Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BIROKRASI PEMERINTAHAN

PRAKTIK-PRAKTIK BIROKRASI YANG BERSIH

DISUSUN OLEH:

VONNY FARDILA B1B122078


AHMAD FADILLAH ZUHRI B1B122080
SHEILA PUTRI SINTA B1B122081
AYU SAFITRI B1B122083
AKMAL MUHAJIR B1B122092
ADIB AL FURQON B1B122094

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN AJARAN 2023/2024

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................2
KATA PENGANTAR...................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.3 Tujuan Makalah...................................................................................................4
BAB II............................................................................................................................5
PEMBAHASAN............................................................................................................5
Karakteristik..............................................................................................................5
2.2 Pentingnya Praktik Brokrasi yang Bersih............................................................5
2.3 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan praktik birokrasi yang bersih.............6
Contoh Praktik Birokrasi yang Bersih.......................................................................8
2.5 Tantangan dalam implementasi praktik birokrasi yang bersih...........................9
BAB III.........................................................................................................................10
PENUTUP....................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan segala
rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Praktik-praktik Birokrasi yang Bersih” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah “Birokrasi
Pemerintahan”. Adapun penyusunan makalah ini jauh dari kata sempura. Oleh sebab itu,
penulis meminta maaf jika ada kesalahan maupun kekurangan dalam penulisan atau
penyampaian materi dalam makalah ini. Penulis juga bersedia menerima kritik dan saran
yang dapat membangun baik penulis maupun pembaca agar dapat berkarya dengan lebih baik
lagi.

Akhir kata, penulis berharap bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat untuk
segala pihak yang membacanya.

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Birokrasi merupakan ruang mesin Negara. Di dalamnya berisi orang-orang (pejabat) yang
digaji dan dipekerjakan oleh Negara untuk memberikan nasehat dan melaksanakan kebijakan
politik Negara. Walaupun secara teoritis pengertian birokrasi dapat dipahami secara simpel
sebagai aparatur Negara, secara praktis pengertian birokrasi ini masih sering menimbulkan
kontroversi pada konsepsi yang paling luas. Birokrasi sering disebut sebagai badan / sector
pemerintah, atau dalam konsepsi bahasa Inggris disebut public sector, atau juga public
service atau public administration.
Birokrasi yang bersih ditandai dengan indeks perilaku anti korupsi yang semakin baik, nilai
SAKIP meningkat dan dapat mempertahankan opini WTP dari BPK. Sedangkan indikator
dari birokrasi yang kapabel meliputi indeks kelembagaan, indeks SPBE dan indeks
profesionalitas ASN dengan nilai semakin baik.
Konsep good governance atau praktik birokrasi yang bersih dan baik menitikberatkan
fokusnya kepada masyarakat, dan berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu, pemerintahan juga berusaha untuk memenuhi hak-hak rakyat, dan menjalankan
pemerintahan serta negara yang berlandaskan asas demokrasi. Sehingga, adanya good
governance akan meningkatkan proses demokratisasi yang nantinya akan berdampak pada
kehidupan bernegara (Tomuka, 2013). World Bank juga ikut mendefinisikan bagaimana dan
apa itu prinsip good governance. Berangkat dari perspektif ekonomi politik, lembaga ini
menjelaskan bahwa good governance merupakan kondisi di mana proses penyelenggaraan
pemerintahan di antaranya terkait manajemen pembangunan dapat terlaksana dengan baik,
bertanggung jawab, serta berdasarkan kepada demokrasi, terjadinya efisensi pasar, alokasi
dan dana investasi yang tepat sasaran, terdapat pencegahan tindak korupsi di berbagai bidang,
hingga bagaimana legal and political framework diciptakan dalam rangka pertumbuhan
aktivitas usaha (Kharisma, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana karakteristik praktik birokrasi yang bersih?
2. Apa faktor yang mempengaruhi keberhasilan praktik birokrasi yang bersih?
3. Apa saja contoh-contoh praktik birokrasi yang bersih?
4. Bagaimana tantangan dalam implementasi praktik birokrasi yang bersih?

