Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

HUKUM KEPEGAWAIAN DAN APARATUR NEGARA

Dosen Pengampu :
1. Drs Berchah Pitoewas M.H, M.H
2. Abdul Halim, S.Pd., M,Pd.

Disusun oleh:

1. Annisa 2013032022
2. Chyntia Mutiara Putri 2053032013
3. Egit Aksa Dinata 2053032059
4. Indah Ismi Lestari 2013032056
5. Ira Rahmawati 2013032013
6. Riko Prasetiyo 2053032002
7. Wicahyani 2013032022

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puji syukur atas
kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini mengenai “Hukum Kepegawaian Dan Aparatur
Negara”.

Makalah ini telah disusun secara maksimal dengan dukungan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar penyusunan makalah ini. Untuk itu, kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berkontribusi
dalam penyusunan makalah ini.
Terlepas dari itu, kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh
dari kata sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami terbuka untuk menerima segala masukan yang bersifat membangun dari
pembaca agar kami bisa melakukan perbaikan makalah sehingga menjadi makalah yang
baik dan benar. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat ataupun inspirasi pada
pembaca.

Bandar Lampung, 27 Februari 2023


Penyusun

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

JUDUL...............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan Masalah.............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

2.1 Asas Penyelenggaraan Kebijakan dan Manajemen ASN..............................................

2.2 Prinsip yang menjadi landasan profesi ASN.................................................................

2.3 Nilai dasar yang menjadi landasan profesi ASN...........................................................

2.4 Kode etik dan kode prilaku............................................................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................

3.2 Saran..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Aparatur Sipil Negara yang disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi
tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pegawai negeri sipil yang disingkat PNS
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai
pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan
pemerintahan.

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. PNS sebagai pegawai ASN dalam
pengelolaannya diatur dalam manajemen ASN yaitu Sistem Manajemen Kepegawaian
yang meliputi sistem perencanaan, pengembangan karier, penggajian, dan batas usia
pensiun.

Diharapkan aturan ini mampu memperbaiki manajemen pemerintahan yang berorientasi


pada pelayanan publik, sebab PNS tidak lagi berorientasi melayani atasannya,
melainkan masyarakat. Aturan ini menempatkan PNS sebagai sebuah profesi yang
bebas dari intervensi politik dan akan menerapkan sistem karier terbuka yang
mengutamakan prinsip profesionalisme, yang memiliki kompetensi, kualifikasi, kinerja,
transparansi, objektivitas, serta bebas dari intervensi politik dan KKN yang berbasis
pada manajemen sumber daya manusia dan mengedepankan sistem merit menuju
terwujudnya birokrasi pemerintahan yang profesional.

Pelaksana kegiatan administrasi negara dilaksanakan oleh ASNsebagai sumber daya


manusia penggerak birokrasi pemerintah. MenurutPaul Pigors, tujuan pengelolaan

1
kepegawaian negara adalah: 1)Agar penggunaan dan kinerjanya bisa efefktif, tidak
borosdan menghasilkan kerja yang sesuai yang dibutuhkan; 2)Pengembangan kariernya
dijamin secara jelas sesuaidengan kompetensi diri dan kompetensi jabatan; 3)
Kesejahteraan hidupnya dijamin

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan diatas, maka dapat diambil beberapa
rumusan masalah guna menunjang isi makalah ini, antara lain:

1. Bagaimana asas penyelengaraan kebijakan dan menejemen ASN ?


2. Apa prinsip yang menjadikan landasan profesi ASN ?
3. Bagaimana nilai dasar yang menjadi landasan profesi ASN ?
4. Bagaimana kode etik dan kode prilaku ASN ?

