Anda di halaman 1dari 21

Perkembangan metodologi

observasi, asosiasi, dan kausalitas


SHAOLA SYAFRULLAH KADER
1920322001
Overview

1. Kausalitas dalam Epidemiologi


2. Metode Pencegahan dan Pengendalian yang dirancang
dari Kausalitas
3. Faktor – faktor dalam Kausalitas Penyakit
4. Jaringan Penyebab Penyakit
5. Asosiasi Epidemiologi dalam Kausalitas Penyakit
6. Pembentukan Hipotesa dalam Epidemiologi
7. Risiko dalam Asosiasi dan Kausalitas
8. Skrining dan Deteksi Penyakit dalam Populasi
9. Sensitivitas dan Spesifisitas : Uji Validitas
Kausalitas dalam
epidemiologi
Hubungan antara dua atau lebih variabel, dimana salah satu atau lebih
variabel
tersebut merupakan variabel penyebab kausal (primer dan sekunder)
terhadap
terjadinya variabel lainnya sebagai hasil akhir dari suatu proses
Teori sebab
terjadinya akibat dalam epidemiologi
penyakit.
Logika sebab-akibat
Pengujian hipotesis sebab-akibat
Attributable risk, contohnya : merokok “penyebab beban
penyakit”
Teori sebab-akibat dalam epidemiologi

Unsur dalam kausalitas necessary (keberadaan)


sufficient (kecukupan)

Kausalitas dalam penyebaran penyakit dapat bersifat langsung dan tidak


langsung
10 kriteria kausalitas
1. Konsistensi: jika variabel, faktor yang pernah muncul kemudian
muncul lagi di lain waktu maka akan menunjukkan memiliki
hubungan yang berulang
2. Kekuatan: jika KLB penyakit lebih mungkin terjadi akibat
keberadaan satu faktor dibandingkan keberadaan faktor atau
peristiwa lain.
3. Spesifikasi: jika hubungan sebab akibat dari suatu KLB
berhubungan secara khusus dengan satu,dua penyakit yang
saling berkaitan
4. Hubungan waktu: jika hubungan sebab akibat suatu penyakit
terjadi sebelum penyakit berkembang, maka faktor waktu perlu
diperhitungkan
5. Kongruensi: jika hubungan sebab akibat suatu penyakit
berhubungan dengan pengkajian yang ada dan apakan ada
observasi dan pengkajian yang logis, ilmiah dan masuk akal
6. Sensitivitas: jika terjadi KLb, apakah mengandung unsur
kebenaran dan mampu mengidentifikasi dengan benar bahwa
penyakit tersebut terjadi akibat penyebab yang dicurigai
Con’t

7. Biologis/medis: jika hubungan didasarkan pada virilitas


patogen atau faktor resiko dan kemampuannya untuk
menyebabkan penyakit atau kondisi serta tingkat
kerentanan pejamu.
8. Plausabilitas (kelogisan). Hubungan harus dibuktikan
sebagai hubungan kausal dan didasarkan pada ilmu
pengetahuan biologis, kedokteran, epidemiologi, dan
pengetahuan ilmiah
9. Ekperimen dan penelitian. Pengetahuan dan kesimpulan
tentang hubungan sebab akibat yang didasarkan pada
penelitian dan eksperimen menambah bukti pendukung
substansial dan bobot sifat kausal dari hubungan tersebut
10. Faktor analogi jika hubungan yang sama ternyata bersifat
kausal dan memperlihatkan hubungan sebab akibat,
transfer pengetahuan harus berguna dan analogi
hubungan tersebut dapat dievaluasi sebagai hubungan
kausal
Penyebab penyakit dan studi
epidemiologi
 Hubungan kausal epidemiologi digunakan untuk mempelajari dan
menentukanb agaimana peristiwa, pajanan atau situasi penyebab
penyakit yang berbedaberhubungan satu sama lain.

 Investigasi awal dalam kausalitas yang dilakukan Louis Pasteur dan


Robert Koch mikroba sebagai penyebab tunggal penyakit

 Dalam penyakit, kondisi, dan kelainan kronis, satu penyebab atau


agens tunggal jarang dapat menyebabkan penyakit.
 Penyebab ganda atau faktor risiko sering ditemukan pada penyakit
kronis.
 Web of causation (jaringan penyebab) = kondisi kompleks mengenai
penyakit yang
 disebabkan oleh pekerjaan, lingkungan, perilaku, atau gaya hidup.
Kriteria penyebab

