Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

GANESA BAHAN GALIAN

NAMA : AAN ARDIANSYAH


NIM : 202211065

TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULAWESI TENGGARA
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Kendari, 12 Januari 2023

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Di bumi, umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam yang terdapat
dalam retakan-retakan batuan kuarsa dan dalam bentuk mineral. Emas juga
ditemukan dalam bentuk alluvial yang terbentuk karena proses pelapukan
terhadap batu-batuan yang mengandung emas (gold bearing rocks) (Peters, 2001).
Pada industri, emas diperoleh dengan cara mengisolasinya dari batuan
bijih emas. Batuan bijih emas yang layak dieksploitasi sebagai industri tambang
emas adalah sekitar 25 g/ton kandungan emasnya. Metode isolasi emas yang saat
ini banyak digunakan untuk keperluan eksploitasi emas skala industri adalah
metode sianida dan metode amalgamasi.
Di Indonesia, masyarakatnya masih melakukan penambangan secara
tradisional. Usaha pertambangan tersebut dilakukan dengan metode amalgamasi
yaitu dengan menggunakan merkuri (Hg) untuk mengikat emas dan menghasilkan
limbah Hg dan logam berat lainnya dari hasil pemurnian emas. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa kadar emas yang didapat dari proses amalgamasi
masih rendah yaitu sekitar 40% dan kehilangan air raksa sebesar 5-10% (Sanusi,
1984). Inti bumi diperkirakan terdiri atas besi dengan kandungan nikel sekitar 7%. Zona
diantara kerak bumi dan inti bumi, yaitu yang disebut mantel ( mantle ), diperkirakan
tebalnya 2.898 km dan mengandung 0,1%-0,3% nikel. Deposit nikel pada umumnya dapat
diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu nickel-copper sulfide, nickel silicate dan
nickel laterites and serpentines. Dalam uraian selanjutnya, pembahasan hanya dibatasi
pada laterit. Bijih nikel laterit merupakan hasil proses pelapukan ( weathering ) batuan
ultrabasa peridotit yang terdapat diatas permukaan bumi. Proses pelapukan terjadi karena
pergantian musim panas dan dingin silih berganti, sehingga batuan menjadi pecah-pecah
dan mengalami pelapukan.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.2.1. PEMBENTUKAN EMAS
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PEMBENTUKAN EMAS
Secara umum, emas terbentuk berdasarkan 4 konsep yaitu: kristalisasi magma, sublimasi,
metasomatisme kontak, dan proses hidrotermal. Dari ke-4 konsep di atas jelas terlihat bahwa
asal mula pembentukan emas sangat erat hubungannya dengan tingkah laku magma. Simak
penjelasannya dibawah ini.
Kristalisasi Magma
Magma mempunyai sifat selalu bergerak ke segala arah (mobile). Salah satu pergerakannya
adalah intrusi, yaitu penerobosan magma pada lapisan batuan/kulit bumi menuju ke
permukaan bumi dan mengisi retakan-retakan atau celah-celah batuan yang ada di kulit bumi.
Dalam perjalan ini, intrusi magma akan mengalami penurunan suhu dan tekanan yang
mengakibatkan terjadinya kristalisasi mineral-mineral silikat. Proses kristalisasi berakibat
pada terbentuknya mineral-mineral silikat dan mineral-mineral sisa cairan magma, termasuk
terbentuknya emas porfiri (kasar) yang mengkristal akibat pembekuan magma.
Sublimasi
Sublimasi merupakan proses pengendapan langsung mineral dari uap atau gas. Pembentukan
mineral merupakan proses kecil bila dibandingkan dengan proses-proses lainnya. Prinsip
proses tersebut terletak pada penurunan suhu maupun tekanan. Endapan mineral biasanya
terbentuk akibat dua atau lebih gas yang bereaksi. Cebakan emas sublimasi terbentuk karena
terbawa oleh uap atau gas yang bereaksi.
Metasomatisme Kontak
Proses intrusi magma menyisakan larutan dan gas bersuhu tinggi dan apabila bersentuhan
dengan dinding batuan bercelah dapat mengakibatkan reaksi yang menghasilkan mineral-
mineral baru. Pembentukan bijih emas pada proses ini diakibatkan oleh magma kaya bijih
bersentuhan dengan batuan samping yang reaktif (metasomatisme kontak), sehingga terbentuk
emas yang biasanya mempunyai tekstur kasar.
Proses Hidrotermal
Hasil akhir proses pembekuan magma yang mengintrusi adalah cairan sisa magma yang
mengandung konsentrasi logam-logam termasuk emas. Cairan ini disebut larutan hidrotermal
yang membawa logam-logam ke tempat pengendapan baru. Endapan hidrotermal pada
umumnya berkaitan dengan alterasi atau proses ubahan.
konsep hidrotermal

