KELOMPOK 2
Cahyati Kumala Sari : 2311072008
Celvin Herlambang : 2311071004
Farhan Aulia : 2311073004
Habib Firza : 2311072013
Muhammad Fajri : 2311072022
Muhammad Gilang Kurniawan : 2311071017
Nurul Izza : 2311073016
Dengan mengucapkan puji beserta syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dengan materi ‘’Sistem Manajemen K3’’
Penulis menyadari bahwa terciptanya makalah ini tidak terlepas dari berbagai
pihak. Sebagai ungkapan rasa syukur dan bangga penulis sampaikan rasa terima kasih
kepada Bapak Ferdinal, SST.,M.PdT selaku dosen pengampu mata kuliah Kesehatan dan
Keselamatan (K3).
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
materi maupun pembahasan. Hal ini terjadi karena keterbatasan ilmu pengetahuan,
kemampuan dan pengalaman yang saya miliki. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
saran dan kritikan yang membangun demi terciptanya kesempurnaan makalah ini.
Semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Kelompok 2
Page | 1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
D. Tujuan ............................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan.......................................................................................................... 22
B. Saran ............................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 24
Page | 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegagalan (risk off ailures) pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan, dan saat
kecelakaan kerja seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss).
Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagaiberikut:
a. Kelelahan (fatigue)
b. Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition)
c. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebabawalnya
(pre-cause) adalah kurangnya training
d. Karakteristik pekerjaan itu sendiri.
Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya dan terkonsentrasi
di tempat atau lokasi proyek yang relatif sempit. Ditambah sifat pekerjaan yang mudah
menjadi penyebab kecelakaan (elevasi, temperatur, arus listrik, mengangkut benda-benda
berat dan lain-lain), sudah sewajarnya bila pengelola proyek atau industri mencantumkan
masalah keselamatan kerja pada prioritas pertama. Dengan menyadari pentingnya aspek
keselamatan dan kesehatan kerja dalam penyelenggaraan proyek, terutama pada
implementasi fisik, maka perusahan/industri/proyek umumnya memiliki organisasi atau
bidang dengan tugas khusus menangani maslah keselamatan kerja. Lingkup kerjanya mulai
dari menyusun program, membuat prosedur dan mengawasi, serta membuat laporan
penerapan di lapangan. Dalam rangka Pengembangan Program Kesehatan Kerja yang
efektif dan efisien, diperlukan informasi yang akurat, dan tepat waktu untuk mendukung
proses perencanaan serta menentukan langkah kebijakan selanjutnya.
Penyusunan program, membuat prosedur, pencatatan dan mengawasi serta
membuat laporan penerapan di lapangan yang berkaitan dengan keselamatan kerja bagi
para pekerja kesemuanya merupakan kegiatan dari manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja.
Dalam rangka menghadapi era industrialisasi dan era globalisasi serta pasar bebas
(AFTA) kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh
negara anggota termasuk Indonesia. Beberapa komitmen global baik yang berskala
bilateral maupun multilateral telah mengikat bangsa Indonesia untuk memenuhi standar.
Standart acuan terhadap berbagai hal terhadap industri seperti kualitas, manajemen
Page | 3
kualitas, manajemen lingkungan, serta keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila saat ini
industri pengekspor telah dituntut untuk menerapkan Manajemen Kualitas (ISO-9000,
QS-9000) serta Manajemen Lingkungan (ISO-14000) maka bukan tidak mungkin
tuntutan terhadap penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja juga menjadi
tuntutan pasar internasional. Untuk menjawab tantangan tersebut Pemerintah yang
diwakili oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah menetapkan sebuah
peraturan perundangan mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomuor :
PER.05/MEN/1996.
Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat
kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah atau mengurangi
kecelakaan, penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan
produktif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Page | 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Manajemen K3
Sistem manajemen adalah rangkaian kegiatan yang teratur dan saling berhubungan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan menggunakan
manusia dan sumber daya yang ada ( Sucofindo, 1999).