1.3 Tujuan makalah

4
1. Mengetahui bagaimana praktik birokrasi yang bersih
2. Mengetahui karakteristik praktik birokrasi yang bersih
3. Memberitahu pembaca apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan praktik
birokrasi yang bersih
4. Mengetahui tantangan dalam implementasinya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik
Karakteristik praktik birokrasi yang bersih adalah prinsip-prinsip atau nilai-nilai yang harus
dipegang teguh oleh birokrat dalam menjalankan tugasnya. Berikut adalah beberapa
karakteristik praktik birokrasi yang bersih:
1. Transparansi: Praktik birokrasi yang bersih harus memastikan bahwa semua informasi
terkait kebijakan, keputusan, dan pelaksanaan tugas tersedia secara terbuka dan dapat diakses
oleh masyarakat. Hal ini dapat meningkatkan akuntabilitas dan mencegah terjadinya praktik-
praktik korupsi.
2. Akuntabilitas: Birokrat harus bertanggung jawab atas tindakan dan keputusannya serta
harus siap menerima konsekuensi atas kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan. Dengan
demikian, praktik birokrasi yang bersih harus memastikan adanya sistem
pengawasan yang memadai.
3.Partisipasi atau peran serta adalah pengambilan bagian atau ikut serta. Menurut Keith
Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian
tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya
adalah keterlibatan mental dan emosi.
4. Keadilan secara leksikal berarti sama atau menyamakan, maupun setara. Menurut
pandangan umum, keadilan yaitu menjaga hak-hak orang lain. Definisi keadilan ialah
memberikan hak kepada yang berhak menerimanya. Keadilan merupakan suatu ukuran
keabsahan suatu tatanan kehidupan berbangsa bermasyarakat dan bernegara.
5.Responsivitas, Birokrasi Pemerintahan, dan Pelayanan Publik Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tanggung jawab pemerintahan pemerintahan sudah dilaksanakan dengan
baik, walaupun masih sebatas tanggung jawab pada makna tanggung jawab, dan belum
disertai tanggung jawab pada makna obligasi dan makna tanggung jawab. Kemudian pada
aspek tanggung jawab, masyarakat belum merasakan pelayanan yang baik dari birokrasi
masyarakat mengeluh terhadap layanan yang diberikan birokrat karena masih adanya praktik
pemantauan dalam memberikan pelayanan.

2.2 Pentingnya Praktik Birokrasi yang Bersih


Praktik birokrasi yang bersih sangat penting karena dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:

5
1. Meningkatkan kepercayaan publik: Praktik birokrasi yang bersih dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan lembaga publik, karena masyarakat merasa
bahwa kebijakan dan keputusan yang diambil didasarkan pada pertimbangan yang objektif
dan transparan.
2. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi: Praktik birokrasi yang bersih dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi kinerja pemerintah dan lembaga publik, karena memastikan bahwa
sumber daya digunakan dengan tepat, program dan kebijakan yang dijalankan sesuai dengan
tujuan, dan keputusan diambil secara objektif.
3. Mencegah korupsi: Praktik birokrasi yang bersih dapat mencegah terjadinya korupsi dan
penyalahgunaan kekuasaan, karena memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam
pelaksanaan tugas serta meminimalkan kemungkinan praktik-praktik yang merugikan
masyarakat.
4. Meningkatkan partisipasi publik: Praktik birokrasi yang bersih dapat meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan, karena
memastikan bahwa informasi yang dibutuhkan tersedia secara terbuka dan dapat diakses oleh
masyarakat.
5. Menjamin keadilan: Praktik birokrasi yang bersih dapat menjamin keadilan dalam
pelaksanaan tugas, kebijakan dan keputusan, karena didasarkan pada prinsip-prinsip yang adil
dan transparan.
Dengan demikian, praktik birokrasi yang bersih dapat meningkatkan kualitas pelayanan
publik, menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif, serta memperkuat tata kelola
pemerintahan yang baik.

2.3 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan praktik birokrasi yang bersih


a. Komitmen pimpinan organisasi
Komitmen pimpinan adalah mempertahankan ke ikut sertaan pimpinan puncak dalam
organisasi yang ditunjukkan melalui, kemauan untuk memainkan upaya tertentu atas nama
profesi, dan upaya manajemen perusahaan dalam melaksanakan tugas pokoknya.
Komitmen pimpinan memiliki pengaruh paling besar terhadap penerapan suatu kebijakan
atau peraturan dalam organisasi. Komitmen pimpinan merupakan aspek penting dalam
keberlangsungan sistem manajemen suatu organisasi, komitmen pimpinan dapat berpengaruh
terhadap kinerja suatu organisasi dimasa yang akan datang.
Seseorang yang ingin menjadi pemimpin yang efektif harus memiliki komitmen. Komitmen
menujukan kepada orang lain bahwa seseorang memiliki keyakinan.

