PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pada lensa mata. Jika lensa menjadi keruh, maka penglihatan juga menjadi kabur.
(Mitha, 2010). Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut sekitar usia
diatas 50 tahun, atau disebut juga katarak (Ilyas, 2010). Penduduk dunia yang
mengalami gangguan penglihatan pada tahun 2010 yaitu berjumlah 285 juta orang,
dengan rincian orang yang menderita kebutaan sebanyak 39 juta dan orang yang
mengalami low vision sebanyak 246 juta. Adapun 65% orang dengan gangguan
penglihatan dan 82% dari penyandang kebutaan berusia 50 tahun atau lebih. Penyebab
kebutaan paling utama adalah katarak dengan presentase 51 % dari seluruh kebutaan
yang ada di dunia (WHO, 2012). Laporan WHO juga mengungkapkan bahwa setiap
detik tambah satu penderita kebutaan di dunia. Angka kebutaan negara Asia Tenggara
yang cukup tinggi antara lain Bangladesh (1,0%), India (0,7%), dan Thailand
(0,3%),Jumlah itu akan bertambah besar di masa depan seiring peningkatan usia
sebesar 50% pada tahun 2020. Katarak merupakan penyebab gangguan penglihatan
terbanyak kedua di seluruh dunia (33%) setelah gangguan refraksi yang tidak
1
terkoreksi (42%) WHO 2012, penyebab utama gangguan penglihatan katarak 51% ,
opacity 4%, refraksi 3%, retinopati diabetic 1%, idiopatik (21%) (Kemenkes RI,2014).
Indonesia saat ini terdapat sekitar 1,7 juta orang menderita katarak dan setiap
tahunnya terdapat sekitar 200.000 penderita katarak baru, sedangkan jumlah dokter
spesialis mata yang ada hanya mampu melakukan operasi sebanyak 50.000 penderita
katarak. Untuk dapat menanggulangi jumlah penderita katarak yang sekitar 1.7 juta
jiwa di Indonesia setiap dokter mata harus mampu melakukan operasi mata terhadap
3.420 pasien pertahun. Semua ini akan berhasil jika ditunjang dengan tenaga kesehatan
medis yang berhadapan langsung dengan pasien sebelum dilakukan operasi katarak
(Adyn, 2016).
Adapun tiga alasan utama penderita katarak belum dioperasi adalah karena
mata yang sudah keruh dengan bantuan sinar laser dalam insisi (PERDAMI, 2017)
pengaruh bius lokal (pasien dewasa) atau bius total (pasien anak).
2
Dengan bantuan mikroskop, dokter bedah membuat sayatan kecil di mata,
sayatan pada membran di sekitar katarak, supaya katarak mudah dipisahkan dari
korteks dengan aliran air. Kemudian, jarum titanium bernama probe phaco
dimasukkan ke kornea dan diarahkan ke bagian katarak yang paling pekat, yaitu
nukleus. Alat ini dapat bergerak dengan sangat cepat untuk memecahkan katarak
menjadi bagian yang sangat kecil. Lalu, pecahan tersebut disedot melalui lubang
kecil yang ada di ujung alat. Setelah bagian inti katarak berhasil dipecahkan dan
disedot, alat diarahkan ke bagian tepi lensa. Bagian depan kapsul lensa akan
dihilangkan, begitu juga beberapa bagian kecil dari lensa mata. (PERDAMI 2017)
,2009) Apabila katarak tidak ditangani segera akan mengakibatkan kebutaan total dan
diperkirakan berkisar antara 9%-12% populasi (Depkes RI, 2016), Kecemasan pra
kecemasan.
Penelitian yang dilakukan untuk menilai tingkat kecemasan pada pasien katarak
3
operasi dengan alasan yang berbeda-beda yaitu, cemas karena khawatir penglihatan
tidak pulih sepenuhnya (19,6%), terjadi komplikasi selama operasi (9%), tindakan
operasi (7%), operasi gagal (7%), menjadi buta (7%), tindakan anesthesia (6%)
(Ramirez, 2017). Ketakutan dan kecemasan yang dialami pasien dapat mempengaruhi
respon fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti
lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur sering
berkemih, sakit kepala, dan penglihatan kabur. Persiapan yang baik selama periode
Perioperatif Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Katarak Di RS Mata “DR.
kecemasan yaitu umur, tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan. Umur yang muda
lebih mudah mengalami kecemasan, dibandingkan umur yang lebih matang. Tingkat
pendidikan maka individu semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi
baru. Tingkat pengetahuan yang dimililiki oleh seseorang akan dapat menurunkan
perasaan cemas yang dialami dalam mempersepsikan suatu hal. Tingkat kecemasan
pada pasien pre operasi katarak di RS mata Yogyakarta mengalami kecemasan ringan
4
sebanyak 26,67%, mengalami kecemasan sedang 60% dan mengalami kecemasan berat
13,33%..
