Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL OBSERVASI

“Etika Aparatur Sipil Negara di BAPPEDA Provinsi Sumatera Barat”

Disusun Oleh :
Ahmad Fadhil ( 17042
Feby Yolanda (17042
Gemala Elfani ( 17042185 )
Velia Vebrita ( 17042
Yulendri Arif Hidayat ( 17042

Dosen Pengampu :
Yulia Hanoselina, S.I.P., M.A.P

ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGRI PADANG
2019
Kata Pengantar

Segala puji milik Allah SWT, beserta Shalawat dan salam yang selalu kita curahkan
kepada Rasulullah SAW. Karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya lah penulis
mampu menyelesaikan tugas Laporan Observasi yang berjudul tentang Etika Aparatur
Sipil Negara di BAPPEDA Provinsi Sumatera Barat.
Dalam penyusunan Laporan Observasi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan semua pihak yang terkait, sehingga kendala-
kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Laporan Observasi ini disusun agar pembaca atau penulis dapat memperluas
pengetahuannya Etika Aparatur Sipil Negara di BAPPEDA Provinsi Sumatera Barat.
Laporan Observasi ini disusun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu datang dari
diri penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran terutama
pertolongan dari Allah akhirnya Laporan Observasi ini dapat terselesaikan.
Semoga Laporan Observasi ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas
Negeri Padang. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami butuhkan
guna memperbaiki maupun menyempurnakan kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.

Padang, 13 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................. i


Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Etika Bagi ASN ................................................................................ 4
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan ......................................................................... 6
3.2 Subjek ........................................................................................................... 6
3.3 Variabel ......................................................................................................... 6
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 6
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 7
4.1 Gambaran Umum ..................................................................................
4.2 Hasil dan Pembahasan.................................................................. …….
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran ......................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lancar atau tidaknya pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan
nasional sangat dipengaruhi oleh kesempurnaan pengabdian aparatur negara. Pegawai
Negeri Sipil (PNS) merupakan unsur aparatur negara yang bertugas memberikan pelayanan
yang terbaik, adil dan merata kepada masyarakat.
Di Indonesia, seorang administrator telah mempunyai kode etik profesi yang wajib
untuk dilaksanakan agar setiap administrator mempunyai landasan yang pasti didalam
bertindak dan mengambil keputusan Supaya proses administrasi dapat mencapai tujuan
dengan efisien dan efektif, serta interaksi antara administrator dengan masyarakat umum
dapat terbina secara harmonis karena administrasi pada suatu organisasi memiliki
kewajiban kepada publik, sehingga administrator tidak boleh hanya mementingkan
organisasinya saja tetapi harus mengabdi kepada kepentingan umum dan tidak boleh
menyimpang dari hukum, khususnya HAM.
Sayangnya, di Indonesia hingga sekarang ini tidak lepas dengan adanya
permasalahan pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh para administrator negara, mulai
dari pelaggaran etik ringan seperti tidak sopan didalam melakukan pelayanan kepada
masyarakat, sampai pelanggaran etik berat yang bisa diancam dengan pidana seperti
membocorkan rahasia negara dan melakukan korupsi. Berbagai upaya sepertinya sudah
diupayakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk itu tetapi masalah tersebt seakan ramah
dengan birokrasi di Indonesia dan yang lebih menghawatirkan lagi ketika nanti masyarakat
sudah menganggap hal yang seperti demikian itu merupakan hal yang lumrah.
Kondisi pelayanan publik di Indonesia selama ini yang dilakukan oleh aparatur
pemerintah seringkali mengabaikan etika dalam memberikan pelayanan, yang pada
akhirnya mengarah pada timbulnya praktek maladministrasi. Selain itu, kinerja aparatur
pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dalam berbagai sektor
pelayanan, terutama pelayanan yang menyangkut pemenuhan hak-hak sipil dan kebutuhan
dasar masyarakat belum mencapai harapan atau bisa dikatakan masih rendah. Hal ini dapat