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau biasa disebut SMK3
adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan pencapaian , pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman (Permenaker
No : PER. 05/MEN/1996).
Jadi, sistem manajemen K3 merupakan rangkaian kegiatan yang teratur dan saling
berhubungan secara keseluruhan yang berguna dalam pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja agar dapat menciptakan suasana tempat kerja yang
aman.
Sistem manajemen K3 dalam pelaksanaannya juga memiliki pola tahapan dalam
kosep dasarnya. Pola tahapan pada konsep dasar tersebut disebut “Plan-Do- Check-
Action”, yang meliputi:
a. Penetapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjami n komitmen
terhadap penerapan SMK3.
b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3.
c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk
mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran.
Page | 5
B. Tujuan Sistem Manajemen K3
Tujuan Sistem Manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan
mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien, dan produktif.
Berdasarkan tujuannya Sistem Manajemen K3 tersebut dapat digolongkan meliputi:
a. Alat ukur kinerja K3 dalam organisasi.
Sistem manajemen K3 digunakan untuk menilai dan mengukur kinerja penerapan
K3 dalam organisasi. Dengan membandingkan pencapaian K3 organisasi dengan
persyaratan tesebut, organisasi dapat mengetahui tingkat pencapaian K3.
b. Pedoman implementasi K3 dalam organisasi
Sistem manajemen K3 dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam
mengembangkan sistem manajemen K3. Beberapa bentuk sistem manajemen K3 yang
digunakan sebagai acuan misalnya ILO OHSMS Guidelines, API HSE MS Guidelines,
Oil and Gas Producer Forum ( OGP ) HASEMS Guidelines, ISRS dari DNV dan
lainnya.
c. Dasar penghargaan (awards)
d. Sertifikasi penerapan K3
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja, beberapa diantaranya adalah:
1. Melindungi Pekerja
Tujuan utama penerapan SMK3 adalah untuk melindungi pekerja dari segala
bentuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Bagaimanapun pekerja adalah asset
Page | 6
perusahaan yang paling penting. Dengan menerapkan K3 angka kecelakaan dapat
dikurangi atau ditiadakan sama sekali, hal ini juga akan menguntungkan bagi
perusahaan, karena pekerja yang merasa aman dari ancaman kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja akan bekerja lebih bersemangat dan produktif.
Page | 8
memproses individu dengan perilaku tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang
telah ditentukan sebelumnya sebagai produk akhir dari pelatihan. Melaksanakan
program K3 sesuai peraturan yang berlaku diantaranya:
a) Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala dan khusus),
b) Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja,
c) Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat,
d) Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan,
e) Pengobatan pekerja yang menderita sakit,
f) Menciptakan lingkungan kerja yang hygienis secara teratur, melalui monitoring
lingkungan kerja dari hazard yang ada,
g) Melaksanakan biological monitoring (pemantauan biologi)
h) Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja
Page | 9
ketentuan pokok yaitu :
1) Menerapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan Sistem
Manajemen K3.
2) Adanya kebijakan K3 yang dinyatakan secara tertulis dan ditanda tangani oleh
pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan
tekat melaksanakan K3, kerangka dan program Kerja yang mencakup kegiatan
perusahaan secara menyeluruh.
3) Adanya komitmen dari pucuk pimpinan ( top management ) terhadap K3 dengan
menyediakan sumber daya yang memadai yang diwujudkan dalam bentuk
a. penempatan organisasi K3 pada posisi strategis
b. penyediaan anggaran biaya, tenaga kerja dan sarana pendukung lainnya dalam
bidang K3
c. menempatkan personil dengan tanggung jawab, wewenang dan kewajiban
secarajelas dalam menangani K3
d. perencanaan K3 yang terkoordinasi
e. penilaian kinerja dan tindak lanjut K3
4) Adanya tinjauan awal ( Initial Review ) kondisi K3 di perusahaan, yang dilakukan
dengan cara:
a. identifikasi kondisi yang ada, selanjutkan dibandingkan dengan ketentuan
yang berlaku ( pedoman Sistem Manajemen K3 ) sebagai bentuk pemenuhan
terhadap peraturan perundangan (Law Enforcement);
b. identifikasi sumber bahaya di tempat kerja
c. penilaian terhadap pemenuhan peraturan perundangan dan standar K3
d. meninjau sebab akibat kejadian yang membahayakan, kompensasi kecelakaan,
dan gangguan yang terjadi
e. Meninjauhasil penilaian K3 sebelumnya
f. menilai efisiensi dan efektifitas sumber daya yang disediakan.