 Penyebab penyakit/kondisi harus terdistribusi di dalam populasi pada tingkat yang


sama dengan tingkat distribusi penyakit.
 Insidensi suatu penyakit dalam populasi yang terpajan penyakit harus lebih tinggi
daripada mereka yang tidak terpajan.
 Pajanan terhadap penyebab penyakitharus lebih sering di antara mereka yang
terkena daripada yang tidak.
 Suatu kasus penyakit harus terjadi setelah pajanan terhadap penyebab penyakit
 Semakin besar dosis terhadap pajanan, semakin besar kemungkinan terkena
penyakit
 Penjamu harus memberi respon setelah terpajan baik dari ringan sampai parah.
 Hubungan antara penyebab dan penyakit harus ditemukan dalam populasi yang
sama.
 Kemungkinan lain untuk sebab-akibat harus disingkirkan.
 Metode pengendalian vektor yang membawa penyakit harus dapat mengurangi
insidensi penyakit yang terjadi.
Metode pencegahan dan
pengendalian yang dirancang dari
 kausalitas
Studi kausalitas, hubungan dan konsep-konsep yang berhubungan, dilakukan
untuk membantu mengetahui penyebab dan penyebaran penyakit pada individu
karena hal ini akan berdampak pada populasi.
 Biostatistik berguna dalam menetapkan hubungan dan menunjukkan signifikansi
dan probabilitas penyebab.
 Fokus studi epidemiologi tentang hubungan dan kausalitas penyakit harus
ditujukan untuk mendapatkan pembelajaran yang lebih banyak tentang
hubungan sebab akibat sehingga petugas kesehatan masyarakat dapat
mempergunakan pengetahuan yang diperoleh untuk melindungi kesehatan
masyarakat.
Faktor-faktor dalam
kausalitas penyakit
 Faktor predisposing merupakan faktor atau kondisi yang
memang sudah ada yang menyebabkan pejamu
merespons patogen atau agens dengan cara tertentu
 Faktor enabling merupakan faktor atau kondisi yang
memungkinkan atau mendorong terjadinya penyakit,
kondisi, cedera ketidakmampuan atau kematian
 Faktor precipitating merupakan faktor esensial dalam
perkembangan penyakit kondisi, cedera , ketidak
mampuan dan kematian
 Faktor reinforcing memiliki kemampuan untuk
mendukung keberadaan dan penularan penyakit atau
kondisi atau untuk mendukung kondisi status kesehatan
masyarakat sekaligus mengendalikan penyakit dan
kondisi
Jaringan penyebab penyakit

 Penyakit menular memiliki satu penyebab : satu patogen


 Penyakit dan kondisi kronis disebabkan oleh faktor/risiko
ganda: pekerjaan, lingkungan, perilaku, dan gaya hidup
Asosiasi epidemiologi dalam
kausalitas penyakit
• Kausalitas suatu penyakit dapat bergantung pada
pemahaman asosiasi variabel, pajanan terhadap awitan
penyakit, keparahan dan perjalanan penyakit
• Seseorang yang mengalami pajanan atau memperlihatkan
karakteristik tertentu biasanya mempunyai kemungkinan
yang lebih besar untuk terjangkit penyakit
• Contoh jika seseorang sudah merokok lebih dari 25 tahun
dan menderita kanker paru, dan hal ini terus berulang pada
kasus-kasus lainnya maka merokok dapat diidentifikasi
sebagai pajanan yang berasosiasi terhadap penyakit kanker
paru.
• Asosiasi berkaitan dengan bagaimana kejadian atau
lingkungan yang berbeda berhubungan satu sama lain . Atau
bagaimana suatu kondisi sebab akibat memang ada untuk
menyebabkan penyakit.
 Kekuatan asosiasi
 Semakin kuat asosiasi maka semakin besar kemungkinan bahwa hubungan
antar kejadian atau pajanan terbentuk akibat variabel sebab akibat.
 Jika frekuensi atau intensitas pajanan meningkat, insiden dan keparahan
meningkat, maka kemungkinan hubungan kausal akan meningkat dan
asosiasi akan terbentuk.
 Kekuatan asosiasi juga bertambah akibat faktor waktu

 Faktor waktu dalam asosiasi


 Kemungkinan faktor penyebab meningkat seiring berjalannya waktu.
 Jika peristiwa terjadi dalam urutan yang tepat, memiliki durasi yang tepat,
dan kemunculannya di saat yang tepat maka kekuatan asosiasinya akan
meningkat
 Kongruensi ilmiah dalam asosiasi
 Asosiasi dalam sebab akibat harus sesuai dengan pengetahuan dan informasi
ilmiah dan memiliki sumber.
 Penyebab harus didasarkan dan didukung oleh bukti epidemiologi yang
tersedia
 Dua tingkat asosiasi:
1. asosiasi langsung
Asosiasi langsung bergantung pada keterbatasan pengetahuan ilmiah
saat ini dan banyaknya informasi yang diketahui tentang hubungan
sebab akibat
2. asosiasi tidak langsung
Asosiasi tidak langsung disebut juga sebagai asosiasi kausal tidak
langsung yang dibantu oleh aspek penalaran deduktif tentang
asosiasi sewaktu mencari bukti yang solid tentang kausalitas

