Anda di halaman 1dari 48

BUKU II

BAHAN AJAR
DIKLAT KEPEMIMPINAN PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
BAGI PEGAWAS
KODE UPK : O.841120.019.01
MENYUSUN PROGRAM KEGIATAN KERJA SAMA STRATEGIS

DOKUMEN : 7

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi (competency


based training) adalah sebuah kebutuhan untuk menghadapi era globalisasi
yang menghendaki sumber daya manusia yang profesional dan kompeten.
Kementerian Dalam Negeri dalam hal ini Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia sesuai dengan fungsinya melakukan standardisasi, sertifikasi dan
pengembangan kompetensi mulai menyusun kebijakan terkait pengembangan
sumber daya manusia berbasis kompetensi. Pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM) berbasis kompetensi bertujuan untuk menciptakan Aparatur
Sipil Negara yang kompeten dalam bidang tugasnya masing-masing.

Salah satu tools yang dibutuhkan dalam pengembangan SDM berbasis


kompetensi adalah menyiapkan standar perangkat pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran. Standar perangkat pembelajaran ini
bertujuan memberikan panduan bagi penyelenggara, pengajar dan peserta
dalam setiap tahapan proses pembelajaran. Salah satu dokumen dalam
perangkat pembelajaran adalah Bahan Ajar. Bahan Ajar merupakan dokumen
pegangan pengajar yang bertujuan memberikan pedoman dan arah bagi
pengajar terkait materi/pokok bahasan yang akan disampaikan selama proses
pembelajaran.

Bahan Ajar ini berisi antara lain latar belakang, tujuan pengembangan
kompetensi, penggunaan bahan ajar, pokok bahasan, sub pokok bahasan,
ringkasan, latihan unjuk kerja dan evaluasi. Bahan Ajar ini bermanfaat bagi
lembaga penyelenggara, pengajar maupun peserta diklat untuk dapat
memantau proses pembelajaran yang terstruktur dan sistematis.

Dengan terusunnya Bahan ajar ini kami mengucapkan terima kasih


kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Bahan Ajar
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perangkat pembelajaran.

Jakarta, ...........................2017

Kepala BPSDM

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang ........................................................ 4
B. Tujuan Pengembangan Kompetensi ..............................
C. Penggunaan Buku Informasi ................................
BAB II MENGINVENTARISASI KESIAPAN ORGANISASI TERKAIT
KERJA SAMA
2.1 RENCANA STRATEGIS SKPD ……………………………………
2.1.1 Pengertian Renstra SKPD…. ............................. 8
2.1.2 Manfaat Rencana Strategis SKPD…………………................... 8
2.1.3 Penyusunan Renstra SKPD............................................ 9
2.1.4 Pengendalian dan Evaluasi Renstra SKPD.......................... 10
2.2 PROSEDUR MENGAKSES RENSTRA SKPD SESUAI PERATURAN
YANG BERLAKU ………………………………………………………
2.3. ASPEK-ASPEK PENGORGANISASIAN PROGRAM 10
KERJASAMA ..................................................................
2.4. ASAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN …………….. 21132

BAB III. PENUTUP......................................................................


3.1. Kesimpulan.......................................................
3.2. Saran...................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Penjelasan Test
2. Contoh RENSTRA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.latar Belakang.

Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah


pasal 233 ditetapkan bahwa pegawai aparatur sipil negara yang
menduduki jabatan kepala Perangkat Daerah, harus memenuhi
persyaratan kompetensi teknis; manajerial; dan sosial kultural. Selain
memenuhi kompetensi dimaksud pegawai aparatur sipil negara yang
menduduki jabatan kepala Perangkat Daerah harus memenuhi
kompetensi pemerintahan yang terdiri atas 7 (tujuh) jenis yakni
kompetensi bidang kebijakan desentralisasi; hubungan pemerintah pusat
dengan daerah; pemerintahan umum; pengelolaan keuangan daerah;
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah; hubungan
pemerintah daerah dengan DPRD; dan etika pemerintahan.
Ditinjau dari Perspektif Kepemimpinan Pancasila, seorang pemimpin
pemerintahan dipersyaratkan juga untuk mencerminkan Falsafah Bangsa
Pancasila sebagai pandangan hidup diri dan sebagai bangsa Indonesia
serta menjadi dasar falsafah negara Republik Indonesia. Karena Pancasila
mengandung wawasan tentang hakikat, asal, tujuan, nilai, dan arti dunia
seisinya, khususnya manusia dan kehidupannya baik secara perorangan
maupun sosial. Falsafah Hidup Bangsa mencerminkan konsepsi yang
menyeluruh dengan menempatkan harkat dan martabat manusia sebagai
faktor sentral dalam kedudukannya yang fungsional terhadap segala
sesuatu yang ada.
Hal ini berarti, bahwa wawasan dan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila secara kultural diinginkan tertanam dalam hati sanubari, watak
kepribadian, dan mewarnai kebiasaan, perilaku serta kegiatan
pemerintahan dan lembaga-lembaga masyarakat. Kelima nilai dasar yang
terkandung dalam Pancasila merupakan inti dambaan yang memberikan
3
makna hidup dan sekaligus menjadi tuntutan serta tujuan hidupnya,
bahkan menjadi ukuran dasar seluruh peri kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dengan demikian, Pancasila sebagai falsafah bangsa
merupakan cita-cita moral bangsa Indonesia, yang mengikat para
pemimpin pemerintahan Dalam Negeri dan seluruh warga masyarakat baik
sebagai perorangan maupun dalam satu kesatuan bangsa Indonesia yang
kompeten dan berkepribadian.
Sejalan dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, maka salah satu hal yg tersirat dalam Undang
undang tersebut mengenai hak dari seorang aparatur sipil Negara untuk
mendapatkan pengembangan kompetensi paling sedikit 80 jam dalam
setahun atau setara dengan 365 hari. Maka berdasarkan hal tersebut
diatas maka pengembangan kompetensi ASN merupakan hal yg bersifat
urgen demi menunjang performa dan kinerja ASN. Tuntutan Bekerja
secara Profesional bagi Aparatur sipil Negara merupakan sebuah
kewajiban pengabdian yang diberikan kepada rakyat dan bangsa ini
,fasilitas gaji yg diterima setiap bulan ditambah tunjangan kinerja
harusnya mampu menjadi trigger (pemicu) semangat untuk mencapai
performa kinerja yang lebih baik.
Untuk mencetak Aparatur sipil Negara yang Kompeten hal ini
sangat terkait dengan proses pengembangan ASN itu sendiri melalui suatu
kebijakan (beshiking). Kompetensi yang dimaksud dalam UU ASN ini
meliputi : 1).Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi
pendidikan, pelatihan teknis fungsional dan pengalaman bekerja secara
teknis; 2).Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan,
pelatihan struktural atau manajemen dan pengalaman kepemimpinan dan
3). Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja
berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan
budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000,
kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh
seorang PNS berupa pengetahuan, keterampilan dan atau sikap perilaku
yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya. Dari defenisi