b. Budaya organisasi yang mendukung


Dalam masa transisi transformasi budaya, dituntut pimpinan organisasi yang mampu
“menyetel” keseimbangan (equilibrium) antar komponen, dapat mengidentifikasi lubang-
lubang kelemahan dari budaya yang sedang dikembangkan, mampu menyerap aspirasi dan

6
akses yang berkembang, serta mampu mengadakan penyesuaian terhadap perkembangan
lingkungan strategis, sehingga budaya baru terserap dengan mulus tanpa menimbulkan
guncangan-guncangan yang dapat mengganggu pencapaian misi organisasi.

budaya organisasi, dapat dilihat dari iklim kerja antara lain motivasi kerja, komunikasi yang
termasuk di dalamnya rasa kebersamaan, kepemimpinan para manajer, pemahaman terhadap
visi dan misi organisasi.
c. Sumber daya manusia yang berkualitas
Sumber daya manusia yang berkembang secara kompeten merupakan suatu kondisi di mana
seluruh elemen internal organisasi siap untuk bekerja dengan mengandalkan kualitas diri dan
kemampuan yang baik. Upaya pengembangan SDM hendaknya didukung oleh beberapa
faktor di antaranya:
* Terdapat seleksi SDM yang baik untuk menciptakan pegawai yang berkualitas
* Merancang keselarasan antara kebutuhan organisasi dan kemampuan pegawai
* Menyediakan sarana, prasarana dan teknologi yang sesuai untuk pengembangan
pegawai
* Komitmen yang tinggi dari setiap elemen organisasi untuk melakukan
pengembangan pegawai secara berkesinambungan
d. Kerangka regulasi yang memadai
Kedudukan birokrasi publik dalam reformasi birokrasi selalu menjadi sorotan serta menjadi
perhatian masyarakat, pengamat reformasi birokrasi serta kaum intelektual. Sehingga praktik
administratif barang atau jasa seyogyanya dapat mempermudah hidup masyarakat. Institusi
pelayanan publik wajib mempunyai standarisasi layanan yang dapat menjamin kualitas
layanan publik. Dengan demikian, nilai dan manfaat pelayanan tersebut dapat dirasakan
secara nyata. Tidak adanya standarisasi pelayanan yang jelas dapat menimbulkan
kekecewaan pada masyarakat sehingga pelayanan yang disediakan tidak dapat memenuhi
harapan. Seyogyanya standar pelayanan berfungsi sebagai instrumen kerja penyedia layanan
publik. Standar tersebut dapat mempermudah kinerja instansi penyedia layanan publik baik
dalam menentukan strategi maupun prioritas kerja pemerintah sebagai otoritas pelaksana
pelayanan publik.
e. Partisipasi masyarakat
merupakan suatu proses yang dapat mendukung masyarakat untuk mulai “sadar” akan situasi
dan masalah yang dihadapinya serta berupaya mencari jalan keluar yang dapat dipakai untuk
mengatasi masalah mereka (memiliki kesadaran kritis). Sumardi (2010:46), mengemukakan
bahwa partisipasi adalah peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses
pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi
materi pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal, dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan
menikmati hasil-hasil pembangunan. Mengatakan bahwa konsep partisipasi juga meliputi :
Partisipasi mengenai hak politik, termasuk di dalam pengambilan kebijakan publik, dilakukan
secara sistematik, sebagai instrumen yang mendorong tata pemerintahan yang baik, serta
dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan.

7
2.4 Contoh praktik birokrasi yang bersih
Adapun untuk contoh Birokrasi dan tugasnya dalam melakukan arti layanan publik terhadap
masyarakat dapat kita lihat seperti di bawah ini:

1. Pejabat Pembuatan SIM


SIM merupakan syarat yang harus dimiliki oleh seorang agar mendapatkan ijin mengemudi.
Pembuatan SIM dilayani oleh pejabat pembuat SIM. Terdapat alur dan prosedur yang harus
dilalui dalam membuat SIM.

Pejabat pembuat SIM memiliki tugas yang berbeda di tiap loket. Mulai dari petugas
pendaftaran, petugas tes, rekam foto serta sidik jari, dan sebagainya.