1.3 Tujuan Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini sebagai
berikut.

1. Untuk mengetahui asas penyelengaraan kebijakan dan menejemen ASN


2. Untuk mengetahui prinsip yang menjadikan landasan profesi ASN
3. Untuk mengetahui nilai dasar yang menjadi landasan profesi ASN
4. Untuk mengetahui Bagaimana kode etik dan kode prilaku ASN

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asas Penyelenggaraan Kebijakan dan Manajemen ASN

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang


Aparatur Sipil Negara, bahwa negara memerlukan Aparatur Sipil yang berkemampuan
melaksanakan tugas secara profesional  dan bertanggung jawab dalam
menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan, serta bersih dan bebas dari
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Sehingga penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen
ASN yang berdasarkan pada asas Kepastian Hukum, profesionalitas, proporsionalitas,
keterpaduan, delegasi, netral, akuntabilitas, efektif dan efisien, keterbukaan,
nondiskriminatif, persatuan dan kesatuan, keadilan dan kesetaraan serta kesejahteraan
harus mengedepankan aspek profesionalitas dan berpegang pada kode etik dan kode
perilaku dalam bekerja.

Berikut asas-asas penyelenggaraan kebijakan dan manajemen ASN:

1. Asas Kepastian Hukum


Yang dimaksud dengan asas kepastian hukum adalah dalam setiap
penyelenggaraan kebijakan dan Manajemen ASN, mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan.
2. Asas Profesionalitas
Yang dimaksud dengan asas profesionalitas adalah mengutamakan keahlian
yang berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Asas Keterpaduan
Asas keterpaduan adalah pengelolaan Pegawai ASN didasarkan pada satu sistem
pengelolaan yang terpadu secara nasional.
4. Asas Delegasi
Asas delegasi adalah bahwa sebagian kewenangan pengelolaan Pegawai ASN
dapat didelegasikan pelaksanaannya kepada kementerian, lembaga pemerintah
nonkementerian, dan pemerintah daerah.

3
5. Asas Netral
Yang dimaksud dengan asas netralitas adalah bahwa setiap Pegawai ASN tidak
berpihak dari segala bentuk pengaruh manapun dan tidak memihak kepada
kepentingan siapapun.
6. Asas Akuntabilitas
Yang dimaksud dengan asas akuntabilitas adalah bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan Pegawai ASN harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Asas Efektif dan Efisien
Asas efektif dan efisien adalah bahwa dalam menyelenggarakan Manajemen
ASN sesuai dengan target atau tujuan dengan tepat waktu sesuai dengan
perencanaan yang ditetapkan.
8. Asas Keterbukaan
Yang dimaksud dengan asas keterbukaan adalah bahwa dalam penyelenggaraan
Manajemen ASN bersifat terbuka untuk publik.
9. Asas Nondiskriminatif
Asas nondiskriminatif adalah bahwa dalam penyelenggaraan Manajemen ASN,
KASN tidak membedakan perlakuan berdasarkan jender, suku, agama, ras, dan
golongan.
10. Asas Persatuan dan Kesatuan
Yang dimaksud dengan asas persatuan dan kesatuan adalah bahwa Pegawai
ASN sebagai perekat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
11. Asas Keadilan dan Kesetaraan Serta Kesejahteraan
Yang dimaksud dengan asa ini adalah bahwa penyelenggaraan ASN diarahkan
untuk mewujudkan peningkatan kualitas hidup Pegawai ASN.

2.2 Prinsip Menjadi Profesi ASN

Aparatur Sipil Negara (ASN) dituntut untuk memiliki nilai-nilai dasar sebagai
seperangkat prinsip yang menjadi landasan dalam menjalankan profesi dan tugasnya
sebagai ASN. Adapun nilai-nilai dasar yang dimaksud adalah Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi (ANEKA). Berdasarkan

4
dari kelima nilai dasar ANEKA yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika publik
komitmen mutu dan Anti korupsi yang harus di tanamkan kepada setiap ASN maka
perlu di ketahui indikator-indikator dari kelima kata tersebut, yaitu:

