Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
KELAS : 2C (DIV)
SEMESTER : IV (EMPAT)
KETUA :
MUHAMMAD MUHTADI
NIM. 1722302007
ANGGOTA :
Dosen Pembimbing:
Dr. Ir. Syamsul Bahri, M. Sc
NIP: 196105051990031004
i
LEMBARAN PENGESAHAN
Kelompok 3
Pembimbing,
Mengetahui,
Ka. Lab BahanTeknikSipil
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim…
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga tugas laporan ini dapat diselesaikan. Laporan ini dibuat
agar dapat melengkapi tugas PraktikumPengujian Bahan II dan untuk memberikan
informasi dan pengetahuan terutama kepada para pembaca dan juga penulis
khususnya.
Sehubungan dengan selesainya penyusunan laporan ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan bantuan dalam penyelesaian laporan ini, maka dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Edi Majuar , ST, M. Eng, Sc., sebagai Kepala Jurusan Teknik
Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe.
2. Bapak Muhammad Reza M. Eng., sebagai Ka. Prodi Sarjana Terapan
Teknik Sipil.
3. Bapak Dr. Ir. Syamsul Bahri, M. Sc, sebagai Ka. Lab Bahan Teknik Sipil,
sekaligus Pembimbing Praktikum Pengujian Bahan II.
4. Bapak Syukur Hidayat, ST., sebagai Teknisi Lab Bahan Teknik Sipil.
5. Kedua Orang Tua yang selalu memberi do’a dan dukungan.
6. Teman – teman seperjuangan yang memberi semangat dan motivasi.
Kelompok 3
iii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN INSTITUSI..................................................................................i
LEMBARAN PENGESAHAN.............................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Tujuan........................................................................................................1
1.3 Manfaat.....................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................2
2.1 Umum........................................................................................................2
2.2 Jenis – Jenis Pengujian............................................................................3
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................4
3.1 Pemeriksaan Kandungan Air Agregat Halus.........................................4
3.1.1 Tujuan pengujian 4
3.1.2 Peralatan dan bahan 4
3.1.3 Langkah kerja 5
3.1.4 Perhitungan 6
3.1.5 Kesimpulan 6
3.2 Pemeriksaan Kandungan Air Agregat Kasar........................................7
3.2.1 Tujuan pengujian 7
3.2.2 Peralatan dan bahan 7
3.2.3 Langkah kerja 8
3.2.4 Perhitungan 9
3.2.5 Kesimpulan 9
3.3 Pengujian Berat Volume Agregat Halus...............................................10
3.3.1 Tujuan pengujian 10
3.3.2 Peralatan dan bahan 10
3.3.3 Langkah kerja 10
iv
3.3.4 Perhitungan 11
3.3.5 Kesimpulan 12
3.4 Pengujian Berat Volume Agregat Kasar..............................................12
3.4.1 Tujuan pengujian 12
3.4.2 Peralatan dan bahan 12
3.4.3 Langkah Kerja 12
3.4.4 Perhitungan 13
3.4.5 Kesimpulan 14
3.5 Analisa Saringan Agregat Halus...........................................................15
3.5.1 Tujuan pengujian 15
3.5.2 Peralatan dan bahan 15
3.5.3 Langkah kerja 16
3.5.4 Perhitungan 16
3.5.5 Kesimpulan 17
3.6 Analisa Saringan Agregat Kasar...........................................................19
3.6.1 Tujuan pengujian 19
3.6.2 Peralatan dan bahan 19
3.6.3 Langkah kerja 20
3.6.4 Perhitungan 21
3.6.5 Kesimpulan 22
3.7 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus.........................................23
3.7.1 Tujuan pengujian 23
3.7.2 Peralatan dan bahan 23
3.7.3 Langkah kerja 24
3.7.4 Perhitungan 26
3.7.5 Kesimpulan 27
3.8 Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Kasar.......................................28
3.8.1 Tujuan pengujian 28
3.8.2 Peralatan dan bahan 28
3.8.3 Langkah kerja 29
3.8.4 Perhitungan 30
v
3.8.5 Kesimpulan 31
3.9 Pemeriksaan Kadar Lumpur Pada Agregat Halus.............................32
3.9.1 Tujuan pengujian 32
3.9.2 Peralatan dan bahan 32
3.9.3 Langkah kerja 32
3.9.4 Perhitungan 33
3.9.5 Kesimpulan 33
3.10 Pelaksanaan Campuran Beton Mix Design.........................................34
3.10.1 Tujuan pengujian 34
3.10.2 Peralatan dan bahan 34
3.10.3 Langkah kerja 35
3.10.4 Perhitungan 36
3.10.5 Kesimpulan 37
3.11 Pengujian Kuat Tekan............................................................................38
3.11.1 Tujuan Pengujian 38
3.11.2 Peralatan dan Bahan 38
3.11.3 Langkah Kerja 38
3.11.4 Perhitungan 39
3.11.5 Kesimpulan 40