4
tersebut terlihat bahwa kompetensi meliputi 3 aspek yaitu pengetahuan,
skill, dan attitude dan ketiga hal ini harus dimiliki oleh Aparatur sipil
Negara untuk dapat dianggap memiliki kompetensi, termasuk didalamnya
adalah melakukan diseminasi wawasan Kebangsaan dan Ketahanan
Nasional.1.
Hal ini diperkuat melalui PP No. 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah pasal 6 ayat (1)
yang menyebutkan bahwa “Pendidikan dan pelatihan diselenggarakan
dalam pengembangan kompetensi penyelenggara Pemerintahan Daerah”.
Salah satu pendidikan dan pelatihan terkait dengan itu adalah
“Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Pemerintahan Dalam Negeri”,
disingkat Diklat PIMPEMDAGRI.
Melakukan Diseminasi Wawasan Kebangsaan dan Ketahanan nasional,
bukan hanya menyebar luaskan informasi inovasi, akan tetapi juga
menjadi sarana untuk mendapatkan umpan balik bagi pejabat pemerintah
dan bahan masukan bagi pengambil kebijakan negara. Untuk memperoleh
manfaat yang semaksimal mungkin dari kegiatan diseminasi Wawasan
Kebangsaan dan Ketahanan Nasional dalam memberikan informasi
kejadian terkait kerawanan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional
kepada pemangku kepentingan (stakeholders) yang spectrum-nya lebih
luas dengan memanfaatkan berbagai media dan saluran komunikasi yang
sesuai dengan karakteristik masing-masing pemangku kepentingan.
Wawasan kebangsaan yang merupakan cara pandang bangsa
Indonesia dalam mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang
dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap
sistem nasional (national system) yang bersumber dari dasar negara
Pancasila dan Konsensus dasar bangsa dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara: Pancasia, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

1 Penjelasan pasal 233 UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, selain memiliki kompetensi manajerial,
teknis, dan sosiokultural, setiap Aparatur Sipil Negara (ASN) yang menduduki jabatan kepala Perangkat Daerah harus
memenuhi kompetensi pemerintahan. Yang dimaksud “kompetensi pemerintahan” antara lain mencakup pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang terkait dengan kebijakan Desentralisasi, hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah,
pemerintahan umum, pengelolaan keuangan daerah, Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah,
hubungan Pemerintah Daerah dengan DPRD dan etika pemerintahan.

5
Sebagai Pengawas sesuai dengan pendekatan teori Kepemimpinan
Nasional, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional melalui cara
pandang dan konsepsi berfikir-nya untuk dapat menata kehidupan
berbangsa dan bernegara serta mampu memberi panutan dalam
meningkatkan rasa nasionalisme, patriotisme, bangga serta menjunjung
tinggi identitas sebagai bangsa Indonesia.
Strategi Nasional Pemantapan Wawasan Kebangsaan dan Karakter
Bangsa dalam Rangka Memperkuat Persatuan dan Kesatuan Bangsa
merupakan upaya untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional
negara Republik Indonesia yang tertuang secara jelas dalam Pembukaan
Undang-undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Oleh karena itu, menjadi hal yang sangat penting kiranya kita perlu
memahami dalam melakukan desiminasi konsep wawasan Kebangsaan
dan Ketahanan Nasional Indonesia yang ditujukan kepada pemangku
kepentingan (stakeholders) dalam lingkup Kementrian/ Badan/
Lembaga/ Pemerintah Provinsi/ Pemerintah Kabupaten/ Kota terkait
Pemerintah Daerah, termasuk Forum komunikasi pimpinan daerah,
Forum komunikasi pimpinan kecamatan dengan memperhatikan
lingkungan internal dan eksternal organisasi, agar memperoleh informasi,
timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi
tersebut, yang telah disusun dan sebarannya berdasarkan sebuah
perencanaan yang matang dengan pandangan jauh ke depan yang
sengaja diprogramkan, sehingga terdapat kesepakatan untuk
melaksanakan tujuan wawasan kebangsaan dan ketahanan Nasional
berbasis empat pilar.

6
1.2. Tujuan Pengembangan Kompetensi.

a. Tujuan Umum
Setelah mempelajari Mata Diklat ini peserta dapat memahami hal-
hal yang mencakup pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
diperlukan untuk melakukan diseminasi wawasan kebangsaan dan
ketahanan nasional dalam rangka pelaksanaan wawasan
kebangsaan, ketahanan nasional berbasis empat pilar.

b. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari Mata Diklat ini peserta diharapkan :
1. Dapat melakukan persiapan diseminasi.
2. Dapat melakukan pemaparan topik diseminasi.
3. Dapat menetapkan tingkat kerawanan wawasan kebangsaan dan
ketahanan nasional.
4. Dapat membuat rekomendasi tindak lanjut diseminasi.