1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kata yang seudah tidak asing lagi kita dengar, namun
seringkali kita susah untuk membedakannya dengan responsibilitas. Namun dua
konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban
untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggung-jawaban yang harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban
setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang
menjadi amanahnya. Adapun indikator dari nilai akuntabilitas menurut
(Kusumasari, dkk. 2015: 18-21), adalah:
1) Kepemimpinan, lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah
dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan hal
tersebut.
2) Transparansi, dapat diartikan sebagai keterbukaan atas semua tindakan dan
kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok / institusi.
3) Integritas, mempunyai makna konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
4) Tanggung jawab, merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau
perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggungjawab
juga dapat berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
5) Keadilan, adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal,
baik menyangkut benda maupun orang.
6) Kepercayaan, rasa keadilan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini akan melahirkan akuntabilitas.
7) Keseimbangan, pencapaian akuntabilitas dalam lingkungan kerja, diperlukan
adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan
dan kapasitas. Selain itu, adanya harapan dalam mewujudkan kinerja yang

5
baik juga harus disertai dengan keseimbangan kapasitas sumber daya dan
keahlian (skill) yang dimiliki.
8) Kejelasan, fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan,
peran dan tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan
organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik individu maupun organisasi.
9) Konsistensi, konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus
melakukan sesuatu sampai pada tercapainya tujuan akhir.
2. Nasionalisme
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya
sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap
seperti ini jelas mencerai beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain.
Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta
yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang
diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan kesatuan,
kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
kepentingan golongan; menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan
bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia
serta tidak merasa rendah diri; mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap
saling mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa (Latief,
2015:147).
3. Etika Publik
Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral
mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya
dilakukan. Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah
refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah
perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Nilai-nilai dasar etika

6
publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN dalam (Wahyudi,
dkk. 2015: 10), yakni sebagai berikut:
1) memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Pancasila;
2) setia dalam mempertahankan UUD 1945;
3) menjalankan tugas secara profesional dan tidak memihak;
4) membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
5) menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
6) memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur;
7) mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerja publik;
8) memiliki kemampuan menjalankan kebijakan pemerintah;
9) memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
10) mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
11) menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
12) mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
13) mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
14) meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan berorientasi
pada kualitas hasil. Adapun nilai-nilai komitmen mutu menurut (Tjutju dan
Taufiq, 2015: 7-17) antara lain: 1. efektif, yaitu berhasil guna dapat mencapai
hasil sesuai dengan target; 2. efisien, yaitu berdaya guna, dapat menjalankan
tugas dan mencapai hasil tanpa menimbulkan pemborosan; 3. inovasi, yaitu
penemuan sesuatu yang baru atau mengandung kebaruan; 4. berorientasi mutu,
yaitu ukuran baik buruk yang di persepsi individu terhadap produk atau jasa.
5. Anti Korupsi Anti Korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk
memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan norma–norma
dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi, merugikan negara atau
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Tindak pidana korupsi
yang terdiri dari kerugian keuangan negara, suap-menyuap, pemerasan, perbuatan

7
curang, penggelapan dalam jabatan, benturan kepentingan dalam pengadaan dan
gratifikasi.

Indikator yang ada pada nilai dasar anti korupsi (Tim Komisi Pemberantasan Korupsi,
2015: 50), meliputi:

1) Mandiri yang dapat membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang
sehingga menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Pribadi
yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab demi mencapai keuntungan sesaat;
2) Kerja keras merupakan hal yang penting dalam rangka tercapainya target dari
suatu pekerjaan. Jika target dapat tercapai, peluang untuk korupsi secara
materiil maupun non materiil (waktu) menjadi lebih kecil;
3) Berani untuk mengatakan atau melaporkan pada atasan atau pihak yang
berwenang jika mengetahui ada pegawai yang melakukan kesalahan;
4) Disiplin berkegiatan dalam aturan bekerja sesuai dengan undang-undung
yang mengatur;
5) Peduli yang berarti ikut merasakan dan menolong apa yang dirasakan orang
lain;
6) Jujur yaitu berkata dan bertindak sesuai dengan kebenaran (dharma);
7) Tanggung jawab yaitu berani dalam menanggung resiko atas apa yang kita
kerjakan dalam bentuk apapun;
8) Sederhana yang dapat diartikan menerima dengan tulus dan iklas terhadap
apa yang telah ada dan diberikan oleh Tuhan kepada kita;
9) Adil yaitu memandang kebenaran sebagai tindakan dalam perkataan maupun
perbuatan saat memutuskan peristiwa yang terjadi.

