Disusun oleh :
1. Abang Muhammad Reyhan
2. Martina
3. Naufal Baariq
4. Titon Nugroho Prasetyo
XI MIPA 8
SMA NEGERI 1 PONTIANAK
TAHUN AJARAN
2018/2019
i
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kami ucapkan ke hadirat Allah Swt. karena dengan
izin dan ridho-Nya proposal penelitian ini dapat kami selesaikan. Selawat dan salam
semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw. yang telah
membawa kedamaian dan rahmat bagi semesta alam.
Proposal penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok dari mata
pelajaran bahasa Indonesia. Terima kasih kami ucapkan kepada teman-teman yang
ikut serta dalam penyusunan proposal yang mengambil judul atau kajian tentang
Analisis Dampak Sinetron “Anak Jalanan” Terhadap Perilaku Anak-anak dan
Remaja Usia 7-15 Tahun.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................ i
A. Judul Penelitian
Analisis Dampak Sinetron Anak Jalanan Terhadap Perilaku Anak-anak
dan Remaja Usia 7-15 Tahun.
B. Latar Belakang
Dewasa ini televisi merupakan media masa yang sangat populer di
kalangan semua masyarakat. Pesatnya penggunaan televisi saat ini, mampu
mendominasi hampir semua waktu luang masyarakat. Hal ini tanpa
mengenal usia, pekerjaan, tempat tinggal, maupun pendidikan. Tidak
terkecuali bagi remaja usia sekolah, mereka juga mendapatkan banyak
pilihan acara. Bermacam-macam siaran televisi berusaha menampilkan
tayangan-tayangan yang mempunyai konsep baru untuk menarik perhatian
masyarakat. Televisi dapat memberikan pengaruh besar terhadap
pengetahuan, motivasi, dan sikap serta perilaku penontonnya.
Pada saat ini, semua stasiun televisi yang ada berusaha dan saling
berlomba untuk memproduksi tayangan-tayangan yang menarik perhatian
masyarakat yang kemudian dapat membuat penonton suka, menirukan, dan
mengikuti adegan-adegan yang ditampilkannya. Tayangan televisi yang
banyak ditampilkan umumnya merupakan tayangan-tayangan yang penuh
dengan khayalan dan cerita fiktif belaka, satu di antaranya melalui sinetron.
Pada tahun 2016, terdapat satu di antara tayangan sinetron remaja
“Anak Jalanan” atau biasa disebut dengan “AJ” yang disajikan oleh PT
Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Sinetron ini berhasil menyita
sebagian besar perhatian pemirsanya, khususnya remaja usia sekolah.
Sinetron ini dibuat beberapa episode yang bertujuan menghibur dengan
cerita seputar kehidupan remaja yang intrik dengan percintaan dan
pergaulan ala anak motor yang terkesan bebas. Akan tetapi, semakin hari
semakin banyak remaja yang meniru perilaku yang ditayangkan oleh stasiun
televisi. Contoh kasus yang pernah terjadi yang mana juga ditimbulkan oleh
efek negatif yang ada dalam tayangan sinetron ”Anak Jalanan” yaitu kasus
penjambretan yang dilakukan oleh dua orang remaja di kota Buleleng, Bali,
pada tanggal 18 Juli 2016 sebuah surat kabar di kota Bali merilis tentang
2
C. Rumusan Masalah
Pentingnya hal ini dibahas karena akibat atau dampak yang
ditimbulkan oleh sinetron yang berjudul “Anak Jalanan” kepada anak-anak
dan remaja usia 7 – 15 tahun secara keseluruhan baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Pada sinetron “Anak Jalanan”, menggambarkan
kehidupan anak muda yang berkelompok sambil membawa motor dan
berperilaku ugal-ugalan. Hal ini membuat sebagian dari anak dan remaja
usia 7–15 tahun di Indonesia ingin mengikuti tingkah yang digambarkan
pada film itu. Oleh sebab itu, perlu adanya pemahaman terhadap masalah
ini. Lebih spesifiknya, pertanyaan penelitian ini harus disampaikan. Berikut
rumusan masalah dari penilitian ini.
1. Bagaimana dampak sinetron “Anak Jalanan” terhadap gaya hidup anak
dan remaja usia 7-15 tahun?
2. Bagaimana dampak sinetron “Anak Jalanan” terhadap tingkah laku
yang menyimpang seperti penjambretan, tawuran, dan adegan
percintaan dewasa di kalangan anak dan remaja usia 7-15 tahun?