5) Merencanakan pemantauan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan sistem
manajemen K3
6) Adanya perencanaan tentang identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian
resiko.
7) Adanya pemahaman terhadap peraturan perundangan dan persyaratan lainnya
yang berkaitan dengan K3.
8) Adanya penetapan tujuan dan sasaran kebijakan perusahaan dalam bidang K3
Page | 10
yang mencakup criteria kebijakan sebagai berikut dapat diukur, satuan / indikator
pengukuran, sasaran pencapaian, dan jangka waktu pencapaian.
9) Adanya indikator kinerja K3 yang dapat diukur.
10) Adanya perencanaan awal dan perencanaan kegiatan yang sedang berlangsung.
Page | 11
potensi bahaya, penilaian dan penilaian risiko harus dipertimbangkan pada saat
merumuskan rencana.
c. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya. Peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya harus ditetapkan, dipelihara,diinventarisasi
dan diidentifikasi oleh perusahaan; dan disosialisasikan kepada seluruh
pekerja/buruh.
d. Sumber daya yang dimilik. Dalam menyusun perencanaan harus
mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki meliputi tersedianya sumber
daya manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta dana.
2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat:
a. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai
dengan perkembangan. Tujuan dan sasaran K3 paling sedikit memenuhi
kualifikasi: (1) dapat diukur; (2) satuan/indikator pengukuran; dan (3) sasaran
pencapaian. Dalam menetapkan tujuan dan sasaran K3, pengusaha harus
berkonsultasi dengan wakil pekerja/buruh, ahli K3, P2K3; dan pihak-pihak lain
yang terkait.
b. Skala Prioritas
Skala prioritas merupakan urutan pekerjaan berdasarkan tingkat risiko, dimana
pekerjaan yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi diprioritaskan dalam
perencanaan.
c. Upaya Pengendalian Bahaya
Upaya pengendalian bahaya, dilakukan berdasarkan hasil penilaian risiko
melalui pengendalian teknis, administratif, dan penggunaan alat pelindung diri.
d. Penetapan Sumber Daya
Penetapan sumber daya dilaksanakan untuk menjamin tersedianya sumber daya
manusia yang kompeten, sarana dan prasarana serta dana yang memadai agar
pelaksanaan K3 dapat berjalan.
e. Jangka Waktu Pelaksanaan
Dalam perencanaan setiap kegiatan harus mencakup jangka waktupelaksanaan.
f. Indikator Pencapaian
Dalam menetapkan indikator pencapaian harus ditentukan dengan parameter
yang dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus merupakan
informasi mengenai keberhasilan pencapaian tujuan penerapan SMK3.
Page | 12
g. Sistem Pertanggung Jawaban
Sistem pertanggung jawaban harus ditetapkan dalam pencapaian tujuan dan
sasaran sesuai dengan fungsi dan tingkat manajemen perusahaan yang
bersangkutan untuk menjamin perencanaan tersebut dapat dilaksanakan.
Peningkatan K3 akan efektif apabila semua pihak dalam perusahaan didorong
untuk berperan serta dalam penerapan dan pengembangan SMK3, dan memiliki
budaya perusahaan yang mendukung dan memberikan kontribusi bagi SMK3.
Pelaksanaan Rencana K3
Pelaksanaan rencana K3 harus dilaksanakan oleh pengusaha dan/atau pengurus
perusahaan atau tempat kerja dengan menyediakan sumber daya manusia yang
mempunyai kualifikasi; dan menyediakan prasarana dan saranayang memadai.