Selanjutnya Pasal 3 UU ASN menerangkan tentang prinsip-prinsip yang tentunya harus


ditaati oleh semua ASN yang ada di Indoneisa, yaitu:

a) nilai dasar;
b) kode etik dan kode perilaku;
c) komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;

8
d) kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e) kualifikasi akademik;
f) jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
g) profesionalitas jabatan.

Nilai dasar sebagai salah satu prinsip ASN sebagai profesi, menurut UU ASN, meliputi:

1) Memegang teguh ideologi Pancasila;


2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
3) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
4) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
5) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
6) Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
7) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
8) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
9) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;
10) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
11) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
12) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
13) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
14) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
15) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.

2.3 Nilai Dasar Yang Menjadi Landasan Profesi ASN

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 yang dimaksud


Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Fungsi ASN
yaitu melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; memberikan pelayanan publik

9
yang profesional dan berkualitas; dan mempererat persatuan dan kesatuan Bangsa.
Untuk menjadi seorang pelayan publik yang profesional diperlukan pembekalan kepada
PNS dengan nilai-nilai dasar profesi ASN yang dikenal dengan ANEKA (Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi).

Nilai-nilai dasar profesi dan budaya kerja Aparatur Sipil Negara sebagaimana diatur
dalam Pasal 4 UU No. 5 Tahun 2014 Aparatur Sipil Negara meliputi:

a) Memegang teguh ideologi Pancasila;


b) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
c) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
d) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
e) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
f) Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
g) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
h) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
i) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;
j) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
k) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
l) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
m) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
n) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
o) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.

Akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung jawab.


Namun pada dasarnya, kedua konsep itu memiliki makna yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab. Akuntabilitas adalah
suatu kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai sedangkan akuntabilitas
adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.

10
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Akuntabilitas publik
memiliki tiga fungsi utama ( Bovens, 2007), yaitu untuk menyediakan kontrol
demokratis ( peran demokratis ); untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan (peran konstitusional ); dan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas.

Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal


(pertanggungjawaban kepada otoritas yang lebih tinggi) dan akuntabilitas horisontal
(pertanggungjawaban pada masyarakat luas). Untuk memenuhi terwujudnya
organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus
mengandung dimensi akuntabilitas kejujuran dan hukum, akuntabilitas proses,
akuntabilitas program, dan akuntabilitas kebijakan. Akuntabilitas tidak akan
terwujud apabila tidak ada alat akuntabilitas berupa : Perencanaan Strategis,
Kontrak Kinerja, dan Laporan Kinerja.

Dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada beberapa indikator dari
nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu:

1) Kepemimpinan, lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana


pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.
2) Transparansi, keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan
oleh individu maupun kelompok/instansi.
3) Integritas; konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung
tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
4) Tanggung Jawab, kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
5) Keadilan, kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik
menyangkut benda atau orang.
6) Kepercayaan, rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.

11
7) Keseimbangan, untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan
dan kapasitas.
8) Kejelasan, pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.
9) Konsistensi, sebuah usaha untuk terus melakukan sesuatu sampai pada tercapai
tujuan akhir.

Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Bahkan tidak
hanya sekedar wawasan saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih penting.
Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki
orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara. Nilai-
nilai yang berorientasi pada kepentingan publik menjadi nilai dasar yang harus
dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Pegawai ASN dapat mempelajari bagaimana
aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila agar memiliki karakter yang kuat dengan
nasionalisme dan wawasan kebangsaannya. Nasionalisme dalam arti sempit
merupakan sikap yang meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai
bangsa lain sebagaimana mestinya. Dalam arti luas, nasionalisme berarti pandangan
tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, sekaligus menghormati
bangsa lain.

1. Nasionalisme

Nasionalisme Pancasila merupakan pandangan atau paham kecintaan manusia


Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai
Pancasila. Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus
diperhatikan, yaitu:

1) Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, menjadikan Indonesia bukan sebagai
negara sekuler yang membatasi agama dalam ruang privat. Pancasila justru
mendorong nilainilai ketuhanan mendasari kehidupan masyarakat dan berpolitik.