1.3.Penggunaan Bahan Ajar.

Bahan ajar ini dimaksudkan untuk dipergunakan dan menjadi


pegangan fasilitator selama berlangsung pelaksanaan Diklat
Kepemimpinan Pemerintahan Dalam Negeri (PIMPEMDAGRI) untuk
Tingkat Jabatan Pimpinan Tinggi Madya.

7
BAB II
MENYUSUN PROGRAM KEGIATAN KERJA SAMA STRATEGIS

2.1. Rencana Strategis SKPD

2.1.1 Pengertian Rencana Strategis SKPD

Rencana strategis adalah sebuah alat manajemen yang digunakan untuk


mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi pada masa
depan, sehingga rencana strategis adalah sebuah petunjuk yang dapat
digunakan organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja menuju
5 sampai 10 tahun kedepan (Kerzner, 201). Sedangkan dalam pemerintah
daerah, Rencana strategis satuan kerja perangkat daerah (Renstra-SKPD)
adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun.

(UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 151 Ayat (1) dan Ayat (2)
Satuan kerja perangkat daerah menyusun rencana strategis yang
selanjutnya disebut Rencana Strategis SKPD memuat visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan
tugas dan fungsinya, berpedoman pada RPJM Daerah dan bersifat
indikatif.

2.1.2 Manfaat Rencana Strategis SKPD

Beberapa manfaat perencanaan strategis adalah sebagai berikut:

 Berguna bagi perencanaan untuk perubahan dalam lingkungan yang


kompleks

 Berguna untuk pengelolaan hasil-hasil

 Perencanaan strategis merupakan alat manajerial yang penting

 Perencanaan strategis berorientasi masa depan, mampu beradaptasi

 Perencanaan strategis penting untuk mendukung pelanggan dan alat


komunikasi

2.1.3 Penyusunan Renstra SKPD

8
Pemilihan Kepala Daerah secara langsung pada saat ini telah diterapkan
di seluruh Indonesia, baik Gubernur maupun Bupati/Walikota. Setelah
terpilihnya Kepala Daerah maka untuk merealisasikan janji-janji sewaktu
kampanye maka disusunlah Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) sedangkan untuk tiap satuan kerja perangkat daerah
(SKPD) menyusun Renstra SKPD yang keduanya mempunyai jangka
waktu 5 (lima) tahun.

Secara garis besar Renstra SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi,
kebijakan, progra, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Renstra SKPD ini ditetapkan dengan keputusan Kepala SKPD
setelah mendapatkan pengesahan dari Kepala Daerah.

Penyusunan Renstra SKPD terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu:

1. Tahap Penyusunan rancangan Rentra SKPD

2. Tahap Penyusunan rancangan akhir

3. Tahap Penetapan

Tahap Penyusunan Renstra SKPD :

1. Tahap Penyusunan Rancangan Renstra SKPD

Kegiatan-kegiatan dalam tahap penyusunan rancangan Renstra SKPD


dapat dikelompokkan sebagai berikut:

 Pengolahan data dan informasi

 Analisis gambaran pelayanan SKPD

 Review Renstra Kementerian/lembaga (K/L) dan Renstra SKPD

 Penelaahan RTRW

 Analisis terhadap dokumen hasil KLHS

 Perumusan isu-isu strategis

 Perumusan visi dan misi SKPD

 Perumusan tujuan pelayanan jangka menengah SKPD

 perumusan sasaran pelayanan jangka menengah SKPD

2. Tahap Penyusunan Rancangan Akhir

9
Penyusunan rancangan akhir Renstra SKPD merupakan
penyempurnaan atas rancangan Renstra SKPD yang berpedoman pada
RPJMD yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Penyempurnaan rancangan Renstra SKPD bertujuan untuk
mempertajam visi dan misi serta menyelaraskan tujuan, sasaran,
strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai
dengan tugas dan fungsi SKPD yang telah ditetapkan dalam RPJMD.