 Dua tipe asosiasi


1. asosiasi simetris
2. asosiasi asimetris
Pembentukan hipotesa dalam
epidemiologi
Hipotesis merupakan suatu dugaan atau pengandaian yang
dibentuk melalui observasi ilmiah yang cermat yang menjadi
dasar disusunnya suatu teori atau prediksi.
Pembentukan Hipotesa :
 Dasar mengembangkan hipotesa adalah teknin penalaran
ilmiah
 Penalaran induktif merupakan proses yang mengumpulkan
fakta yang spesifik menuju pernyataan umum yang
menjelaskan fakta tersebut.
 Bergantung pada pengamatan yang benar dan tepat,
interpretasi fakta secara tepat dan akurat dan hubungannya
satu sama lain serta hubungannya dengan kausalitas.
 Penjelasan umum mengenai informasi, dari fakta secara
tepat dan akurat yang berkaitan dengan kausabilitas
 Dan pengembangan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan
menggunakan fakta dalam melakukan analisis.
Con’t

 Pendekatan dalam menentukan hipotesa


 Metode perbedaan. Frekuensi kejadian penyakit akan
berbeda pada kondisi yang berbeda.
 Metode persamaan. Faktor penyebab penyakit dapat juga
sama antara satu dengan yang lainnya
 Metode pendamping. Frekuensi kejadian penyakit atau
resiko bervariasi menurut frekuensi penyakit dan kondisi.
 Metode analogi. Suatu penyakit dan patogenesisnya
mungkin serupa dengan penyakit lainnya.
Risiko dalam asosiasi dan
kausalitas
Risiko adalah peluang suatu kejadian atau pajanan untuk
menyebabkan beberapa
penyakit, kondisi, ketidakmampuan, atau kematian.

Risiko berhubungan erat dengan insidensi.


risiko menggambarkan probabilitas beberapa hasil yang tidak
diinginkan dari kejadian Yang berhubungan dengan medis.

Asosiasi dan risiko dapat diukur secara statistik.

Faktor risiko adalah perilaku, kejadian, pengalaman, atau


pajanan yang dikaitkan dengan munculnya kejadian penyakit,
kondisi, cedera, ketidakmampuan, atau kematian. Pajanan
terhadap faktor risiko juga membantu menentukan risiko.
Skrining dan deteksi penyakit
dalam epidemiologi
Skrining merupakan pelaksanaan prosedur sederhana dan cepat
untuk mengidentifikasikan dan memisahkan orang yang tampak
sehat,tetapi kemungkinan beresiko terkena penyakit, dari
mereka yang mungkin tidak terkena penyakit yang mungkin tidak
terkena penyakit.

Skrining multifase adalah penggunaan suatu kombinasi tes dan


diagnostik yang dilakukan secara berurutan oleh teknisi dibawah
arahan medis terhadap sekelompok besar orang yang sehat.
Skrining ini digunakan untuk mengidentifikasi penyakit atau
kondisi apapun pada populasi yang terlihat sehat.
Pertimbangan program skrining

 Penyakit/kondisi harus merupakan masalah medis utama


 Pengobatan yang dapat diterima harus tersedia untuk individu
berpenyakit yang terungkap setelah proses skrining dilakukan.
 Harus tersedia akses ke fasilitas dan pelayanan kesehatan untuk
didiagnosis dan pengobatan lanjutan
 Penyakit harus memiliki perjalanan yang dapat dikenali.
 Harus tersedia tes yang tepat dan efektif
 Tes dan proses uji harus dapat diterima masyarakat.
 Riwayat alami penyakit atau kondisi harus cukup dipahami.
 Kebijakan, prosedur, dan tingkatan uji harus ditentukan untuk
menentukan siapa yang harus ditunjuk untuk pemeriksaan,
diagnosis, dan tindakan lebih lanjut.
 Proses harus cukup sederhana.
 Skrining dilakukan sebagai proses yang teratur dan berkelanjutan.
Uji validitas
Sensitivitas adalah kemampuan suatu uji untuk mengidentifikasi dengan benar,
mereka
yang terkena penyakit yang memperlihatkan proporsi orang yang benar-benar sakit.

Sensitivitas =

Spesifisitas adalah kemampuan suatu uji untuk mengidentifikasi dengan benar


persentase
mereka yang tidak terkena penyakit yang menunjukkan proporsi orang yang tidak
terkena
penyakit dalam populasi yang menjalani skrining.
Spesifisitas =
Pemahaman hasil skrining, sensitivitas, dan spesifikasi

Program Skrining untuk Populasi


Besar

Hasil Tes Skrining

Negatif (-) Positif (+)

NB NP PP PB
Tidak sakit Sakit Tidak sakit Sakit
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai