Anda di halaman 1dari 14

BAB II

PEMBAHASAN

A. Modernisasi
1. Konsep modernisasi
Modernisasi berasal dari kata modern yang berarti terbaru, mutakhir, atau
sikap dan cara berpikir yang sesuai dengan tuntutan zaman. Selanjutnya modernisasi
diartikan sebagai proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat
untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan masa kini1.
Menurut Nurcholish Madjid, pengertian modernisasi hampir identik dengan
pengertian rasionalisasi, yaitu proses perombakan pola berpikir dan tata kerja lama
yang tidak rasional dan menggantinya dengan pola berpikir dan tata kerja baru yang
rasional.2 Hal itu dilakukan dengan menggunakan penemuan mutakhir manusia di
bidang ilmu pengetahuan. Oleh karena itu sesuatu bisa disebut modern kalau ia
bersifat rasional, ilmiah, dan kesesuaian hukum-hukum yang berlaku dalam alam.
Contoh: sebuah mesin hitung termodern dibuat dengan rasionalitas yang optimal,
menurut penemuan ilmiah yang terbaru, dan karena itu penyesuaiannya dengan alam
paling mendekati kesempurnaan.
Pada dasarnya semua bangsa dan masyarakat di dunia ini senatiasa terlibat
dalam proses modernisasi, meskipun kecepatan dan arah perubahannya berbeda-beda
antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Proses modernisasi itu
sangat luas, hampir-hampir tidak bisa dibatasi ruang lingkup dan masalahnya, mulai
dari aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, dan seterusnya.
Konsep modernisasi dalam arti khusus yang disepakati teoritisi modernisasi di
tahun 1950-an dan tahun 1960-an, didefinisikan dalam tiga cara: historis, relatif, dan
analisis. Menurut definisi historis, modernisasi sama dengan westernisasi atau
Amerikanisasi. Modernisasi dilihat sebagai gerakan menuju cita-cita masyarakat yang
dijadikan model. Menurut pengertian relatif, modernisasi berarti upaya yang bertujuan
untuk menyamai standar yang dianggap moderen baik oleh masyarakat banyak
maupun oleh penguasa. Definisi analisis berciri lebih khusus dari pada kedua definisi

1
Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal 589.
2
Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan, dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan, 1997), hal 172.
sebelumnya yakni melukiskan dimensi masyarakat moderen dengan maksud untuk
ditanamkan dalam masyarakat tradisional atau masyarakat pra moderen.3
Modernisasi adalah suatu proses transformasi dari suatu arah perubahan ke
arah yang lebih maju atau meningkat dalam berbagai aspek dalam kehidupan
masyarakat. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa modernisasi adalah proses
perubahan dari cara-cara tradisional ke cara-cara baru yang lebih maju, dimana
dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.4
Modernisasi adalah sebuah fenomena dimana terjadinya perubahan pada
fungsi sosial masyarakat yang awalnya bersifat tradisional menuju ke masyarakat
yang bersifat lebih terbuka dan maju atau modern. Proses modernisasi ini akan
ditandai dengan adanya perubahan sosial yang terarah dan terencana dimana di sana
terdapat perencanaan sosial (social planning). Dalam hal ini, suatu perencanaan sosial
harus didasarkan pada pengertian tentang bagaimana sebuah kebudayaan dapat
berkembang dari level rendah hingga ke level modern.