12
Nilai-nilai ketuhanan yang dikehendaki Pancasila adalah nilai-nilai ketuhanan
yang positif, yang digali dari nilai-nilai keagamaan yang terbuka (inklusif),
membebaskan dan menjunjung tinggi keadilan dan persaudaraan. Dengan
berpegang teguh pada nilai-nilai ketuhanan diharapkan bisa memperkuat
pembentukan karakter dan kepribadian, melahirkan etos kerja yang positif, dan
memiliki kepercayaan diri untuk mengembangkan potensi diri dan kekayaan
alam yang diberikan Tuhan untuk kemakmuran masyarakat.
2) Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memiliki konsekuensi ke
dalam dan ke luar. Kedalam berarti menjadi pedoman negara dalam memuliakan
nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia. Ini berarti negara menjalankan
fungsi “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.
3) Sila ketiga, Persatuan Indonesia, semangat kebangsaan adalah mengakui
manusia dalam keragaman dan terbagi dalam golongan-golongan. Keberadaan
bangsa Indonesia terjadi karena memiliki satu nyawa, satu asal akal yang
tumbuh dalam jiwa rakyat sebelumnya, yang menjalani satu kesatuan riwayat,
yang membangkitkan persatuan karakter dan kehendak untuk hidup bersama
dalam suatu wilayah geopolitik nyata. Selain kehendak hidup bersama,
keberasaan bangsa Indonesia juga didukung oleh semangat gotong royong.
Dengan kegotong royongan itulah, Indonesia harus mampu melindungi segenap
bangsa dan tumpah darah Indonesia, bukan membela atau mendiamkan suatu
unsur masyarakat atau bagian tertentu dari teritorial Indonesia. Tujuan
nasionalisme yang mau didasari dari semangat gotong royong yaitu ke dalam
dan ke luar. Kedalam berarti kemajemukan dan keanekaragaman budaya, suku,
etnis, agama yang mewarnai kebangsaan Indonesia, tidak boleh dipandang
sebagai hal negatif dan menjadi ancaman yang bisa saling menegasikan.
Sebaliknya, hal itu perlu disikapi secara positif sebagai limpahan karunia yang
bisa saling memperkaya khazanah budaya dan pengetahuan melalui proses
penyerbukan budaya. Keluar berarti memuliakan kemanusiaan universal, dengan
menjunjung tinggi persaudaraan, perdamaian dan keadilan antar umat manusia.

13
4) Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Demokrasi permusyawaratan mempunyai dua
fungsi. Fungsi pertama, badan permusyawaratan/perwakilan bisa menjadi ajang
memperjuangkan asprasi beragam golongan yang ada di masyarakat. Fungsi
kedua, semangat permusyawaratan bisa menguatkan negara persatuan, bukan
negara untuk satu golongan atau perorangan. Permusyawaratan dengan landasan
kekeluargaan dan hikmat kebijaksanaan diharapkan bisa mencapai kesepakatan
yang membawa kebaikan bagi semua pihak. Abraham Lincoln mendefinisikan
demokrasi sebagai “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat”.
Ada tiga prasyarat dalam pemerintahan yang demokratis, yaitu: Kekuasaan
pemerintah berasal dari rakyat yang diperintah, kekuasaan itu harus dibatasi; dan
pemerintah harus berdaulat, artinya harus cukup kuat untuk dapat menjalankan
pemerintahan secara efektif dan efisien. Secara garis besar, terdapat dua model
demokrasi, yaitu: majoritarian democracy (demokrasi yang lebih mengutamakan
suara mayoritas) dan consensus democracy ( demokrasi yang mengutamakan
konsensus atau musyawarah). Oleh karena itu, pilihan demokrasi konsensus
berupa demokrasi permusyawaratan merupakan pilihan yang bisa membawa
kemaslahatan bagi bangsa Indonesia.
5) Sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia Dalam rangka
mewujudkan keadilan sosial, para pendiri bangsa menyatakan bahwa Negara
merupakan organisasi masyarakat yang bertujuan menyelenggarakan keadilan.
Keadilan sosial juga merupakan perwujudan imperative etics dari amanat
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Peran negara dalam mewujudkan rasa
keadilan sosial, antara lain :
a) perwujudan relasi yang adil di semua tingkat sistem kemasyarakatan;
b) pengembangan struktur yang menyediakan kesetaraan kesempatan;
c) proses fasilitasi akses atas informasi, layanan dan sumber daya yang diperlukan;
dan
d) dukungan atas partisipasi bermakna atas pengambilan keputusan bagi semua
orang.