BAB IV PENUTUP..............................................................................................41
4.1 Kesimpulan.............................................................................................41
4.2 Saran........................................................................................................42
LEMBARAN ASISTENSI…………...………………………………………....43
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pemeriksaan Kandungan Air Agregat Halus..............................................6
Tabel 2. Pemeriksaan Kandungan Air Agregat Kasar..............................................9
Tabel 3. Berat Volume Agregat Halus....................................................................11
Tabel 4. Berat Volume Agregat Kasar....................................................................13
Tabel 5. Analisa Saringan Agregat Halus...............................................................17
Tabel 6. Analisa Saringan Agregat Kasar...............................................................21
Tabel 7. Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Halus.......................26
Tabel 8. Pemeriksaan Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Kasar.......................30
Tabel 9. Pemeriksaan Agregat Lolos Saringan No. 200........................................33
Tabel 10. Formulir Perancangan Campuran Beton Metoda DoE..........................36
Tabel 11. Slump Test..............................................................................................37
Tabel 12. Pengujian Kuat Tekan Beton Dalam Satuan MPa..................................40
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pemeriksaan Kandungan Air Agregat Halus..........................................5
Gambar 2. Pemeriksaan Kandungan Air Agregat Kasar..........................................8
Gambar 3. Pengujian berat volume agregat halus gembur dan padat....................11
Gambar 4. Pengujian berat volume agregat kasar gembur dan padat....................13
Gambar 5. Analisa Saringan Agregat Halus...........................................................16
Gambar 6. Kurva Gradasi Agregat Halus..............................................................17
Gambar 7. Pemeriksaan Analisa Saringan Agregat Kasar.....................................20
Gambar 8. Kurva Gradasi Agregat Kasar..............................................................22
Gambar 9. Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus....................25
Gambar 10. Pemeriksaan Berat Jenis dan Pnyerapan Agregat Kasar....................29
Gambar 11. Pemeriksaan Kadar Lumpur Pada Agregat Halus..............................33
Gambar 12. Perencanaan Campuran Beton Mix Design.......................................35
Gambar 13. Pengujian Kuat Tekan Beton..............................................................39
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
a) Mahasiswa mampu memahami dan melakukan pengujian pemeriksaan
sifat fisis material yang berhubungan langsung dengan perencanaan
campuran beton dengan baik dan benar.
b) Mahasiswa mampu memahami dan melakukan perencanaan campuran
beton dengan metode Standar SNI sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
dengan baik dan benar.
c) Mahasiswa mampu merencanakan campuran beton (mix design)
berdasarkan data yang telah didapatkan dari penyelidikan sifat fisis
material.
1.3 Manfaat
Pemeriksaan sifat fisis material beton dilakukan untuk mengetahui sifat fisis
dari agregat yang kemudian merupakan data pelengkap untuk digunakan dalam
perencanaan campuran beton, sehingga tercapai dua kinerja penggunaan beton,
yaitu kekuatan tekan yang diinginkan dan kemudahan pengerjaan. Disamping itu
juga bermanfaat bagi mahasiswa dengan mengetahui cara pengujian dan
pemakaian alat dengan benar.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Beton terbentuk dari campuran agregat halus, agregat kasar, semen dan air
dengan perbandingan tertentu. Beton merupakan suatu bahan konstruksi yang
banyak digunakan pada pekerjaan struktur bangunan di Indonesia karena banyak
keuntungan yang diberikan, antara lain bahan pembentuknya yang relatif mudah
diperoleh, mudah dibentuk, mampu memikul beban yang berat, relatif tahan
terhadap temperatur yang tinggi, serta biaya pemeliharaan yang kecil dibanding
umur pemakaiannya. Kuat tekan beton sangat dipengaruhi oleh material
penyusunnya. Sifat material penyusun yang cukup berperan adalah gradasi
agregat penyusun.
Agregat baik agregat halus dan agregat kasar memiliki gradasi atau tingkat
keseragaman butiran yang bermacam-macam. Menurut ASTM (American Society
for Testing Materials) C.33-03, ada batasan-batasan tertentu pada gradasi agregat
kasar yang kemudian disebut dengan batas atas dan batas bawah. Penelitian ini
lebih menitik beratkan tentang pengaruh dari berbagai macam gradasi agregat
gabungan terhadap perilaku beton itu sendiri. Sedangkan jenis dan karakteristik
semen adalah sama di setiap variasi gradasi agregat kasar tersebut.
Berbagai hipotesis awal yang melatar belakangi penelitian ini berasal dari
pengalaman-pengalaman penelitian dan pengujian mengenai kuat tekan beton
sebelumnya, antara lain:
a) Semakin kecil dimensi agregat kasar semakin besar nilai kuat tekannya.
b) Gradasi ideal memiliki sifat interlocking atau saling mengunci antar
butiran agregat, sehingga nilai kuat tekan yang dihasilkan cenderung
optimal.
c) Rasio agregat halus berbanding agregat kasar yang makin seimbang 1
(mendekati 1:1) cenderung memiliki nilai kuat tekan yang optimal.
Dengan mengacu pada berbagai referensi beton dan penelitian yang telah
2
dilakukan sebelumnya, maka penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat
menambah informasi mengenai pengaruh variasi gradasi agregat gabungan pada
perilaku beton.
Josep Aspidin dari Leeds, menggunakan istilah semen portland untuk
pertama kalinya pada tahun 1824 untuk menerangkan suatu patent dari semen
yang dibentuk dengan cara memanaskan campuran tanah liat halus dengan batu
kapur didalam suatu tungku dengan panas yang tinggi untuk membuang seluruh
karbon dioksida.
3
BAB III
PEMBAHASAN
Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
2. Oven
3. Cawan
4. Sendok semen
Bahan
1. Benda uji (agregat halus)
4
3.1.3 Langkah kerja
a) Cawan ditimbang dan beratnya dicatat ( Gambar 1.a )
b) Kemudian benda uji dimasukkan kedalam cawan dan ditimbang kembali (
Gambar 1.b )
c) Berat benda uji dihitung ( c ), dengan rumus C = B – A
d) Benda uji dikeringkan dalam oven dengan temperatur (110 ± 5)0C hingga
± 24 jam. ( Gmabar 1.d )
e) Kemudian cawan dan benda uji yang telah dikeringkan ditimbang kembali
( Gambar 1.e )
f) Berat benda uji kering dihitung dengan rumus E – A
5
3.1.4 Perhitungan
Kandungan air agregat dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
3.1.5 Kesimpulan
Kadar air yang diperoleh dari pengujian kadar air rata - rata pada agregat
halus adalah = 1,10 %
6
3.2 Pemeriksaan Kandungan Air Agregat Kasar
Kadar air agregat kasar adalah perbandingan antara berat air yang
terkandung dalam agregat tersebut dengan berat agregat kering. Besaran yang
digunakan untuk menentukan kadar air agregat dinyatakan dalam persen.
Pengujian kadar air pada agregat ini bertujuan untuk menentukan persentase air
yang dikandung agregat yang dilakukan dengan cara pengeringan.
Dengan diketahuinya kandungan air dalam agregat maka air pada campuran
beton dapat dikoreksi takarannya. Kandungan air dalam agregat sangat tergantung
pada kondisi agregat di lapangan
Peralatan
1. Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram
2. Oven
7
Bahan
1. Benda uji agregat kasar
8
3.2.4 Perhitungan
Kandungan air agregat dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
3.2.5 Kesimpulan
Kadar air yang diperoleh dari pengujian kadar air pada rata-rata agregat
kasar adalah = 0.47 %
9
3.3 Pengujian Berat Volume Agregat Halus
Berat volume agregat halus didefinisikan sebagai sebagai perbandingan
antara berat agregat halus kering dengan volumenya. Pengujian ini bertujuan
untuk menentukan berat volume agregat halus.
Peralatan
1. Oven 5. Timbangan
2. Wadah baja 6. Talam
3. Mistar perata 7. Tongkat pemadat
4. Skop /sendok pengisi agregat
Bahan
1. Agregat halus
10
Gambar 3. Pengujian berat volume agregat halus gembur dan padat
3.3.4 Perhitungan
D
Berat Volume Agregat =
A
Keterangan: D = Berat benda, A = Volume Mold
Observasi 1
Padat Gembur
3
A. Volume Mold (M ) 0.0030 0.0030
B. Berat Mold (Kg) 3.25 3.25
C. Berat mold+Benda uji (Kg) 7.90 7.70
D. Berat benda (C-B) (Kg) 4.65 4.45
Berat Volume ( D/A) (Kg/ M3) 1550.00 1483.33
Observasi 2
Padat Gembur
A. Volume Mold (M3) 0.0030 0.0030
B. Berat Mold (Kg) 3.25 3.25
C. Berat mold+Benda uji (Kg) 8.00 7.80
D. Berat benda (C-B) (Kg) 4.75 4.55
Berat Volume ( D/A) (Kg/ M3) 1583.33 1516.67
Berat volume rata-rata (Kg/ M3)
1566.67 1500.00
3.3.5 Kesimpulan
Berat volume rata-rata agregat halus pada kondisi padat adalah
sebesar 1566.67 kg/m3 ,sedangkan pada kondisi gembur adalah 1500.00 kg/m3
11
3.4 Pengujian Berat Volume Agregat Kasar
Berat volume agregat kasar didefinisikan sebagai perbandingan antara berat
agregat kasar kering dengan volumenya. Pengujian ini bertujuan untuk
menentukan berat volume agregat kasar.
Peralatan
1. Oven 5. Timbangan
2. Wadah baja 6. Talam
3. Mistar perata 7. Tongkat pemadat
4. Skop/sendok pengisi agregat
12
Bahan
2. Agregat kasar
3.4.4 Perhitungan
D
Berat Volume Agregat = Keterangan: D = Berat benda, A = Volume Mold
A
Tabel 4. Berat Volume Agregat Kasar
Observasi 1
Padat Gembur
A. Volume Mold (M3) 0.0030 0.0030
B. Berat Mold (Kg) 3.25 3.25
C. Berat mold+Benda uji (Kg) 7.80 7.35
12
D. Berat benda (C-B) (Kg) 4.55 4.10
Berat Volume ( D/A) (Kg/ M3) 1516.67 1366.67
Observasi 2
Padat Gembur
A. Volume Mold (M3) 0.0030 0.0030
B. Berat Mold (Kg) 3.25 3.25
C. Berat mold+Benda uji (Kg) 7.65 7.30
D. Berat benda (C-B) (Kg) 4.40 4.05
Berat Volume ( D/A) (Kg/ M3) 1466.67 1350.00
Berat volume rata-rata (Kg/ M3) 1491.67 1358.34
3.4.5 Kesimpulan
Berat volume rata-rata agregat kasar pada kondisi padat adalah sebesar
1438 kg/m3 , sedangkan pada kondisi gembur adalah 1358,5 kg/m3
13
3.5 Analisa Saringan Agregat Halus
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan gradasi / perbandingan butir
agregat halus dengan menggunakan saringan. Gradasi agregat adalah distribusi
ukuran butiran dari agregat. Bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama,
maka volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran agregatnya bervariasi akan
terjadi volume pori yang kecil.
Pada agregat untuk pembuatan mortar atau beton, diinginkan suatu butiran
yang kemampatannya tinggi, karena volume porinya sedikit dan ini berarti hanya
membutuhkan bahan pengikat saja.
Rumus yang digunakan untuk penentuan Fineness Modulus adalah sebagai
berikut:
FM =
Peralatan
1. Seperangkat ayakan agregat halus dan Mesin Penggetar
2. Timbangan kapasitas 5 kg dengan ketelitian 0.01 gram
3. Oven
4. Seperangkat saringan
5. Sikat kuningan, sendok, kuas
Bahan
1. Agregat halus/pasir sebanyak 1000 gr
14
3.5.3 Langkah kerja
a) Benda uji yang sudah dikeringkan dalam oven dengan temperatur (110 ±
5)0C ditimbang sebanyak 2000 gram. ( Gambar 5.a )
b) Kemudian saringan disusun dimulai dari ukuran yang paling besar ke yang
paling kecil. Benda uji dituangkan kedalam saringan dan digoyang-goyang
dengan menggunakan mesin penggetar selama 15 menit. ( Gamabar 5.b )
c) Kemudian benda uji ditimbang dalam masing-masing fraksi yang tertahan
diatas saringan. ( Gambar 5.c )
3.5.4 Perhitungan
Untuk mendapatkan Fineness Modulus dapat menggunakan rumus :
%TertahanKo mulatif
Modulus Kehalusan =
100
15
Tabel 5. Analisa Saringan Agregat Halus
Berat Berat
Ayak Ayak+ Berat Persentase Persentase Persentase
Mesh Satuan Kosong Agregat tertahan tertahan Tertahan Lolos
(gram) (gram) ( gram ) Komulatif Komulatif
4.75 mm 450.6 469.62 19.02 1.90 1.90 98.10
2.36 mm 436.47 469.29 32.82 3.28 5.18 94.82
1.18 mm 422.30 484.03 61.73 6.17 11.35 88.65
0.6 mm 408.85 550.48 141.63 14.16 25.51 74.49
0.3 mkr 402.1 879.17 477.07 47.69 73.20 26.80
0.15 mkr 389.56 615.2 225.64 22.56 95.76 4.24
0.075 mkr 393.9 427.46 33.56 3.35 99.12 0.88
Wadah 458.41 467.25 8.84 0.88 100.00 0.00
Total 1000.31 99.12 412.03
Catatan :
Modulus kehalusan =
16
3.5.5 Kesimpulan
Semakin banyak agregat halus maupun besar yang lolos saringan dengan
nomor saringan terkecil maka uji kehalusan agregat semakin baik. Dengan analisa
lolos ayakan tersebut dapat diketahui kualitas baik buruknya agregat tersebut.
Sebalikya jika semakin banyak agregat yang tertahan dalam saringan berdasarkan
kriteria nomor saringan maka dapat disimpulkan bahwa kualitas kehalusan agregat
tersebut buruk. Oleh karena itu angka kualitas kehalusan agregat sangat
mempengaruhi baik buruknya kualitas gradasi agregat.
Berdasarkan hasil pengujian modulus kehalusan adalah 4.12%. Artinya
belum sesuai dengan nilai modulus kehalusan agregat halus menurut standar
ASTM nilai yaitu : Pasir halus berkisar antara 2.2 – 2.6.
17
3.6 Analisa Saringan Agregat Kasar
Gradasi penting untuk memperoleh campuran yang ekonomis sebab gradasi
mempengaruhi jumlah beton yang dapat dibuat dengan jumlah semen dan air
tertentu. Agregat kasar harus bergradasi sampai dengan ukuran terbesar yang
praktis pada kondisi suatu pekerjaan. Ukuran maksimum yang dapat digunakan
tergantung pada ukuran dan bentuk elemen beton yang akan dicetak serta jumlah
dan distribusi tulangan dalam elemen tersebut. Agregat yang bulat membutuhkan
air yang lebih sedikit dari pada agregat pecah pada beton dengan slump yang sama.
Penguraian susunan butiran agregat (gradasi bertujuan untuk menilai agregat
kasar cocok digunakan pada produksi beton.
Peralatan
1. Seperangkat ayakan agregat kasar dan Mesin Penggetar
2. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram
3. Oven
4. Sendok, sikat kuningan, kuas
Bahan
1. Agregat kasar sebanyak 2000 gram
18
3.6.3 Langkah kerja
a) Benda uji diambil dan dikeringkan dalam oven dengan temperatur (110 ±
5)0C. ( Gambar 6.a dan 6.b )
b) Kemudian saringan disusun dimulai dari ukuran yang paling besar ke yang
paling kecil. Benda uji dituangkan kedalam saringan dan digoyang-goyang
dengan menggunakan mesin penggetar selama 10 menit. ( Gambar 6.c dan
6.d )
c) Kemudian benda uji ditimbang dalam masing-masing fraksi yang tertahan
diatas saringan. ( Gambar 6.e dan Gambar 6.f )
19
3.6.4 Perhitungan
Untuk mendapatkan Fineness Modulus dapat menggunakan rumus :
Catatan :
Modulus kehalusan
20
Gambar 8. Kurva Gradasi Agregat Kasar
3.6.5 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian modulus kehalusan adalah 7,32 % . Artinya
sesuai dengan nilai modulus kehalusan agregat halus menurut standar ASTM nilai
yaitu : Kerikil berkisar antara 5.5 - 8.0.