Seiring dengan pendapat Wilbert E. Moore yang mengemukakan bahwa


modernisasi adalah suatu transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau
pra moderen dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola ekonomis dan
politis yang menjadi ciri-ciri negara barat yang stabil.
Jadi dapat disimpulkan bahwa modernisasi adalah proses perubahan
masyarakat yang semula tradisional yang bersifat primitif dan tertutup. menuju
masyarakat yang bersifat lebih maju dan terbuka atau masyarakat Modern.
Syarat-syarat Modernisasi adalah sebagai berikut:5

a) Cara berpikir yang ilmiah (Scientific thinking) yang melembaga dalam kelas
pengusaha maupun masyarakat. Hal ini menghendaki suatu sistem pendidikan dan
pengajaran yang terencana dan baik.
b) Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi
c) Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur dan terpusat pada suatu
lembaga atau badan tertentu. Hal ini memerlukan penelitian yang kontinu, agar
data tidak tertinggal
d) Penciptaan iklim yang favourable dari masyarakat terhadap modernisasi dengan
cara penggunaan alat-alat komunikasi massa. Hal ini harus dilakukan tahap demi
3
Sztompka, Piort, Sosiologi Perubahan Sosial, (Prenada, Jakarta, 2004), hlm 152-153.
4
Abdulsyani, Sosiologi, Skematika, Teori, dan Terapan, (Bumi Aksara, Jakarta, 1994) hlm 176-177.
5
Soekanto, Soerjono, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001) hlm 387
tahap, karena banyak sangkut pautnya dengan sistem kepercayaan masyarakat
(belief system)
e) Tingkat organisasi yang tinggi, di satu pihak berarti disiplin, di lain pihak berarti
pengurangan kemerdekaan
f) Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial (Social Planning).
Apabila tidak dilakukan, maka perencanaan akan terpengaruh oleh kekuatan-
kekuatan dari kepentingan-kepentingan yang ingin mengubah perencanaan
tersebut demi kepentingan suatu golongan kecil dalam masyarakat.
Pada prinsipnya, hakikat pembaharuan/modernisasi antara lain :
a) Adanya perubahan. Segala sesuatu yang dapat diamati oleh panca indra
mengalami perubahan. Perubahan adalah proses
b) tidak mungkin dihindari atau dicegah sama sekali (Herakleitos).
c) Pelaksanaan proses perubahan dilakukan secara mendasar, meskipun ada yang
tidak mendasar. Jadi ada perubahan mendasar dan tidak mendasar. Namun,
perubahan mendasar itu inti dari yang tidak mendasar. Sebab, jika ada perubahan
yang sudah sampai pada waktunya, maka perubahan itu tidak luar biasa karena
memang telah datang waktunya untuk berubah. Mengarah pada perbaikan.
Perubahan yang tidak menuju pada perbaikan hanya akan menimbulkan kerusakan
dan anarkisme, sedangkan kerusakan dan anarkisme itu sendiri secara inheren
bertentangan dengan ajaran dasar Islam.
d) Obyeknya jelas. Proses perubahan, disamping dilakukan dengan arah perbaikan
yang jelas juga menuntut pada kejelasan aspek-aspek yang ingin dilakukan pada
perubahan. Sebab, tanpa kejelasan obyek sasaran, maka pembaharuan yang
dilakukan hanya akan menjadi kekecewaan yang sulit untuk diobati.
e) Terjadinya pada wilayah tertentu. Poin ini menjadi spesifikasi pembaharuan.
Wilayah atau tempat berlakunya pembaharuan bisa berada di mana-mana.
Pembaharuan pun bisa terjadi pada tempat yang dianggap sangat mustahil.

2. Dampak modenisasi
Affandi Kusuma membagi dua bagian tentang dampak modernisasi tersebut, yaitu;
a) Dampak positif
1. Perubahan Tata Nilai dan Sikap, Adanya modernisasi dan globalisasi dalam
budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua
irasional menjadi rasional.
2. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, Dengan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam
beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
3. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik, Dibukanya industri yang memproduksi
alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu
usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat
b) Dampak negatif
1. Pola Hidup Konsumtif, Perkembangan industri yang pesat membuat
penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu
masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan
yang ada.
2. Sikap Individualistik, Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju
membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam
beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
3. Gaya Hidup Kebarat-baratan, Tidak semua budaya Barat baik dan cocok
diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli
adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan
lain-lain.
4. Kesenjangan Sosial, Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada
beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi
maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain
yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.
B. Pertumbuhan ekonomi
1. Konsep pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi timbul bukan hanya karena suksesnya pembangunan


infrastruktur secara nasional, namun terjadinya pertumbuhan ekonomi di suatu negara
berarti mengindikasikan bahwa  masyarakat di negara tersebut memiliki kesejahteraan
yang lebih baik, dari segi ekonomi, sosial, kesehatan dan pendidikannya.