3. Bagaimana dampak sinetron “Anak Jalanan” terhadap perilaku
anak- anak dan remaja usia 7-15 tahun?
D. Tujuan Penelitian
Untuk memperjelas arah penelitian ini, dirumuskan tujuan penelitian
sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan dampak sinetron “Anak Jalanan” terhadap gaya
hidup anak-anak dan remaja umur 7-15 tahun?
3
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi anak dan remaja umur 7-15 tahun, hasil penelitian diharapkan
dapat membuat anak dan remaja tersebut menjadi lebih bijak dalam
menanggapi adegan sinetron yang ditayangkan.
2. Bagi orang tua, hasil penelitian diharapkan dapat membantu dalam
mengawasi dan memberi bimbingan kepada anak agar tidak meniru
adegan yang tidak baik.
3. Bagi pemerintah, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi
referensi dalam membuat peraturan mengenai tontonan sinetron
bagi anak dan remaja usia 7-15 tahun dan dapat memfilter sinetron
yang berdampak buruk bagi anak-anak dan remaja tersebut.
4. Bagi industri perfilman, hasil penelitian diharapkan dapat
menginspirasi para tim produksi untuk membuat film atau sinetron
yang layak dipertontonkan di khalayak umum terutama bagi anak-
anak dan remaja.
5. Bagi peneliti, peniliti dapat mempunyai pengetahuan dan waawasan
tentang dampak sinetron “Anak Jalanan” terhadap perilaku anak-
anak dan remaja usia 7-15 tahun.
G. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kerancuan pemahaman terhadap istilah-istilah yang
terdapat pada judul proposal penelitian ini, maka perlu dijelaskan istilah-
istilahnya. Adapun penjelasan istilah tersebut, yakni :
1. Sinetron adalah Sinetron-sinema sama dengan TV-play, sama
dengan teledrama, sama dengan sandiwara ditelevisi, sama dengan
film-televisi, sama dengan lakon televisi. Persamaannya sama-sama
ditayangkan di media audiovisual yang bernama televisi (Wardhana,
2012).
2. Perilaku adalah adalah tingkah laku atau perbuatan individu atau
tanggapan individu yang terwujud dalam gerakan atau sikap
(Walgito, 2003).
3. Kasiram (1994) mengatakan anak adalah makhluk yang sedang
dalam taraf perkembangan yang mempunyai perasaan, pikiran,
kehendak sendiri, yang semuanya itu merupakan totalitas psikis dan
sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase
perkembangannya.
4. Santrock (2003: 26) menyatakan bahwa remaja diartikan sebagai
masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa
yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
H. Kajian Teori
a. Tinjauan Umum Perihal Menonton Sinetron
1. Pengertian Menonton
Pengertian Menonton yaitu sama dengan melihat (pertunjukan,
gambar hidup). Menurut buku “Quantum Learning”, melihat merupakan
salah satu cara anak untuk belajar, yaitu melalui media visual. Satu di
antara media visual adalah televisi. Seiring perkembangan zaman,
sebagian besar keluarga sudah memilki televisi. Televisi yaitu
penghibur, penghilang rasa sakit, teman dalam kesepian. di jam tayang
utama, stasiun televisi menayangkan mini seri, sinetron, film, berita, talk
5
show, kuis, siaran olahraga, dokumenter, iklan, dan konser music secara
langsung (Rusbiantoro, 2008).
2. Pengertian Sinetron
Sinetron adalah film, pertunjukan sandiwara (Poerwadarminta,
2008). Sinetron-sinema sama dengan TV-play, sama dengan teledrama,
sama dengan sandiwara ditelevisi, sama dengan film-televisi, sama
dengan lakon televisi. Persamaannya sama-sama ditayangkan di media
audiovisual yang bernama televisi (Wardhana, 2012).
Saat ini, sinetron telah menjadi bahan tontonan sehari-hari di
kalangan masyarakat, terutama bagi anak-anak dan remaja. Akan tetapi,
sebagian besar sinetron yang ditayangkan di televisi terkadang tidak
layak untuk ditonton untuk anak-anak dan remaja. Hampir sebagian
besar sinetron tersebut mengandung unsur percintaan dewasa. Pada
bulan Maret 2014, sebanyak 35% dari sinetron yang ditayangkan di
televisi adalah sinetron yang bertemakan dewasa.
Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 02 Tahun 2007
tentang Pedoman Perilaku Penyiaran, pada Bab VIII mengenai
Penggolongan Program Siaran Televisi, pasal 11, menjelaskan bahwa:
a) Lembaga penyiaran televisi wajib mencantumkan atau
menyebutkan informasi klasifikasi program isi siaran
berdasarkan usia khalayak penonton di setiap acara yang
disiarkan.
b) Penggolongan isi siaran diklasifikasikan dalam 4 kelompok usia,
yaitu:
1) Klasifikasi A: Tayangan untuk Anak, yakni khalayak berusia
di bawah 12 tahun.
2) Klasifikasi R: Tayangan untuk Remaja, yakni khalayak
berusia 12-21 tahun.
3) Klasifikasi D: Tayangan untuk Dewasa.
4) Klasifikasi SU: Tayangan untuk Semua Usia.
6
b. Faktor Sosiopsikologis
Diklasifikasikan menjadi 3 komponen:
1. Komponen afektif
Terdiri dari motif sosiogenesis, sikap, dan emosi.
Pertama, motif sosiogenesis sering juga disebut motif sekunder
sebagai lawan motif primer (motif biologis), Klasifikasi motif sosiogenesis
sebagai berikut.
a. Motif ingin tahu: mengerti, menata, dan menduga
(predictability).
b. Motif kompetensi: Setiap orang ingin membuktikan bahwa ia
mampu mengatasi persoalan kehidupan apapun.
c. Motif cinta: Sanggup mencintai dan dicintai adalah hal esensial
bagi pertumbuhan kepribadian.
d. Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas.
e. Kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna kehidupan.
Termasuk ke dalam motif ini adalah motif-motif keagamaan.
Kedua, Sikap yaitu kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir,
dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan
perilaku, tetapi kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu
terhadap objek sikap. Objek sikap seperti benda, orang, tempat, gagasan
atau situasi, atau kelompok. Semua orang mempunyai sikap berbeda-beda
terhadap sesuatu.
Ketiga, emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai
oleh gejala-gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis, emosi
tidak selalu jelek. Emosi adalah pembangkit energi. Hidup berarti merasai,
mengalami, bereaksi, dan bertindak. Emosi adalah pembawa informasi
(messenger). Setiap orang mempunyai emosi berbeda-beda dalam hal
intensitas dan lamanya. Ada emosi ringan, berat, dan desintegratif. Dari segi
8
lamanya, ada emosi yang berlangsung singkat dan ada yang berlangsung
lama.
2. Komponen kognitif
Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis.
Kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal ghaib, tetapi
hanyalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti,
sugesti otoritas, pengalaman, atau intuisi. Jadi, kepercayaan dapat bersifat
rasional atau irrasional.
3. Komponen konatif
Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap,
berlangsung secara otomatis tidak direncanakan. Terbentuknya perilaku
dapat terjadi karena proses kematangan dan dari proses interaksi dengan
lingkungannya. Terbentuknya perilaku juga dapat terjadi karena
pengalaman yang dihasilkan dari indera penglihatan (Notoatmodjo, 2010).
Pengalaman yang dihasilkan dari indera penglihatan, yaitu
pengalaman yang kita alami atau hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Pengalaman yang menyenangkan akan membentuk perilaku manusia yang
menyenangkan juga, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, perilaku
manusia biasanya terbentuk dari pengalaman yang telah ia hadapi.
c. Jenis Perilaku
Skinner (2011) membedakan perilaku menjadi 2 yaitu :
1. Innate behavior (perilaku yang alami)
2. Operant behavior (perilaku operan)
Perilaku alami yaitu perilaku yang dibawa sejak organisme dilahirkan,
yaitu yang berupa refleks-refleks dan insting-insting sedangkan perilaku
operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar (Walgito, 2003).
Perilaku yang refleksi merupakan perilaku yang terjadi sebagai reaksi secara
spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme yang bersangkutan
misal reaksi kedip mata bila mata terkena sinar yang kuat, gerak lutut bila
lutut kena palu, menarik jari bila jari terkena api.
9
I. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif
yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu
objek, suatu kondisi, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nasir, 2005:
54). Jadi pada dasarnya, penelitian ini menggambarkan atau
10
2. Bentuk Penelitian
Adapun bentuk penelitian ini adaah penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatiif adalah penelitian yang fokus pada asumsi dan berdasarkan
fakta. Penelitian ini mengacu pada kebenaran dinamis dan bisa dicari
tau dengan cara mewawancarai orang-orang yang terlibat di dalam
kondisi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Klein, C dan Hurlbut, C.S.J. 1993. Manual of mineralogy. 21st edition, John Wiley
& Sons, Inc. New York.