Penelitian yang dilakukan oleh Utami pada tahun 2017, tentang Hubungan
faktor internal dan ekternal, pada faktor internal meliputi umur, pendidikan, dan
klien melalui penjelasan tindakan operasi yang akan dilakukan baik sebelum ,selama
Rumah Sakit khusus mata di kota Padang terdiri dari 3 rumah sakit yaitu
BKMM Sumatera Barat, RSKM Regina Eye Center dan RSKM Padang Eye Center.
Dimana jumlah pasien paling banyak melakukan operasi katarak dengan teknik
phacoemulsfikasi yaitu Rs Mata Padang Eye Center pada tahun 2018 sejumlah 4194
5
Tahun 2019 Berjumlah 575 orang , RSKM Regina Eye Center pada tahun 2018
sebanyak 1635 kasus, dan BKMM Sumater Barat 127 kasus (BPJS Kesehatan Cabang
Padang ,2019).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada bulan Oktober tahun 2019
dari 10 responden pasien yang akan dilakukan tindakan operasi katarak dengan
phacoemulsifikasi di Rumah Sakit Khusus Mata Padang Eye Center, saat dilakukan
tangan basah dan jantung berdebar debar pada 3 orang responden dapat
perawat apakah proses operasinya berlangsung lama dan apakah proses operasinya
tindakan operasi katarak namun merasa biasa saja tidak mengalami perasaan cemas
dan beranggapan semata karena ingin berobat dan dapat melihat kembali.
peneliti ingin meneliti tentang “faktor- faktor yang berhubungan dengan kecemasan
pada klien katarak yang menjalani tindakan phacoemulsifikasi di Rumah Sakit Khusus
6
B. Rumusan Masalah
penelitian tentang “Apa saja faktor- faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
e. Diketahui hubungan umur dengan kecemasan pada klien katarak yang menjalani
7
f. Diketahui hubungan tingkat pendidikan dengan kecemasan pada klien katarak
Eye Center
Eye Center.
D. Manfaat penelitian
1. Teoritis
a. Terhadap Peneliti
yang telah di dapat dan sebagai bahan atau sumber data untuk penelitian
selanjutnya.
2 Praktis
8
tindakan phacoemulsifikasi di rumah Sakit Khusus Mata Padang Eye
Center.
E Ruang Lingkup
terhadap klien yang menjalani tindakan phaco di Rumah Sakit Khusus Mata
Padang Eye Center , Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2019/
Bulan Februari 2020 dan pengumpulan data direncanakan pada bulan Januari
sebanyak 576 orang dengan teknik acidental sampling.Variabel yang diteliti yaitu
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berarti air terjun. Bahasa Indonesia disebut bular karena penglihatan seperti tertutup air
akibat lensa yang keruh (Ilyas, 2006). Katarak adalah perubahan lensa mata yang
sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita
tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa keruh cahaya sulit menembus
retina dan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina (Opthalmologica Indonesia,
2016).
lensa, denaturasi protein lensa. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan
progresif dan tidak mengalami perubahan dalam waktu lama. Kekeruhan lensa
mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil berwarna putih atau abu–abu.
Pada mata tampak kekeruhan lensa dalam berbagai bentuk dan tingkat, atau berbagai
2. Etiologi Katarak
Etiologi katarak menurut Budiono (2013) yaitu:
1. Kelainan bawaan
10
Adanya gangguan proses perkembangan embrio saat dalam kandungan dan
kelainan pada kromosom secara genetik dapat menimbulkan kekeruhan lensa saat lahir.