Selain itu definisi pertumbuhan ekonomi juga dikemukakan oleh para ahli
diantaranya :

a. Simon Smith Kuznetz, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan


kemampuan negara untuk menyediakan berbagai bahan ekonomi dalam
jangka panjang kepada penduduknya. Kemampuan dalam penyediaan bahan
ekonomi tersebut selaras dengan perkembangan teknologi, ideologi, dan
lembaga kenegaraan yang ada.

b. Budiono (1994), pertumbuhan ekonomi merupakan proses perkembangan


output per kapita yang diakibatkan karena adanya peningkatan output dimana
output berasal dari proses intern dalam perekonomian itu sendiri. Proses ini
terjadi dalam jangka panjang dan memiliki sifat sementara. Dari definisi
yang dikemukakan oleh Budiono menggambarkan bahwa pertumbuhan yang
terjadi bersifat self generating yang menyebabkan suatu kondisi/momentum
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang.

c. Adam Smith, pertumbuhan ekonomi adalah kondisi berubahnya tingkat


ekonomi di suatu negara yang disebabkan karena pertumbuhan jumlah
penduduk. Peningkatan jumlah penduduk ini diasumsikan akan
meningkatkan output atau produksi baran ekonomi di suatu negara.

d. M.P Todaro, pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi


peningkatan kapasitas produksi pada perekonomian dalam rangkaian waktu
yang berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi disuatu daerah ialah


terjadinya peningkatan pada kualitas kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik.
Beberapa indikator yang harus diperhatikan seperti kondisi berubahnya tingkat
ekonomi, peningkatan pada kualitas pendidikan dan kesehatan yang lebih baik.

2. pertumbuhan ekonomi di indonesia

Menurut faried dan rahmad (2019:95-100) Pertumbuhan ekonomi bisa


dibilang sebagai indikator berhasil atau tidaknya suatu pemerintahan dalam
menjalankan, mengelola, dan membangun negara.

a) Era Orde Lama

Indonesia mengalami tiga fase perekonomian di era presiden soekarno.


Fase pertama yakni penataan ekonomi pasca kemerdekaan, kemudian fase
memperkuat pilar ekonomi, serta fase krisis yang mengakibatkan inflasi. Pada
awal pemerintahan soekarno, PDB perkapita indonesia sebesar RP.5.523.863.

Pada 1961, badan pusat statistik mengukur pertumbuhan ekonomi sebasar


5,74 persen. Setahun berikutnya masih sama, ekonomi indonesia tumbuh 5,74
persen. Lalu pada 1963 pertumbuhannya minus 2,24 persen. Angka minus
pertumbuhan ekonomi tersebut dipicu biaya politik yang tinggi. Akibatnya
anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) defisit minus Rp. 1.565,6
milyar. Inflasi melambung atau hiperinflasi sampai 600 persen hingga 1965.

Meski begitu pertumbuhan ekonomi indonesia masih dapat kembali


keangka positif pada 1964 yaitu sebesar 3,53 persen. Setahun kemudian 1965
angka itu masih positif meski turun menjadi 1,08 persen. Terakhir diera presiden
seokarno 1966 ekonomi indonesia tumbuh 2,79 persen.

b) Era orde baru

Masa kekuasaan Seoharto adalah yang terpanjang dibandingkan presiden


lain indonesia hingga saat ini. Pasang surut perekonomian indonesia juga paling
dirasakan pada eranya. Ia menjadi presiden disaat perekonomian indonesia dalam
kondisi baik. Pada 1967 ia mengeluarkan undang-undang no 1 ahun 1967 tentang
penanaman modal asing. Undang-undang ini membuka lebar pintu bagi investor
asing untuk menanam modal di indonesia.

