Disusun Oleh :
MUHAMMAD MUHTADI
NIM : 1722302007
KELAS : 2C
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim…
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makahlah yang berjudul “Peranan Sistem Manajemen
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja” ini dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat agar
dapat melengkapi tugas K3 dan Aspek Hukum dan untuk memberikan informasi dan
pengetahuan terutama kepada para pembaca dan juga penulis khususnya.
1. Bapak Dr. Edi Majuar , ST.,M.Eng, Sc., sebagai Kepala Jurusan Teknik Sipil.
Politeknik Negeri Lhokseumawe.
2. Bapak Muhammad Reza M.,Eng., sebagai Ka. Prodi Sarjana Terapan Teknik
Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe.
3. Bapak Ir. H. Abdul Muhyi, MT., sebagai Pembimbing Mata Kuliah K3 dan
Aspek Hukum
4. Kedua Orang Tua yang selalu memberi do’a dan dukungan.
5. Teman – teman seperjuangan yang memberi semangat dan motivasi.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, namun penulis
mengharapkan adanya kritikan dan saran-saran yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan laporan ini.
Penulis,
Muhammad Muhtadi
NIM : 1722302007
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
I.2 Tujuan dan sasaran ........................................................................................ 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................. 3
2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ................................ 3
2.2 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja .............................................. 3
2.3 Organisasi Pelaksana K3 ............................................................................... 4
2.4 Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pertambangan ........................ 4
2.5 Tugas Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja ......................................... 5
2.6 Kesehatan Kerja ............................................................................................ 6
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 9
3.1 Peraturan SMK3 Konstruksi ......................................................................... 9
3.2 Risiko Kecelakaan Kerja Pada Proyek Konstruksi ..................................... 10
3.3 Pengendalian Risiko .................................................................................... 12
3.4 Kebijakan-kebijakan penerapan SMK3 Konstruksi .................................... 13
3.5 Tugas dan fungsi BPKSDM terhadap pembinaan SMK3 ........................... 14
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................. 15
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 15
4.2 Saran ................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
I.2 Tujuan dan sasaran
Tujuan dan sasaran yang termuat dalam SMK3 ini adalah :
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
Sistem manajamen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari
sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien dan produktif (Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012, Pasal 1
ayat 1).
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat (Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012, Pasal 1 ayat 3).
Ahli keselamatan kerja ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari Luar
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk
mengawasi ditaatinya Undang-Undang (Undang-Undang No.1 Tahun 1970, Pasal
1 ayat 6).
3
pelaksanaan kegiatan pertambangan yang aman, Perseroan telah menetapkan
kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah tanggung jawab semua pihak,
sehingga Perseroan menciptakan lingkungan kerja yang sehat, bebas cedera dan
melakukan kegiatan operasional sesuai kaidah yang berlaku (Prasarana Bukit
Asam, 2013 hal 262).
4
Kecelakaan kerja dan kebakaran adalah salah satu bentuk dari resiko yang
sering terjadi di perusahaan pertambangan. Perseroan inipun memiliki tim
penanggulangan kecelakaan dan kebakaran (TPKK) sebagai salah satu bentuk
untuk mengantisipasi dan mengatasi resiko kecelakaan kerja. Tim
Penanggulangan Kecelakaan dan Kebakaran (TPKK) berada di bawah koordinasi
Satuan Kerja Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) Unit
Pertambangan Tanjung Enim (Prasarana Bukit Asam, 2013 hal 265).
5
2.6 Kesehatan Kerja
6
1. Para pekerja tambang berhak untuk mendapatkan pemeriksaan
kesehatannya yang menjadi kewajiban perusahaan.
2. Pekerja tambang harus diperiksa kesehatannya (pemeriksaan
menyeluruh) secara berkala oleh dokter yang berwenang.
3. Pekerja tambang bawah tanah harus diperiksa kesehatannya
sekurang-kurangnya dua kali setahun.
4. Pekerja tambang yang bekerja ditempat yang dapat membahayakan
paru-paru, harus dilakukan pemeriksaan kesehatan secara khusus.