1. Penyediaan Sumber Daya Manusia
a. Prosedur Pengadaan Sumber Daya Manusia
Dalam penyediaan sumber daya manusia, perusahaan harus membuat
prosedur pengadaan secara efektif, meliputi: (1) Pengadaan sumber daya
manusia sesuai kebutuhan dan memiliki kompetensi kerja serta kewenangan
dibidang K3 yang dibuktikan melalui sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi
yang berwenang; dan surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukan dari
instansi yang berwenang; (2) Pengidentifikasian kompetensi kerja yang
diperlukan pada setiap tingkatan manajemen perusahaan dan menyelenggarakan
setiap pelatihan yang dibutuhkan; (3) Pembuatan ketentuan untuk
mengkomunikasikan informasi K3 secara efektif; (4) Pembuatan peraturan
untuk memperoleh pendapat dan saran para ahli; dan (5) Pembuatan peraturan
untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan pekerja/buruh secara aktif.
b. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran
Dalam menunjukkan komitmennya terhadap K3, pengusaha dan/atau
pengurus harus melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran dengan
melibatkan pekerja/buruh maupun pihak lain yang terkait di dalam penerapan,
pengembangan dan pemeliharaan SMK3, sehingga semua pihak merasa ikut
memiliki dan merasakan hasilnya.
Page | 14
Kerja yang selanjutnya disingkat P2K3 yang bertanggung jawab di bidang K3.
P2K3 adalah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama
antara pengusaha dan tenaga kerja atau pekerja/buruh untuk mengembangkan
kerjasama saling pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja. Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur
pengusaha dan tenaga kerja atau pekerja/buruh yang susunannya terdiri dari
Ketua, Sekretaris dan Anggota. P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan
pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus
mengenai masalah keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Anggaran
Perusahaan harus mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan K3 secara
menyeluruh antara lain untuk: (1) keberlangsungan organisasi K3; (2) pelatihan
SDM dalam mewujudkan kompetensi kerja; dan (3) pengadaan prasarana dan
sarana K3 termasuk alat evakuasi, peralatan pengendalian, peralatan pelindung
diri.
c. Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian
Prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis pekerjaan
dan dibuat melalui analisa pekerjaan berwawasan K3 (JobSafetyAnalysis) oleh
personil yang kompeten.
Prosedur informasi K3 harus menjamin pemenuhan kebutuhan untuk: (a)
mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, temuan audit dan tinjauan
ulang manajemen dikomunikasikan pada semua pihak dalam perusahaan yang
bertanggung jawab dan memiliki andil dalam kinerja perusahaan; (b) melakukan
identifikasi dan menerima informasi K3 dari luar perusahaan; dan (c) menjamin
bahwa informasi K3 yang terkait dikomunikasikan kepada orang-orang di luar
perusahaan yang membutuhkan.
Page | 15
4) Kegiatan pelatihan K3;
5) Kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan;
6) Pemantauan data;
7) Hasil pengkajian kecelakaan, insiden, keluhan dan tindak lanjut;
8) Identifikasi produk termasuk komposisinya;
9) Informasi mengenai pemasok dan kontraktor; dan
10) Aaudit dan peninjauan ulang SMK3.
d. Prosedur pelaporan informasi yang terkait harus ditetapkan untuk menjamin
bahwa pelaporan yang tepat waktu dan memantau pelaksanaan SMK3 sehingga
kinerjanya dapat ditingkatkan. Prosedur pelaporan terdiri atas:
1) Prosedur pelaporan internal yang harus ditetapkan untuk menangani:
(1) pelaporan terjadinya insiden
(2) pelaporan ketidaksesuaian
(3) pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja; dan (4) pelaporan
identifikasi sumber bahaya.