Tahun berikutnya, Seoharto membuat rencana pembangunan liam tahun


(Repelita) yang mendorong swasembada. Program ini mendongkrak pertumbuhan
ekonomi indonesia hingga tembus 10,92 persen pada 1970. Ekonom lana
soelistianingsih menyebut iklim ekonomi indonesia saat itu lebih terarah dengan
sasaran memajukan pertanian dan industri. Hal ini membuat ekonomi indonesia
tumbuh drastis. Setelah itu di tahun-tahun berikutnya hingga sekirat tahun 1997
pertumbuhan ekonomi indonesia cendrung tinggi dan terjaga dikisaran 6-7 persen.

Namun selama seoharto memerintah kegiatan ekonomi terpusat pada


pemerintahan dan dikuasai kroni-kroni presiden. Kondisi keropos, pelaku
ekonomi tak menyebar seperti saat ini, dengan 70 persen perekonomian dikuasai
pemerintah. Begitu dunia mengalami gejolak pada 1998 struktur ekonomi
indonesia yang keropos itu tak bisa menopang perekonomian nasional.

Posisi bank indonesia pada era soeharto juga tak independen. BI hanya alat
penutup defisit pemerintah begitu BI tak bisa membendung gejolak moneter,
maka terjadi krisis dan inflasi tinggi hingga 80 persen.

Pada 1998 negara bilateral pun menarik diri untuk membantu ekonomi
indonesia yaitu saat krisis tak terhindarkan. Pertumbuhan ekonomi pun merosot
menjadi minus 13.13 persen. Pada tahun itu indonesia menandatangani
kesepakatan dengan badan moneter internasional (IMF). Gelontoran utang dari
lembaga ini mensyaratkan sejumlah perubahan kebijakan ekonomi disegala lini.

c) Era reformasi-sekarang

Pemerintahan presiden Baharuddin Yusuf Habbie dikenal sebagai rezim


transisi. Salah satu tantangan sekaligus capaiannya adalah pemulihan kondisi
ekonomi dari posisi pertumbuhan minus 13,13 persen pada 1998 menjadi 0,79
persen pada 1999. Habibie menerbitkan berbagai kebijakan keuangan dan moneter
dan membawa perekonomian indonesia kemasa kebangkitan. Pada masa habibie
BI mendapat status independen dan keluar dari jajaran eksekutif. Abdurahman
wahid alias gusdur meneruskan perjuangan habibie mendongkrak pertumbuhan
ekonomi paska krisis 1998. Secara perlahan ekonomi indonesia tumbuh 4.92
persen pada tahun 2000.

Gusdur menerapkan kebijakan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah.


Pemerintah membagi dana secara berimbang antara pusat dan daearah. Kemudian
pemerintah juga menerapkan pajak dan retribusi daerah. Meski demikian,
ekonomi indonesia tumbuh melambat menjadi 3,64 persen.

Pada masa pemerintahan megawati, pertumbuhan ekonomi indonesia


secara bertahap terus meningkat dari tahun ketahun. Pada 2002, pertumbuhan
indonesia mencapai 4,5 persen dari 3,64 persen pada tahun sebelumnya.

Kemudian pada 2003 ekonomi tumbuh menjadi 4,78 persen. Diakhir


pemerintahan megawati pada tahun 2004 ekonomi indonesia tumbuh 5,03 persen.
Tingkat kemiskinan pun turun 18,4 persen pada tahun 2001, 18,2 persen pada
tahun 2002, 17,4 persen pada tahun 2003 dan 16,7 persen pada tahun 2004.
Perbaikan yang dilakukan pemerintah saat itu yakni menjaga sektor perbankan
lebih ketat hingga menerbitkan surat utang atau obligasi secara langsung.
Perekonomian indonesia mulai terarah kembali meski tak ada lagi repelita seperti
diera seoharto, namun ekonomi indonesia bisa lebih mandiri dengan tumbuhnya
pelaku-pelaku ekonomi.

