Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Katarak merupakan keadaan penurunan penglihatan akibat terjadi kekeruhan

pada lensa mata. Jika lensa menjadi keruh, maka penglihatan juga menjadi kabur.

(Mitha, 2010). Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut sekitar usia

diatas 50 tahun, atau disebut juga katarak (Ilyas, 2010). Penduduk dunia yang

mengalami gangguan penglihatan pada tahun 2010 yaitu berjumlah 285 juta orang,

dengan rincian orang yang menderita kebutaan sebanyak 39 juta dan orang yang

mengalami low vision sebanyak 246 juta. Adapun 65% orang dengan gangguan

penglihatan dan 82% dari penyandang kebutaan berusia 50 tahun atau lebih. Penyebab

kebutaan paling utama adalah katarak dengan presentase 51 % dari seluruh kebutaan

yang ada di dunia (WHO, 2012). Laporan WHO juga mengungkapkan bahwa setiap

detik tambah satu penderita kebutaan di dunia. Angka kebutaan negara Asia Tenggara

yang cukup tinggi antara lain Bangladesh (1,0%), India (0,7%), dan Thailand

(0,3%),Jumlah itu akan bertambah besar di masa depan seiring peningkatan usia

harapan hidup (Ilyas 2015).

The Eye Diseases Prevalence Research Group berdasarkan sensus penduduk di

Amerika Serikat, diperkirakan jumlah pasien katarak akan mengalami peningkatan

sebesar 50% pada tahun 2020. Katarak merupakan penyebab gangguan penglihatan

terbanyak kedua di seluruh dunia (33%) setelah gangguan refraksi yang tidak

1
terkoreksi (42%) WHO 2012, penyebab utama gangguan penglihatan katarak 51% ,

glaucoma (8%), age related macular degeneration (AMD)5%, kekeruhan kornea

opacity 4%, refraksi 3%, retinopati diabetic 1%, idiopatik (21%) (Kemenkes RI,2014).

Indonesia saat ini terdapat sekitar 1,7 juta orang menderita katarak dan setiap

tahunnya terdapat sekitar 200.000 penderita katarak baru, sedangkan jumlah dokter

spesialis mata yang ada hanya mampu melakukan operasi sebanyak 50.000 penderita

katarak. Untuk dapat menanggulangi jumlah penderita katarak yang sekitar 1.7 juta

jiwa di Indonesia setiap dokter mata harus mampu melakukan operasi mata terhadap

3.420 pasien pertahun. Semua ini akan berhasil jika ditunjang dengan tenaga kesehatan

medis yang berhadapan langsung dengan pasien sebelum dilakukan operasi katarak

(Adyn, 2016).

Adapun tiga alasan utama penderita katarak belum dioperasi adalah karena

ketidaktahuan (51,6%), ketidakmampuan (11,6%), dan ketidakberanian (8,1)

(Kemenkes RI, 2014).Phacoemulsifikasi adalah tindakan pembedahan dengan

menggunakan energi ultrasound untuk menghancurkan massa lensa yang keruh

menjadi bagian-bagian kecil, sehingga mudah untuk di aspirasi ke dalam mesin.

Femtosecond Laser Assisted Cataract Surgery (FLACS) adalah pengangkatan lensa

mata yang sudah keruh dengan bantuan sinar laser dalam insisi (PERDAMI, 2017)

Phacoemulsifikasi merupakan prosedur rawat jalan yang dapat dilakukan di bawah

pengaruh bius lokal (pasien dewasa) atau bius total (pasien anak).

2
Dengan bantuan mikroskop, dokter bedah membuat sayatan kecil di mata,

tepat di samping kornea. Kemudian, dokter menyuntikkan cairan viscoelastic untuk

melindungi jaringan intraokuler dan mengurangi syok. Lalu, dokter membuat

sayatan pada membran di sekitar katarak, supaya katarak mudah dipisahkan dari

korteks dengan aliran air. Kemudian, jarum titanium bernama probe phaco

dimasukkan ke kornea dan diarahkan ke bagian katarak yang paling pekat, yaitu

nukleus. Alat ini dapat bergerak dengan sangat cepat untuk memecahkan katarak

menjadi bagian yang sangat kecil. Lalu, pecahan tersebut disedot melalui lubang

kecil yang ada di ujung alat. Setelah bagian inti katarak berhasil dipecahkan dan

disedot, alat diarahkan ke bagian tepi lensa. Bagian depan kapsul lensa akan

dihilangkan, begitu juga beberapa bagian kecil dari lensa mata. (PERDAMI 2017)

Operasi mata khususnya katarak dengan mengunakan teknik

phacoemulsifikasi lebih dari 90 % operasi katarak berhasil mengalami perbaikan visus

penglihatan pasca operasi dengan mengunakan teknik phacoemulsifikasi (Kusuma

,2009) Apabila katarak tidak ditangani segera akan mengakibatkan kebutaan total dan

kehilangan fungsi mata (Sidarta,2014) .Prevalensi kecemasan di Indonesia

diperkirakan berkisar antara 9%-12% populasi (Depkes RI, 2016), Kecemasan pra

operasi katarak seringkali mempengaruhi sebagian besar pasien mengalami

kecemasan.

Penelitian yang dilakukan untuk menilai tingkat kecemasan pada pasien katarak

mendapatkan hasil sebanyak 55,6% responden merasa cemas sebelum melakukan

3
operasi dengan alasan yang berbeda-beda yaitu, cemas karena khawatir penglihatan

tidak pulih sepenuhnya (19,6%), terjadi komplikasi selama operasi (9%), tindakan

operasi (7%), operasi gagal (7%), menjadi buta (7%), tindakan anesthesia (6%)

(Ramirez, 2017). Ketakutan dan kecemasan yang dialami pasien dapat mempengaruhi

respon fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti

meningkatkan frekuensi nadi tekanan darah naik dan peningkatan frekuensi

pernafasan, sertagerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang

lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur sering

berkemih, sakit kepala, dan penglihatan kabur. Persiapan yang baik selama periode

operasi membantu menurunkan risiko operasi dan meningkatkan pemulihan pasca

bedah (Long dalam Sari, 2016).

Penelitian yang dilakukan oleh Suswanti dengan judul Hubungan Pengetahuan

Perioperatif Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Katarak Di RS Mata “DR.

YAP” Yogyakarta (2018) menyatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi

kecemasan yaitu umur, tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan. Umur yang muda

lebih mudah mengalami kecemasan, dibandingkan umur yang lebih matang. Tingkat

pendidikan individu berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat

pendidikan maka individu semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi

baru. Tingkat pengetahuan yang dimililiki oleh seseorang akan dapat menurunkan

perasaan cemas yang dialami dalam mempersepsikan suatu hal. Tingkat kecemasan

pada pasien pre operasi katarak di RS mata Yogyakarta mengalami kecemasan ringan

4
sebanyak 26,67%, mengalami kecemasan sedang 60% dan mengalami kecemasan berat

13,33%..

Penelitian yang dilakukan oleh Utami pada tahun 2017, tentang Hubungan

Sikap Perawat dalam Memberikan Informasi dan Pengetahuan Pasien dengan

Terjadinya Kecemasan Pasien Pre Operasi Katarak di RSUD Dr. Soedirman

Kebumen diambil dari 44 responden terdapat 14 orang (31,8%) responden tidak

mengalami kecemasan, 28 orang (63,6%) responden mengalami cemas ringan dan 2

orang (4,5% ) responden mengalami cemas sedang

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan Stuart & Sudden (2013) adalah

faktor internal dan ekternal, pada faktor internal meliputi umur, pendidikan, dan

pengetahuan sedangkan faktor eksternal meliputi fisiologis dan hubungan internal.

