PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, ethereal oils, atau
volatile oils, adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun,
bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Minyak atsiri didefinsikan sebagai produk
hasil penyulingan dengan uap dari bagian-bagian suatu tumbuhan. Minyak atsiri dapat
mengandung puluhan atau ratusan bahan campuran yang mudah menguap (volatile) dan
bahan campuran yang tidak menguap (non-volatile), yang merupakan penyebab
karakteristik aroma dan rasanya.
Kata essential oil diambil dari kata quintessence, yang berarti bagian penting atau
perwujudan murni dari suatu material, dan pada konteks ini ditujukkan pada aroma atau
essence yang dikeluarkan oleh beberapa tumbuhan (misalnya rempah-rempah, daun-
daunan dan bunga). Kata volatile oil adalah istilah kata yang lebih jelas dan akurat secara
teknis untuk mendeskripsikan essential oil, dengan pengertian bahwa volatile oil secara
harfiah berarti minyak terbang atau minyak yang menguap, dapat dilepaskan dari bahannya
dengan bantuan didihkan dalam air atau dengan mentransmisikan uap melalui minyak yang
terdapat di dalam bahan bakunya.
Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang
biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama)
ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain dalam mempertahankan ruang
hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga mengeluarkan bau-bauan, zat-zat itu tidak
digolonggan sebagai minyak atsiri. Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik
uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat mempengaruhi saraf
manusia (terutama di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu.
Setiap senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan
rasa yang berbeda. Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit
berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu
aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dala golongan senyawa organic
terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak atau lipofilik.
2
2.1.1 Cara Pengambilan Minyak Atsiri
Dari ketiga cara ini yang paling umum digunakan adalah peyulingan
menggunakan uap air. Dua cara yang lain, yaitu ekstraksi dengan pelarut dan
pengempaan jarang ditemukan penggunaanya. Ekstraksi misalnya, menggunakan
bahan kimia seperti kloroform, eter, aseton, dan alcohol dialirkan bersamaan dengan
bahan tumbuhan sampai terkumpul pada suatu tempat. Pada tempat ini akan
terkumpul minyak atsiri, dan unsur pelarut.
Tanaman mint merupakan salah satu tanaman herbal tertua didunia. Daun mint
mengandung minyak esensial seperti mentol dan menton serta senyawa flavonoid, penolic
acid, triterpene, vitamin c, provitamin a, dan beberapa mineral fosfor, besi, kalsium, serta
potassium. Daun mint merupakan salah satu rempah-rempah yang dapat dimanfaatkan
dalam keadaan masih segar maupun dalam keadaan kering.
3
Minyak atsiri mint dapat diperoleh dengan mengisolasi daun mint. Kandunga kimia
minyak atsiri mint terdiri dari mentol (50%), menton (10-30%), metal asetat (10%), dan
derivat monoterpen lain seperti pulegon, piperiton, dan mentafuran. Bagian yang
digunakan pada tanaman ini adalag bagian daun dan pucuk berbunga. Waktu panen
tanaman mint saat tanaman sudah mulai berbunga sampai berbunga penuh dan cara
pemanenan adalah dengan cara memotong batang rata dengan tanah, pemanenan dapat
dilakukan 3 kali setiap tahunnya.
4
BAB III
PEMBAHASAN
5
3.2 Analisis Komponen Minyak Mint
Pada jurnal penelitian yang kami dapatkan analisis komponen minyak mint
berdasarkan Total Ionic Chromatogram (TIC). TIC minyak mint dari hasil distilasi uap
menunjukkan 37 puncak komponen ditunjukkan pada Gambar 3.2.
6
3.3 Uji Praklinik Minyak Atsiri Tanaman Daun Mint
Dalam penelitian ini, untuk membuat suatu depresi digunakan penginduksi depresi
dengan gelombang ultrasonic sebesar 10000 Hz dimana tujuannya untuk mengacaukan
sistem pedengaran mencit yang akan menggangu susunan saraf dan efeknya akan terjadi
gangguan pada sistem limbik yang tidak seimbang sehingga pengambilan serotonin dan
norepineprin menjadi meningkat. Depresi ditunjukkan dengan keefektifan motorik dari
mencit yang menurun seperti murung, diam diujung ruangan dan menekukkan kepalanya
ke bagian badannya.