Meski naik turun pertumbuhan ekonomi indonesia pada masa


pemerintahan susilo bambang yudhoyono relatif stabil. Pertumbuhan indonesia
cukup menggembirakan diawal pemerintahanya yakni 5,69 persen pada tahun
2005. Pada tahun 2009 di akhir periode pertama sekaligus periode kedua
kepemimpinan SBY ekonomi indonesia tumbuh melambat 4,63 persen.
Kelambatan tersebut merupakan dampak krisis finansial global.

Meski begitu indonesia masih bisa mempertahankan pertumbuhan


ekonomi walau melambat. Pada tahun itu pertumbuhan indonesia masuk tiga
terbaik didunia, namun kelambatan kembali terjadi setelah itu dengan capaian
5,56 persen pada 2013 dan 5,01 persen pada 2014.

Pada masa pemerintahannya, joko widodo merombak struktur APBN


dengan mendorong investasi, pembangunan infrastruktur dan melakukan efisiensi
agar indonesia lebih berdaya saing, namun grafik pertumbuhan indonesia selama
masa 4 tahun pemerintannya terus berada dibawah pertumbuhan era SBY.

Era jokowi kata lana, arah perekonomian indonesia tak terlihat jelas.
Rencana pembangunan jangka menengah nasional seolah hanya sebagai dokumen
tanpa pengawasan dalam implementasinya. Pada 2016 ekonomi indonesia mulai
terdongkrak tumbuh 5,03 persen. Dilanjutkan dengan pertumbuhan ekonomi pada
tahun 2017 sebesar 5,17 persen. Namun pertumbuhan ekonomi 2018 tak cukup
menggembirakan, hanya 5,6 persen.

C. Pengaruh Modernisasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Berdasarkan teori modernisasi yang memicu pertumbuhan dari masyarakat
tradisional menuju modern yang pada awalnya bersifat tertutup dan tidak mau
berubah menuju masyarakat moderen yang memiliki sifat yang lebih terbuka dan
yang paling penting mau menerima perubahan dan perkembangan zaman. maka
pengaruh modernisasi pada pertumbuhan ekonomi memiliki arah positif dalam
pertumbuhan nya. Hal tersebut bisa terjadi karena dengan adanya proses modernisasi
pada masyarakat yang menyebabkan masyarakat lebih terbuka kepada perubahan
dan perkembangan teknologi, serta dalam melakukan aktifitas ekonomi dan gaya
hidup, sehingga menyebabkan terjadinya pertumbuhan ekonomi pada masyarakat
itu. Teknologi dapat membantu dan mempermudah pekerjaan manusia dan membuat
lebih banyak efisiensi waktu.

Namum pengaruh modernisasi ini tidak sepenuhnya baik dalam proses


pertumbuhan ekonomi, juga ada beberapa dampak buruk dari proses modernisasi.
Karena sifat modernisasi yang bersifat cepat dan dinamis terhadap perubahan ,
proses pertumbuhan ekonomi yang terjadi di indonesia berjalan secara tidak
serempak. Hal ini mnyebabkan banyaknya terjadi ketimpangan dan ketidak setaraan
yang terjadi di masyarakat. Karena bagi masyarakat yang mampu menerima
perubahan dengan cepat akan merasa di untungkan karena mereka dapat
memanfaatkan perkembangan terebut. Namun bagi masyarakat yang tidak mampu
mengimbangi perubahan yang terjadi secara cepat dan dinamis tersebut, maka
mereka akan tertinggal dan merasakan tekanan terhadap perubahan jaman yang
terjadi.