Penyusunan rancangan akhir Renstra SKPD ini dilakukan melalui dua


tahap yang merupakan suatu rangkaian proses yang berurutan, yaitu:

 Tahap perumusan rancangan akhir Renstra SKPD

 Tahap penyajian rancangan akhir Renstra SKPD

3. Tahap Penetapan

Setelah rancangan akhir selesai, selanjutnya disampaikan kepala


SKPD kepada Kepala Bappeda untuk memperoleh pengesahan Kepala
Daerah. Dalam hal ini, pengesahan renstra SKPD dengan keputusan
kepala daerah.

Berdasarkan keputusan kepala daerah tentang pengesahan Renstra


SKPD, maka kepala SKPD menetapkan Renstra SKPD menjadi
pedoman unit kerja dilingkungan SKPD dalam menyusun rancangan
Renja SKPD. Pengesahan rancangan akhir Renstra SKPD dengan
keputusan kepala daerah, paling lama 1 (satu) bulan setelah Peraturan
Daerah tentang RPJMD ditetapkan. Sedangkan penetapan Renstra
SKPD oleh kepala SKPD paling lama 7 (tujuh) hari setelah Renstra
SKPD disahkan oleh kepala daerah.

2.1.4 Pengendalian dan Evaluasi Renstra SKPD

Kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah adalah capaian atas


penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diukur dari masukan,
proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak. Evaluasi kinerja
penyelenggaraan pemerintah daerah adalah suatu proses pengumpulan
dan analisis data secara sistematis terhadap kinerja penyelenggaraan
pemerintah daerah dengan menggunakan sistem pengukuran kinerja.
Sistem pengukuran kinerja adalah sistem yang digunakan untuk
10
mengukur, menilai, dan membandingkan secara sistematis, dan
berkesinambungan atas kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah.

Dalam melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap Renstra SKPD


dilakukan terhadap 3 aspek yaitu Kebijakan, Pelaksanaan dan Hasil
Renstra SKPD.

1. Aspek Kebijakan

Dalam pengendalian dan evaluasi kebijakan Renstra SKPD, kepala


SKPD melaporkan rancangan akhir Renstra SKPD kepada Kepala
Bappeda, kemudian kepala Bappeda melakukan verifikasi untuk
menjamin bahwa visi, misi, tujuan, strategi, kegijakan, program dan
kegiatan SKPD sesuai dengan RPJMD dan keterpaduan dengan Renstra
SKPD lainnya.

2. Aspek Pelaksanaan

Dalam pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Renstra SKPD, kepala


SKPD melaporkan pelaksanaan Renstra SKPD kepada kepala daerah
melalui kepala Bappeda.

3. Aspek Hasil

Dalam evaluasi hasil Renstra SKPD, Kepala SKPD melaksanakan


evaluasi terhadap hasil Renstra SKPD. Kepala SKPD setiap bulan
Januari melaporkan hasil pengendalian dan evaluasi kepada kepala
daerah melaui kepala Bappeda.

2.2 Prosedur Mengakses Renstra SKPD Sesuai Peraturan Yang Berlaku

Prosedur mengakses Dokumen Penting (Renstra SKPD) :


1. Tujuan :
Tujuan membuat SOP Peminjaman Renstra SKPD adalah memastikan adanya
pedoman baku peminjaman Renstra SKPD yang diperlukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

2. Ruang Lingkup :
Ruang lingkupnya meliputi implementasi dari prosedur peminjaman dokumen
penting.
11
3. Definisi :
Dokumen Penting : Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga-
lembaga negara, badan-badan pemerintahan, dan perorangan dalam bentuk
corak apapun baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam
rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan kehidupan kebangsaan.
(UU No. 7 Tahun 1971 psl 1 dan 2)
Peminjaman Dokumen : adalah kegiatan pelayanan pencarian dokumen/arsip
yang diperlukan oleh pimpinan atau pihak lain, dan menerima kembali untuk
disimpan ditempat penyimpanan semula.