21
22
3.7 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir alam
sebagai disintegrasi alami dari batu-batuan (natural sand) atau pasir buatan
(artifical sand) yang dihasilkan alat-alat pemecah batu.
Berat jenis adalah perbandingan jumlah berat volume agregat kasar
tanpamengandung rongga udara terhadap berat air pada volume yang sama.
Absorpsi adalah persentase perbandingan antara berat air yang terserap
agregat pada kondisi jenuh permukaan dengan berat agregat dalam keadaan kering
oven.
Peralatan
1. Timbangan kapasitas 5kg dengan ketelitian 0,01 gram
2. Saringan
3. Piknometer / gelas ukur dengan kapasitas 500 gram
4. Kerucut terpancung (Mold) dan Tongkat pemadat untuk menentukan
kondisi SSD
5. Sendok / skop agregat
6. Oven dengan temperatur (110±5)oC
Bahan
1. Agregat halus sebanyak 500 gram
2. Aquades
23
b) Pasir yang telah direndam selama 24 jam dikeringkan dengan cara
ditebarkan didalam cawan dan dikeringkan dengan hydrayer sampai
kondisi pasir SSD. (Gambar 3.b dan 3.c )
c) Masukkan benda uji ke dalam kerucut 3 lapis, masing-masing lapisan
dipadatkan dengan alat pemadat sebanyak 25 x per lapis. ( Gamabar 3.d )
d) Setelah permukaan diratakan lalu cetakan kerucut pasir diangkat secara
vertikal ke atas, ada 3 kemungkinan yang mungkin akan terjadi Penurunan
pada slum
e) Benda uji dalam keadaan utuh, menunjukkan bahwa pasir belum
mencapai keadaan SSD
f) Benda uji dalam keadaan sebagian runtuh/longsor, menunjukkan bahwa
pasir telah mencapai keadaan SSD ( Gambar 3.e )
g) Benda uji dalam keadaan runtuh seluruhnya, menunjukkan bahwa pasir
telah melewati keadaan jenuh permukaan
h) Setelah tercapai kondisi SSD benda uji ditimbang sebanyak 500 gram, lalu
benda uji dimasukkan kedalam piknometer dan di timbang ( Gambar 3.f
dan 3.g )Proses untuk menghilangkan udara dalam piknometer dapat
dipercepat dengan menggunakan pompa hampa udara atau dengan
merebus piknometer.
i) Tambahkan air sampai tanda batas, rendam benda uji di dalam piknometer,
lalu timbang piknometer berisi benda uji + air ( Gambar 3.h )
j) Isi kembali pikno dengan air sampai tanda batas lalu timbang beratnya
k) Pisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan dalam oven 24 jam,
setelah 24 jam dinginkan benda uji 1 hingga 3 jam hingga didapat berat
konstan, timbang beratnya ( Gambar 3.j )
24
Gambar 9. Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
25
3.7.4 Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
E
a) Apparent spesifik grafity =
( E D) C
E
b) Bulk Spesifik grafity (OD) =
( B D) C
B
c) Bult Spesifik grafity (SSD) =
( B D) C
BE
d) Absorpsi = x100
E
Keterangan:
B = Berat benda uji pada kondisi SSD
C = Berat Piknometer + benda uji + air
D = Berat piknometer + air
E = Berat benda uji pada kondisi OD
26
3.7.5 Kesimpulan
Hasil yang didapat setelah pengujian adalah :
Nilai Berat Jenis SSD yang diperoleh dari pengujian adalah = 2,58. Nilai
berada pada standart nilai absorpsi agregat halus berdasarkan SNI 03-1970-1990
27
3.8 Berat Jenis Dan Penyerapan Agregat Kasar
Agregat merupakan bahan penyusun beton yang paling berperan dalam
menentukan nilai kuat tekan beton. Pada beton biasanya terdapat sekitar 60-70%
volume agregat, agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh
masa beton dapat berfungsi sebagai benda yang utuh, homogen dan rapat, dimana
agregat yang berukuran kecil berfungsi sebagai pengunci celah yang ada diantara
agregat yang berukuran besar.