Pada umumnya kelainan tidak hanya pada lensa tetapi juga pada bagian tubuh yang
2. Proses penuaan
Seiring dengan bertambah usia, lensa mata akan mengalami pertambahan berat,
baru dari serat kortikal secara konsentris, nukleus lensa akan mengalami kompresi dan
molekul yang tinggi. Kumpulan protein ini dapat menjadi cukup banyak untuk
menyebabkan fluktuasi mendadak indeks bias lokal lensa, sehingga muncul hamburan
cahaya dan mengurangi transparansi dari lensa. Modifikasi kimia dari protein lensa
glutasi dan kalium, dan peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium dapat sitoplasma
3. Penyakit sistemik
Dasar patogenesis yang melandasi penurunan visus pada katarak dengan diabetes
adalah teori akumulasi sorbitol yang terbentuk dari aktivasi alur polyol pada keadaan
11
hiperglikemia yang mana akumulasi sorbitol dalam lensa akan menarik air ke dalam
lensa sehingga terjadi hidrasi lensa yang merupakan dasar patofisiologi terbentuknya
katarak. Kemudian teori glikosilasi protein, dimana adanya AGE akan mengganggu
4. Trauma
Adanya trauma akan menganggu struktur lensa mata baik secara makroskopis
maupun mikroskopis. Hal ini diduga menyebabkan adanya perubahan struktur lensa
3. Klasifikasi Katarak
Klasifikasi katarak berdasarkan penyebabnya menurut (Ilyas, 2015) meliputi:
1. Katarak kongenital merupakan katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah
lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital merupakan
prenatal infeksi ibu seperti rubella pada kehamilan trimester pertama dan
2. Katarak juvenil merupakan katarak yang lembek dan terdapat pada usia muda
(usia kurang dari sembilan tahun dan lebih dari tiga bulan). Katarak juvenil
fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal, dan terlihat sesudah dua hari sesudah
operasi katarak ekstra kapsular atau sesudah trauma yang memecah lensa.
8. Bila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik biasanya terdapat pada
4. Stadium Katarak
Menurut Budiono (2013) stadium katarak meliputi:
1. Katarak insipien
Merupakan kekeruhan lensa tahap awal dengan visus yang relatif baik.
2. Katarak imatur
Merupakan kekeruhan lensa mulai terjadi dapat terlihat oleh bantuan senter,
3. Katarak matur
senter, tidak terlihat iris shadow, visus 1/3000 atau light perception positif.
13
4. Katarak hipermatur
Terjadi ketika massa lensa mengalami kebocoran melalui kapsul lensa sehingga
5. Katarak morgagni
Merupakan proses katarak yang berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang
tebal sehingga korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka
6. Katarak brunesen
Merupakan katarak berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) pada nukleus
lensa, terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan miopia tinggi.
Ketajaman penglihatan lebih baik dan biasanya ini terdapat pada orang berusia
posterior.
5. Patofisiologi Katarak
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar.
Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa
dari degenerasi. Jumlah enzimakan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
Disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis seperti diabetes. Namun sebenarnya
secara kronik dan matang ketika orang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat
bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal. Karena bila tidak terdiagnosa dapat
alkohol, merokok, diabetes mellitus, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang
6. Penatalaksanaan Katarak
Menurut Ilyas (2006) penatalaksanaan pasien katarak dengan prosedur
keruh. Lensa dikeluarkan dengan pinset atau batang kecil yang dibekukan. Terkadang
kapsular (EKEK).
Pembedahan dapat juga dilakukan dengan cara menghisap lensa yang keruh
memberikan hasil yang sama baiknya yaitu mendapatkan perbaikan penglihatan yang
halus dan kecil yang dilakukan menggunakan mikroskop dan alat bedah halus (Ilyas,
2006).
lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa
dikeluarkan melalui insisi 9-10 mm, lensa intraokular diletakkan pada kapsul
posterior. Jenis EKEK antara lain ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi.