Upaya untuk mengurangi kecemasan dapat dilakukan menarik nafas

dalam,memusatkan pikiran aktivitas yang dijalani,bercerita kepada orang yang

dipercaya,makan teratur dan minum yang cukup,serta mempersiapkan mental dari

klien melalui penjelasan tindakan operasi yang akan dilakukan baik sebelum ,selama

dan sesudah operasi.

Rumah Sakit khusus mata di kota Padang terdiri dari 3 rumah sakit yaitu

BKMM Sumatera Barat, RSKM Regina Eye Center dan RSKM Padang Eye Center.

Dimana jumlah pasien paling banyak melakukan operasi katarak dengan teknik

phacoemulsfikasi yaitu Rs Mata Padang Eye Center pada tahun 2018 sejumlah 4194

kasus data pasien katarak selama 3 bulan dari bulan Oktober,November,Desember

5
Tahun 2019 Berjumlah 575 orang , RSKM Regina Eye Center pada tahun 2018

sebanyak 1635 kasus, dan BKMM Sumater Barat 127 kasus (BPJS Kesehatan Cabang

Padang ,2019).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada bulan Oktober tahun 2019

dari 10 responden pasien yang akan dilakukan tindakan operasi katarak dengan

phacoemulsifikasi di Rumah Sakit Khusus Mata Padang Eye Center, saat dilakukan

wawancara oleh peneliti tentang pengetahuan tindakan operasi phacoemulsifikasi.

Didapatkan 4 responden mengatakan tidak tahu sama sekali tentang tindakan

phacoemulsifikasi yang diliputi perasaan cemas,tegang, berkeringat dingin, telapak

tangan basah dan jantung berdebar debar pada 3 orang responden dapat

mendeskripsikan tentang tindakan operasi katarak namun sering bertanya kepada

perawat apakah proses operasinya berlangsung lama dan apakah proses operasinya

membuat mata kesakitan, sedangkan 3 responden lainnya tidak mengetahui tentang

tindakan operasi katarak namun merasa biasa saja tidak mengalami perasaan cemas

dan beranggapan semata karena ingin berobat dan dapat melihat kembali.

Berdasarkan fenomena dan hasil studi pendahuluan yang akan dilakukan,

peneliti ingin meneliti tentang “faktor- faktor yang berhubungan dengan kecemasan

pada klien katarak yang menjalani tindakan phacoemulsifikasi di Rumah Sakit Khusus

Mata Padang Eye Center.”

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah

penelitian tentang “Apa saja faktor- faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada

pasien katarak yang menjalani tindakan phacoemulsifikasi di Rumah Sakit Khusus

Mata Padang Eye Center ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan kecemasan

pada klien katarak yang menjalani tindakan phacoemulsifikasi di Rumah Sakit

Khusus Mata Padang Eye Center.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi kecemasan pada klien katarak yang menjalani

tindakan phacoemulsifikasi di Rumah Sakit Khusus Mata Padang Eye Center

b. Diketahui distribusi frekuensi umur pasien klien yang menjalani tindakan

phacoemulsifikasi di Rumah Sakit Khusus Mata Padang Eye Center

c. Diketahui distribusi frekuensi tingkat pendidikan klien katarak yang menjalani

tindakan phacoemulsifikasi di Rumah Sakit Khusus Mata Padang Eye Center.

d. Diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan katarak yang menjalani

tindakan phacoemulsifikasi di Rumah Sakit Khusus Mata Padang Eye Center.

e. Diketahui hubungan umur dengan kecemasan pada klien katarak yang menjalani

tindakan phacoemulsifikasi di Rumah Sakit Khusus Mata Padang Eye Center

7
f. Diketahui hubungan tingkat pendidikan dengan kecemasan pada klien katarak

yang menjalani tindakan phacoemulsifikasi di Rumah Sakit Khusus Mata Padang

Eye Center

g. Diketahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan pada klien katarak

yang menjalani tindakan phacoemulsifikasi di Rumah Sakit Khusus Mata Padang

Eye Center.

D. Manfaat penelitian

1. Teoritis

a. Terhadap Peneliti

Bagi peneliti sendiri dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan

yang telah di dapat dan sebagai bahan atau sumber data untuk penelitian

selanjutnya.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya.

Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dan

sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

2 Praktis

a. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi pimpinan Rumah Sakit dalam

memberikan pelayanan kesehatan dengan melihat faktor-faktor yang

berhubungan dengan kecemasan pada klien katarak yang menjalani

8
tindakan phacoemulsifikasi di rumah Sakit Khusus Mata Padang Eye

Center.

b. Bagi Stikes Alifah

Sebagai bahan masukan dan referensi bagi semua mahasiswa agar

mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada

klien katarak yang menjalani tindakan Phacoemulsifikasi di rumah sakit

khusus mata padang eye center tahun 2019

E Ruang Lingkup

Penelitian ini adalah analitik tujuan dilakukan penelitian ini untuk

mengetahui apakah ada pengaruh kecemasan dengan tindakan Phacoemulsifikasi

terhadap klien yang menjalani tindakan phaco di Rumah Sakit Khusus Mata

Padang Eye Center , Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2019/

Bulan Februari 2020 dan pengumpulan data direncanakan pada bulan Januari

2019.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh klien yg akan menjalani

tindakan phacoemulsifikasi di rumah sakit khusus mata padang eye center

sebanyak 576 orang dengan teknik acidental sampling.Variabel yang diteliti yaitu

variabel independen kecemasan dengan variabel dependen umur, pendidikan,

pengetahuan, Data dikumpulkkan melalui survei dan lembaran kuesioner ,dan di

olah secara komputerisasi.

9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Katarak


1. Definisi Katarak
Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin Cataracta

berarti air terjun. Bahasa Indonesia disebut bular karena penglihatan seperti tertutup air

akibat lensa yang keruh (Ilyas, 2006). Katarak adalah perubahan lensa mata yang

sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita

tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa keruh cahaya sulit menembus

retina dan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina (Opthalmologica Indonesia,

2016).

Katarak adalah kekeruhan lensa terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)

lensa, denaturasi protein lensa. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan

progresif dan tidak mengalami perubahan dalam waktu lama. Kekeruhan lensa

mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil berwarna putih atau abu–abu.

Pada mata tampak kekeruhan lensa dalam berbagai bentuk dan tingkat, atau berbagai

lokalisasi di lensa sepert di kortek dan nukleus (Ilyas, 2015).

2. Etiologi Katarak
Etiologi katarak menurut Budiono (2013) yaitu:

1. Kelainan bawaan

10
Adanya gangguan proses perkembangan embrio saat dalam kandungan dan

kelainan pada kromosom secara genetik dapat menimbulkan kekeruhan lensa saat lahir.

Pada umumnya kelainan tidak hanya pada lensa tetapi juga pada bagian tubuh yang

lain sehingga berupa suatu sindrom.