Berat jenis adalah perbandingan jumlah berat volume agregat kasar tanpa
mengandung rongga udara terhadap berat air pada volume yang sama. Absorpsi
adalah persentase perbandingan antara berat air yang terserap agregat pada
kondisi jenuh permukaan dengan berat agregat dalam keadaan dalam kering oven.
Peralatan
1. Timbangan 5. Baskom
2. Keranjang besi 6. Sendok / Skop agregat
3. Alat penggantung 7. Oven
keranjang 8. Ember
4. Handuk
Bahan
1.Agregat kasar
2. Aquades
28
3.8.3 Langkah kerja
1. Benda uji di yang lolos saringan 2 Kg direndam dalam air selama 24 jam.
( Gambar 4.a )
2. Keluarkan benda uji dari air lalu dilap dengan kain sampai SSD lalu ditimbang
2 tempat ( Gamabr 4.b )
3. Benda uji dimasukkan ke dalam keranjang dan dicelupkan sebanyak 25 kali
kedalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap. Temperatur air dijaga
sekitar ( 23±1,7)oC dan kemudian ditimbang beratnya pada kondisi jenuh =
( Gambar 4.c )
4. Benda uji dikeringakan didalam oven selama 24 jam pada temperatur
(110±5)oC, kemudian didinginkan selama 1 sampai 3 jam untuk mendapatkan
berat konstan lalu timbang beratnya ( Gamabar D dan E )
29
3.8.4 Perhitungan
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Observasi
Berat Notasi
I II
3.8.5 Kesimpulan
Hasil yang didapat setelah pengujian adalah :
30
1. Apparent Specifig Grafity rata-rata = 2.69
2. Bulk Spec.Grav.Kondisi Kering rata-rata = 1.93
3. Bulk Spec. Grav Kondisi SSD rata-rata = 2,21
4. Persentase Absorpsi Air rata-rata = 14,55 %
Nilai kondisi SSD yang diperoleh dari pengujian adalah = 2,21. Nilai nilai
berada pada standar nilai absorpsi agregat kasar berdasarkan SNI 03-1969-1990.
31
3.9 Pemeriksaan Kadar Lumpur Pada Agregat Halus
Kandungan lumpur tidak boleh dari 5%, hal ini merupakan ketentuan dalam
peraturan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton, jadi bila
kandungan lumpurnya lebih dari 5% maka agregat tersebut boleh digunakan jika
dicuci terlebih dahulu agar kandungan lumpurnya hilang paling tidak berkurang.
Peralatan
1. Gelas ukur
2. Alat pengaduk
3. Saringan # 200. dan No. 4,75
Bahan
1. Pasir
2. Air suling
32
Gambar 11. Pemeriksaan Kadar Lumpur Pada Agregat Halus
3.9.4 Perhitungan
Tabel 9. Pemeriksaan Agregat Lolos Saringan No. 200
3.9.5 Kesimpulan
Dari hasil pegujian di dapat kandungan lumpur pada agregat halus sebesar
4.14% ini berati bahwa kedua agregat ini dapat digunakan untuk campuran beton.
karena kadar lumpur yang didapat untuk agregat halus < 5%.
33
3.10 Pelaksanaan Campuran Beton Mix Design
Untuk mengetahui kuat tekan mutu beton yang diinginkan maka dalam
pengujian tersebut perlu dibuat benda uji beton berbentuk silinder, kubus maupun
balok
34
2. Tentukan nilai slum tesberdasarkan tabel 3.4 dan ukuran MAX .
3. Tentukan jumlah air dan persentase volume udara berdasarkan tabel 3.6
4. Tentukan nilai W/C berdasarkan tabel 3.2 dan tabel 3.3.ambilnilai terkecil.
35
3.10.4 Perhitungan
Tabel 10. Formulir Perancangan Campuran Beton Metoda DoE
3.10.5 Kesimpulan
Berdasarkan pengujian mutu beton yang direncanakan adalah fc 30Mpa. sebelum melakukan
pengujian Mix Design data-data pengujian sebelumnya harus benar-benar akurat untuk
mendapatkan Kekuatan sesuai dengan rencana.