16
intra okular, kemungkinan dilakukan bedah glaukoma, predisposisi prolaps
2. Phacoemulsifikasi
kemudian diaspirasi melalui insisi 2,5-3 mm, dan dimasukkan lensa intra okular
terjadi katarak sekunder yang dapat dihilangkan atau dikurangi dengan tindakan
katarak mudah dipisahkan dari korteks dengan aliran air. Kemudian, jarum
bagian katarak yang paling pekat, yaitu nukleus. Alat ini dapat bergerak
dengan sangat cepat untuk memecahkan katarak menjadi bagian yang sangat
kecil. Lalu, pecahan tersebut disedot melalui lubang kecil yang ada di ujung
alat. Setelah bagian inti katarak berhasil dipecahkan dan disedot, alat
diarahkan ke bagian tepi lensa. Bagian depan kapsul lensa akan dihilangkan,
17
begitu juga beberapa bagian kecil dari lensa mata. Kemudian, dokter
kapsul lensa. Implan permanen ini akan menggantikan bagian depan lensa
mata, sedangkan bagian belakang lensa yang tersisa akan menahan implan
zonula zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada
dan pemakaian alat khusus sehingga komplikasi sedikit. Katarak EKIK tidak
boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih
baik internal maupun eksternal . Faktor internal yang berpengaruh antara lain adalah
umur dan jenis kelamin sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh adalah pekerjaan
dan pendidikan yang berdampak langsung pada status social ekonomi dan stutus
kesehatan seseorang, serta faktor lingkungan, yang dalam hubungannya dalam paparan
ini disebut sebagai katarak senile, yang sering ditemukan mulai usia 40 tahun keatas.
Dengan meningkatnya umur, maka ukuran lensa akan bertambah dengan timbulnya
Pada golongan umur 60 tahun hampir 2/3 nya mulai mengalami katarak. Berdasarkan
WHO umur adalah Usia responden terhitung sejak lahir. Klarifikasi umur menurut
WHO adalah 17-25 tahun tergolong umur remaja akhir, 26-45 tahun tergolong dewasa,
46-65 tahun tergolong lansia dan yang terakhir 65 sampai atas digolongkan manula.
Usia harapan wanita lebih lama dibandingkan oleh laki – laki ini di
Indikasikan sebagai faktor resiko katarak dimana perempuan penderita katarak lebih
2. Pekerjaan
Pekerjaan dalam hal ini berhubungan dengan paparan sinar ultraviolet, dimana
sinar UV merupakan faktor resiko terjadinya katarak. Sinar Ultraviolet yang berasal
dari sinar matahari akan diserap oleh protein lensa dan kemudian akan menimbulkan
teaksi fotokimia sehingga terbentuk radikal bebas atau spesies oksigen yang bersifat
sangat reakktif.
3. Pendidikan
Dari beberapa pengamatan survey di masyarakat diperoleh prevalensi katarak
lebih tinggi pada kelompok yang berpendidikan rendah. Meskipun tidak ditemukan
19
hubungan langsung antara tingkat pendidikan dengan kejadian katarak, namun tingkat
pendidikan dapat mempengaruhi status sosial ekonomi termasuk pekerjaan dan status
untuk tingkat pendidikan adalah rendah jika tamat SMP kebawah, sedang jika tamat
mampu mengobati penyakitnya ke rumah sakit atau klinik swasta yang mahal, sehingga
pengobatan katarak tidak menjadi prioritas bagi mereka. Jarak yang jauh dari sarana
pelayanan menyebabkan ongkos transportasi dan biaya untuk keluarga yang mengantar
menjadi mahal. Biaya perawatan mata pasca operasi seperti membeli kacamata juga
5. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil mengetahui dan terjadi setelah melakukan
pengindraan pada suatu objek tertentu dengan menggunakan panca indra yaitu indra
atau pemberian kuesioner dan penilaian jawabannya “ya“ bernilai 1 dan “tidak“
bernilai 0. Setelah itu dapat di interpretasikan dengan skala menurut Arikunto (2006),
20
b. Cukup: mampu menjawab benar 56% - 75% dari seluruh pertanyaan
B. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara
kebingungan, kekuatiran, pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak
jelas dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya. (Suliswati,2005)
ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekuatiran yang mendalam dan berkelanjutan,
tidak mengalami ganguang dalam menilai realitas (Reality Testing Ability / RTA,
masih baik), keprebadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan keprebadian /
splinting of personality, prilaku dapat menggangu tetapi masih dalam batas – batas
21
f. Keluhan-keluhan somatic ,misalnya rasa sakit pada otot dan tulang ,pendengaran
g. Selain keluhan –keluhan cemas secara umum di atas ada lagi kelompok cemas
3. Teori Kecemasan
a. Teori psikoanalitik
b. Teori Interpersonal
perpisahan, individu dengan harga diri rendah biasa sangat mudah mengalami
ansientas berat
c. Teori prilaku
a. Faktor eksternal
dilakukan.
b. Faktor internal
23
lebih sukar mengalami gangguan akibat kecemasan, karena individu
masalah baru.
selera humor yang tinggi, tipe ini cenderung lebih santai, tidak tegang dan
24
8. Lingkungan dan situasi Seseorang yang berada di lingkungan asing lebih
sudah dikenalnya.