2. Proses penuaan

Seiring dengan bertambah usia, lensa mata akan mengalami pertambahan berat,

ketebalan, dan mengalami penurunan daya akomodasi. Setiap pembentukan lapisan

baru dari serat kortikal secara konsentris, nukleus lensa akan mengalami kompresi dan

pengerasan (nucleus sclerosis). Modifikasi kimia dan pembelahan proteolitik

crystallins (lensa protein) mengakibatkan pembentukan kumpulan protein dengan berat

molekul yang tinggi. Kumpulan protein ini dapat menjadi cukup banyak untuk

menyebabkan fluktuasi mendadak indeks bias lokal lensa, sehingga muncul hamburan

cahaya dan mengurangi transparansi dari lensa. Modifikasi kimia dari protein lensa

dapat meningkatkan pigmentasi, sehingga lensa tampak berwarna kuning atau

kecoklatan dengan bertambahnya usia. Perubahan lain meliputi penurunan konsentrasi

glutasi dan kalium, dan peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium dapat sitoplasma

sel lensa. Patogenesis multifaktoral dan tidak sepenuhnya dipahami.

3. Penyakit sistemik

Adanya kelainan sistemik menyebabkan katarak adalah diabetes mellitus.

Dasar patogenesis yang melandasi penurunan visus pada katarak dengan diabetes

adalah teori akumulasi sorbitol yang terbentuk dari aktivasi alur polyol pada keadaan

11
hiperglikemia yang mana akumulasi sorbitol dalam lensa akan menarik air ke dalam

lensa sehingga terjadi hidrasi lensa yang merupakan dasar patofisiologi terbentuknya

katarak. Kemudian teori glikosilasi protein, dimana adanya AGE akan mengganggu

struktur sitoskeletal yang dengan sendirinya akan menurunkan kejernihan lensa.

4. Trauma

Adanya trauma akan menganggu struktur lensa mata baik secara makroskopis

maupun mikroskopis. Hal ini diduga menyebabkan adanya perubahan struktur lensa

dan gangguan keseimbangan metabolisme lensa sehingga katarak dapat terbentuk.

5. Penyakit mata lainnya

Adanya glaucoma dan uveitis menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit

yang menyebabkan kekeruhan lensa.

3. Klasifikasi Katarak
Klasifikasi katarak berdasarkan penyebabnya menurut (Ilyas, 2015) meliputi:

1. Katarak kongenital merupakan katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah

lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital merupakan

penyebab kebutaan bayi terutama penanganan yang kurang tepat. Pengkajian

penyebab katarak konengital didapatkan dari hasil pemeriksaan riwayat

prenatal infeksi ibu seperti rubella pada kehamilan trimester pertama dan

pemakaian obat selama kehamilan.

2. Katarak juvenil merupakan katarak yang lembek dan terdapat pada usia muda

(usia kurang dari sembilan tahun dan lebih dari tiga bulan). Katarak juvenil

merupakan kelanjutan katarak kongenital.


12
3. Katarak senil merupakan semua kekeruhan lensa pada usia lanjut (diatas 50

tahun) yang penyebabnya tidak diketahui secara pasti.

4. Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti

radang, dan proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa,

5. glaucoma, tumor intra okular, iskemia okular, nekrosis anterior segmen,

buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah mata.

6. Katarak diabetes merupakan katarak karena akibat penyakit diabetes mellitus.

7. Katarak sekunder merupakan katarak karena akibat terbentuknya jaringan

fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal, dan terlihat sesudah dua hari sesudah

operasi katarak ekstra kapsular atau sesudah trauma yang memecah lensa.

8. Bila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik biasanya terdapat pada

semua katarak senil, katarak herediter, dan katarak kongenital.

4. Stadium Katarak
Menurut Budiono (2013) stadium katarak meliputi:

1. Katarak insipien

Merupakan kekeruhan lensa tahap awal dengan visus yang relatif baik.

2. Katarak imatur

Merupakan kekeruhan lensa mulai terjadi dapat terlihat oleh bantuan senter,

terlihat iris shadow, visus >1/60.

3. Katarak matur

Merupakan kekeruhan lensa terjadi menyeluruh, dapat terlihat dengan bantuan

senter, tidak terlihat iris shadow, visus 1/3000 atau light perception positif.
13
4. Katarak hipermatur

Terjadi ketika massa lensa mengalami kebocoran melalui kapsul lensa sehingga

kapsul menjadi berkerut dan menyusut.

5. Katarak morgagni

Merupakan proses katarak yang berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang

tebal sehingga korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka

korteks berbentuk sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di

dalam korteks lensa karena lebih berat.

6. Katarak brunesen

Merupakan katarak berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) pada nukleus

lensa, terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan miopia tinggi.

Ketajaman penglihatan lebih baik dan biasanya ini terdapat pada orang berusia

lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal

posterior.

5. Patofisiologi Katarak
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.

Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke

sekitar daerah di luar lensa sehingga menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.

Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi sehingga

mengaburkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu


14
teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam lensa.

Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.

Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa

dari degenerasi. Jumlah enzimakan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada

pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda.

Disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis seperti diabetes. Namun sebenarnya

konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang

secara kronik dan matang ketika orang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat

bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal. Karena bila tidak terdiagnosa dapat

menyebabkan ambliopio dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling

berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan,

alkohol, merokok, diabetes mellitus, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang

dalam jangka waktu lama (Smeltzer & Bare, 2002).

6. Penatalaksanaan Katarak
Menurut Ilyas (2006) penatalaksanaan pasien katarak dengan prosedur

pembedahan. Jika gejala katarak tidak mengganggu tindakan pembedahan tidak

diperlukan. Penggunaan kacamata bila belum menghalangi dan mengganggu

penglihatan. Tindakan bedah dilakukan untuk mendapatkan penglihatan yang lebih

baik.Pembedahan katarak bertujuan mengeluarkan atau membersihkan lensa yang

keruh. Lensa dikeluarkan dengan pinset atau batang kecil yang dibekukan. Terkadang

dilakukan dengan menghancurkan lensa dan menghisap keluar.


15
Lensa dikeluarkan dengan cara:

1. Bersama pembungkusnya atau ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK);

2. Meninggalkan pembungkus lensa yang keruh atau ekstraksi katarak ekstra

kapsular (EKEK).

Pembedahan dapat juga dilakukan dengan cara menghisap lensa yang keruh

setelah pembungkusnya dibuka. Semua cara pengeluaran lensa yang keruh

memberikan hasil yang sama baiknya yaitu mendapatkan perbaikan penglihatan yang

bermanfaat untuk pekerjaan sehari-hari. Pembedahan katarak merupakan pembedahan

halus dan kecil yang dilakukan menggunakan mikroskop dan alat bedah halus (Ilyas,

2006).

7. Tahapan Pembedahan Katarak


1. Operasi katarak ekstrakapsuler atau Ekstraksi katarak ekstrakapsuler (EKEK)

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi

lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa

lensa korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut, kemudian

dikeluarkan melalui insisi 9-10 mm, lensa intraokular diletakkan pada kapsul

posterior. Jenis EKEK antara lain ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi.

Pembedahan dilakukan pada pasien dengan katarak imatur, kelainan endotel,

keratoplasti, implantasi lensa intra okular posterior, implantasi sekunder lensa

16
intra okular, kemungkinan dilakukan bedah glaukoma, predisposisi prolaps

vitreous, ablasi retina, dan sitoid makular edema.

2. Phacoemulsifikasi

Pembedahan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan nukleus

kemudian diaspirasi melalui insisi 2,5-3 mm, dan dimasukkan lensa intra okular

yang dapat dilipat. Keuntungan Phakoemulsifikasi adalah pemulihanvisus lebih

cepat, induksi astigmatis akibat operasi minimal, komplikasi, dan inflamasi

pasca bedah minimal. Komplikasi pembedahan katarak ekstrakapsul dapat

terjadi katarak sekunder yang dapat dihilangkan atau dikurangi dengan tindakan

laser. Dengan bantuan mikroskop, dokter bedah membuat sayatan kecil di

mata, tepat di samping kornea. Kemudian, dokter menyuntikkan cairan

viscoelastic untuk melindungi jaringan intraokuler dan mengurangi syok.