1
dilihat antara lain dari masih banyaknya pengaduan atau keluhan dari masyarakat, seperti
menyangkut prosedur dan mekanisme kerja pelayanan yang berbelit-belit, lamban, tidak
transparan, kurang informatif, kurang akomodatif, kurang konsisten, terbatasnya fasilitas
serta sarana dan prasarana pelayanan, kurang adanya jaminan kepastian dalam pelayanan
(hukum, biaya dan waktu), serta masih sering dijumpai praktek pungutan liar serta
tindakan-tindakan yang berindikasikan penyimpangan dan KKN.
Kinerja aparatur pemerintah yang belum optimal dalam menyelenggarakan
pelayanan publik dapat juga bersumber dari sikap dan perilaku yang kurang atau tidak
baik/benar dari aparatur pemerintah itu sendiri seperti : tidak suka berdisiplin tinggi, kurang
bertanggung jawab, tidak mau atau kurang bekerjasama, tidak/kurang bersemangat, tidak
mau berinisiatif dalam memecahkan persoalan yang muncul, kurangnya kepekaan dalam
bekerja, dan lain-lain sebagainya. Sikap atau perilaku kurang atau tidak baik yang masih
ditemui dikalangan aparatur pelayanan publik (PNS) tersebut dapat tercipta disebabkan
antara lain oleh kurangnya pengetahuan, pemahaman dan penghayatan terhadap nilai-nilai
etika PNS.
Oleh karena itu, sangat penting adanya suatu pedoman atau aturan guna melakukan
pembenahan dan upaya meningkatkan kualitas dari aparat birokrasi sebagai ujung tombak
pelaksanaan pembangunan nasional terutama dalam memberi pelayanan yang memuaskan
kepada masyarakat. Aturan atau pedoman yang dimaksud adalah apa yang selama ini
dikenal dengan norma atau etika. Hal itu dilakukan pemerintah dengan menetapkan atau
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps
dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil.Dengan etika atau kode etik PNS tersebut diharapkan
akan terwujud PNS/aparatur yang menjunjung tinggi kehormatan serta keteladanan sikap,
tingkahlaku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas pelayanan public. Untuk
meningkatkan kinerja pelayanan publik maka para aparatur pelayanan publik harus dapat
menerapkan etika atau kode etik PNS dengan baik dan benar karena etika/kode etik PNS
berisi ajaran-ajaran moral, asasasas etis atau asas-asas kelakuan yang baik yang dapat
dijadikan sebagai pedoman bertindak di dalam melaksanakan pelayanan publik.

2
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah etika Aparatur Sipil Negara di BAPPEDA Provinsi Sumatera
Barat dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan UU No. 5 Tahun 2014 ?

1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Administrasi Negara dan
melakukan Observasi ke Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi
Sumatera Barat.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah Etika Aparatur Sipil Negara dalam menjalankan
tugasnya sesuai dengan UU No. 5 Tahun 2014.

1.4 Manfaat
Manfaat bagi penulis dan pembaca yaitu sebagai mahasiswa Ilmu Administrasi
Negara ini menambah wawasan dan pengetahuan, mampu menjadi pedoman saat
menjadi Aparatur Sipil Negara nanti saat menjabat kemudian dapat mengenal etika
yang telah dilaksanakan ASN di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi
Sumatera Barat, serta kita juga bisa mengetahui kendala dan permasalahan Etika di
BAPPEDA Provinsi Sumatera Barat Serta dapat mengetahui latar belakang penyebab
dan solusi untuk mengatasi persoalan yang terjadi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Etika Bagi Aparatur Negara

Konsep etika dalam berbagai literatur mengandung beberapa arti, seperti digambarkan
oleh Bertens (2000: 54) bahwa salah satu diantaranya dan biasa digunakan orang adalah
kebiasaan, adat atau akhlak dan watak. Bertens juga mengatakan bahwa di dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, etika dirumuskan sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas
akhlak (moral).
Etika senantiasa dihubungkan dengan soal nilai yang mengatur perilaku manusia,
dihadapkan pada benar atau salah sesuatu tindakan dan pada baik atau buruknya motif dan
tujuan tindakan yang dilakukan. Dalam konteks birokrasi pemerintah, setiap aparatur
pemerintah wajib memiliki sikap mental dan perilaku yang mencerminkan keunggulan
watak, keluhuran budi, dan asas etis. Ia wajib mengembangkan diri, sehingga sunguh-
sunggih memahami, menghayati dan menerapkan berbagai asas etis yang bersumber pada
kebajikan-kebajikan moral (khususnya keadilan) dalam tindakan jabatannya.
Berkaitan dengan itu, Waldo dalam “The Enterprise of Public Administration”,
menyatakan bahwa petugas Negara memiliki kewajiban-kewajiban etis (ethical
obligations). Oleh karena itu, setiap petugas administrasi pemerintahan wajib memahami
asas-asas etis yang bersumber pada berbagai kewajiban moral, kemudian membina diri
sehingga sungguh-sungguh menghayati asas-asas etis itu dalam melaksanakan tugasnya.
Etika menjadi landasan berpikir dan bertindak seorang aparat penyelenggara pemerintahan.
Ketika masyarakat luas tidak merasa terpenuhi atas pelayanan yang diberikan oleh aparat
pemerintah, mereka lalu menggugat nilai atau standar etika apa yang dipakai aparat dalam
memberikan pelayanan tersebut, karena etika pemerintahan selalu menjadi isu yang
senantiasa membutuhkan perhatian yang serius.
Etika dan kekuasaan sudah menjadi dua istilah identik dalam tatanan kehidupan
bernegara. Di mana etika menjadi salah satu mata pengontrol dalam merealisasikan
kekuasaan. Namun cara pandang etika inilah yang justru banyak perbedaan para philosuf

4
dalam memberikan definisi istilah etika. Karena etika seringkali menjadi baik di sebuah
komunitas, atau negara, tetapi belum tentu negara lain menganggap baik hal tersebut. Etika
pun sering diartikan sebagai tata kesopanan yang timbul dalam hati nurani manusia yang
melahirkan perilaku baik atau buruk dalam jati diri seseorang termasuk penguasa, yang
sering juga disebut peraturan hidup yang timbul karena ingin menyenangkan orang lain,
pihak luar, dalam bernegara. Secara konseptual, istilah etika memiliki kecenderungan
dipandang sebagai suatu sistem nilai apa yang baik dan buruk bagi manusia dan
masyarakat. Dalam implementasinya, penggunaan istilah etika banyak dikembangkan
dalam suatu sistem organisasi sebagai norma -norma yang mengatur dan mengukur
profesionalisme seseorang.