10. Usia muda lebih mudah cemas dibandingkan individu dengan usia
kecemasan.
11. Jenis kelamin Gangguan kecemasan tingkat panik lebih sering dialami
5. Ganguan Kecemasan
Menurut Hawari (2011) ada beberapa gangguan kecemasan yaitu :
a. Gemetar
25
b. Tegang
c. Nyeri otot
d. Letih
g. Kening berkerut
h. Muka tegang
i. Gelisah
k. Mudah kaget
a. Berkeringat
b. Jantung berdebar-debar
c. Rasa dingin
e. Mulut kering
f. Pusing
h. Kesemutan
i. Rasa mual
26
k. Sering buang air seni
l. Diare
n. Kerongkongan tersumbat
datang(apprehensive expectation ):
a. Cemas ,khawatir,takut
b. Berpikir berulang(rumination )
orang lain.
4) Kewaspaadaan Berlebihan :
b. Sukar konsentrasi
c. Suka tidur
d. Mersas nyeri
e. Mudah tersinnggung
f. Tidak sabra
27
Gejala –gejala tersebut di atas baik yang bersifat psikis maupun sisik
somatik pada setiap orang tidak sama, dalam arti tidak seluruhnya gejala itu
yang mengalami stress,bedanya bila pada stress didominasi oleh gejala fisik
b. Gangguan Panik
Gejala klinis gangguan panic ini yaitu kecemasaan yang datangnya
mendadak disertai oleh perasaan takut mati, disebut juga sebagai serangan
paling sedikit 4 dari 12 gejala-gejala di bawah ini yang mincul pada setiap
serangan :
1. Sesak
2. Jantung berdebar-debar
5. Pusing,vertigo
7. Kesemutan
9. Kerkeringat banyak
28
11. Mengigil atau gemetar
oleh ganngguan alam piker phobia.Phobia adalah ketakutan yang menetap dan
itu disadari oleh orang yang bersangkutan sebagai suatu ketakutan yang berlebihan
phobia social dan phobia social, yang sering kali disertai dengan timbulnya
serangan panic. Kedua jenis phobia ini (dengan serangan panic) merupakan
yang terpaku (persistence) yang berulang kali muncul sedangkan kompulsi adalah
29
Secara klinis kriteria diagnostic gangguan obsesif –kompulsiof adalah
sebagai berikut :
1. Obsesi
dalam kesadaran dan dihayati sebagai hal yang tak masuk akal atau tak
2. Kompulsi
sterotipik
6. Klasifikasi Kecemasan
Menurut Dalami (2009) gangguan kecemasan merupakan masalah yang
paling sering terjadi 4 tingkat kecemasan yang dapat dialami oleh individu
sebagai berikut :
a. Kecemasan ringan
hari.Pada kecemasan ini lapangan persepsi melebar dan sesrorang akan berhati-
hati . dan waspada .Seseorang akan terdorong untuk belajar yang akan
30
1) Respon Fisiologis
2) Respon Kongnitif
b. Kecemasan sedang
1. Respon fisiologis
c. Mulut kering
31
d. Anorexia
e. Diare/kontipasi
f. Gelisah
2. Respon Kognitif
c. Kecemasan berat
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang
1. Respon fisiologi
a. Napas pendek
d. Penglihatan kabur
32
e. ketegangan
2. Respon Kognitif
e. Verbalisasi cepat
f. Bloking
individu siap siaga untuk beradptasi dengan cemas yang mungkin muncul.
