PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat merupakan modal utama bagi suatu pembangunan,untuk itu
sehat menjadi suatu hal yang sangat diidamkan oleh semua orang, baik
sehat secara fisik, psikis, dan juga sosial. Salah satu kesehatan yang sangat
penting untuk di jaga adalah kesehatan mata. Menurut WHO, saat ini
Sebanyak 40-45 juta di antaranya tidak dapat melihat atau buta. Laporan
dunia (33%) setelah gangguan refraksi yang tidak terkoreksi (42%) WHO
(Kemenkes RI,2014).
Indonesia saat ini terdapat sekitar 1,7 juta orang menderita katarak
itu untuk dapat menanggulangi jumlah penderita katarak yang sekitar 1.7
juta jiwa di Indonesia setiap dokter mata harus mampu melakukan operasi
mata terhadap 3.420 pasien pertahun. Semua ini akan berhasil jika
dkk, (2017). Pada penelitian yang dilakukan oleh Bahsoan sekitar 1,2
memiliki firasat buruk yang akan terjadi pada dirinya. Seseorang yang
2013). Jika perasaan cemas yang dialami sesorang berlebihan maka dapat
pada tahun 2012, umur yang muda lebih mudah mengalami kecemasan,
dibandingkan umur yang lebih matang. Menurut Stuart pada tahun 2016
mental dari klien melalui penjelasan tindakan spesifik yang akan dilakukan
yaitu BKMM Sumatera Barat, RSKM Regina Eye Center dan RSKM
Eye Center pada tahun 2018 sejumlah 4194 kasus, RSKM Regina Eye
Center pada tahun 2018 sebanyak 1635 kasus, dan BKMM Sumater Barat
tahun 2019 dari 10 responden pasien yang akan dilakukan tindakan operasi
Center.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan latar belakang diatas dapat dirumuskan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan
Eye Center
c. Diketahui distribusi frekuensi tingkat pendidikan klien katarak
TINJAUAN PUSTAKA
Cataracta berarti air terjun. Bahasa Indonesia disebut bular karena penglihatan
seperti tertutup air akibat lensa yang keruh (Ilyas, 2006). Katarak adalah
perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh.
Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan
lensa keruh cahaya sulit menembus retina dan menghasilkan bayangan yang kabur
lensa, denaturasi protein lensa. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan
berjalan progresif dan tidak mengalami perubahan dalam waktu lama. Kekeruhan
lensa mengakibatkan lensa tidak transparan, sehingga pupil berwarna putih atau
abu–abu. Pada mata tampak kekeruhan lensa dalam berbagai bentuk dan tingkat,
atau berbagai lokalisasi di lensa sepert di kortek dan nukleus (Ilyas, 2015).
1. Kelainan bawaan
Adanya gangguan proses perkembangan embrio saat dalam kandungan
dan kelainan pada kromosom secara genetik dapat menimbulkan kekeruhan lensa
saat lahir. Pada umumnya kelainan tidak hanya pada lensa tetapi juga pada bagian
2. Proses penuaan
lapisan baru dari serat kortikal secara konsentris, nukleus lensa akan mengalami
protein dengan berat molekul yang tinggi. Kumpulan protein ini dapat menjadi
cukup banyak untuk menyebabkan fluktuasi mendadak indeks bias lokal lensa,
3. Penyakit sistemik
Dasar patogenesis yang melandasi penurunan visus pada katarak dengan diabetes
adalah teori akumulasi sorbitol yang terbentuk dari aktivasi alur polyol pada
keadaan hiperglikemia yang mana akumulasi sorbitol dalam lensa akan menarik
air ke dalam lensa sehingga terjadi hidrasi lensa yang merupakan dasar
adanya AGE akan mengganggu struktur sitoskeletal yang dengan sendirinya akan
4. Trauma
meliputi:
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital
muda (usia kurang dari sembilan tahun dan lebih dari tiga bulan). Katarak
mellitus.
7. Katarak sekunder merupakan katarak karena akibat terbentuknya jaringan
fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal, dan terlihat sesudah dua hari
memecah lensa.
8. Bila mata sehat dan tidak terdapat kelainan sistemik biasanya terdapat
1. Katarak insipien
Merupakan kekeruhan lensa tahap awal dengan visus yang relatif baik.
2. Katarak imatur
3. Katarak matur
bantuan senter, tidak terlihat iris shadow, visus 1/3000 atau light
perception positif.
4. Katarak hipermatur
Terjadi ketika massa lensa mengalami kebocoran melalui kapsul lensa
5. Katarak morgagni
yang tebal sehingga korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat
6. Katarak brunesen
nukleus lensa, terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan miopia
tinggi. Ketajaman penglihatan lebih baik dan biasanya ini terdapat pada
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu
katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki dekade
ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal. Karena
permanen. Faktor yang paling berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi
vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama (Smeltzer & Bare,
2002).
yang keruh. Lensa dikeluarkan dengan pinset atau batang kecil yang dibekukan.
kapsular (EKEK).