5
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Tempat dan Waktu Kegiatan


A. Tempat
Kegiatan Observasi dilakukan di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Provinsi Sumatera Barat Jl. Khatib Sulaiman No.3, Lolong Belanti, Kec. Padang
Utara, Kota Padang, Sumatera Barat 25173
B. Waktu
Kegiatan Observasi ini dilakukan dari hari Senin 28 November 2019.

2.2 Subjek
Observasi yang kami lakukan diterima sangat baik oleh pihak Bappeda Provinsi
Sumatera Barat Pada kegiatan observasi ini dilakukan dengan cara penyebaran angket
kepada 12 orang pegawai di Bappeda mengenai Etika ASN berdasarkan UU RI No. 5
Tahun 2014.
2.3 Variabel
Dalam kegiatan observasi ini memiliki kecendrungan menggunakan variabel.
Adapun variabel yang digunakan yaitu Variabel Bebas : Etika Aparatur Sipil Negara
di Kantor Bappeda Sumatera Barat dalam menjalankan tugasnya untuk melayani
masyarakat

2.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pembuatan laporan observasi
ini yaitu teknik Kuantitatif dengan menyebarkan angket sebanyak 24 angket kepada
pegawai Bappeda.

6
BAB VI
HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum

7
4.2 Hasil Pembahasan

Alternatif Jawaban n %

Sangat Setuju 680 61,2

Setuju 317 28,5

Ragu-ragu 36 3,24

Tidak Setuju 39 3,51

Sangat Tidak Setuju 39 3,51


Jumlah 1111 100%

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang menjawab sangat setuju
berjumlah sebanyak 680 ( 61,2%), setuju 317 (28,5%), ragu-ragu 36 (3,24%), tidak setuju
39 (3,51%), serta sangat tidak setuju 39 (3,51%). Maka, dapat ditarik kesimpulan bahwa
sebagian besar responden memilih alternatif jawaban sangat setuju. Hal ini juga dapat
dibuktikan dengan diagram dibawah ini :

8
800
700
600
500
400 n
300 %
200
100
0
Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju Sangat Tidak
Setuju

Dari hasil diagram diatas dapat disimpulkan bahwa hasil penyebaran angket di
Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Barat mengenai
Etika ASN berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 pasal 5 bahwa kategori sangat setuju
lebih dominan diisi oleh responden dibandingkan kategori yang lainnya. Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa ASN yang bekerja di Kantor Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Sumatera Barat sudah memiliki etika yang baik dalam
menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
Pasal 5 Tentang Aparatur Sipil Negara. Dari perbandingan mencari nilai angket dan
nilai pertanyaan dapat disimpulkan bahwa di pencarian nilai angket rata-rata
keseluruhannya adalah 4,6 yang mana skor tersebut didalam pernyataan dirumus
adalah sangat setuju.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang kami lakukan dapat disimpulkan dari penyebaran
angket yang kami lakukan di BAPPEDA Provinsi Sumatra Barat mengenai etika ASN
domininan ASN memilih sangat setuju.

3.2 Saran

10
REFERENSI

agistia, N. (2017). Implementasi Etika Pemerintahan Dalam Meningkatkan Kinerja


Aparatur Pemerintah (Studi Di Kecamatan Natar Lampung Selatan). 7-9.

Militya C. Maindoka, Markus Kaunang, T.A.M.R. Gosal. (2017). Etika


Pemerintahan Dalam Mewujudkan Birokrasi Yang Profesional Dan Bersih (Suatu
Studi Di Kantor Kecamatan Maesaan Kabupaten Minahasa Selatan). 2.

K. bertens.2007. Etika, Jakarta : : Gramedia Pustaka Umum, h:L2


Widjaja. L997. Etika Pemerintahan : Edisi Kedua, Jakarta: Bumi Aksara, h:vii
Labolo, M. (2016). Modul Etika Pemerintahan. Bandung: Insitut Pemerintahan
Dalam Negeri.

Thea Santiarsti, Salmin Dengo, Joorie M. Ruru. (t.thn.). Penerapan Etika PNS
Dalam Pelaksanaan Tugas Aparatur Pelayanan Publik (Suatu Studi di Kantor Camat
Wanea Kota Manado). 1-3.

11
12

Anda mungkin juga menyukai