Sedangkan rentang yang paling maladptif adalah panik dimana individu sudah
seseorang apakah ringan, sedang atau berat sekali orang menggunakan alat ukur
(instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety
33
kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing
1 = gejala ringan
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
34
C Kerangka Teori
Berdasarkan kerangka teoritis yang ada pada tinjauan pustaka, peneliti ingin
meneliti faktor –faktor yang berhubungan dengan Kecemasan pada klien katarak yang
akan menjalani tindakan phacoemulsifikasi di rumah saki khusus mata padang eye
Katarak
A. Etiologi katarak
-kelainan bawaan
-proses penuaan Kecemasan faktor yang
Penyakit sistemik mempengaruhi faktor
-trauma Eksternal
Internal
B. Klasifikasi katarak
Katarak insipien
Katarak imatur
Katarak matur
Katarak hipermature
Katarak morgani
Faktor yang mempengaruhi
C. Tahap pembedahan a jenis kelamin
katarak b status sosioal ekonomi
Ekstrakapsuler c pekerjaan
Ektraksi
d umur
e pendidikan
Tindakan f pengetahuan
phacoemulsifikasi
Keterangan: : diteliti
: Tidak diteliti
35
D Kerangka Konsep
berhubungan dengan kecemasan pada klien katarak yang akan menjalani tindakan
phacoemulsifikasi di Rumah Sakit Khusus Mata Padang Eye Center tahun 2019
Faktor-faktor :
a. Umur
b. Pendidikan Kecemasan
c. Pengetahuan
36
Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Skala ukur Kriteria Hasil
2 Defenisi Operasional
3 HIPOTESIS
38
5. Ha 4 : Ada hubungannya umur klien katarak dengan tingkat kecemasan yang
Center.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
Rumah sakit Khusus Mata Padang Eye center tahun 2019 .Pendekatan yang digunakan
variabel independen dalam penelitian ini yaitu umur, pendidikan dan pengetahuan.
ruangan poliklinik di RSKM Padang Eye Center pada bulan September 2019 s/d bulan
februari 2020 dan pengumpulan data di rencanakan pada bulan Januari 2019
40
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
2. Sampel
probability sampling dengan metode accidental sampling. Teknik ini dilakukan dengan
mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat yang sesuai
dengan konteks penelitian (Notoatmodjo, 2010). Rumus besar sampel yang digunakan
adalah rumus yang dikemukakan oleh slovin. Rumus tersebut adalah sebagai berikut:
Rumus : n = N
1+N(d ) ²
Keterangan
n=Besar sampel
N=Besar Populasi
n= N
1+ N (d)²
n= 576
1+5,76 (0,1) ²
41
n= 576
6,76
n = 85,20
c. klien tidak mampu berkomunikasi dengan baik karena tuna rungu atau
cacat mental
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang
diambil dengan kuisioner serta data lain meliputi, nama, jenis kelamin, dan
umur responden.
2. Data Sekunder
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang
diambil dengan kuisioner serta data lain meliputi, nama, jenis kelamin, dan
umur responden. Data sekunder adalah data yang didapatkan dari data atau
42
catatan yang ada di medical record ( MR).Kemudian mencatat data-data yang
pasien
a. Pengambilan surat izin untuk pengumpulan data awal dari pihak akademik
4. Intrumen Penelitian
43
Editing, yaitu proses memeriksa data yang sudah terkumpul, meliputi
pendidikan,pengetahuan.
44
Analisa univariat bertujuan untuk melihat karakteristik dari
2. Analisa Bivariat
sebesar 5% dengan catatan jika ρ-value < 0,05 maka sukses menolak hipotesis
(H0), artinya ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan variabel
bebas. Jika ρ-value > 0,05 maka gagal menolak hipotesis (H0), artinya tidak
tingkat kemaknaan (alpha) yang digunakan yaitu 5% atau 0,05. Apabila p value
< 0,05 maka Ho ditolak dan Ha (hipotesa penelitian) diterima, yang berarti ada
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, sedangkan bila p value>
45
Lampiran 3
KISI-KISI KUESIONER
Kecemasan 14 1-14
46
Lampiran 4
Kuesioner Penelitian
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kecemasan Pada Klien Katarak Yang Akan
Menjalani Tindakan Phacoemulsifikasi Di Rumah Sakit Khusus Mata Padang Eye
Center Tahun 2019
1. Nama Inisial :
2. Umur : …….. Tahun
3. Jenis Kelamin : (…..) L (….) P
4. Pendidikan Terakhir :
: ( ) Tidak Sekolah ( ) SD
( ) SMP ( ) SMA
( ) PerguruanTinggi
( ) Janda ( ) Duda
1. Pengetahuan
Petunjuk pengisian:
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama.
2. Silanglah (X) salah satu jawaban yang saudara anggap benar.
47
3. Mohon periksa kembali lembar jawaban, apakah sudah diisi dengan benar.
4. Lembar jawaban yang telah diisi lengkap, mohon dikembalikan kepada kepada
peneliti.