14
2. Etika

Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk
menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak
individu, mencakup cara-cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan
hal-hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai
nila-nilai yang dianut (Catalano, 1991). Konsep etika sering disamakan dengan moral.
Padahal ada perbedaan antara keduanya. Etika lebih dipahami sebagai refleksi yang baik
atau benar. Sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau
apa yang seharusnya dilakukan. Etika juga dipandang sebagai karakter atau etos
individu/kelompokberdasarkan nilainilai dan norma-norma luhur. Kode etik adalah
aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut
pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan tertulis. Kode
etik profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus
dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang
teguh oleh sekelompok profesional tertentu.

3. Komitmen mutu

Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang lain yang tercermin
dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai. Bidang apapun yang menjadi
tanggung jawab pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar
dapat memberi kepuasan kepada stakeholder. Komitmen mutu merupakan tindakan
untuk menghargai efektivitas, efisiensi, inovasi dan kinerja yang berorientasi mutu
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik. Ada empat indikator dari
nilainilai dasar komitmen mutu yang harus diperhatikan, yaitu:

1) Efektif, berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan
efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan,
baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas organisasi tidak
hanya diukur dari performans untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas,

15
ketepatan waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan
dan terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2) Efisien, berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil tanpa
menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan tingkat ketepatan
realiasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan
sehingga dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar
alur.
3) Inovasi, Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang
konstruktif, sehingga akan memotivasi setiap individu untuk membangun
karakter sebagai aparatur yang diwujudkan dalam bentuk profesionalisme
layanan publik yang berbeda dari sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau
menggugurkan tugas rutin.
4) Mutu, kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu
mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan
sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui harapannya.
Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur
capaian hasil kerja. Mutu menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan
keberlanjutan organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
4. Anti korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya kerusakan,
kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa,
karena dampaknya yang luar biasa, menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup
pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tidak hanya
terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka
panjang. Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus
diperhatikan, yaitu:

16
 Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi penegakan
integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa
menjadi pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur
dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain,
sehingga dapat membentengi diri terhadap godaan untuk berbuat curang.
 Peduli, kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat
kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan
lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang yang tidak
mampu, menderita, dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial
tidak akan tergoda untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar
tetapi ia malah berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk
membantu sesama.
 Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak
bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki
seseorang memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna
bekerja secara efektif. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan
dengan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan
sesaat.
 Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan konsistensi
untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu
mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada
prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja.
Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak
akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara
yang mudah.
 Jawab Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa
keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik demi
kemaslahatan sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang
dilakukannya akan dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang
Maha Esa, masyarakat, negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini
maka seseorang tidak akan tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.

17
 Kerja Keras, individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas
hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia
mencurahkan daya pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan
berkarya dengan sebaikbaiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa
mengeluarkan keringat.
 Sederhana, pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari
kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa
berlebih-lebihan. Ia tidak tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan.
Kekayaan utama yang menjadi modal kehidupannya adalah ilmu pengetahuan.
Ia sadar bahwa mengejar harta tidak akan pernah ada habisnya karena hawa
nafsu keserakahan akan selalu memacu untuk mencari harta
sebanyakbanyaknya.
 Berani, seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya
penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga berani
berdiri sendirian dalam kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman
sejawatnya melakukan perbuatan yang menyimpang dari hal yang semestinya. Ia
tidak takut dimusuhi dan tidak memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak
kepada hal-hal yang menyimpang.
 Adil, pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia
terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan
lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan
memberi kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia
juga ingin mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan
bangsanya.