Lalu, dokter membuat sayatan pada membran di sekitar katarak, supaya

katarak mudah dipisahkan dari korteks dengan aliran air. Kemudian, jarum

titanium bernama probe phaco dimasukkan ke kornea dan diarahkan ke

bagian katarak yang paling pekat, yaitu nukleus. Alat ini dapat bergerak

dengan sangat cepat untuk memecahkan katarak menjadi bagian yang sangat

kecil. Lalu, pecahan tersebut disedot melalui lubang kecil yang ada di ujung

alat. Setelah bagian inti katarak berhasil dipecahkan dan disedot, alat

diarahkan ke bagian tepi lensa. Bagian depan kapsul lensa akan dihilangkan,

17
begitu juga beberapa bagian kecil dari lensa mata. Kemudian, dokter

menggunakan injektor untuk memasang lensa intraokuler buatan pada

kapsul lensa. Implan permanen ini akan menggantikan bagian depan lensa

mata, sedangkan bagian belakang lensa yang tersisa akan menahan implan

lensa. Untuk mengakhiri prosedur, dokter mengeluarkan cairan viscoelastic

yang sebelumnya disuntikkan

3. Operasi katarak intrakapsuler atau ekstraksi katarak intrakapsuler (EKIK)

Pembedahan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Dilakukan pada

zonula zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada

EKIK tidak terjadi katarak sekunder dan merupakan tindakan pembedahan

yang sudah populer. Pembedahan dilakukan dengan menggunakan mikroskop

dan pemakaian alat khusus sehingga komplikasi sedikit. Katarak EKIK tidak

boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih

mempunyai ligamen hiailoidea kapsular. Komplikasi pembedahan adalah

astigmat, glaukoma, uveitis, endoftalmitis, dan pendarahan (Ilyas, 2015).

8. Faktor – Faktor penyebab Katarak


Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipeengaruhi oleh beberapa faktor,

baik internal maupun eksternal . Faktor internal yang berpengaruh antara lain adalah

umur dan jenis kelamin sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh adalah pekerjaan

dan pendidikan yang berdampak langsung pada status social ekonomi dan stutus

kesehatan seseorang, serta faktor lingkungan, yang dalam hubungannya dalam paparan

sinar Ultraviolet yang berasal dari sinar matahari (Sirlan F, 2009).


18
1. Umur
Proses normal ketuaan mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh, keadaan

ini disebut sebagai katarak senile, yang sering ditemukan mulai usia 40 tahun keatas.

Dengan meningkatnya umur, maka ukuran lensa akan bertambah dengan timbulnya

serat-serat lensa yang baru. Seiring bertambahnya usia, lensa berkurang

kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan bertambahnya berat katarak.

Pada golongan umur 60 tahun hampir 2/3 nya mulai mengalami katarak. Berdasarkan

WHO umur adalah Usia responden terhitung sejak lahir. Klarifikasi umur menurut

WHO adalah 17-25 tahun tergolong umur remaja akhir, 26-45 tahun tergolong dewasa,

46-65 tahun tergolong lansia dan yang terakhir 65 sampai atas digolongkan manula.

Usia harapan wanita lebih lama dibandingkan oleh laki – laki ini di

Indikasikan sebagai faktor resiko katarak dimana perempuan penderita katarak lebih

banyak dibandingkan laki – laki.

2. Pekerjaan
Pekerjaan dalam hal ini berhubungan dengan paparan sinar ultraviolet, dimana

sinar UV merupakan faktor resiko terjadinya katarak. Sinar Ultraviolet yang berasal

dari sinar matahari akan diserap oleh protein lensa dan kemudian akan menimbulkan

teaksi fotokimia sehingga terbentuk radikal bebas atau spesies oksigen yang bersifat

sangat reakktif.

3. Pendidikan
Dari beberapa pengamatan survey di masyarakat diperoleh prevalensi katarak

lebih tinggi pada kelompok yang berpendidikan rendah. Meskipun tidak ditemukan

19
hubungan langsung antara tingkat pendidikan dengan kejadian katarak, namun tingkat

pendidikan dapat mempengaruhi status sosial ekonomi termasuk pekerjaan dan status

gizi. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003 penggolongan

untuk tingkat pendidikan adalah rendah jika tamat SMP kebawah, sedang jika tamat

SMA dan tinggi tamat perguruan tinggi.

4. Status Sosial Ekonomi (Penghasilan)


Penderita katarak yang berasal dari golongan ekonomi rendah tidak akan

mampu mengobati penyakitnya ke rumah sakit atau klinik swasta yang mahal, sehingga

pengobatan katarak tidak menjadi prioritas bagi mereka. Jarak yang jauh dari sarana

pelayanan menyebabkan ongkos transportasi dan biaya untuk keluarga yang mengantar

menjadi mahal. Biaya perawatan mata pasca operasi seperti membeli kacamata juga

tidak dapat dilakukan.

5. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil mengetahui dan terjadi setelah melakukan

pengindraan pada suatu objek tertentu dengan menggunakan panca indra yaitu indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar manusia

memperoleh pengetahuan melalui mata dan telinga. Notoadmojo (2007) menerangkan

bahwa pengukuran tingkat pengetahuan seseorang dapat dilakukan dengan wawancara

atau pemberian kuesioner dan penilaian jawabannya “ya“ bernilai 1 dan “tidak“

bernilai 0. Setelah itu dapat di interpretasikan dengan skala menurut Arikunto (2006),

pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:

a. Baik: mampu menjawab benar 76% - 100% dari seluruh petanyaan

20
b. Cukup: mampu menjawab benar 56% - 75% dari seluruh pertanyaan

c. Kurang: mampu menjawab benar ≤ 55% dari seluruh pertanyaan.

B. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara

subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah

kebingungan, kekuatiran, pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak

jelas dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. (Suliswati,2005)

Kecemasan (ansietas/anciety) adalah ganguan alam perasaan (affective) yang

ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekuatiran yang mendalam dan berkelanjutan,

tidak mengalami ganguang dalam menilai realitas (Reality Testing Ability / RTA,

masih baik), keprebadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan keprebadian /

splinting of personality, prilaku dapat menggangu tetapi masih dalam batas – batas

normal (Hawari, 2011)

2. Gejala klinis kecemasan


Keluhan –keluhan yang sering dikemukakan oleh yang mengalami gangguan

kecemasan antara lain sebagai berikut :

a. Cemas,khawtir ,firasat buruk,takut akan pikirannya sendiri,mudah tersinggung

b. Merasa tegang tidak senang,gelisah,mudah terkejut.

c. Takut sendirian ,takut pada keramaian dan banyak orang

d. Gaguan pola tidur,mimpi –mimpi yang menegangkan

e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat

21
f. Keluhan-keluhan somatic ,misalnya rasa sakit pada otot dan tulang ,pendengaran

berdenging ,berdebar-debar ,sesak nafas,gangguan pencernaan dan sakit kepala

g. Selain keluhan –keluhan cemas secara umum di atas ada lagi kelompok cemas

yang lebih berat yaitu gangguan cemas menyeluruh,gangguan panic,gangguan

phobic dan gangguan obsesif –kompulsif (hawari ,2011)

3. Teori Kecemasan
a. Teori psikoanalitik

Kecemasan adalah konflik emosional anatara dua elemen kepribadian

yaitu de,ego,dan superego. Ide melambangkan dorongan isting dan impuls

primitive. Super ego mencerminkan hati nurani sesorang dan dikendalikann

oleh norma-norma budaya seseorang,sedangkan ego digambarkan sebagai

mediator antara super ego.Ansietas berfungsi untuk mengingatkan ego tentang

budaya Yng perlu segera diatasi.

b. Teori Interpersonal

Kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal.

Berhubungan juga dengan trauma masa perkembangan seperti kehilangan,

perpisahan, individu dengan harga diri rendah biasa sangat mudah mengalami

ansientas berat

c. Teori prilaku

Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatuyang

mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan


22
d. Kajian biologis

Kajian Biologis menunjukan bahwa otak mengandung respetor

spesifikk untuk diazepines.Reseptor ini diperkirakan turut berperan dalam

mengatur kecemasan(Dalami ,2009)

4. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan


Faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut

a. Faktor eksternal

1) 1. Ancaman integritas diri

Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap

kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, pembedahan yang akan

dilakukan.

2) 2. Ancaman sistem diri

3) Antara lain: ancaman terhadap identitas diri, harga diri,

hubungan interpersonal, kehilangan, perubahan status dan peran.

b. Faktor internal

1. Potensial stresor Stresor

psikososial merupakan keadaan yang menyebabkan perubahan dalam

kehidupan sehingga individu dituntut untuk beradaptasi.

2. Maturitas kematangan kepribadian inidividu akan mempengaruhi

kecemasan yang dihadapinya. Kepribadian individu yang lebih matur maka

23
lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu

mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan.

3. Pendidikan Tingkat pendidikan individu berpengaruh terhadap

kemampuan berpikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka individu

semakin mudah berpikir rasional dan menangkap informasi baru.

Kemampuan analisis akan mempermudah individu dalam menguraikan

masalah baru.

4. Respon koping Mekanisme koping digunakan seseorang saat

mengalami kecemasan. Ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara

konstruktif merupakan penyebab terjadinya perilaku patologis.

5. Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi yang rendah pada

seseorang akan menyebabkan individu mudah mengalami kecemasan.

6. Keadaan fisik Individu yang mengalami gangguan fisik akan mudah

mengalami kelelahan fisik. Kelelahan fisik yang dialami akan

mempermudah individu mengalami kecemasan.

7. Tipe kepribadian Individu dengan tipe kepribadian A lebih mudah

mengalami gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan tipe

kepribadian B. Misalnya dengan orang tipe A adalah orang yang memiliki

selera humor yang tinggi, tipe ini cenderung lebih santai, tidak tegang dan

tidak gampang merasa cemas bila menghadapi sesuatu, sedangkan tipe B

ini orang yang mudah

24
8. Lingkungan dan situasi Seseorang yang berada di lingkungan asing lebih

mudah mengalami kecemasan dibandingkan di lingkungan yang yang

sudah dikenalnya.

9. Dukungan sosial Dukungan sosial dan lingkungan merupakan sumber

koping individu. Dukungan sosial dari kehadiran orang lain membantu

seseorang mengurangi kecemasan sedangkan lingkungan mempengaruhi

area berfikir individu.

10. Usia muda lebih mudah cemas dibandingkan individu dengan usia

yang lebih tua. Menurut Ramaiah (2007) menyatakan bahwa kriteria

diagnostik untuk gangguan kecemasan pada umumnya adalah berusia 18

tahun atau lebih. Tingkat maturasi individu akan mempengaruhi tingkat

kecemasan.

11. Jenis kelamin Gangguan kecemasan tingkat panik lebih sering dialami

wanita daripada pria. 2.2.5 Kecemasan Pra Operasi Katarak

5. Ganguan Kecemasan
Menurut Hawari (2011) ada beberapa gangguan kecemasan yaitu :

a. Gangguan Cemas Menyeluruh

Secara klinis sealain gejalan cemas yang biasanya ,disertai dengan

kecemasan yang menyeluruh dan menetap (paling sedikit berlansung

selama 1 bulan ) dengan manisfestasi 3 dari 4 kategori gejala berikut :

1) Ketegangan motoric /alat gerak :

a. Gemetar
25
b. Tegang

c. Nyeri otot

d. Letih

e. Tidak dapat santai

f. Kelopak mata bergetar

g. Kening berkerut

h. Muka tegang

i. Gelisah

j. Tidak dapat diam

k. Mudah kaget

2) Hiperaktivitas saraf autonomy (Simpatis /parasimpatis):

a. Berkeringat

b. Jantung berdebar-debar

c. Rasa dingin

d. Telapak tangan /kaki basah

e. Mulut kering

f. Pusing

g. Kepala terasa ringan

h. Kesemutan

i. Rasa mual

j. Rasa aliran panas atau dingin

26
k. Sering buang air seni

l. Diare

m. Rasa tidak enak di ulu hati

n. Kerongkongan tersumbat

o. Muka metrah atau pucat

p. Denyut nadi dan nafas yang cepat waktu istirahat

3) Rasa khawatir berlebihan tentang hal-hal yang akan

datang(apprehensive expectation ):

a. Cemas ,khawatir,takut

b. Berpikir berulang(rumination )

c. Membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya atau

orang lain.

4) Kewaspaadaan Berlebihan :

a. Mengamati lingkungan secara berlebihan sehingga mengakibatkan

perhatian mudah teralih

b. Sukar konsentrasi

c. Suka tidur

d. Mersas nyeri

e. Mudah tersinnggung

f. Tidak sabra

27
Gejala –gejala tersebut di atas baik yang bersifat psikis maupun sisik

somatik pada setiap orang tidak sama, dalam arti tidak seluruhnya gejala itu

harus ada.Bila diperhatikan gejala-gejala kecemasan ini mirip dengan orang

yang mengalami stress,bedanya bila pada stress didominasi oleh gejala fisik

sedangkan pada kecemasan didominasikan oleh gejala psikis.

b. Gangguan Panik
Gejala klinis gangguan panic ini yaitu kecemasaan yang datangnya

mendadak disertai oleh perasaan takut mati, disebut juga sebagai serangan

panic, Secara klinis gangguan panic ditegakkan (kriteria diagnostic) .

Secara klinis gangguan panic ditegakkan kriteria diagnostic oleh

paling sedikit 4 dari 12 gejala-gejala di bawah ini yang mincul pada setiap

serangan :

1. Sesak

2. Jantung berdebar-debar

3. Nyeri atau rasa tak enak di dada

4. Rasa tercekik atau sesak

5. Pusing,vertigo

6. Perasaan seakan –akan diri atau lingkungan tidak realistic

7. Kesemutan

8. Rasa aliran panas atau dingin

9. Kerkeringat banyak

10. Rasa akan pingsan

28
11. Mengigil atau gemetar

12. Rasa takut mati

c. Gangguan phobic (phobic disorder)

Gangguan phobic adalah salah satu bentuk kecemasan yang didominasikan

oleh ganngguan alam piker phobia.Phobia adalah ketakutan yang menetap dan

tidak rasional terhadap suatu objek,aktifoitas atau situasi tertentu (spesifik),yang

menimbullkan suatu keinginan mendesak untuk menghindarinya.Rasa ketakutan

itu disadari oleh orang yang bersangkutan sebagai suatu ketakutan yang berlebihan

dan tidak masuk akal,namun ia tidak mampu mengatasinya.

Yang sering dijumpai dalam pengalaman sehari-hari adalah agoraphobia dan

phobia social dan phobia social, yang sering kali disertai dengan timbulnya

serangan panic. Kedua jenis phobia ini (dengan serangan panic) merupakan

pendekatan bagi individu yang bersangkutan karena gangguan phobia ini

menggangu fungsi dan peran social dalam kehidupan sehari-hari

d. Gangguan Obsesif –Kompulsif

Obsesif adalah suatu bentuk kecemasan yang didominasi oleh pikiran

yang terpaku (persistence) yang berulang kali muncul sedangkan kompulsi adalah

perbuatan yang dilakukan berulang-rulang sebagai konsekuensi dari pikiran yang

bercorak obsessif tadi.Sehingga yang menderita gangguan obsesif – kompulsif

tadi akan terganggu dalam cungsi dan peran sosialnya.

29
Secara klinis kriteria diagnostic gangguan obsesif –kompulsiof adalah

sebagai berikut :

1. Obsesi

Obsesi adalah gangguan tau ide ,pikiran,bayangan atau impuls,yang

terpaku dan berulang dan bersifat ego-disstonik,yaitu tidak dihayati

berdasarkan kemauan sendiri,tetapi sebagai pikiran yang mendesak ke

dalam kesadaran dan dihayati sebagai hal yang tak masuk akal atau tak

disukai.Ada usaha –usaha untuk tidak menghiraukan atau menekannya

2. Kompulsi

Kompulsi adalah tingkah laku berulang yang nampaknya mempunyai

tujuaan, yang ditampilkan menurut aturan tertentu dengan cara

sterotipik

6. Klasifikasi Kecemasan
Menurut Dalami (2009) gangguan kecemasan merupakan masalah yang

paling sering terjadi 4 tingkat kecemasan yang dapat dialami oleh individu

sebagai berikut :

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari –

hari.Pada kecemasan ini lapangan persepsi melebar dan sesrorang akan berhati-

hati . dan waspada .Seseorang akan terdorong untuk belajar yang akan

menghasillkhan pertumbuhan dan kreatifitas.

30
1) Respon Fisiologis

a) Sesekali Nafas Pendek

b) Nadi dan tekanan darah naik

c) Gejala ringan pada lambung

2) Respon Kongnitif

a) Lapang persepsi meluas

b) Mampu menerima ransangan yang komplek

c) Konsentrasi pada masalah

d) Menyelesaikan masalah secara efektif

3) Respon Prilaku esmosi

a) Tidak dapat duduk tenang

b) Tremor pada tangan

c) Suara kadang meninggi

b. Kecemasan sedang

Kecemasan sedang, pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan

menurun .Seseorang lebih menfokuskan hal-hal penting saat itu dan

menyampingkan hal lain :

1. Respon fisiologis

a. Sering nadas pendek

b. Nadi ekstra systole dan tekanan Darah naik

c. Mulut kering

31
d. Anorexia

e. Diare/kontipasi

f. Gelisah

2. Respon Kognitif

a. Lapang persepsi menyempit

b. Rangsang luar tidak mampu diterima

c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatianya

3. Respon prilaku dan emosi

a. Gerakan tersentak –sentak (meremas tangan)

b. Bicara banyak dan lebih cepat

c. Perasaan tidak nyaman

c. Kecemasan berat

Pada kecemasan berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu

cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang

lain.Individu tidak mampu berpikir realistis dan membutuhkan banyak

pengarahan untuk memusatkan perahtian pada area lain.

1. Respon fisiologi

a. Napas pendek

b. Nadi dan tekanan dah naik

c. Berkeringat dan sakit kepala

d. Penglihatan kabur

32
e. ketegangan

2. Respon Kognitif

a. Lapang Persebsi Menyempit

b. Tidak mampu menyelesaikan masalah

c. Respon Prilaku dan esmosi

d. Perasaan ancaman meningkat

e. Verbalisasi cepat

f. Bloking

1. Rentang Respon Kecemasan

Rentang respon individu terhadap cemas antara respon adaptif dan

maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalahantisipasi dimana

individu siap siaga untuk beradptasi dengan cemas yang mungkin muncul.

Sedangkan rentang yang paling maladptif adalah panik dimana individu sudah

tidak mampu lagi merespon terhadap cemas yang dighadapai sehingga

mengalami ganguan fisik, prilaku maupun koknitif

2. Alat Ukur Kecemasan

Menurut Hawari (2011), untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan

seseorang apakah ringan, sedang atau berat sekali orang menggunakan alat ukur

(instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety

(HRS-A. Alat ukur terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing

33
kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing

kelompok diberi penilaian (score) antara 0-4, yang artinya adalah :

1 = gejala ringan

2 = gejala sedang

3 = gejala berat

4= gejala berat sekali

Masing- masing nilai angka (Score) dari 14 kelompok gejala tersebut

dijumlahkan dan diberi hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derjat

kecemasan seseorang, yaitu :

Total nilai (Score)

a. < 14 = tidak ada kecemasan

b. 14-20 = kecemasan ringan

c. 21-27 = kecemasan sedang

d. 28-40 = kecemasan berat

34
C Kerangka Teori

Berdasarkan kerangka teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, peneliti ingin

meneliti faktor –faktor yang berhubungan dengan Kecemasan pada klien katarak yang

akan menjalani tindakan phacoemulsifikasi di rumah saki khusus mata padang eye

center tahun 2019.

Katarak

A. Etiologi katarak
 -kelainan bawaan
 -proses penuaan Kecemasan faktor yang
 Penyakit sistemik mempengaruhi faktor
 -trauma  Eksternal
 Internal
B. Klasifikasi katarak
 Katarak insipien
 Katarak imatur
 Katarak matur
 Katarak hipermature
 Katarak morgani
Faktor yang mempengaruhi
C. Tahap pembedahan a jenis kelamin
katarak b status sosioal ekonomi
 Ekstrakapsuler c pekerjaan
 Ektraksi
d umur
e pendidikan
Tindakan f pengetahuan
phacoemulsifikasi

Gambar 2.1 Kerangka Teori


(Sumber : Ilyas, 2015, Opthalmologica Indonesia, 2016 dan Stuart &Sunden,
2013

Keterangan: : diteliti
: Tidak diteliti

35
D Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah menjelaskan faktor-faktor yang

berhubungan dengan kecemasan pada klien katarak yang akan menjalani tindakan

phacoemulsifikasi di Rumah Sakit Khusus Mata Padang Eye Center tahun 2019

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor-faktor :
a. Umur
b. Pendidikan Kecemasan
c. Pengetahuan

Gambar 1.2 Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kecemasan Klien Yang Menjalani


Phacoemulsifikasi di Rumah Sakit Khusus Mata Padang eye center
tahun 2019

36
Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Skala ukur Kriteria Hasil

Usia Usia responden terhitung Kuesioner Angket Ordinal 1. 17-25 (Remaja)


sejak lahir 2. 26-45 (dewasa)
3. 46-65 (lansia)
4. 65-75(manula)

Pendidikan Tingkat pendidikan Kuesioner Angket Ordinal 1. Rendah , jika


terakhir. tamat SMP
kebawah
2. Sedang, jika
SMA
3. Tinggi, jika
Perguruan
tinggi
Tingkat pengetahuan Pengetahuan adalah Kuesioner Angket Ordinal 1 Baik menjawab
segala sesuatu yang benar 76%-100%
diketahui oleh klien 2 Cukup menjawab
katarak Benar 56%-75%
a pengertian katarak dari seluruh
b penyebab katarak pertanyaan
c stadium katarak 3 Kurang
d faktor faktor menjawab benar <
penyebab katarak 55% dari seluruh
e penatalaksaan pertanyaan
katarak

Tingkat kecemasan Tingkat kecemasan Kuisioner Angket Ordinal 1. Tidak ada


pasien operasi katarak kecemasan,
dengan tindakan jika skor < 14
phacoemulsifikasi 2. Kecemasan
adalah derajat Ringan, jika
kecemasan yang skor 14-20
menggambarkan 3. Kecemasan
perasaan takut atau tidak Sedang, jika
tenang yang dialami oleh 21-27
pasien sebelum 4. Kecemasan
menjalani operasi Berat, jika skor
katarak dengan tindakan
37
phacoemulsifikasi 28- 40

2 Defenisi Operasional

3 HIPOTESIS

1. Ha 2 : Ada hubungannya tingkat pengetahuan klien katarak dengan tingkat

kecemasan yang menjalani phecoemulsifikasi Dirumah Sakit Khusus Mata

Padang Eye Center Padang.