2. Pejabat Penerbitan Sertifikat Tanah


Badan Agraria bertugas untuk mengurusi hal yang berkaitan dengan tanah. Di dalamnya
terdapat divisi-divisi dengan tugas masing-masing misalnya penerbitan sertifikat tanah.
Ketika masyarakat ingin membuat sertifikat tanah, maka banyak prosedur yang harus dilalui.

Mulai dari pendaftaran ke notaris, pengukuran luas tanah oleh petugas pengukuran,
pengecekan keabsahan, pembuatan buku tanah dan sebagainya.

3. Mahasiswa Menyelesaikan Studi


Abstraksi birokrasi yang dijalankan dalam ruang lingkup pendidikan ini tidak terlepas
daripada status mahasiswa. Yang misalnya saja mengurus penyelesaian perkuliahan haruslah
membuat beragam penelitian, seperti skripsi, tugas akhir, ataupun thesis.

Setelah penelitian selesai dijalankan bahwa seorang mahasiswa tersebut haruslah mengurus
surat-surat terkait dengan birokrasi.

Misalnya saja seperti pembuatan surat tidak plagiasi dari karya orang lain, mengurus surat
keterangan telah membuat penelitian, sampai melakukan pendaftaran untuk wisuda.
Penjelasan di atas adalah salah satu gambaran secara jelas yang bisa diberikan terkait dengan
contoh birokrasi di pendidikan.

4. Membuat KTP (Kartu Tanda Penduduk)


Lain halnya dengan birokrasi di Indonesia khususnya dalam pembuatan KTP haruslah
meminta surat keterangan dari pihak yang berwewenang di Desa. Misalnya saja dalam hal ini
seperti mengurus surat domisili di Kantor Kelurahan, yang sebelumnya juga harus membuat
keterangan surat dari RT (Rukun Tetangga), RW (Rukun Warga), dan lain sebagainya.

5. Mencalonkan Diri Sebagai Anggota Dewan


Contoh tindakan yang merupakan salah satu wujud birokrasi yang sering terjadi adalah dalam
dunia politik. Di mana dalam perpolitikan kita pada saat ini untuk menjadi calon
pada lembaga legislatif haruslah melakukan pendaftaran, memiliki tingkat pendidikan, serta
memiliki masa yang bisa menjadi jaminan untuk bisa menang dalam kontansi Pemilu.

6. Memakai Fasilitas Umum

8
Tindakan lain yang terjadi dengan birokrasi dalam layanan publik misalnya kita ingin
mempergunakan fasilitas umum. Sebagaimana contoh mempergunakan lapangan untuk acara
pengajian, dalam hal inilah setidaknya diperlukan surat izin kegiatan, baik dari kelurahan
ataupun pada pihak keamanan (Polisi).