Tengah 7.3
1. Benda uji yang telah direndam diangkat dari bak perendam kemudian
bersihkan dari kotoran yang menempel pada benda uji dengan kain lembab
kemudian disimpan di tempat terbuka dan kering dan ditimbang ( Gambar
17.a,b )
2. Benda uji yang telah kering diletakkan pada alas mesin uji tekan, usahakan
bagian permukaan benda uji bersentuhan langsung dengan piston penekan
adalah yang paling rata dan tegak lurus terhadap alas pada mesin uji tekan.
Kemiringan benda uji tidak boleh melebihi 0,5o terhadap sumbu vertikal.
3. Tekan bendauji secara perlahan-lahan denga memberikan beban aksial pada
benda uji tersebut sampai runtuh atau hancur. Penekanan beban dilakukan
dengan konstan berkisar antara 2 s/d 4 kg/cm 2 per detik. Nilai beban
maksimum saat awal benda uji hancur adalah merupakan batas harga minimum
yang paling aman dan harga tersebut merupakan nilai target kuat tekan.
(Gambar 17.c )
3.11.4 Perhitungan
Untuk menghitung kuat tekan beton dapat digunakan rumus sebagai berikut :
P
Kuat tekan beton = ( kg / cm 2 )
A
Dimana :
Luas
Umur Gaya Jenis Bidang Kuat
Berat
No Tgl Cetak Tgl Tes Beton Tekan Benda Tekan
(kg) Tekan
(Hari) (N) Uji (MPa)
(M3)
1 22/3/2019 25/3/2019 3 8.00 360000 Kubus 22500
34.30
2 22/3/2019 25/3/2019 3 8.10 350000 Kubus 22500
3 22/3/2019 29/3/2019 7 8.10 500000 Kubus 22500 34.19
4 22/3/2019 29/3/2019 7 12.35 340000 Silinder 17662.5 29.62
1.73
5 22/3/2019 19/3/2019 28 12.15 17390 50000
(Lentur)
6 22/3/2019 19/3/2019 28 12.60 308000 Balok 17662.5 17.43
7 22/3/2019 19/3/2019 28 8.00 670000 Kubus 22500 29.77
3.11.5 Kesimpulan
Maka diperoleh kuat tekan beton pada 2 buah kubus yang direndam selama 3 hari
yaitu 34.30 MPa, 1 kubus yang direndam selama 7 hari yaitu 34.19 MPa,1 kubus yang
direndam selama 28 hari yaitu 18.62 MPa, 1 silinder yang direndam selama 7 hari yaitu
29.62 MPa, 1 silinder yang direndam selama 28 hari yaitu 17.43 MPa, dan 1 balok yang
direndam selama 28 hari yaitu 1,73
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum pengujian Bahan II di Laboratorium Teknik
Sipil yang berlangsung selama 6 hari, hasil pengujian yang dapat disimpulkan
sebagai beikut :
a) Pada pengujian kadar air dalam agregat halus didapat sebesar 1,10 %
b) Pada pengujian kadar air dalam agregat kasar didapat sebesar 0,42 %
c) Pada pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus didapat berat
jenis keringnya sebesar gr, berat jenis dalam keadaan SSD sebesar 2,58 gr
dan penyerapan sebesar data ini sangat berguna pada saat perancangan
beton.
d) Pada pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar didapat berat
jenis kering sebesar gr, berat jenis dalam keadaan SSD sebesar 2,21 gr
dan penyerapan sebesar dari data ini sangat berguna pada saat
perancangan beton.
e) Pada pengujian analisa saringan dapat diketahui yang mana yang termasuk
agregat halus dan agregat kasar, analisa saringan agregat halus diperoleh
angka kehalusan sebesar analisa 4,12 agregat kasar diperoleh angka
kehalusan sebesar 7,32
f) Pada pengujian berat volume dapat diketahui agregat halus gembur sebesar
1500 kg/cm3; padat sebesar 1566,67 kg/cm2. Agregat kasar berat volume
gembur sebesar 1358,34 kg/cm2, berat volume padatnya sebesar 1498,67
kg/cm2.
4.2 Saran
Mengenai peralatan yang sudah kurang ketelitiannya supaya diganti untuk
keberhasilan pengujian bahan di masa mendatang.