2. H0 2 : Tidak Ada hubungannya tingkat pengetahuan klien katarak dengan

tingkat kecemasan yang menjalani phecoemulsifikasi Dirumah Sakit Khusus

Mata Padang Eye Center Padang

3. Ha 3 : Ada hubungannya tingkat pendidikan klien katarak dengan tingkat

kecemasan yang menjalani tindakan phecoemulsifikasi Dirumah Sakit Khusus

Mata Padang Eye Center Padang.

4. H0 3 : Tidak Ada hubungannya tingkat pendidikan klien katarak dengan

tingkat kecemasan yang menjalani tindakan phecoemulsifikasi Dirumah Sakit

Khusus Mata Padang Eye Center.

38
5. Ha 4 : Ada hubungannya umur klien katarak dengan tingkat kecemasan yang

menjalani tindakan phecoemulsifikasi Dirumah Sakit Khusus Mata Padang Eye

Center.

6. H0 4 : Tidak ada hubungan umur klien katarak dengan tingkat kecemasan

yang menjalani tindakan phecoemulsifikasi Dirumah Sakit Khusus Mata

Padang Eye Center

39
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian


Penelitian ini mengunakan analitik tentang faktor- faktor yang berhubungan

dengan kecemasan pada klien yang akan menjalani tindakan phacoemulsifikasi di

Rumah sakit Khusus Mata Padang Eye center tahun 2019 .Pendekatan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah cross sectioal study .

Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu tingkat kecemasan, sedangkan

variabel independen dalam penelitian ini yaitu umur, pendidikan dan pengetahuan.

Pengambilan informasi mengenai variabel dependen dan variabel independen dalam

penelitian ini dilakukan bersama-sama pada saat penelitian dengan menggunakan

kuesioner secara kuantitatif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan pada pasien katarak yang akan dilakukan di

ruangan poliklinik di RSKM Padang Eye Center pada bulan September 2019 s/d bulan

februari 2020 dan pengumpulan data di rencanakan pada bulan Januari 2019

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi

40
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Notoadmodjo,2007).Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh klien yg menjalani tindakan phacoemulsifikasi di RSKM

Padang Eye Center sebanyak 576 orang

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non

probability sampling dengan metode accidental sampling. Teknik ini dilakukan dengan

mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat yang sesuai

dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010). Rumus besar sampel yang digunakan

adalah rumus yang dikemukakan oleh slovin. Rumus tersebut adalah sebagai berikut:

Rumus : n = N

1+N(d ) ²

Keterangan

n=Besar sampel

N=Besar Populasi

d=Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)

n= N

1+ N (d)²

n= 576

1+5,76 (0,1) ²

41
n= 576

6,76

n = 85,20

Jumlah sampel pada penilitian ini adalah sebanyak 85 orang.

Kriteria inklusi dari sampel adalah sebagai berikut :

a. klien bersedia menjadi responden

b. klien kooperatif dan mampu berkomunikasi dengan baik

c. klien yang menjalani tindakan phacoemulsifikasi

Kriteria eklusi dari sampel adalah :

a. klien tidak bisa baca tulis

b. klien berumur diatas 75 tahun

c. klien tidak mampu berkomunikasi dengan baik karena tuna rungu atau

cacat mental

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Data Primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang

diambil dengan kuisioner serta data lain meliputi, nama, jenis kelamin, dan

umur responden.

2. Data Sekunder

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang

diambil dengan kuisioner serta data lain meliputi, nama, jenis kelamin, dan

umur responden. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari data atau
42
catatan yang ada di medical record ( MR).Kemudian mencatat data-data yang

diperlukan untuk penelitian.Kegunaanya untuk melengkapi data –data yang

diperlukan. Data dikumpullkan melalui catatan perawat dan rekam medis

pasien

3. Langkah- Langkah Pengambilan Data

a. Pengambilan surat izin untuk pengumpulan data awal dari pihak akademik

tanggal 25 oktober 2019

b. Setelah mendapatkan persetujuan dari akademik mengenai tempat

penelitian ,peneliti memasukan surat izin penelitian ke rskm padang eye

center untuk mendapatkan data awal melalui wawancara

c. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian kepada

responden penelitian,serta meminta persetujuan untuk menjadi responden

4. Intrumen Penelitian

Intrumen dalam penelitian ini mengunakan kuesioner penelitian,untuk

mengetahui faktor –faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada klien

katarak yang menjalani tindakan phacoemulsifikasi di rumah saki khusus mata

padang eye center

E. Teknik Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul ,dianalisa kemudian data di

olah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memeriksa data (editing)

43
Editing, yaitu proses memeriksa data yang sudah terkumpul, meliputi

kelengkapan isian, keterbacaan tulisan, kejelasan jawaban, relevansi jawaban,

keseragaman satuan data yang digunakan, dan sebagainya.

2. Mengkode data (coding)

Yaitu kegiatan memberikan kode pada setiap data yang

terkumpul di setiap instrumen penelitian. Kegiatan ini bertujuan untuk

memudahkan dalam penganalisisan penafsiran data.

3. Memasukkan data (entry)

Setelah data diedit dan pengkodean selesai, kemudian data akan

dimasukkan kedalam master tabel dan disajikan dalam master tabel.

Proses ini menggunakan proses komputerisasi.

4. Pembersihan Data (Cleaning)

Mengecek kembali apakah ada kesalahan data sehingga data

benar-benar siap untuk dianalisa.

5. Mentabulasi Data (Tabulating)

Tabulasi data dilakukan untuk mengelompokkan data ke dalam suatu

tabel dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi umur,

pendidikan,pengetahuan.

F. Teknik Analisa data


1. Analisa Univariat

44
Analisa univariat bertujuan untuk melihat karakteristik dari

masingmasing variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun

independen dengan tabel frekuensi

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antar setiap

variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji

Chisquare. Untuk interpretasi hasil menggunakan derajat kemaknaan (α)

sebesar 5% dengan catatan jika ρ-value < 0,05 maka sukses menolak hipotesis

(H0), artinya ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel

bebas. Jika ρ-value > 0,05 maka gagal menolak hipotesis (H0), artinya tidak

ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel bebas

Sedangkan untuk memutuskan apakah terdapat hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat, maka digunakan p value yang dibandingkan dengan

tingkat kemaknaan (alpha) yang digunakan yaitu 5% atau 0,05. Apabila p value

< 0,05 maka Ho ditolak dan Ha (hipotesa penelitian) diterima, yang berarti ada

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, sedangkan bila p value>

0,05 maka Ho diterima dan tidak ada hubungan.