Pembedahan dapat juga dilakukan dengan cara menghisap lensa yang
keruh setelah pembungkusnya dibuka. Semua cara pengeluaran lensa yang keruh
pembedahan halus dan kecil yang dilakukan menggunakan mikroskop dan alat
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa anterior
sehingga massa lensa korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut,
pada kapsul posterior. Jenis EKEK antara lain ekstraksi linear, aspirasi dan
edema.
2. Fakoemulsifikasi
zonula zinn yang telah rapuh atau berdegenerasi dan mudah diputus. Pada
Katarak EKIK tidak boleh dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40
faktor, baik internal maupun eksternal . Faktor internal yang berpengaruh antara
lain adalah umur dan jenis kelamin sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh
adalah pekerjaan dan pendidikan yang berdampak langsung pada status social
ekonomi dan stutus kesehatan seseorang, serta faktor lingkungan, yang dalam
hubungannya dalam paparan sinar Ultraviolet yang berasal dari sinar matahari
(Sirlan F, 2009).
BAB 9 : Umur
Proses normal ketuaan mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh,
keadaan ini disebut sebagai katarak senile, yang sering ditemukan mulai usia 40
tahun keatas. Dengan meningkatnya umur, maka ukuran lensa akan bertambah
dengan timbulnya serat-serat lensa yang baru. Seiring bertambahnya usia, lensa
berat katarak. Pada golongan umur 60 tahun hampir 2/3 nya mulai mengalami
katarak. Berdasarkan WHO umur adalah Usia responden terhitung sejak lahir.
Klarifikasi umur menurut WHO adalah 17-25 tahun tergolong umur remaja akhir,
26-45 tahun tergolong dewasa, 46-65 tahun tergolong lansia dan yang terakhir 65
BAB 11 : Pekerjaan
Pekerjaan dalam hal ini berhubungan dengan paparan sinar ultraviolet,
yang berasal dari sinar matahari akan diserap oleh protein lensa dan kemudian
akan menimbulkan teaksi fotokimia sehingga terbentuk radikal bebas atau spesies
BAB 12 : Pendidikan
Dari beberapa pengamatan survey di masyarakat diperoleh prevalensi
katarak lebih tinggi pada kelompok yang berpendidikan rendah. Meskipun tidak
SMP kebawah, sedang jika tamat SMA dan tinggi tamat perguruan tinggi.
mampu mengobati penyakitnya ke rumah sakit atau klinik swasta yang mahal,
sehingga pengobatan katarak tidak menjadi prioritas bagi mereka. Jarak yang jauh
dari sarana pelayanan menyebabkan ongkos transportasi dan biaya untuk keluarga
yang mengantar menjadi mahal. Biaya perawatan mata pasca operasi seperti
BAB 14 : Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil mengetahui dan terjadi setelah melakukan
pengindraan pada suatu objek tertentu dengan menggunakan panca indra yaitu
bernilai 1 dan “tidak“ bernilai 0. Setelah itu dapat di interpretasikan dengan skala
tersinggung
b. Merasa tegang tidak senang,gelisah,mudah terkejut.
c. Takut sendirian ,takut pada keramaian dan banyak orang
d. Gaguan pola tidur,mimpi –mimpi yang menegangkan
e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
f. Keluhan-keluhan somatic ,misalnya rasa sakit pada otot dan
a. Teori psikoanalitik
Kecemasan adalah konflik emosional anatara dua elemen
c. Teori prilaku
Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatuyang
diinginkan
d. Kajian biologis
Kajian Biologis menunjukan bahwa otak mengandung respetor
2) Konflik emosional
kecemasan
4) Frustasi
5) Ganguan Fisik
Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
kecemasan
8) Medikasi
menghasilkan kecemasan
b. Faktor Prefipitasi
1) Ancaman terhadap integrits fisik
Ketengangan yang mengancam integritas fisik meliputi:
a) Sumber Internal meliputi kegagalan mekanisme fisiologis
normal (hamil)
b) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
b) Sumber eksternal
Sumber eksternal adalah kehilangan orang yang dicintai
5. Ganguan Kecemasan
Menurut Hawari (2011) ada beberapa gangguan kecemasan yaitu :
datang(apprehensive expectation ):
a. Cemas ,khawatir,takut
b. Berpikir berulang(rumination )
c. Membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya
sisik somatik pada setiap orang tidak sama, dalam arti tidak seluruhnya
psikis.
b. Gangguan Panik
(kriteria diagnostic) .
Secara klinis gangguan panic ditegakkan kriteria diagnostic
yang menetap dan tidak rasional terhadap suatu objek,aktifoitas atau situasi
mampu mengatasinya.