5. Terima kasih dan selamat mengisi !
Pertanyaan:
1) Menurut anda, yang dimaksud dengan penyakit katarak ?
a. Kekeruhan lensa yang terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
(1)
b. Penyakit yang menyerang organ tubuh manusia
(0)
c. Suatu racun yang menyebabkan rusaknya sistem kekebalan manusia
(0)
2) Menurut pendapat saudara, apa itu etiologi penyakit katarak ?
a. Proses penuaan ,penyakit sistemik
(1)
b. Air mata,kelainan bawaan
(0)
c. Air liur, air mata
(0)
3) Sebutkan klasifikasi penyakit katarak ?
a. Katarak kongenital ,katarak juvenile,katarak komplikata
(1)
b. Katarak nekrosis,katarak iskemik
(0)
c. Katarak herediter,katarak sekunder
48
(0)
4) Menurut saudara apakah yang dimaksud katarak kongenital?
a. Katarak yang terjadi pada usia bayi/lahir
(1)
b. Katarak yang terjadi pada usia dewasa
(0)
c. Katarak yang terjadi pada usia tua
(0)
5) Menurut saudara gejala dari penyakit Katarak itu yang dapat kita lihat?
a. Pandangan kabur,dan penglihatan tidak jelas
(1)
b. Pusing
(0)
c. Nafsu makan menurun
(0)
6) Apa yang dimaksud tindakan Phacoemulsifikasi ?
a. Tindakan mengunakan gelombang getaran suara
(1)
b. Tindakan tanpa gelombang suara
(0)
c. Tindakan mengunakan jahitan
(0)
7) Menurut saudara penyebab penyakit Katarak ?
a. Umur
(1)
b. Riwayat Penyakit
(0)
c. Pola Makan
49
(0)
8) Menurut saudara apakah warna katarak itu?
a. Putih
(1)
b. hijau
(0)
c. hitam
(0)
9 ) Menurut saudara apakah penyakit katarak harus di operasi?
a. ya
(1)
b. Bisa dengan obat
(0)
c. Dibiarkan saja
(0)
10 Menurut saudara apakah katarak penyakit menular
a. ya
(0)
b. tidak
(1)
c. bisa
(0)
Kecemasan
50
Nilai 3 : gejala berat
Nilai 4 : gejala berat sekali
51
berkurang kesenangan pada hobi
sedih
bangun dini hari
perasaan berubahubah sepanjang hari
7 gejala somatik / fisik (otot) 0 1 2 3 4
sakit dan nyeri di otot-otot
kaku
kedutan otot
gigi gemeletuk
suara tidak stabil
8 gejala somatik / fisik (sensorik) 0 1 2 3 4
tinitus (telinga berdenging)
penglihatan kabur
muka merah atau pucat
merasa lemas
perasaan ditusuk-tusuk
9 gejala kardiovaskuler 0 1 2 3 4
takikardia
berdebar-debar
nyeri di dada
denyut nadi mengeras
rasa lesu/lemas seperti mau pingsan
detak jantung menghilang (berheti sekejap)
10 gejala respiratori (pernapasan) 0 1 2 3 4
rasa tertekan atau sempit di dada
rasa tercekik
sering menarik nafas
nafas pendek / sesak
11 gejala gastrointestinal (pencernaan) 0 1 2 3 4
sulit menelan
perut melilit
gangguan pencernaan
nyeri sebelum dan sesudah makan
perasaan terbakar di perut
rasa penuh atau kembung
mual
muntah
52
buang air besar lembek
sukar buang air besaar (konstipasi)
kehilangan berat badan
gejala urogenital (perkemihan dan
12 kelamin) 0 1 2 3 4
sering buang air kecil
tidak dapat menahan air seni
tidak datang bulan
darah haid berlebihan
darah haid amat sedikit
masa haid berkepanjangan
masa haid amat pendek
haid beberapa kali dalam sebulan
menjadi dingain (frigid)
ejakulasi dini
ereksi melemah
ereksi hilang
13 gejala autonom 0 1 2 3 4
mulut kering
muka merah
mudah berkeringat kepala pusing
kepala terasa berat
kepala terasa sakit
bulu-bulu berdiri
14 tingkah laku (sikap) pada wawancara 0 1 2 3 4
gelisah
tidak tenang
jari gemetar
kerut kening
muka tegang
otot tegang / mengereas
nafas pendek dan cepat
muka merah
53
54