2) Prosedur pelaporan eksternal yang harus ditetapkan untuk menangani
pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundang-undangan; dan
pelaporan kepada pemegang saham atau pihak lain yang terkait. Laporan
harus disampaikan kepada pihak manajemen dan/atau pemerintah.
e. Pendokumentasian kegiatan K3
Pendokumentasian kegiatan K3 digunakan untuk: (a) menyatukan secara
sistematik kebijakan, tujuan dan sasaran K3; (b) menguraikan sarana pencapaian
tujuan dan sasaran K3; (c) mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan
prosedur; (d) memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan
menguraikan unsur-unsur lain dari sistem manajemen perusahaan; dan (e)
menunjuk bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai untuk perusahaan telah
diterapkan.
Dalam pendokumentasian kegiatan K3, perusahaan harus menjamin bahwa:
(a) dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab
di perusahaan; (b) dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan
dapat direvisi; (c) dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui
oleh personil yang berwenang; (d) dokumen versi terbaru harus tersedia di
tempat kerja yang dianggap perlu; (e) semua dokumen yang telah usang harus
segera disingkirkan; dan (f) dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah
Page | 16
dipahami.
f. Instruksi kerja
Instruksi kerja merupakan perintah tertulis atau tidak tertulis untuk
melaksanakan pekerjaan dengan tujuan untuk memastikan bahwa setiap
pekerjaan dilakukan sesuai persyaratan K3 yang telah ditetapkan. Kegiatan
dalam pelaksanaan rencanaK3 paling sedikit meliputi:
1) Tindakan Pengendalian
Tindakan pengendalian harus diselenggarakan oleh setiap perusahaan
terhadap kegiatan-kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tindakan pengendalian
dilakukan dengan mendokumentasikan dan melaksanakan kebijakan tentang
standar bagi tempat kerja, perancangan pabrik dan bahan, dan prosedur dan
instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan produk barang
dan jasa.
Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui:
a. Identifikasi potensi bahaya dengan mempertimbangkan kondisi dan
kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya; dan jenis kecelakaan
dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.
b. Penilaian risiko untuk menetapkan besar kecilnya suatu risiko yang telah
diidentifikasi sehingga digunakan untuk menentukan prioritas
pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat
kerja.
c. Tindakan pengendalian dilakukan melalui pengendalian teknis/rekayasa
yang meliputi (1) eliminasi, subtitusi, isolasi, ventilasi, higienitas dan
sanitasi; (2) pendidikan dan pelatihan; (3) insentif, penghargaan dan
d. motivasi diri; (4) evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan
etiologi; dan (5) penegakan hukum.
2) Perancangan dan Rekayasa
Tahap perancangan dan rekayasa meliputi pengembangan, verifikasi,
tinjauanulang, validasi; dan penyesuaian.
Dalam pelaksanaan perancangan dan rekayasa harus memperhatikan unsur-
unsur yaitu identifikasi potensi bahaya, prosedur penilaian dan pengendalian
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja; dan personil yang memiliki
kompetensi kerja harus ditentukan dan diberi wewenang dan tanggung jawab
Page | 17
yangjelas untuk melakukan verifikasi persyaratan SMK3.
3) Prosedur dan Instruksi Kerja
Prosedur dan instruksi kerja harus dilaksanakan dan ditinjau ulang secara
berkala terutama jika terjadi perubahan peralatan, proses atau bahan baku
yang digunakan oleh personal dengan melibatkan para pelaksana yang
memiliki kompetensi kerja dalam menggunakan prosedur.
Page | 18
sebenarnya.
8) Rencana dan Pemulihan Keadaan Darurat
Dalam melaksanakan rencana dan pemulihan keadaan darurat setiap
perusahaan harus memiliki prosedur rencana pemulihan keadaan darurat
secara cepat untuk mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu
pemulihantenaga kerja yang mengalami trauma.
Page | 19
Hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit
SMK3 harus didokumentasikan dan digunakan untuk tindakan perbaikan dan
pencegahan. Pemantauan dan evaluasi kinerja serta audit SMK3 dijamin
pelaksanaannya secara sistematik dan efektif oleh pihak manajemen.