5. Berdasarkan ketentuan yang berlaku Kepala Pelaksana Inspeksi
Tambang dapt menetapkan kekerapan pemeriksaan kesehatan
pekerja tambang yang menangani bahan berbahaya oleh dokter
yang berwenang. Cidera akibat kecelakaan tambang harus dicatat dan
digolongkan dalam kategori sebagai berikut:
a. Cidera ringan
Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja
tambang tidak mampu melakukan tugas semula lebih dari 1 hari dan
kurang dari 3 minggu, termasuk hari minggu dan hari libur;
b. Cidera Berat
1) Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja
tambang tidak mampu melakukan tugas semula selama lebih dari 3
minggu termasuk hari minggu dan hari-hari libur;
2) Cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan pekerja
tambang cacat tetap (Invalid) yang tidak mampu menjalankan tugas
semula dan
3) Cidera akibat kecelakaan tambang tidak tergantung dari lamanya
pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas semula, tetapi
mengalami seperti salah satu di bawah ini :
a) Keretakan tengkorak kepala, tulang punggung, pinggul, lengan
bawah, lengan atas, paha atau kaki;
b) Pendarahan didalam, atau pingsan disebabkan kekurangan
oksigen;
7
c) Luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat
mengakibatkan ketidak mampuan dan
d) Persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak pernah terjadi
e) Mati.
Kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang mati
dalam waktu 24 jam terhitung dari waktu terjadinya kecelakaan
tersebut (Kepmen 555 pasal 40 tentang penggolangan cidera akibat
kecelakaan tambang)
8
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Peraturan SMK3 Konstruksi
1.Pasal 22, ayat (2) huruf L, Undang- undang RI No.18 tahun 1999
menyebutkan kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus
mencakup Uraian mengenai; perlindungan pekerja, yang memuat
ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial.
9
2.PPNo.29 tahun 2000 Pasal 17 tentang Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi. Pada salah satu ayatnya menyebutkan bahwa penyedia jasa
dalam pemilihan penyedia jasa berkewajiban untuk menyusun
dokumen penawaran yang memuat :
10
yang berisiko tinggi. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja berdampak
ekonomis yang cukup signifikan.
11
akibat dari suatu kecelakaan kerja yaitu mencakup kerugian waktu kerja
(pemberhentian sementara), terganggunya kelancaran pekerjaan (penurunan
produktivitas), pengaruh psikologis yang negatif pada pekerja, memburuknya
reputasi perusahaan, denda dari pemerintah, serta kemungkinan berkurangnya
kesempatan usaha (kehilangan pelanggan pengguna jasa). Biaya-biaya tidak
langsung ini sebenarnya jauh lebih besar dari pada biaya langsung. Berbagai studi
menjelaskan bahwa rasio antara biaya tidak langsung dan biaya langsung akibat
kecelakaan kerja konstruksi sangat bervariasi dan diperkirakan mencapai 4:1
sampai dengan bahkan 17:1 (The Business Roundtable, 1991).
2.Melakukan substitusi /mengganti dengan bahan atau proses yang lebih aman;
12
3.4 kebijakan-kebijakan penerapan SMK3
Konstruksi
13
Dalam rangka mendukung implementasi peraturan tersebut, maka
diperlukan perangkat pendukung yang menjadi pedoman baik berupa petunjuk
pelaksanaan maupun petunjuk yang bersifat teknis dalam pelaksanaannya. Sejalan
dengan hal ini, BPKSDM sebagai penanggungjawab Pembinaan Penyelenggaraan
SMK3 Konstruksi Bidang PU perlu untuk menyusun Monev K3. Konsep juklak
Monev K3 ini disusun sesuai kebutuhan yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan
konstruksi dan pemanfaatan bangunan perkantoran.
SMK3
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
15
seluruh komponen Masyarakat Jasa Konstruksi, karena tanpa program-program
yang bersifat partisipatif, keberhasilan penanganan masalah K3 konstruksi tidak
mungkin tercapai.
16
DAFTAR PUSTAKA
“Pelaksanaan SMK-3 Perlu Ditingkatkan” dalam http://www.detailberita.com
17