Dari alterasi inilah dihasilkan perubahan susunan baik mineral maupun kimia batuan akibat
pengaruh cairan hidrotermal. Perubahan yang terjadi dapat berupa rekristalisasi, pembentukan
mineral baru, penyusunan kembali komponen kimia, atau dapat menghasilkan perubahan sifat
fisik seperti permeabilitas dan porositas batuan.
3.1. PEMBENTUKAN NIKEL
Pembentukan endapan nikel laterit dikontrol oleh beberapa faktor yang saling terkait, dan
diketahui ada 3 faktor yang berperan penting dalam pembentuk endapan nikel laterit, yaitu:
 Batuan Induk
 Proses terbentuknya nikel dimulai dari batuan yang mengandung mineral-mineral
mafik (ferromagnesian), dengan gugusan senyawa Fe dan Mg, dimana mineral yang
termasuk didalamnya adalah olivine, piroksen, dan hornblenda. Akumulasi endapan
nikel pada batuan dasar terjadi karena serpentinisasi dan pelapukan.
 Proses Serpentinisasi
 Serpentinisasi adalah suatu proses ubahan yang terjadi pada batuan ultramafic karena
adanya deformasi. Mineral-mineral ferromagnesian seperti olivin dan piroksen
merupakan mineral yang mengalami serpentinisasi menjadi mineral serpentin.
 Proses Pelapukan
 Pelapukan adalah proses disintegrasi fisik dan dekomposisi fraksi batuan yang ada di
permukaan atau dekat permukaan bumi. Proses pelapukan dan sirkulasi air tanah
terutama yang relatif bersifat asam pada batuan ultrabasa akan, menyebabkan
terjadinya penguraian magnesian, nikel, besi, dan silika pada mineral olivin, piroksen,
maupun serpentin dan akan membentuk larutan yang kaya akan unsur-unsur tersebut.
Proses pembentukan nikel laterit sangat memiliki hubungan erat dengan proses serpentisasi
yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan hidrotermal yang merubah batuan
peridotit menjadi batuan serpentinit. Kemudian dilanjutkan dengan proses fisika dan kimia
menyebabkan adanya dekomposisi pada batuan ultrabsa dalam hal ini batuan serpentinit , dan
mengalami pelapukan . Batuan ini banyak mengandung olivin, piroksen, magnesium besi dan
silikat, mineral-mineral tersebut tidak stabil dan mudah mengalami proses pelapukan.

Faktor kedua sebagai media transportasi Ni yang terpenting adalah air. Air tanah yang kaya
akan CO2, unsur ini berasal dari udara luar dan tumbuhan, akan mengurai mineral-mineral
yang terkandung dalam batuan Serpentinit tersebut. Kandungan olivin, piroksen, magnesium
silikat, besi, nikel dan silika akan terurai dan membentuk suatu larutan, di dalam larutan yang
telah terbentuk tersebut, besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri
hidroksida. Endapan ferri hidroksida ini akan menjadi reaktif terhadap air, sehingga
kandungan air pada endapan tersebut akan mengubah ferri hidroksida menjadi mineral-
mineral seperti goethite/FeO(OH), hematit/Fe2O3 dan cobalt. Mineral-mineral tersebut sering
dikenal sebagai “besi karat”.

