama proses isolasi adalah, Kulit jeruk Purut (50 gram), kertas saring (secukupnya),
air keran (secukupnya), dan Etil Asetat (250 mL).
Prosedur Percobaan
a. Persiapan Bahan
Metode penelitian isolasi limonena dari kulit jeruk purut (Citrus hystrix) dilakukan dengan
cara ekstraksi maserasi. Sebelum sampel kulit jeruk purut (Citrus hystrix) diekstraksi secara
maserasi, pertama-tama kulit jeruk purut (Citrus hystrix) diblender sampai diperoleh serbuk kasar
kulit jeruk purut (Citrus hystrix) yang kemudian diambil masing-masing 50 gram untuk diekstraksi
dengan metode maserasi.
b. Maserasi
Maserasi adalah teknik ekstraksi yang dilakukan dengan merendam serbuk sampel dalam
pelarut. Sampel maserasi diantaranya kulit jeruk purut (Citrus hystrix). Pelarut yang digunakan
adalah pelarut etil asetat.
1. Maserasi Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix)
Pertama-tama, botol kaca bersih yang berisi serbuk kasar kulit jeruk purut (Citrus hystrix)
sebanyak 50 gram dimasukkan ke dalam botol tadi. Setelah itu, tuangkan kembali 250 mL etil
asetat sebagai pelarutnya dan hidupkan alat shaking. Maserasi dilakukan selama 6 jam. Setelah 6
jam, saring dan pisahkan antara ekstraknya dan ampas kulit jeruk purut (Citrus hystrix). Ekstrak
kulit jeruk purut (Citrus hystrix) tersebut kemudian didestilasi menggunakan alat destilasi vakum
evaporator agar etil asetat terpisah. Setelah didestilasi, ekstrak kulit jeruk purut (Citrus hystrix)
diuapkan pelarutnya sampai terbentuk kristal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum ini digunakan metode ekstraksi maserasi untuk mendapatkan senyawa limonena
dari kulit jeruk purut (Citrus hystrix). Maserasi adalah teknik ekstraksi yang dilakukan dengan merendam
serbuk sampel dalam pelarut. Sampel maserasi diantaranya kulit jeruk Purut (Citrus hystrix). Pelarut yang
digunakan adalah pelarut etil asetat. Setelah dilakukan ektraksi dengan metode
maserasi selama 6 jam didapatkan hasil ekstrak yang berwarna hijau kehitaman. Hasil ekstrak tersebut
kemudian didestilasi dengan alat vakum evaporator sampai volumenya kurang lebih 10 mL sampai
berubah warna menjadi lebih pucat. Kemudian ditutup dengan alluminium foil lalu pada alluminium foil
dilubangi kecil-kecil. Kemudian didiamkan sampai terbentuk kristal. Kristal yang didapat kemudian
ditimbang dan didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 3. Data Kristal Metode Maserasi kulit jeruk purut (Citrus hystrix)
Jenis Kulit Berat Kulit Kristal
Metode % Rendemen Warna
Jeruk Jeruk Limonena
Kulit Jeruk Hijau
Maserasi 50 gram 9.91 gram 19.82 %
Purut Kehitaman
Untuk mengetahui rendemen yang didapatkan dari eksperimen ini dapat dilakukan perhitungan sebagai
berikut.

1. Maserasi Kulit Jeruk Purut (Citrus hystrix)


Pertama sebanyak 50 gram kulit jeruk purut (Citrus hystrix) yang direndam dalam etil asetat
sebanyak 250 mL selama 6 jam dan diaduk secara kontinyu dengan alat shaking. Setelah 6 jam
hasil ekstraksi maserasi disaring dan filtrat hasil pemisahan ini didistilasi dengan alat vakum
evaporatoruntuk memisahkan limonena dengan pelarutnya yaitu etil asetat. Etil asetat mempunyai
titik didih 770C. Filtrat hasil distilasi berwarna hijau kehitaman. Kemudian ditutup dengan kertas
aluminium foil yang dilubangi kecil-kecil sampai terbentuk kristal. Kristal yang didapatkan
sebanyak:
Limonena dari kulit jeruk purut = (Berat kristal + wadah) – Berat wadah
= 70.38 gram – 60.47 gram
= 9.91 gram
Sehingga dengan berat kristal limonena kulit jeruk purut (Citrus hystrix) yang diperoleh, dapat
menghitung rendemen dari metode maserasi dengan:

% Randemen
= 9.91 gram /50 gram x 100%
= 19.82 %
Jadi, rendemen dari hasil metode ekstraksi maserasi pada kulit jeruk purut (Citrus hystrix)
didapatkan19.82 %

KESIMPULAN

1. Pada maserasi kulit jeruk purut (Citrus hystrix) tidak terbentuk kristal, hal ini disebabkan
karena hasil ekstrak yang didapatkan kurang jenuh sehingga tidak terbentuk kristal dan
mengendap pada dasar tabung.

Anda mungkin juga menyukai