Daun mint mengandung minyak atsiri yang bisa digunakan sebagai aromaterapi yang
diduga bisa memberikan efek anti depresan. Pengobatan atau terapi dengan aroma
dilakukan dengan cara inhalasi dimana aroma dari minyak atsiri daun mint ini efektif untuk
mengatasi gangguna emosional, seperti stress, sakit kepala dan depresi. Minyak atsiri yang
masuk melalui rongga hidung akan mengantarkan implus elektrokimia ke SSP. Selanjutnya
akan terjadi efek pusat emosi dan memori atas daya ingat, kemudian terjadi respon balik ke
seluruh melalui sistem sirkulasi. Implus akan diantarkan ke seluruh tubuh diubah menjadi
suatu aksi dengan melepaskan serotonin dan norepineprin dengan efek timbulnya rasa
senang, rileks, tenang dan bersemangat.
Keefektifan kerja minyak atsiri sebagai aroma terapi dapat dilihat dengan mengetahui
konsentrasi dari beberapa perlakuan agar dapat meningkatkan keefektifan kerja minyak
atsiri sebagai aromaterapi sehingga dapat berpengaruh terhadap keadaan mencit saat
mengalami depresi. Minyak atsiri juga memiliki bau dan aroma yang dapat digunakan
sebagai terapi untuk memberikan efek antidepresan.
Sampel minyak atsiri yang digunakan untuk pengujian adalah 1%, 2%, dan 3%.
Pengujian menggunakan mencit sebagai hewan coba, terdiri 4 kelompok perlakuan.
Kelompok I sebagai kontrol negatif tanpa diberi minyak atsiri, kelompok II sebagai
kelompok uji dengan menggunakan minyak mint konsentrasi 1%, kelompok III sebagai
kelompok uji dengan minyak mint konsentrasi 2%, kelompok IV sebagai kelompok uji
minyak mint konsentrasi 3%.
7
Hasil uji antidepresan minyak atsiri daun mint dilihat dari banyaknya putaran hewan
coba pada saat diroda putar sesudah diinduksikan dilihat pada table hasil uji antidepresan
sebagai berikut :
Hal ini dilakukan untuk mengetahui efek antidepresan dari minyak atsiri daun mint
terhadap aktivitas motoric mencit jantan. Daun mint memiliki komponen minyak atsiri
yang mempengaruhi sistem saraf manusia ( terutama dihidung ) sehingga seringkali
memberikan efek psikologis, bisa menstabilkan sistem saraf dan dapat dijadikan sebagai
antidepresan karena aroma yang kuat.
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, ethereal oils, atau volatile
oils, adalah komoditi ekstrak alami dari jenis tumbuhan yang berasal dari daun, bunga,
kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Minyak atsiri didefinsikan sebagai produk hasil
penyulingan dengan uap dari bagian-bagian suatu tumbuhan. Minyak atsiri dapat
mengandung puluhan atau ratusan bahan campuran yang mudah menguap (volatile) dan
bahan campuran yang tidak menguap (non-volatile), yang merupakan penyebab
karakteristik aroma dan rasanya.
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil terikat
pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil. Keton juga dapat dikatakan
senyawa organik yang karbon karbonilnya dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton
tidak mengandung atom H yang terikat pada gugus karbonil.
Tanaman mint merupakan salah satu tanaman herbal tertua didunia. Daun mint
mengandung minya essensial seperti mentol, dan menton serta senyawa flavonoid, penolic
acid, triterpene, vitamin c, provitamin a, dan beberapa mineral fosfor, besi, kalsium, serta
potassium.
Isolasi minyak mint dapat dilakukan dengan 3 macam metode destilasi yaitu destilasi
air, destilasi uap-air, dan destilasi uap. Perbedaan metode destilasi dan umur tanaman mint
diduga mempengaruhi rendemen minyak yang dihasilkan. Selain metode distilasi dan umur
tanaman mint yang berbeda, perbedaan letak geografis juga mempengaruhi komponen
minyak mint yang dihasilkan.
Pada analisis minyak atsiri dari daun mint didapatkan zat yang paling banyak
terkandung didalamnya diataranya ; karvon (30,89%), piperitenon oksida (14,58%), dan
bornilen (12,75%).
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Guenther, Ernest. 1990. Minyak Atsiri 1ilid III A. Jakarta : Universitas Indonesia.
2. Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atrsiri. Yogyakarta :
Universitas Gadjamada
3. Retnowati Rurini, dkk. 2013. Isolasi dan Karakterisasi Terhadap Minyak Mint dari
Daun Mint Segar Hasil Distilasi Uap. Jurnal Kimia, Fakultas MIPA. Malang:
Universitas Brawijaya
10