Nilai-nilai dasar ASN yaitu Berakhlak, adapun maknanya adalah sebagai


berikut: Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal,
Adaptif dan Kolaboratif. Nilai-nilai tersebut harus menjadi landasan bagi seluruh
ASN dalam melaksanakan tugas dan fungsi.

18
Sebagaimana diketahui, dalam rangka pembentukan karakter Aparatur Sipil
Negara (ASN) yang Profesional dalam melaksanakan pelayanan publik, serta
memiliki Nilai-nilai Inti ASN yang sama dalam memperkuat budaya kerja, maka
Pemerintah telah memberikan arahan agar seluruh Instansi Pemerintah dan
Daerah mengimplementasikan core value (nilai dasar) ASN Berakhlak dan
employer branding ASN "Bangga Melayani Bangsa", melalui Surat Edaran
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20
Tahun 2021, tanggal 26 Agustus 2021, tentang Implementasi Core Values dan
Employer Branding ASN. Core values ini menjadi titik tonggak penguatan
budaya kerja, yang tidak hanya dilakukan pada ASN tingkat pusat namun juga
pada tingkat daerah,

Berakhlak merupakan panduan perilaku bagi ASN. Nilai dasar yang harus
dijalankan dengan penuh tanggung jawab, dan menjadi fondasi budaya kerja
ASN yang profesional. Adapun detil dari nilai-nilai tersebut adalah:

1) Berorientasi Pelayanan: Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat.


Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan, serta melakukan perbaikan tiada
henti.
2) Akuntabel: Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, serta
disiplin dan berintegritas tinggi. Menggunakan kekayaan dan barang milik
negara secara bertanggung jawab, efektif dan efisien, dan tidak
menyalahgunakan kewenangan jabatan.
3) Kompeten: Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang
selalu berubah. Membantu orang lain belajar, dan melaksanakan tugas dengan
kualitas terbaik.
4) Harmonis: Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya. Suka menolong
orang lain, dan membangun lingkungan kerja yang kondusif.
5) Loyal: Memegang teguh ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang

19
sah, menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi dan negara, serta
menjaga rahasia jabatan dan negara.
6) Adaptif: Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan. Terus berinovasi dan
mengembangkan kreativitas, dan bertindak proaktif.
7) Kolaboratif: Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi,
terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah, dan
menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.

2.4 Kode Etik Dan Kode Prilaku

Konsep Aparatur Sipil Negara (ASN) saat ini belum begitu dikenal masyarakat
indonesia dibandingkan dengan istilah PNS yang sudah dikenal sejak dahulu. Bahkan
PNS sendiri pun masih banyak yamg tidak mengetahui esensi dari ASN itu sendiri. Hal
tersebut dikarenakan sosialisasi ASN tidak begitu gencar oleh pemerintahan sejak tahun
2014 dimana pada tanggal 15 Januari, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, saat
itu telah menandatangani Undang-Undang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) yang telah
disetujui oleh rapat Paripurna menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014. Kode
Etik Pejabat Pengawas Pemerintah adalah seperangkat prinsip moral atau nilai yang
dipergunakan oleh pejabat pengawas pemerintah sebagai pedoman tingkah laku dalam
melaksanakan tugas pengawasan. Kode Etik merupakan sistem prinsip moral yang
diberlakukan dalam suatu kelompok profesi yang diterapkan dan wajib ditaati oleh para
anggotanya. Unsur etika sangat menyatu dalam sebuah norma hukum, jika kedua unsur
ini dilanggar, tentu sanksi akan ditegakkannya, seperti halnya seseorang dalam
kehidupannya selalu melanggar etika dan merugikan perorangan atau kelompok
tertentu, maka perlu dijatuhi sanksi yang seimbang dengan perbuatannya. Indonesia,
secara socio-historis merupakan lembaga perwakilan rakyat yang baru mempunyai
Badan Kehormatan dalam menerapkan kode etik.