Page | 20
Ketika perusahaan yang memiliki potensi bahaya tinggi, maka wajib melakukan
penerapan SMK3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penilaian yang
dilakukan melalui Audit SMK3 meliputi :
1. Pembangunan dan terjaminnya pelaksanaan komitmen,
2. Pembuatan dan pendokumentasian rencana K3,
3. Pengendalian Perancangan dan Peninjauan Kontrak,
4. Pengendalian Dokumen,
5. Pembelian dan Pengendalian Produk,
6. Keamanan bekerja berdasarkan SMK3,
7. Standar pemantauan,
8. Pelaporan dan perbaikan kekurangan,
9. Pengelolaan material dan perpindahannya,
10. Pengumpulan dan penggunaan data,
11. Pemeriksaan SMK3,
12. Pengembangan keterampilan dan kemampuan.
Hasil audit yang dilakukan akan dilaporkan kepada Menteri dengan tembusan
disampaikan kepada menteri pembina sektor usaha, gubernur dan bupati/wali kota sebagai
bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan SMK3.
Page | 21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau biasa disebut SMK3
adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan pencapaian , pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempatkerja yang aman.
Perencanaan Sistem Manajemen K3 yang baik, dimulai dengan melakukan
identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penentuan pengendaliannya. Dalam melakukan
hal tersebut, harus diperimbangkan berbagai persyaratan perundangan K3 yang berlaku
bagi organisasi serta persyartan lainnya seperti standar, kode, atau pedoman industri yang
terkait atau berlaku bagi organisasi.
Pelaksanaan dan Penilaian (Audit )Sistem Manajemen K3 di Indonesia sudah
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatana dan Kesehatan Kerja (SMK3).
B. Saran
Berdasarkan hasil diskusi dari kelompok 2 maka saran-saran yang dapat diberikan
dari materi sistem manajemen K3 adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengantisipasi terjadinya faktor risiko penyebab kecelakaan kerja yang dominan
yang berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja maka perlu untuk lebih banyak
dilakukan sosialisasi dan pengarahan melalui safety meeting (safety introduction, safety
morning talk, tool box meeting) atau pertemuan pertemuan di lapangan yang diikuti oleh
semua pihak mulai dari pekerja, mandor dan sub-kontraktor, agar pekerja memiliki budaya
kerja yang aman, disiplin, dan lebih memperhatikan keselamatan kerja.
2. Melakukan pembinaan K3 pada proses awal perekrutan tenaga kerja baru untuk
memperhatikan tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Serta dilakukan
pelatihan terhadap K3 dan ditingkatkan agar pekerja yang direkrut sadar terhadap K3 dalam
melaksanakan pekerjaannya, serta dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
3. Pemeriksaan dan inspeksi terhadap material dan peralatan yang akan digunakan perlu
dilaksanaka dengan seksama dan teliti agar tidak menimbulkan potensi terjadinya
kecelakaan kerja pada saat digunakan.
Page | 22
4. Penetapan metode kerja harus berdasarkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan
pekerjaan, dan telah memperhitungkan hal-hal yang berkaitan dengan risiko konstruksi,
bahaya kecelakaan dan kesehatan, serta lingkungan sesuai safety plan.
5. Untuk mewujudkan lingkungan kerja yang aman dan bebas dari potensi bahaya
kecelakaan kerja, maka perlu dilakukan upaya budaya kerja yang tertib oleh para pekerja,
serta pengawasan yang tinggi terhadap potensi bahaya kecelakaan kerja, khususnya pada
daerah/proses pelaksanaan pekerjaan yang telah diidentifikasi memiliki potensi bahaya
dengan tingkat risiko yang tinggi. Lingkungan kerja yang diciptakan sedemikian rupa
sehingga mengikuti standart K3 akan mendukung peningkatan produktivitas tenaga kerja.
Page | 23
DAFTAR PUSTAKA
Page | 24