Karena tuntutan yang besar dari proses modernisasi ini, hal negatif yang juga
dapat muncul setelah terjadinya ketimpangan adalah munculnya tindakan
kriminalitas pada sebagian masyarakat yang berada pada ekonomi rendah atau
miskin. Kriminalitas terjadi karena ketidak mampuan masyarakat untuk
memanfaatkan modernisasi sehingga mencari jalan pintas untuk meningkatkan
kualitas hidup mereka. Namun kriminalitas ini tidak termasuk kedalam upaya dalam
proses pertumbuhan ekonomi.

D. Budaya lokal dan Pembangunan

1. Konsep Budaya Lokal


Budaya lokal adalah kebiasaan yang tumbuh dan berkembang di lingkungan
masyarakat yang diakui oleh masyarakat, suku bangsa setempat. Biasanya
kebudayaan berkembang secara turun temurun. Diwariskan oleh nenek moyang
masing-masing. Abubakar (2016:20) menjelaskan bahwa budaya adalah ekspresi
cipta, karya, dan karsa manusia (dalam masyarakat tertentu) yang mengandung nilai-
nilai religiusitas, filosofis, local wisdom). Hasil penelitian Ufie (2016) tentang
mengonstruksi nilai-nilai kearifan lokal (lokal wisdom) dalam pembelajaran muatan
lokal sebagai upaya memperkokoh kohesi sosial dimana bangsa indonesia memiliki
budaya lokal yang sarat dengan nilai-nilai sosial, moral harus terus dikembangkan dan
dilestarikan sehingga generasi muda mampu hidup sesuai dengan nilai-nilai budaya
dimaksud, mereka mampu mempertahankan relasi-relasi sosial antara sesama tidak
termakan arus modernisasi yang terus menggeliat.

Budaya dilestarikan dengan cara penyebaran dan pewarisan yang dilakukan


secara lisan, dari mulut kemulut. Mengenai pengarang atau penciptanya, biasanya
bersifat anonim. Maksudnya pengarang atau pencipta nyanyian rakyat tidak diketahui
lagi karena diwariskan secara turun temurun. Hal ini juga menyebabkan nyanyian
rakyat memiliki varian dalam setiap penyampaiannya.

Seiring dengan perkembangan zaman dan sistem sosial budaya, dewasa ini
budaya lokal dimaknai sebagai pengetahuan bersama yang dimiliki sejumlah orang.
Dengan demikian budaya lokal dapat digunakan untuk merujuk budaya pedagang kaki
lima, budaya pengemis, dan budaya sekolah.

Budaya lokal meliputi berbagai kebiasaan dan nilai bersama yang dianut
masyarakat tertentu. Pengetian budaya lokal sering dihubungkan dengan kebudayaan
suatu bangsa. Budaya lokal lahir secara alamiah dan sudah menjadi kebiasaan yang
sukar diubah. Budaya masyarakat yang tinggal didaerah pedalaman akan berbeda
dengan masyarakat yang tinggal didaerah pantai. Budaya masyarakat pedalaman
(pedesaan) terlihat tenang dengan karakteristik masyarakatnya yang cendrung
tertutup. Sedangkan masyarakat yang tinggal didaerah pantai terlihat keras dengan
karakteristik masyarakat yang cendrung terbuka.

2. Manfaat dan Fungsi Budaya Lokal


a. melestarikan budaya lokal dapat memperkaya kebudayaan daerah dan nasional
sehingga bermacam ragam.
b. lestarinya budaya-budaya daerah akan menarik minat masyarakat sendiri
untuk menjadikan sebagai tempat wisata sekaligus menjadikan sebagai studi
sastra daerah, sosiologi, humaniora dan seni.
c. memanfaatkan nilai-nilai pendidikan dan moral sebagai dasar sebagai dasar
pembentukan karakter manusia.
d. menjaga budaya agar tidak punah daru dunia modern.
e. menjadikan budaya sebagai tradisi untuk mempererat rasa persaudaraan antar
sesama masyarakat.
f. menjadikan budaya sebagai ladang mendalami seni sastra yang dapat
dijadikan sebagai referensi pembelajaran dan penelitian.
g. menjadikan nilai budaya lokal sebagai bahan ajar pembentuk karakter manusia
zaman modern.
h. penguatan pembelajaran muatan SMP, SMA dan pada mata kuliah sastra dan
budaya lokal di perguruan tinggi melalui pengembangan kurikulum yang
bermuatan budaya lokal.
3. Konsep pembangunan

Menurut Siagian (1983) pembangunan merupakan usaha atau rangkaian usaha


pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu
bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa.
Dengan demikian ide pokok pembangunan menurut Siagian mengandung makna : a)
pembangunan merupakan suatu proses yang tanpa akhir, b) pembangunan merupakan
suatu usaha yang secara sadar dilaksanakan secara terus menerus, c) pembangunan
dilakukan secara berencana dan perencanaannya berorientasi pada pertumbuhan dan
perubahan, d) pembangunan mengarah kepada modernitas, e) modernitas yang
dicapai melalui pembangunan bersifat multi dimensional, proses dan kegiatan
pembangunan ditujukan kepada usaha membina bangsa dalam rangka pencapaian
tujuan bangsa dan negara yang telah ditentukan.

Hal senada disampaikan oleh Tjokrowinoto (1987) yang menyimpulkan


beberapa makna pembangunan sebagai citra pembangunan dalam perspektif diakronis
(pembangunan menurut tahap pertumbuhan dan periode waktu yang dasarnya tidak
jelas) sebagai berikut : 1) pembangunan sebagai proses perubahan sosial menuju
ketataran kehidupan masyarakat yang lebih baik, 2) pembangunan sebagai upaya
manusia yang sadar, terencana, dan melembaga, 3) pembangunan sebagai proses
sosial yang bebas nilai, 4) pembangunan memperoleh sifat dan konsep transedental,
sebagai meta-diciplinary phenomenon, bahkan memperoleh bentuk sebagai ideologi,
the ideology of developmentalism, 5) pembangunan sebagai konsep yang sarat nilai
menyangkut proses pencapaian nilai yang dianut suatu bangsa secara makin
meningkat, 6) pembangunan menjadi culture specific, situasion specific dan time
specific.

Dalam kaitan dengan pemahaman pembangunan yang dilakukan secara


berencana dan perencanaannya berorientasi pada pertumbuhan dan perubahan,
Tjokrowinoto (1980) menyebutkan adanya Sembilan tipe pembangunan yakni : 1) tipe
ideal dengan ciri perencanaan yang mampu mengendalikan pertumbuhan dan
perubahan sistem, 2) tipe menghasilkan dalam jangka pendek dengan ciri perencanaan
yang mampu mengendalikan pertumbuhan tetapi tidak dalam perubahan sistem, 3)
tipe menghasilkan dalam jangka panjang dengan ciri perencanaan yang mampu
mengendalikan perubahan sistem tetapi tidak dalam pertumbuhan, 4) tipe kegagalan
dengan ciri adanya perencanaan tetapi tidak mampu mengendalikan baik
pertumbuhan maupun perubahan sistem, 5) tipe dorongan lingkungan dengan ciri
lebih mengutamakan perubahan sistem dan mengabaikan pentingnya perencanaan dan
pertumbuhan, 6) tipe pragmatis dengan ciri lebih mengutamakan adanya pertumbuhan
dan perubahan sistem tetapi mengabaikan pentingnya perencanaan, 7) tipe krisis
dengan ciri lebih mengutamakan tingkat pertumbuhan dan mengabaikan pentingnya
perencanaan dan perubahan sistem, 8) tipe masyarakat statis dengan ciri mengabaikan
pentingnya semua aspek perencanaan, pertumbuhan maupun perubahan sistem, 9) tipe
chaos ditandai dengan fenomena masyarakat yang kebingungan, percecokan,
kemarahan, banyak halangan, mandeg, dan jalan ditempat.