Menurut Anggara (2016: 402), menyatakan bahwa etika birokrasi adalah norma atau
nilai-nilai moral yang menjadi pedoman bagi keseluruhan aparat pemerintah dalam
menjalankan tugas dan kewajibannya demi kepentingan umum atau masyarakat, dengan
demikian aparat pemerintah seharusnya mempunyai pedomandan penuntun dalam sikap

20
dan perilaku sehingga birokrasi menjadi bersih, dinamis dan bertanggungjawab.
Pegawai Negeri Sipil, Menurut Kamus Umum Bhasa Indonesia, “Pegawai”berarti”
orang yang bekerja pada pemerintah (perusahaan dan sebagainya). Sedangkan “Negeri”
berarti negara atau pemerintah, jadi pegawai negeri sipil adalah orang yang bekerja pada
pemerintah atau negara. Subtansi yang terkandung dalam Undang-Undang ASN di
antaranya menegaskan bagwa ASN adalah sebuah bentuk profesi bagi PNS dan PPPK
(Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja), dengan penetapan ASN sebagai sebuah
profesi, maka diperlukan adanya, nilai dasar, kode etik dan kode perilaku, serta
pengembangan kompetensi.

Berdasarkan Peraturan UU Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara di


Kantor Badan Kepegawaian dan Sumber Daya Manusia di Kabupaten Tanah Datar
dalam pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa :

Aparatur Sipil Negara yang disingkat menjadi ASN adalah profesi bagi pegawai negeri
sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah.

Berdasarkann Pasal 5 Ayat 2 di jelaskan bahwa Kode etik dan Kode Perilaku ASN yaitu
:

1) Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas


tinggi;
2) Melaksanakan dengan sikap hormat,sopan,dan tanpa tekanan;
3) Melaksanakan tugasnya sesuaidengan ketentuan peraturan perundang undangan;
4) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan pejabat baru yang
berwewenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang
undangan;
5) Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara;
6) Mengg nakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab,
efektif, dan efisien; ) Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya;

21
7) Memberi informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
8) Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatan untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain;
9) Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
ASN; dan
10) Melaksanakan ketentuan peraturan perundang undangan mengenai disiplin
Pegawai ASN.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Indonesia.

3.2 Saran

Untuk makalah ini kami sadar bahwa makalah yang kami susun tidak luput dari
kesalahan oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang
bersifat mebangun demi lebih baiknya makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

PUMP, D. S., TIMUR, K. K., PERTAMA-PERAWAT, A. H. L. I., & TIMUR, P. K. K.


RANCANGAN AKTUALISASI NILAI-NILAI DASAR ASN (BerAKHLAK)
PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN CXXXVI 2022.

Irawan, A. (2022). Nilai-Nilai Dasar Profesi Serta Kedudukan Dan Peran PNS Dalam
Kerangka NKRI Study Kasus Dalam Optimalisasi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Dan Budi Pekerti Dengan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas
III Sekolah Dasar Negeri 124 Kaur. GUAU: Jurnal Pendidikan Profesi Guru
Agama Islam, 2(5), 45-58.

Dhahri, I., Kasmawati, A., & Bakhtiar, B. Pemahaman Nilai-nilai Dasar Profesi dan
Budaya Kerja Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Makassar.

Anwar, S., Santoso, A. P. A., Gegen, G., & AM, A. I. (2022). Penegakkan Etika Dan
Disiplin Tenaga Kesehatan Sebagai Aparatur Sipil Negara. JISIP (Jurnal Ilmu
Sosial dan Pendidikan), 6(3).

Bakhtiar, F. A. MENJADI APARATUR SIPIL NEGARA YANG SESUAI HARAPAN


BANGSA1.

Nasution, M. I. A. (2019). Peran Komisi Aparatur Sipil Negara Terhadap Pelanggaran


Etik Ditinjau Dari Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Anggoro, F. (2022). Revitalisasi Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik
Untuk Mewujudkan Birokrasi Yang Berkelas Dunia. Kybernan: Jurnal Studi
Kepemerintahan, 5(1), 73 - 79.

https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2014/5TAHUN2014UUPenjeNegara (Doctoral
dissertation).

24

Anda mungkin juga menyukai