2.5 Tantangan dalam implementasi praktik birokrasi yang bersih


a. Kesiapan dan keberhasilan reformasi birokrasi sangat ditentukan oleh komitmen pimpinan
serta kemampuan dan integritas birokrat yang melaksanakannya. Elemen penting sebagai
dasar kesiapan reformasi birokrasi di lingkungan pemerintah daerah adalah keteladanan,
komitnen, kemampuan, dan integritas birokrat yang melaksanakannya. Seperti kalimat di atas
sampai saat ini masih banyak permasalahan yang timbul sehubungan dengan kesiapan
reformasi birokrasi di lingkungan pemerintah daerah, seperti tumpang tindihnya peraturan
perundangan-undangan, organisasi masih belum tepat fungsi dan ukuran, masih adanya
penyalahgunaan wewenang, pelayanan public belum optimal, manajemen sumber daya
manusia belum efektif dan optimal, Kebijakan yang ambigu dan budaya kerja aparatur belum
mendukung terwujudnya birokrasi yang efisien, efektif, produktif, dan profesional. Dalam
struktur organisasi, yang diharapkan itu adalah adanya suatu prinsip seperti miskin struktur
kaya fungsi, karena RUU ASN merupakan Rancangan Undang-Undang yang sangat kritis
dan menentukan keberhasilan pemerintahan. Sedangkan kebijakan remunerasi Pegawai
Negeri Sipil ke depan adalah berdasarkan beban kerja, kelas kerja dan unit kerja. Satu kata
kunci dalam hal ini, kata kunci tersebut adalah “KOMITMEN” yaitu Komitmen yang kuat
antara Kepala Daerah dan Ketua DPRD serta seluruh aparatur pada semua SKPD sangat
dibutuhkan untuk menyukseskan reformasi birokrasi ini.
b. Keterbatasan sumber daya juga menjadi tantangan dalam implementasi praktik birokrasi
yang bersih, yang mana masih kurangnya sumber daya yang diperlukan, baik sumber daya
manusia maupun yang lain. Kekurangan sumber daya manusia yang ahli dalam bidang
tertentu merupakan salah satu dampak dari era digitalisasi yang terus berkembang pesat dari
waktu ke waktu. Namun, lanjutnya, pasokan sumber daya manusia yang ada saat ini tidak
memenuhi permintaan karena keterampilan dan kompetensi yang diinginkan dinilai masih
langka di Indonesia. Oleh karena itu, untuk meredam ketimpangan tersebut yaitu dengan
menutup ketimpangan yang terkait dengan produktivitas, sumber daya manusia, dan
infrastruktur.
c. Tekanan politik dan kepentingan pribadi dalam praktiknya, tekanan politik dan
kepentingan pribadi sering kali menjadi tantangan bagi birokrasi yang sehat. Tekanan politik
dapat muncul dalam bentuk campur tangan politik dalam proses rekrutmen dan promosi, atau
tekanan politik untuk memprioritaskan program atau proyek tertentu yang mungkin tidak
sesuai dengan kebutuhan atau prioritas publik.
Sementara itu, kepentingan pribadi dapat muncul dalam bentuk korupsi, nepotisme, atau
keterlibatan dalam praktik-praktik yang tidak etis. Ini dapat mempengaruhi kinerja birokrasi
dan dapat merusak citra birokrasi di mata publik.
Untuk mengatasi tantangan ini, birokrasi yang sehat harus didukung oleh tata kelola yang
kuat dan independen, dan dikelola oleh para profesional yang berkualitas dan berintegritas
tinggi. Selain itu, birokrasi juga harus didukung oleh aturan dan prosedur yang jelas, serta

9
mekanisme pengawasan dan akuntabilitas yang kuat dan transparan. Ini akan membantu
mencegah campur tangan politik dan kepentingan pribadi yang tidak diinginkan, dan menjaga
kinerja birokrasi yang sehat dan efektif dalam memberikan pelayanan publik.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulannya, praktik birokrasi yang bersih sangat penting untuk menciptakan
pemerintahan yang baik dan melayani masyarakat dengan baik. Karakteristik praktik
birokrasi yang bersih meliputi transparansi, akuntabilitas, partisipasi publik, keadilan,
responsivitas, dan integritas. Untuk menerapkan karakteristik praktik birokrasi yang bersih
ini, kita dapat mempelajari sumber-sumber seperti OECD, Transparency International, World
Bank, pemerintah Indonesia, KPK, dan UNDP. Dengan menerapkan karakteristik praktik
birokrasi yang bersih, birokrasi dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik, memperkuat
tata kelola pemerintahan yang baik, dan membangun kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah dan lembaga publik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Bungin, B. (2007).
Penelitian Kualitatif. Surabaya: Prenada Media Group. Dwiyanto.
(2006).ReformasiBirokrasiPublikdiIndonesia.Yogyakarta:GadjahMada
Toha, Miftah, 1991,
Perspektif Perilaku Birokrasi, Rajawali Press, Jakarta;
Mewujudkan Praktik Good Governance melalui Reformasi Birokrasi dalam Upaya
Menghapuskan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia Halaman all - Kompasiana.com
http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/
MjZhOTNlZWI3NjhkY2UzMTM3N2Y0NDJhYjk0MzE5MTIzNDNjNDA2YQ==.p
df
https://bkpp.kulonprogokab.go.id/detil/1055/budaya-organisasi-dalam-birokrasi
https://g.co/kgs/tWXTEz
https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/public-inspiration/article/download/86/71/
https://makassar.lan.go.id/jap/index.php/jap/article/download/76/57
kkp.go.idhttps://kkp.go.id › brbih › artikelpentingnya sumber daya manusia yang
berkompetensi dalam ... – KKP
Dwiyanto, Agus. 2008.
Reformasi Birokrasi Publik: Di Indonesia, Seri Kajian Birokrasi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Moenir, H.A.S. 2001.
Managemen Pelayanan Umum Untuk Indonesia. Jakarta: Bina Aksara.

11

Anda mungkin juga menyukai