Yang sering dijumpai dalam pengalaman sehari-hari adalah agoraphobia
dan phobia social dan phobia social, yang sering kali disertai dengan
timbulnya serangan panic. Kedua jenis phobia ini (dengan serangan panic)
phobia ini menggangu fungsi dan peran social dalam kehidupan sehari-hari
ke dalam kesadaran dan dihayati sebagai hal yang tak masuk akal
menekannya
2. Kompulsi
Kompulsi adalah tingkah laku berulang yang nampaknya
yang paling sering terjadi 4 tingkat kecemasan yang dapat dialami oleh
1. Respon fisiologis
a. Sering nadas pendek
b. Nadi ekstra systole dan tekanan Darah naik
c. Mulut kering
d. Anorexia
e. Diare/kontipasi
f. Gelisah
2. Respon Kognitif
a. Lapang persepsi menyempit
b. Rangsang luar tidak mampu diterima
c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatianya
3. Respon prilaku dan emosi
a. Gerakan tersentak –sentak (meremas tangan)
b. Bicara banyak dan lebih cepat
c. Perasaan tidak nyaman
c. Kecemasan berat
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang
1. Respon fisiologi
a. Napas pendek
b. Nadi dan tekanan dah naik
c. Berkeringat dan sakit kepala
d. Penglihatan kabur
e. ketegangan
2. Respon Kognitif
a. Lapang Persebsi Menyempit
b. Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Respon Prilaku dan esmosi
d. Perasaan ancaman meningkat
e. Verbalisasi cepat
f. Bloking
7. Rentang Respon Kecemasan
individu siap siaga untuk beradptasi dengan cemas yang mungkin muncul.
seseorang apakah ringan, sedang atau berat sekali orang menggunakan alat
ukur (instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for
Anxiety (HRS-A. Alat ukur terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-
adalah :
1 = gejala ringan
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
4= gejala berat sekali
Masing- masing nilai angka (Score) dari 14 kelompok gejala tersebut
ingin meneliti faktor –faktor yang berhubungan dengan Kecemasan pada klien
Faktor-faktor penyebab
Jenis Katarak katarak :
Katarak insipien Jenis klamin
Katarak imatur Status Sosial Ekonomi
Katarak matur Pekerjaan
Katarak hipermatur
Katarak morgagni
Katarak brunesen
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi kecemasan:
a. Umur
b. Pendidikan
c. Pengetahuan
Kecemasan
Keterangan: : diteliti
: Tidak diteliti
D Kerangka Konsep
Kerangka konsep yaitu hubungan atau kaitan antara konsep –konsep atau
variable yang akan di amati ( diukur) melalui penelitian tersebut. Penelitian ini
G HIPOTESIS
BAB III
METODE PENELITIAN
mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada klien yang
Penelitian ini akan dilakukan pada pasien katarak yang akan dilakukan di
ruangan poliklinik di RSKM Padang Eye Center pada bulan September 2019 dan
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah pasien katarak yang akan
Center. Rumus besar sampel yang digunakan adalah rumus yang dikemukakan
dibulatkan menjadi 94
Keterangan
N=Besar sampel
Z=1,96
D =presisi diharapkan 0,1(10%)
P=proporsi (diperoleh dari peneliti sebelumnya)
1 Data primer
Data dikumpulkan melalui wawancara kepada responden sesuai dengan
2 Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari data atau catatan yang
medis pasien
umur, pendidikan,pengetahuan.
a. Analisa Univariat
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antar setiap
sebesar 5% dengan catatan jika ρ-value < 0,05 maka sukses menolak
dengan variabel bebas. Jika ρ-value > 0,05 maka gagal menolak hipotesis
(H0), artinya tidak ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan
variabel bebas. Bila 2x2 dijumapai nilai expected (harapan) kurang dari 5,
maka uji yang digunakan adalah Fisher Exact Test (Hastono, 2007.,
digunakan yaitu 5% atau 0,05. Apabila p value < 0,05 maka Ho ditolak
variabel bebas dan variabel terikat, sedangkan bila p value> 0,05 maka Ho
Lampiran 3
KISI-KISI KUESIONER
Kecemasan 20 1-20
Pengetahuan 10 1-10
Lampiran 4
Kuesioner Penelitian
1. Nama Inisial :
( ) SMP ( ) SMA
A Kecemasan
dengan cepat.
11. Saya mengalami pusing tiba-tiba.
12. Saya merasa seperti pingsan.
13. Saya merasa dada saya sesak atau tertekan.
14. Saya merasa kaki dan jari-jari kaki saya kebas
pencernaan.
16. Frekuensi buang air kecil lebih sering dari
biasanya
17. Tangan saya dingin dan basah oleh keringat
18. Wajah saya terasa panas dan kemerahan
19. Saya sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam
20. Saya mengalami mimpi buruk
B TINGKAT PENGETAHUAN
Ya Tidak
3. Menurut anda golongan usia mana saja yang dapat terkena katarak?
Anak-anak Lansia (45 tahun ke atas)
4. Centang di bawah ini yang menurut anda merupakan gejala dari katarak.
(Boleh >1)
5.
Apakah ada penyakit lain yang dapat membuat katarak?
Ya Tidak
6.
___________________________________________________________________
Apakah katarak dapat menyebabkan kebutaan?
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
Sudah Belum
Jika Sudah,
Dimana : _______________________
Kapan : _______________________
10.
Apakah katarak dapat terkena di kedua mata?
Ya Tidak