Anda di halaman 1dari 18

Skip to content

Edit this message in the Customizer (Theme Options)

11155000842cbk

MENU

KODE ETIK KONSELOR

Posted on June 12, 2016 by 11155000842cbk

KODE ETIK KONSELOR

Disusun Oleh

ARNI SUSANTI ( 1115500013)

RIKE FADILAH (1115500069)

SEKAR WULAN N. (1115500075)

TRISSA ELYA RAMDHANI(1115500084)

KELAS BK 2C

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSERLING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya,
tidak lupa shalawat serta salam selalu kita curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kode Etik Konselor” ini dengan
lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas bidang studi Bimbingan
dan Konserling mengenai Teori Konseling 1.

Makalah ini disusun dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku-buku
tentang Kode Etik Konselor dan dari media massa yang berhubungan dengan pembahasan makalah
ini dan, tak lupa penyusun ucapkan terimakasih kepada dosen bidang studi atas bimbingan dan
arahan dalam penulisan makalah ini, juga rekan-rekan sesama mahasiswa, kepada kedua orang tua
penulis yang telah mendukung, sehingga penulis mendapat semangat, dorongan dan doa untuk bisa
menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat waktu.

Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan atau pengetahuan kita
tentang konseling kelompok sehingga kita bisa terbantu nantinya jika melaksanakan konseling
kelompok dengan clien atau siswa kita nantinya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik membangun yang ditunjukan
demi kesempurnaan makalah ini.

Tegal, 8 Mei 2016

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………….. 1

Latar Belakang Masalah ………………………………………………….. 1

BAB II KUALIFIKASI DAN KEG. PROFESIONAL KONSELOR ……………….. 2

Kualifikasi ………………………………………………………………………………….. 2

Informasi, Testing, Dan Riset ………………………………………………………….. 3

Proses Layanan ……………………………………………………………………………… 4

Konsultasi Dan Hub. Rekan Sejawat/Ahli Lain …………………………………. 5

Hubungan Kelembagaan ………………………………………………………………….. 6

Ketaatan Kepada Profesi …………………………………………………………………. 7

Asumsi Perilaku Bermasyarakat ………………………………………………………. 8

Tujuan Kode Etik Konselor ……………………………………………………………… 8

Peran Konselor ……………………………………………………………………………….. 9

Kelebihan Dan Kekurangan Etika Konselor ……………………………………….. 9

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………………….. 11

Simpulan ………………………………………………………………….. 11
Saran ………………………………………………………………………… 11

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………. iv

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Etika profesi menurut keiser dalam (suhrawardi lubis, 1994:6-7) adalah sikap hidup berupa keadilan
untuk memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan penuh ketertiban dan
keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadapat
masyarakat. Kode etika profesi adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik, apa yang tidak benar dan tidak baik profesional. Kode
etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa
yang harus di hindari.

Kode etik konselor Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman bertingkah laku profesional
yang dijunjung tinggi , diamalkan dan diamankan oleh setiap anggota profesi sendiri dan
kepentingan publik, sebagai penjamin mutu layanan yang diberikan oleh konselor. Kode etik
berperan sebagai pedoman tingkah laku konselor dalam menjalankan aktivitas profesionalnya dan
setiap konselor harus melaksanakan kode etik profesi yang sebaik-baiknya. Landasan kode etika
konselor adalah pancasila mengingat bahwa profesi konseling merupakan usaha pelayanan terhadap
sesama manusia dalam rangka ikut membina warga negara yang bertanggung jawab, dan tuntutan
bagi profesi mengacu kepada kebutuhan dan kebahagiaan klien sesuai dengan norma-norma yang
berlaku, UU NO 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, Peraturan Pemeritah RI NO 19
Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan(pasal 28 ayat 1,2 dan 3 tentang standar pendidik
dan tenaga kependidikan), peraturan menteri Nasional RI NO 27 Tahun 2008 Tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi konselor, Peraturan Pemerintah NO 74 Tahun 2008 Tentang
Guru mengingat bahwa propesi konseloe merupakan usaha layanan terhadap sesama manusia yang
bersifat ilmiah dan esensial dalam rangka tujuan ikut membina warga negara yang efektif dan
bertanggung jawab.

