Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH

TEORI-TEORI KONSELING
Dosen Pengampu
Hastin Budisiwi M.Pd

KODE ETIK KONSELOR


Oleh :
1. Eka Nur Afriliati (1115500026)
2. Iqbal Fatkhurrozaq (1115500042)
3. Nurlela Ika Pratiwi (1115500063)
4. Obim Firmansyah (1115500064)

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2016

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN..............................................................................

A. Latar belakang.............................................................................

B. Rumusan Masalah.......................................................................

C. Tujuan..........................................................................................

PEMBAHASAN.................................................................................

2.1 Pengertian Kode Etik..................................................................

2.2 Kualifikasi Dan Kegiatan Profesional Konselor.........................

2.3 Hubungan Kelembagaan Dan Hak Serta Kewajiban Konselor. .

2.4 Pelanggaran Terhadap Kode Etik.................................................

2.5 Bentuk Pelanggaran Kode Etik...................................................

BAB II

2.6 Sangsi pelanggaran............................................................................. 10

2.7 Mekanisme Penerapan Sangsi..................................................... 11


BAB III PENUTUP.......................................................................................... 12
A. Kesimpulan.................................................................................. 12
B. Saran............................................................................................ 12

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam masalah bimbingan dan konseling kode etik sangatlah
di butuhkan. Kode etik di butuhkan ketika konselor hendak
membimbing individu ke arah pengembangan pribadinya, peran
kode etik yaitu sebagai tuntutan dalam memberikan masukan
kepada konseli agar masukan yang di berikan oleh konselor tidak
keluar dari aturan, norma yang berlaku di masyarakat maupun di
kalangan konselor sendiri. Konselor profesional memberikan layanan
berupa

pendampingan,

pengordinasian,

mengkolaborasi

dan

memberikan layanan konsultasi yang dapat menciptakan peluang


yang setara dalam meraih kesempatan dan kesuksesan bagi
konseli.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud kode etik?
2. Apa saja kualifikasi dan kegiatan profesional konselor?
3. Apa saja kaidah-kaidah perilaku?
4. Apa saja hubungan kelembagaan dan hak serta kewajiban
konselor?
5. Apa saja pelanggaran-pelanggaran yang ada dalam kode etik?
C. TUJUAN
Agar kita lebih mengetahui apa saja kode etik yang harus
dimiliki oleh seorang konselor. Serta mengetahui bagaimana kaidah
3

perilaku, hak dan kewajiban seorang konselor dan pelanganggaranpelanggaran dalam kode etik.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KODE ETIK


Etika adalah aturan tentang tindakan yang dianut berkenaan
dengan perilaku suatu kelas manusia, kelompok, atau budaya
tertentu.

Kode Etik

Profesi

Bimbingan

dan

Konseling

adalah

ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang harus ditaati


bagi konselor dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada konseli.
Kaidah-kaidah perilaku yaitu :
1. Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan penghargaan
sebagai manusia dan mendapatokan layanan konseling tanpa
melihat suku bangsa, agama, atau budaya.
2. Setiap orang memiliki hak untuk mengembangkan

dan

mengarahkan diri.
3. Setiap orang memiliki hak untuk memilih dan bertanggung jawab
terhadap keputusan yang diambilnya.
4. Setiap konselor membantu perkembangan setiap konseli, melalui
layanan bimbingan dan konseling secara profesional.
4

5. Hubungan konselor-konseli sebagai hubungan yang membantu


yang didasarkan kepada kode etik
Kode etik Bimbingan dan Konseling Indonesia merupakan landasan
moral dan pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi,
diamalkan dan diamankan oleh setiap anggota profesi Bimbingan
dan Konseling Indonesia. Kode Etik Bimbingan dan Konseling
Indonesia wajib dipatuhi dan diamalkan oleh pengurus dan anggota
organisasi tingkat nasional, propinsi, kab/kota (Anggota Rumat
Tangga ABKIN, Bab II, Pasal 2) .
2.2 KUALIFIKASI DAN KEGIATAN PROFESIONAL KONSELOR
A. KUALIFIKASI
Konselor harus memiliki (1) nilai, sikap, ketrampilan dan
pengetahuan

dalam

bidang

profesi

konseling,

dan

(2)

pengakuan atas kewenangannya sebagai konselor.


B. KEGIATAN PROFESIONAL KONSELOR
Nilai, sikap, ketrampilan dan pengetahuan
~ Agar dapat memahami orang lain dengan sebaikbaiknya,

konselor

harus

terus

menerus

berusaha

menguasai dirinya. Ia harus mengetahui kekurangankekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya sendiri
yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan orang
lain

dan

mengakibatkan

rendahnya

mutu

layanan

profesional serta merugikan klien.


~Dalam melakukan tugasnya membantu klien, konselor
harus memperlihatkan sifat-sifat yang sederhana, rendah
hati, sabar, menepati janji, dapat dipercaya, jujur, tertib
dan hormat.
~Konselor harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap
saran ataupun peringatan yang diberikan kepadanya,
khususnya dari rekan-rekan seprofesi dalam hubungannya
dengan pelaksanaan ketentuan-ketentuan tingkah laku
profesional sebagaimana diatur dalam kode etik.
~Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor

harus

mengusahakan mutu kerja yang setinggi mungkin. Untuk


itu
5

ia

harus

tampil

menggunakan

teknik-teknik

dan

prosedur-prosedur khusus yang dikembangkan atas dasar

kaidah-kaidah ilmiah.
Pengakuan Kewenangan
Untuk dapat bekerja

sebagai

konselor,

diperlukan

pengakuan, keahlian, kewenangan oleh organisasi profesi


atas dasar wewenang yang diberikan kepadanya oleh

pemerintah.
Kegiatan Profesional
Penyimpanan dan penggunaan Informasi
~Catatan tentang diri klienyang meliputi

data

hasil

wawancara, testing, surat-menyurat, perekaman, dan data


lain, semua merupakan informasi yang bersifat rahasia dan
hanya

boleh

digunakan

untuk

kepentingan

klien.

Penggunaan data/informasi untuk keperluan riset atau


pendidikan

calon

konselor

dimungkinkan

sepanjang

identitas dirahasiakan. Penyampaian informasi mengenai


klien kepada keluarga atau kepada anggota profesi lain,
membutuhkan persetujuan klien atau yang lain dapat
dibenarkan asalkan untuk kepentinganklien dan tidak
merugikan klien.
~Keterangan mengenai bahan profesional hanya boleh
diberikan kepada orang yang berwenang menafsirkan dan
menggunakannya.
~Kewajiban konselor untuk menangani klien berlangsung
selama ada kesempatan antara klien dengan konselor.
Kewajiban berakhir jika hubungan konseling berakhir, klien
mengakhiri

hubungan

kerja

atau

konselor

tidak

lagi

bertugas sebagai konselor.


Testing
~Suatu jenis tes hanya diberikan oleh petugas yang
berwenang
Konselor

menggunakan

harus

selalu

dan

menafsirkan

memeriksa

dirinya

hasilnya.
apakah

ia

mempunyai wewenang yang dimaksud.


~Testing diperlukan bila dibutuhkan data tentang sifat atau
ciri kepribadian yang menuntut adanya perbandingan
dengan sampel yang lebih luas, misalnya taraf intelegensi,
6

minat, bakat khusus dan kecenderungan dalam pribadi


seseorang.
~Data yang

diperlukan

dari

hasil

testing

itu

harus

diintergrasikan dengan informasi lain yang telah diperoleh


dari klien sendiri atau dari sumber lain.
~Data hasil testing harus deperlakukan setaraf data dan
informasi lain tentang klien.
~Konselor harus memberikan orientasi yang tepat kepada
klien

mengenai

hubungannya

alasan

dengan

digunakannya
masalahnya.

tes

dan

Hasilnya

apa
harus

disampaikan dengan klien dengan disertai penjelasan


tentang arti dan kegunaannya.
~Hasil tentang testing hanya dapat diberitahukan kepada
pihak lain sejauh pihak lain yang diberitahu itu ada
hubungannya dengan usaha bantuan kepada klien dan
tidak merugikan klien.
~Pemberian suatu jenis tes harus mengikuti pedoman atau

petunjuk yang berlaku bagi tes yang berlakukan.


Riset
~Dalam melakukan riset, dimana tersangkut manusia
dengan masalahnya sebagai subyek, harus dihindari halhal yang dapat merugika subyek yang bersangkutan.
~Dalam melakukan hasil riset dimana klien sebagai

subyek, harus dijaga agar identitas subyek dirahasiakan.


Layanan individual : Hubungan dengan klien
~Konselor harus menghormati harkat pribadi integritas dan
keyakinan klien
~Konselor harus menempatkan klienya di atas kepentingan
pribadinya. Demikianpun dia tidak boleh memberikan
layanan bantuan diluar bidang pendidikan, pengalaman,
dan kemampuan yang dimilikinya.
~Dalam menjalankan tugasnya konselor tidak mengadakan
pembedaan atas dasar suku, bangsa, warna kulit atau
status sosial ekonomi.
~Konselor tidak akan

memaksa

untuk

memberikan

bantuan kepada seseorang dan tid1ak boleh mencampurui

urusan pribadi orang lain tanpa izin

dari orang yang

ber1sangkutan
~Konselor boleh memilih siapa yang akan di beri bantuan,
akan

tetapi

dia

harus

memperhatikan

setiap-setiap

permintaan bantuan lebih-lebih dalam keadaan darurat


atau apabila hanya orang yang menghendaki.
~Kalo konselor sudah turun tangan membantu seseorang
maka dia tidak akan melalaikan klien tersebut, walinya
atau orang yang bertanggung jawab padanya.
~Konselor harus menjelaskan pada klien sifat hubungan
yang sedang di bina dan batas-batas tanggung jawab
masing-masing

khususnya

sejauh

mana

dia

memikul

1tanggung jawab terhadap klien


~Hubungan konselor mengandung kesetiaan ganda kepada
klien, masyarakat, atasan dan rekan-rekan sejawat. Apabila
timbul masalah dalam soal kesetiaan ini maka harus di
perhatikan pihak-pihak yang terlibat dan juga tuntuan
profesinya sebagai konselor. Dalam hal ini terutama sekali
harus di perhatikan adalah kepentingan klien.
~Apabila timbul masalah antara kestiaan kepada klien dan
lembaga tempat konselor bekerja maka konselor harus
menyampaikan situasinya kepada klien dan atasanya.
Dalam hal ini klien harus di minta untuk mengambil
keputusan

apakah

dia

ingin

meneruskan

hubungan

konseling denganya.
~Konselor tidak akan memberikan bantuan profesional
kepada sanak keluarga, teman-teman karibnya, sehingga
hubungan

profesional

dengan

orang-orang

tersebut

mungkin dapat terancam oleh kaburnya peranan masingmasing.


~Klien sepenuhnya berhak mengahiri hubungan dengan
konselor meskipun proses konseling belum mencapai suatu
hasil

yang

kongkrit.

Sebaliknya

konselor

tidak

akan

menjalutkan hubungan dengan klien apabila klien tidak


mendapatkan manfaat dari hubungan itu.
8

2.3
HubungankelembagaandanHakSertaKewajibanKonselor
1. Jika konselor bertindak sebagai konsultan pada suatu
keluarga maka harus perngertian dan kesepakatan yang
jelas antara dia dan pihak lembaga dengan klien yang
menghubungi

konselor

di

tempat

lembaga

tersebut.

Sebagai seorang konsultan konselor tetap mengikuti dasardasar profesi dan tidak bekerja atas dasar komersial.
2. Prinsip-prinsip yang berlaku dalam layanan individual
khususnya tentang penyimpangan informasi tentang klien
dan hubungan konfidensial antara konselor dengan klien
berlaku

juga

bila

kelembagaan.
3. Setiap
konselor
kelembagaan

koselor
yang

turut

bekerja

bekerja

bertanggung

dalam
dalam
jawab

hubngan
hubungan
terhadap

pelaksanaan peraturan kerja sama dengan ihak atasan


maupun bawahannya terutama dalam layanan konseling
dengan menjaga kerahasiaan pribadi yang di percayakan
kepadannya.
4. Konselor harus mengkaji tingkah laku dan perbuatannya
melanggar kode etik ini atau tidak.
5. Konselor tidak dibenarkan dalam

menyalahgunakan

jabatannya untuk maksud mencari keuntungan pribadi


yang dapatmerugikan pihak klien.
6. Jika konselor merasa perlu melaporkan suatu hal tentang
klien kepada pihak lain atau meminta keterangan tentang
klien oleh petugas suatu badan di luar profesinya dan dia
harus memberikan informasi itu maka dalam pemberian
informasi

tersebut

harus

sebijaksana mungkin

sesuai

dengan pedoman bahwa dengan berbuat begitu klien tetap


di lindungi dan tidak di rugikan.
7. Konselor yang tidak bekerja dalam hubungan kelembagaan
di harapkan menaati kode etik sebagai konselor serta
berhak untuk mendapatkan dukungan serta perlindungan
dari rekan-rekan seprofesi.
9

8. Jika dalam rangka pekejaan dalam suatu lembaga konselor


tidak cocok dengan ketentuan atau kebijaksaan yang
berlaku

di

lembaga

tersebut

maka

dia

harus

mengundurkan diri dari lembaga tersebut.


9. Setiap konselor yang menjadi staf suatu lembaga harus
mengetahui tentang program yang berorientasi dalam
kegiatan di lembaga itu dari pihak lain. Pekerjaan konselor
harus ikhlas dalam mencapai tujuan lembaga tersebut.
10. Peratura kelembagaan yang di ikuti oleh semua petugas
dalam lembaga di anggap mencerminkan kebijaksaan
lembaga

tersebut

dan

bukan

pertimbangan

pribadi.sebaliknya dia berhak mendapatkan perlindungan


dari lembaga itu dalam menjalankan profesinya.
2.4 PelanggaranTerhadapKodeEtik.
Konselor harus senantiasa mengingat bahwa

setiap

pelanggaran kode etik akan merugikan diri sendiri, konseli,


lembaga pihak lain yang terkait. Pelanggaran terhadap
kode

etik

akan

mendapatkan

sangsi

yang

menjadi

tanggung jawab Dewan Pertimbangan Kode Etik ABKIN


sebagaimana di atur dalam Anggaran Rumah Tangga Bab X
pasal 26 ayat 1 yaitu sebagai berikut :
Pada kondisi tingkat nasional dan tingkat provinsi di bentuk
Dewan Pertimbangan Kode Etik BImbingan Dan Konseling
Indonesia. Dewan Pertimbangan Kode Etik Bimbingan dan
Konseling Indonesia bagaiamana yang di maksudayat 1
mempunyai fungsi pokok :
~Menegakan penghayatan dan pelayanan kode etik
bimbingan dan konseling Indonesia.
~Memberikan pertimbangan pada perngurus besar atau
pengurus

daerah

ABKIN

atau

adanya

perbuatan

pelanggaran kode etik bimbingan dan konseling oleh


anggota

setelah

mengadakan

seksama dan bertaggung jawab.


2.5 BentukPelanggaran
1. Terhadap konseli

10

penyelidikan

yang

~Menyebar rahasia konseli kepada orang yang tidak terkait 1dengan


kepentingan konseli.
~Melakukan perbuatan asusila.
~Melakukan tindak kekerasan fisik maupun psikologis terhadap konseli.
~Kesalahan dalam melakukan praktik professional.
2. Terhadap Organisasi Profesi
~Tidak mengikuti kebijakan dan aturan yang telah di tetapkan oleh organisasi
profesi.
~Mencemarkan nama baik profesi
3. Terhadap Rekan Sejawat dan Profesi Lain yang Terkait
~Melakukan tindakan yang menimbulkan konflik
~Melakukan referral kepada pihak lain yang tidak memiliki keahlian sesuai
dengan masalah konseli.
2.6

Sangsi Pelanggaran

Seorang konselor harus mematuhi kode etik profesi bimbingan dan konseling.
Apabila terjadi pelanggaran maka akan di berikan sangsi sebagai berikut :
~Memberikan teguran secara lisan dan tertulis.
~Memberikan peringatan keras secara tertlis.
~Pencabutan keanggotaan ABKIN
~Pencabutan lisensi
~Apabila berkaitan dengan masalah hukum maka akan di serahkan keada hak
yang berwajib.
2.7 Mekanisme penerapan sangsi
Apabila terjadi pelanggaran mekanisme penerapan sangsi yang di lakukan
sebagai berikut:
~Mendapatkan pengaduanan informasi dari konseli atau masyarakat.
~Pengaduan di sampaikan kepada dewan kode etik di tingat daerah.
~Apabila pelanggaran yang di lakukan masih relative ringan maka
penyelesaiannya di lakukan oeh dewan kode etik di tingkat daerah.
~Pemanggilan konselor yang bersangkutan untuk verifikasi data yang di
sampaikan konseli atau masyarakat.
~Apabila berdasarkan verifikasi yang di lakukan oleh dewan kode etik daerah
terbukti kebenarannya maka di terapkan sangsi sesuai dengan masalahnya.

11

BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kode etik konselor adalah serangkaian aturan-aturan susila, atau
sikap akhlak yang ditetapkan bersama dan ditaati bersama oleh para
konselor atau serangkaian ketentuan dan peraturan yang disepakati
bersama guna mengatur tingkah laku para konselor saat proses
wawancara maupun kehidupan sehari-hari sehingga mampu
memberikan sumbangan yang berguna dalam pengabdiannya di
masyarakat.

12

DAFTAR PUSTAKA
Walgito,bimo. 2004.Bimbingan Konseling.Yogyakarta:Andi Yogyakarta
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Konseling. Cetakan ke dua
(Jakarta: PustakaIlmu, 2004) .
Mgpkodeetikkonseloroleh Aziz WhaeLaagc

13

Anda mungkin juga menyukai