Endapan ini akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan magnesium, nikel
dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun selama suplai air yang
masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini merupakan proses pelapukan
dan pelindihan/leaching.
Proses pembentukan nikel laterit sangat memiliki hubungan erat dengan proses serpentisasi
yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan hidrotermal yang merubah batuan
peridotit menjadi batuan serpentinit. Kemudian dilanjutkan dengan proses fisika dan kimia
menyebabkan adanya dekomposisi pada batuan ultrabsa dalam hal ini batuan serpentinit , dan
mengalami pelapukan . Batuan ini banyak mengandung olivin, piroksen, magnesium besi dan
silikat, mineral-mineral tersebut tidak stabil dan mudah mengalami proses pelapukan.

Faktor kedua sebagai media transportasi Ni yang terpenting adalah air. Air tanah yang kaya
akan CO2, unsur ini berasal dari udara luar dan tumbuhan, akan mengurai mineral-mineral
yang terkandung dalam batuan Serpentinit tersebut. Kandungan olivin, piroksen, magnesium
silikat, besi, nikel dan silika akan terurai dan membentuk suatu larutan, di dalam larutan yang
telah terbentuk tersebut, besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri
hidroksida. Endapan ferri hidroksida ini akan menjadi reaktif terhadap air, sehingga
kandungan air pada endapan tersebut akan mengubah ferri hidroksida menjadi mineral-
mineral seperti goethite/FeO(OH), hematit/Fe2O3 dan cobalt. Mineral-mineral tersebut sering
dikenal sebagai “besi karat”.

Endapan ini akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan magnesium, nikel
dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun selama suplai air yang
masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini merupakan proses pelapukan
dan pelindihan/leaching.

Proses pembentukan nikel laterit sangat memiliki hubungan erat dengan proses serpentisasi
yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan hidrotermal yang merubah batuan
peridotit menjadi batuan serpentinit. Kemudian dilanjutkan dengan proses fisika dan kimia
menyebabkan adanya dekomposisi pada batuan ultrabsa dalam hal ini batuan serpentinit , dan
mengalami pelapukan . Batuan ini banyak mengandung olivin, piroksen, magnesium besi dan
silikat, mineral-mineral tersebut tidak stabil dan mudah mengalami proses pelapukan.

Faktor kedua sebagai media transportasi Ni yang terpenting adalah air. Air tanah yang kaya
akan CO2, unsur ini berasal dari udara luar dan tumbuhan, akan mengurai mineral-mineral
yang terkandung dalam batuan Serpentinit tersebut. Kandungan olivin, piroksen, magnesium
silikat, besi, nikel dan silika akan terurai dan membentuk suatu larutan, di dalam larutan yang
telah terbentuk tersebut, besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri
hidroksida. Endapan ferri hidroksida ini akan menjadi reaktif terhadap air, sehingga
kandungan air pada endapan tersebut akan mengubah ferri hidroksida menjadi mineral
mineral seperti goethite/FeO(OH), hematit/Fe2O3 dan cobalt. Mineral-mineral tersebut sering
dikenal sebagai “besi karat”.
Endapan ini akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, sedangkan magnesium, nikel
dan silika akan tetap tertinggal di dalam larutan dan bergerak turun selama suplai air yang
masuk ke dalam tanah terus berlangsung. Rangkaian proses ini merupakan proses pelapukan
dan pelindihan/leaching.
 Unsur Ni sendiri merupakan unsur asesoris/tambahan di dalam batuan ultrabasa.
Sebelum proses pelindihan berlangsung, unsur Ni berada dalam ikatan serpentine
group/kelompok serpentin. Rumus kimia dari kelompok serpentin adalah X2-3
SiO2O5(OH)4, dengan X tersebut tergantikan unsur-unsur seperti Cr, Mg, Fe, Ni, Al,
Zn atau Mn atau dapat juga merupakan kombinasinya.
 Adanya suplai air dan saluran untuk turunnya air, dalam hal berupa kekar, maka Ni
yang terbawa oleh air turun ke bawah, lambat laun akan terkumpul di zona air sudah
tidak dapat turun lagi dan tidak dapat menembus bedrock. Ikatan dari Ni yang
berasosiasi dengan Mg, SiO dan H akan membentuk mineral garnierit dengan rumus
 kimia (Ni, Mg) Si4O5(OH)4. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka
yang akan terjadi adalah proses pengkayaan supergen.
3.2. SARAN

Anda mungkin juga menyukai