BAB II

KUALIFIKASI DAN KEGIATAN PROFESIONAL KONSELOR

KUALIFIKASI

Konselor harus memiliki (1) nilai, sikap, ketrampilan, pengetahuan dan wawasan dalam bidang
profesi konseling dan (2) pengakuan atas kemampuan dan kewenangan sebagai konselor :

Wawasan, pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap.

Agar dapat memehami orang lain dengan sebaik-baiknya, konselor harus terus menerus berusaha
mengembangkan dan mengatasi dirinya. Ia harus mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-
prasangka pada dirinya sendiri yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan orang lain dan
mengakibatkan rendahnya mutu layanan profesional serta merugikan klien.

Dalam melakukan tugasnya membantu klien, konselor harus memperlihatkan sifat-sifat sederhana,
rendah hati, sabar, menepati janji, dapat dipercaya, jujur, tertib dan hormat.

Konselor harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap saran ataupun peringatan yang diberikan
kepadanya, khususnya dari rekan-rekan seprofesi dalam hubungannya dengan pelaksanaan
ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional sebagaimana diatur dalam kode etik ini.
Dalam menjalankan tugasnya, konselor harus mengusahakan mutu kerja yang setinngi mungkin:
kepentingan pribadi termasuk keuntungan material dan finansial tidak diutamakan.

Konselor harus terampil dalam menggunakan teknik-teknik dan prosedur-prosedur khusus yang di
kembangkan atas dasar wawasan yang luas dan kaidah-kaidah ilmiah

Pengakuan Kewenangan

Untuk dapat bekerja sebagai konselor, diperlukan pengakuan, keahlian, dan kewenangan oleh
organisasi profesi atas dasar wewenang yang diberikan kepadanya oleh pemerintah.

INFORMASI, TESTING, DAN RISET

Penyimpanan Dan Penggunaan Informasi

Catatan tentang diri klien yang meliputi hasil wawancara, testing, surat-menyurat, perekam, dan
data lain, semuanya merupakan informasi yang bersifat rahasia dan hanya boleh digunakan hanya
untuk kepentingan klien. Penggunaan data/informasi untuk keperluan riset atau pendidikan calon
konselor dimungkinkan, sepanjang identitas klien dirahasiakan.

Penyampaian informasi mengenai klien kepada keluarga atau kepada anggota profesi lain
membutuhkan persetujuan klien.

Penggunaan informasi tentang klien dalam rangka konsultasi dengan anggota profesi yang sama
atau yang lain dapat dibenarkan, asalkan untuk kepentingan klien dan tidak merugikan klien.

Keterangan mengenai bahan profesional hanya boleh diberikan kepada orang yang berwenang
menafsirkan dan menggunakannya.
Testing

Suatu jenis tes hanya diberikan kepada petugas yang berwenang menggunakan dan menafsirkan
hasilnya. Konselor harus selalu memeriksa dirinya apakah ia mempunyai wewenang yang dimaksud.

Testing diperlukan bila proses pemberian layanan memerlukan data tentang sifat atau ciri
kepribadian yanng menuntut adanya perbandingan dengan sempel yang lebuh luas, misalnya taraf
intelegensi, minat, bakat khusus dan kecenderungan pribadi seseorang.

Konselor harus memberikan orientasi yang tepat kepada klien mengenai alasan digunakannya tes
dan apa hubungannya dengan masalahnya. Hasilnya harus di sampaikan kepada klien dengan
disertai penjelasan tentang arti dan kegunaannya.

Pengguanaan suatu jenis tes harus mengikuti pedoman atau petunjuk yang berlaku bagi tes yang
bersangkutan.

Data yang diperoleh dari hasil testing harus diintregasikan dengan informasi lain yang telah
diperoleh dari klien sendiri atau sumber lain. Fdalam hal in data hasil testing harus diperlakukan
setaraf dengan data dan informasi lain tentang klien.

Hasil testing hanya dapat diberitahuakan kepada pihak lain sejauh pihak lain yang diberi tahu itu ada
hubungannya dengan usaha bantuan kepada klien dan tidak merugikan klien.

Riset

Dalam melakukan riset, dimana tersangkut manusia dengan masalahnya sebagai subyek, harus
dihindari hal-hal yang dapat merugikan subyek yang bersangkutan.

Dalam melaporkan hasil riset dimana tersangkut klien sebagai subyek, harus dijaga agar identitas
subyek dirahasiakan.

PROSES LAYANAN

Hubungan dalam pemberian layanan.

Konselor wajib melayani konselor selama ada kesempatan dalam hubungan antara klien dengan
konselor

Klien sepenuhnya berhak untuk mengakhiri hubungan dengan konselor, meskipun proses konseling
belum mencapai suatu hasil yang konkrit.sebaliknya konseolr tidak akan melanjutkan hubungan
apabila klien ternyata tidak mempengaruhi manfaat dari hubungan itu
Hubungan dengan klien

Konselor wajib menghormati harkat, martabat,integritas dan keyakinan klien

Konselor wajib menempatkan kepentingan kliennya diatas kepentingan pribadinya

Dalam menjalankan tugas konselor tyidak mengadakan pembedaan klien atas dasar
suku,bangsa,warna kulit,agama atau status sosial ekonomi

Konselor tidak akan memaksa untuk memberikan bantuan kepada seseorang tanpa izin dari orang
yang bersangkutan

Konselor wajib memberikan pelayanan kepada siapapun lebih-lebih dalam keadaan darurat atau
apabila banyak orang yang menghendaki

Konselor wajib memberikan layanan hingga tuntas, sepanjang dikehendaki klin

Konselor wajib menjelaskann kepada klien sifat hubungan yang sedang dibina dan batas-batas
tangggung jawab masing-masing dalam hubungan profersional

Konselor wajib mengutamakan perhatian terhadap klien, apabila timbul masalah dalam soal kesetian
ini, maka wajib diperhatikan kepentingan pihak-pihak yang terlibat dan juga tuntutan profesinya
sebagai konselor

Konselor tidak dapat memberikan bantuan profesional kepada sanak keluarga, teman-teman
karibnya sepanjang hubungannya propesional

KONSULTASI DAN HUBUNGAN DENGAN REKAN SEJAWAT ATAU AHLI LAIN

Konsultasi dengan rekan sejawat

Dalam rangka pemberian layanan kepada seorang klien, kalu konselor merasa ragu-ragu tentang
suatu hal, maka ia wajib berkonsultasi dengan rekan-rekan sejawat selingkungan profesi.unruk itu ia
wajib mendapat izin terlebih dahulu dari klieb nya.

Alih Tangan Kasus

Konselor wajib mengakhiri hubungan konseling dnegan seorangb kien apabila pada akhirnya dia
menyadari tidak dapat memberikan bantuan kepada klien tersebut
Bila pengiriman keahli lain disetujui klien, maka menjadi tanggung jawab konselor menyarankan
kepada klien dengan bantuan konselor untuk berkonsultasi kepada orang lain atau badan yang
mempunyai keahlian yang relevan

Bila konselor berpendapat bahwa klien perlu dikirim keahli lain, akan tetapi klien menolak pergi
kepada ahli yang di sarankan oleh konselor, maka konselor mempertimbangkan apa baik buruknya.

HUBUNGAN KELEMBAGAAN

Prinsip Umum

Prinsip-prinsip yang berlaku dalam pelayanan individual, khususnya tentang penyimpanan serta
penyebaran informasi tentang klien dan hubungan konvidensial antara konselor dengan klien,
berlaku juga bila konselor bekerja dalam hubungan kelembagaan.

Jikalau konselor bertindak sebagai konsultan pada suatu lembaga, maka wajib da pengertian dan
kesepakatan yang jelas antara dia dengan pihak lembaga dan dengan klien yang menghubungi
konselor di tempat lembaga itu. Sebagai seorang konsultan konselor wajib tetap mengikuti dasar-
dasar pokok profesi bimbingan dan konseling kmonselor dan tidak bekerja atas dasar komersial.

Keterkaitan Kelembagaan

Setiap konselor yang bekerja dalam hubungan kelembagaan turut bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan peraturan kerja sama dengan pihak atasan atau bawahannya, terutama dalam rangka
pelayanana konseling dengan menjaga rahasia pribadi tang dipercayakan kepadanya

Peraturan-peraturan kelembagaan yang diikuti oleh semua petugas dalam lembaga wajib dianggap
mencerminkan kebijaksanaan lembaga itu dan bukan pertimbangan pribadi. Konselor wajib
mempertanggung jawabkan pekerjaannya kepada atasannya .sebaliknya dia berhak pula mendapat
perlindungan dari lembaga itu dalam menjalankan profesinya

Setiap konselor yang menjadi anggota staf suatu lembaga wajib mengetahui tentang program-
program yang berorientasi kepada kegiatan-kegiatan dari lembaga itu; pekerjaan konselor wajib
dianggap sebagai sumbangan khas dalam mencapai tujuan lembaga itu

Jika dalam rangka pekerjaan dalam suatu lembaga,konselor tidak cocok dengan ketentuan-
ketentuan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan yuang berlaku di lembaga itu, maka ia wajib
mengundurkan diri dari lembaga tersebut
KETAATAN KEPADA PROFESI

Pelaksanaan hak dan kewajiban

Dalam melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai konselor, konselor wajib mengaitkanya dengan
tufas dan kewajibannya terhadap klien dan profesi sebagai mana dicantumkan dalam kode etik ini,
dan semua itu sepenuhnya untuk kepentingan dan kebahagiaan klien.

Konselor tidak dibenarkan menyalahgunakan jabatannya sebagai konselor untuk maksud mencari
keuntunagan pribadi atau maksud-maksud lain yang dapat ,merugikan klien, ataupun menerima
komisi atau balas jasa dalam bentuk yang tidak wajar

Pelanggaran Terhadap Kode Etik

Konselor wajib selalu mengkaji secara sadar tingkah laku dan perbuatannya bahwa ia mentaati kode
etik.

Konselor wajib senantiasa mengingat bahwa pelanggaran terhadap kode etik akan merugikan diri
sendiri,klien,lembaga dan pihak lain terkait

Pelanggaran terhadap kode etik adan mendapatkan sanksi berdasarkan ketentuan yang ditetapkan
oleh asosiasi bimbingan dan konselingb indonesia.

ASUMSI PERILAKU BERMASYARAKAT

Suatu propesi ialah pekerjaan yang dipegang oleh orang-orang yang mempunyai dasar pengetahuan,
keterampilan, dan sikap khusus tertentu dan pekerjaan itu diakui oleh mayarakat sebagai suatu
keahlian. Keahlian tersebut menuntut dipenuhinya standar persiapan propesi melalui pendidikan
khusus di perguruan tinggi dan pengalaman kerja dalam bidang tersebut. Selanjutnya, keanggotaan
dalam propesi menuntut keikutsertaan secara aktif dalam ikatan propesi melalui pene;litian-
penelitian dan percobaan-percobaan serta usaha-usaha lain untuk pertumbuhan diri dalam jabatan
selama hidup tanpa mencari keuntungan pribadi.
TUJUAN KODE ETIK KONSELOR

Kode etika diperlukan agar konselor tetap dapat menjaga standar mutu dan status propesinya dalam
batas-batas yang jelas dengan profesi lain, sehingga dapat dihindarkan kemungkinan penyimpangan-
penyimpangan tugas oleh mereka yang tidak langsung berkecimpung dalam bidang tersebut. Kode
etika ini diperuntukan oleh para pembimbing yang memberikan layanan bimbingan berupa
konseling, dengan pengertian bahwa layanan konseling dapat dibedakan dan bentuk-bentuk layanan
bimbingan yang lain, karena sifat-sifat khas dan layanan bimbingan yang disebut konseling.
Pembimbing yang lain, yang bukan sekaligus konselor, mungkin dapat mengambil ilham dan
keyakinan-keyakinan yang menjiwai kode erika ini.

Dalam kode etika profesi konselor indonesia memiliki 5 tujuan yaitu:

Melindungi konselor yang menjadi anggota asosiasi dan konseli sebagai penerima layanan .

Mendukung misi asosiasi bimbingan dan konseling indonesia

Kode etik merupakan prinsip-prinsip yang memberikan panduan prilaku yang etis bagi konselor
dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling.

Kode etik membantu konselor dalam membangun kegiatan layanan yang profesional

Kode etik menjadi landasan dalam menghadapi dan menyelesaikan keluhan serta permasalahan
yang datang dari anggota asosiasi

PERAN KONSELOR
Mengelola program bimbingan disekolah

Menemukan dan membantu menggulangi masalah sosial-pribadi siswa

Bersama guru, menemukan dan menggulangi masalah kesulitan belajar siswa

Bersama kepala sekolah, menemukan dan menanggulangi masalah ketertiban siswa

Membimbing perkembangan karir siswa

Menjalin hubungan antara kehidupan sekolah dan kehidupan siswa dalam keluarga

Membantu penanggulangan konflik guru-siswa

Membantu siswa dalam menangani tekanan psikis

Peran lainnya:

Mengadakan penelitian/observasi terhadap situasi atau keadaan sekolah, baik mengenai peralatan,
tenaga, penyelenggaraan, maupun aktifitas-aktifitas lainnya

Berdasarkan hasil penelitian/observasi tersebut maka konselor berkewajiban memberikan saran.


Saran atau pendapat, baik kepada kepala sekolah maupun staf pengajar yang lain demi kelancaran
dan kebaikan sekolah

Penyelenggaraan konseling pada siswa, baik yang bersifat preventif maupun yang bersifat
preservatif.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ETIKA KONSELOR

KELEBIHAN

Sebagai mediator dalam menyelesaikan masalah

Sebagai petunjuk dalam pemecahan masalah konseli

Keberanian untuk tidak sempurna

Sebagai pribadi yang menarik

Menjaga rahasia
Kemampuan mengungkap masalah berbagai masalah konseli

Mampu melihat permasalahan dari berbagai aspek

Mampu berkomunikasi dengan konseli yang berbeda budaya

Pemahaman diri dan teori yang digunakan

Memiliki rasa kepedulian

KEKURANGAN

Keterbatasan dalam menyelesaikan masalah

Keterbatasan dalam memahami individu lainnya

Egoisme konselor

Berpegang pada satu cara respon

Mendiskusikan atau membicarakan kehidupan konseling dengan orang lain tanpa izin

Konselor kurang efektif dan efisien

Tidak berfikir alternatif


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kode etik konselor merupakan pola / ketentuan / aturan / tatacara yang menjadi pedoman konselor
dalam menjalankan tugas atau aktifitasnya. Pola / ketentuan / aturan / tata cara tersebut
seharusnya diikuti oleh setiap orang yang menjalankan profesi konselor. Kode etik diperlukan agar
konselor tetap dapat menjaga setandar mutu dan ststus profesinya dalam batas-batas yang jelas
dengan profesi lain, sehingga dapat dihindarkan kemungkinan penyimpangan tugas oleh mereka
yang tidak langsung berkecimpung didalam bidang tersebut.

SARAN

Dalam pembuatan makalah ini kami berharap adanya kritik yang membangun supaya bisa menjadi
pelajaran untuk mengerjakan makalah-makalah yang selanjutnya. Kritik serta saran sangat
membantu penulis memperbaiki kesalahannya demi menyempurnakan tugas-tugas selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Buku pedoman Kode Etik Bimbingan dan Konselor.(abkin)

W.S.Winkel & M.M.Sri Hastuti. 2006. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta.
Media Abadi
Share this:

TwitterFacebook

Loading...

Leave a comment

Post navigation

PREVIOUS POST

Teori kognitif menurut George A. Kelly

NEXT POST

LANDASAN PSIKOLOGIS DAN LANDASAN SOSIAL-BUDAYA DALAM BK

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *
Comment *

Name *

Email *

Website

Notify me of new comments via email.

Notify me of new posts via email.

Search for:

Search …

OUR LOCATION

1-4 Langley Court

London WC2E 9JY

United Kingdom

+4420 7430 2696

RESPONSIVE DESIGN

Goran’s layout adjusts itself depending on the device you are using. This means your site will look
good not only on laptop browsers, but also on devices with smaller screens, such as the iPad and the
iPhone.

FOLLOW US

FACEBOOK

TWITTER

GOOGLE PLUS
PINTEREST

DRIBBBLE

HOME ABOUT CONTACT BLOG

Blog at WordPress.com.

Privacy & Cookies: This site uses cookies. By continuing to use this website, you agree to their use.

To find out more, including how to control cookies, see here: Cookie Policy

Anda mungkin juga menyukai