E. Pengaruh modernisasi terhadap budaya lokal di indonesia

Seiring perkembangan zaman, modernisasi juga mengalami perkembangan


iptek yang sangat pesat. Perkembangan modernisasi memberikan pengetahuan yang
lebih maju dan bermanfaat bagi kehidupan masarakat. Seperti contohnya, masyarakat
pertanian sekarang ini tidak lagi membajak sawah dengan cangkul atau menggunakan
bantuan hewan (kerbau). Tetapi dengan adanya teknologi , masyarakat tidak lagi
mencangkul atau menggunakan kerbau tetapi dapat menggunakan traktor.
Modernisasi tidak hanya berpengaruh besar dalam bidang teknologi saja,
tetapi juga berpengaruh pada tata cara berpakaian dalam kehidupan masyarakat.
Sebagai mana kita ketahui bahwa masyarakat indonesia terkenal dengan tata krama
dan sopan santun yang tinggi. Kususnya dalam berpakaian. Tetapi sekarang dapat kita
lihat bahwa masyarakat indonesia lebih cenderung meniru gaya berpakaian negara
lain. Selain itu juga terjadi kenakalan remaja yang didukung dengan mudahnya
mengakses situs dengan bebas. Munculnya individualistik yang membuat sebagian
masyarakat lupa akan kedudukan dirinya sebagai makluk sosial, dan lunturnya jati diri
bangsa karena dengan banggga masyarakat menggunakan hal yang bersifat western
(kebarat-baratan) dalam hal kuliner, lifestyle, dan sebagainya.

Pengaruh modernisasi dalam budaya masyarakat sangan bermanfaat, karena


dapat memberikan dapmpak positif misalnya saja dalam bidnang teknologi, tetapi
modernisasi juga memberikan dampak negatif terhadap perkembangan budaya di
indonesia. Tetapi pengaruh positif maupun negatif itu tergantung kepada diri si
pengguna itu sendiri karena modernisasi membawa perubahan tata nilai dan sikap.

DAFTAR PUSTAKA
Aritoang, Devinna Riskiana, Lili Herawati Parapat. 2019. Buku Ajar Sastra Dan Budaya
Lokal Untuk Perguruan Tinggi. Jawa Timur: Uais Inspirasi Indonesia.

Faried, Annisa Ilmi Dan Rahmad Sembiring.2019. Perekonomian Indonesia (Antara Konsep
Dan Realita Pembangunan): Yayasan Kita Menulis.

Marianingsih,Novi .D.K.K.2014. Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan, Volume 17, Nomor 1, Juli 2014.

Rosana, Ellya. 2011.Modernisasi Dan Perubahan Sosial. Jurnal Tapis Vol.7 No.12 Januari-
Juli 2011.

Https://Www.Maxmanroe.Com/Pengertian-Modernisasi.Html(Di Akses 3 Maret 2020).


Pengertian Modernisasi: Tujuan, Ciri-Ciri, Dan Dampaknya Pada Dunia Usaha.

Https://Jurnalmanajemen.Com/Teori-Pertumbuhan-Ekonomi/ (Di Akses 3 Maret 2020). Teori


Pertumbuhan Ekonomi : Pengertian, Ciri-Ciri, Rumus, Faktor-Faktor, Dll.

Suryono, Agus. 2010. Dimensi-dimensi prima teori pembangunan. Malang : UB Press. Hal
45-48.

Depdikbud RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal 589.

Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan, dan Keindonesiaan (Bandung: Mizan, 1997), hal
172.

Sztompka, Piort, Sosiologi Perubahan Sosial, (Prenada, Jakarta, 2004), hlm 152-153.

Abdulsyani, Sosiologi, Skematika, Teori, dan Terapan, (Bumi Aksara, Jakarta, 1994) hlm
176-177.

Soekanto, Soerjono, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001)
hlm 387

Anda mungkin juga menyukai