45
Lampiran 3

KISI-KISI KUESIONER

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Pada Klien Katarak

Yang Menjalani Tindakan Phacoemulsifikasi Di Rumah Sakit Khusus Mata

Padang Eye Center Tahun 2020

Variabel Jumlah item No item

Kecemasan 14 1-14

Pengetahuan 10 1-defenisi katarak

2-3 etiologi katarak

4-5 klasifikasi katarak

6-10 penyebab katarak

46
Lampiran 4
Kuesioner Penelitian

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Pada Klien Katarak Yang Akan
Menjalani Tindakan Phacoemulsifikasi Di Rumah Sakit Khusus Mata Padang Eye
Center Tahun 2019

Identitas Responden. Berikan tanda ceklist (√).


No Responden (Isi oleh Peneliti) :

1. Nama Inisial :
2. Umur : …….. Tahun
3. Jenis Kelamin : (…..) L (….) P
4. Pendidikan Terakhir :

: ( ) Tidak Sekolah ( ) SD
( ) SMP ( ) SMA
( ) PerguruanTinggi

5. Pekerjaan :( ) PNS ( ) Wiraswasta ( ) DLL


( )Ibu Rumah Tangga ( ) Pensiun
( ) Tidak Bekerja ( ) Pelajar
6. Status Perkawinan :( ) Menikah ( ) Belum Menikah

( ) Janda ( ) Duda

1. Pengetahuan
Petunjuk pengisian:
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama.
2. Silanglah (X) salah satu jawaban yang saudara anggap benar.

47
3. Mohon periksa kembali lembar jawaban, apakah sudah diisi dengan benar.
4. Lembar jawaban yang telah diisi lengkap, mohon dikembalikan kepada kepada
peneliti.
5. Terima kasih dan selamat mengisi !

Pertanyaan:
1) Menurut anda, yang dimaksud dengan penyakit katarak ?
a. Kekeruhan lensa yang terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
(1)
b. Penyakit yang menyerang organ tubuh manusia
(0)
c. Suatu racun yang menyebabkan rusaknya sistem kekebalan manusia
(0)
2) Menurut pendapat saudara, apa itu etiologi penyakit katarak ?
a. Proses penuaan ,penyakit sistemik
(1)
b. Air mata,kelainan bawaan
(0)
c. Air liur, air mata
(0)
3) Sebutkan klasifikasi penyakit katarak ?
a. Katarak kongenital ,katarak juvenile,katarak komplikata
(1)
b. Katarak nekrosis,katarak iskemik
(0)
c. Katarak herediter,katarak sekunder

48
(0)
4) Menurut saudara apakah yang dimaksud katarak kongenital?
a. Katarak yang terjadi pada usia bayi/lahir
(1)
b. Katarak yang terjadi pada usia dewasa
(0)
c. Katarak yang terjadi pada usia tua
(0)
5) Menurut saudara gejala dari penyakit Katarak itu yang dapat kita lihat?
a. Pandangan kabur,dan penglihatan tidak jelas
(1)
b. Pusing
(0)
c. Nafsu makan menurun
(0)
6) Apa yang dimaksud tindakan Phacoemulsifikasi ?
a. Tindakan mengunakan gelombang getaran suara
(1)
b. Tindakan tanpa gelombang suara
(0)
c. Tindakan mengunakan jahitan
(0)
7) Menurut saudara penyebab penyakit Katarak ?
a. Umur
(1)
b. Riwayat Penyakit
(0)
c. Pola Makan

49
(0)
8) Menurut saudara apakah warna katarak itu?
a. Putih
(1)
b. hijau
(0)
c. hitam
(0)
9 ) Menurut saudara apakah penyakit katarak harus di operasi?
a. ya
(1)
b. Bisa dengan obat
(0)
c. Dibiarkan saja
(0)
10 Menurut saudara apakah katarak penyakit menular
a. ya
(0)
b. tidak
(1)
c. bisa
(0)

Kecemasan

Petunjuk : Pernyataan-pernyataan berikut ini berhubungan dengan tingkat kecemasan


saudara, jawablah dengan memberi (√)Keterangan pilihan jawaban pada kotak
pilihan anda. Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)
Skala Penilaian :
Nilai 0 : tidak ada gejala (keluhan)
Nilai 1 : gejala ringan
Nilai 2 : gejala sedang

50
Nilai 3 : gejala berat
Nilai 4 : gejala berat sekali

Gejala kecemasan nilai angka (score)


1 perasaan cemas (ansietas) 0 1 2 3 4
cemas
firasat buruk
takut akan pikiran sendiri
mudah tersinggung
2 ketegangan 0 1 2 3 4
merasa tegang
lesu
tidak bisa istirahat tenang
mudah terkejut
mudah menangis
gemetar
gelisah
3 ketakutan 0 1 2 3 4
pada gelap
pada orang asing
ditinggal sendiri
pada binatang besar
pada keramaian atau lalulintas
pada kerumunan orang banyak
4 gangguan tidur 0 1 2 3 4
sukar masuk tidur
terbangun malam hari
tidur tidak nyenyak
bangun dengan lesu
banyak mimpi
mimpi buruk
mimpi menakutkan
5 gangguan kecerdasan 0 1 2 3 4
sukar konsentrasi
daya ingat menurun
daya ingat buruk
6 perasaan depresi (murung) 0 1 2 3 4
hilangnya minat

51
berkurang kesenangan pada hobi
sedih
bangun dini hari
perasaan berubahubah sepanjang hari
7 gejala somatik / fisik (otot) 0 1 2 3 4
sakit dan nyeri di otot-otot
kaku
kedutan otot
gigi gemeletuk
suara tidak stabil
8 gejala somatik / fisik (sensorik) 0 1 2 3 4
tinitus (telinga berdenging)
penglihatan kabur
muka merah atau pucat
merasa lemas
perasaan ditusuk-tusuk
9 gejala kardiovaskuler 0 1 2 3 4
takikardia
berdebar-debar
nyeri di dada
denyut nadi mengeras
rasa lesu/lemas seperti mau pingsan
detak jantung menghilang (berheti sekejap)
10 gejala respiratori (pernapasan) 0 1 2 3 4
rasa tertekan atau sempit di dada
rasa tercekik
sering menarik nafas
nafas pendek / sesak
11 gejala gastrointestinal (pencernaan) 0 1 2 3 4
sulit menelan
perut melilit
gangguan pencernaan
nyeri sebelum dan sesudah makan
perasaan terbakar di perut
rasa penuh atau kembung
mual
muntah

52
buang air besar lembek
sukar buang air besaar (konstipasi)
kehilangan berat badan
gejala urogenital (perkemihan dan
12 kelamin) 0 1 2 3 4
sering buang air kecil
tidak dapat menahan air seni
tidak datang bulan
darah haid berlebihan
darah haid amat sedikit
masa haid berkepanjangan
masa haid amat pendek
haid beberapa kali dalam sebulan
menjadi dingain (frigid)
ejakulasi dini
ereksi melemah
ereksi hilang
13 gejala autonom 0 1 2 3 4
mulut kering
muka merah
mudah berkeringat kepala pusing
kepala terasa berat
kepala terasa sakit
bulu-bulu berdiri
14 tingkah laku (sikap) pada wawancara 0 1 2 3 4
gelisah
tidak tenang
jari gemetar
kerut kening
muka tegang
otot tegang / mengereas
nafas pendek dan cepat
muka merah

53
54

Anda mungkin juga menyukai