4. Referensi :
 UU No. 7 Tahun 1971 tentangKetentuan-KetentuanPokokKearsipan.
 Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 0623/U/1985 tentang Pola
Klasifikasi Kearsipan.
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 42 Tahun 2006 tentang Tata
Persuratan di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional.

5. Garis Besar Prosedur :


 User mengajukan permohonan peminjaman arsip pada pimpinan
(Kepala Dinas/Badan) ( khusus Dokumen Penting, seperti : RESNTRA,
LAKIP dll ) sedangkan bagi internal pegawai SKPD adalah membuat
memo atau nota dinas yang ditujukan kepada Kepala Bagian
Umum/Kepala Sub Bagian Tata Usaha/Sekretaris.
 Kadis/Kaban memberikan memo persetujuan peminjaman dokumen
melalui Kasubag Umum.
 Kaur/Bagian Umum menerima memo peminjaman dan melakukan
pencarian arsip.
 User mengisi blanko peminjaman dan menerima arsip yang
dibutuhkan.
 Kaur/Bagian Kearsipan melakukan penagihan arsip apabila masa
peminjaman sudah habis.
 Kaur/Bagian Kearsipan menerima mencatat pengembalian, menerima
dan menyimpan arsip ditempat penyimpanan semula

12
6. Bagan Alur :

mulai

Membuat Surat
- User permohonan Permohonan
peminjaman arsip kpd Peminjaman
pimpinan (1 menit) Dokumen Penting

- Kasubbag Umum/Tata Usaha


Membuat memo
persetujuanpeminjam Memo persetujuan
anarsip( 1 Menit) peminjaman

- Sekretaris Badan/Dinas
Menerima memo
danpencarian arsip
(10 Menit) Arsip

- User

Mengisi blanko
peminjaman dan
menerima arsip Arsip
(1 menit)
- Kasubbag Umum/Tata Usaha

Melakukan penagihan
bila masa pinjam
sudah habis (1 Menit)
- Kasubbag Umum/Tata Usaha

Mencatat
pengembalian,
menerima dan
menyimpan dokumen
penting (5 Menit)

Selesai

13
2.3 Aspek-Aspek Pengorganisasian Program Kerjasama

Pelaksanaan proses pengorganisasian yang sukses, akan membuat


suatu organisasi dapat mencapai tujuannya. Proses ini akan tercermin
pada struktur organisasi, yang mencakup aspek-aspek penting organisasi
dan proses pengorganisasian, yaitu :
a. pembagian kerja,
b. departementalisasi (atau sering disebut dengan istilah departementasi),
c. bagan organisasi formal,
d. rantai perintah dan kesatuan perintah,
e. tingkat-tingkat hirarki manajemen,
f. saluran komunikasi,
g. penggunaan komite,
h. rentang manajemen dan kelompok-kelompok informal yang tak dapat
dihindarkan.

a. PEMBAGIAN KERJA (STAFFING)


Tujuan suatu organisasi adalah untuk mencapai tujuan di
mana individu-individu tidak dapat mencapainya sendiri. Kelompok dua atau
lebih orang yang bekerja bersama secara kooperatif dan dikoordinasikan
dapat mencapai basil lebih daripada dilakukan perseorangan. Konsep ini
disebut synergy. Tiang dasar pengorganisisian adalah prinsippembagian
kerja (division of labor) yang memurigkinkan synergy terjadi.
Sebagai contoh, pembagian kerja dalam team sepak bola : di mana
ada manajer tim, kepala pelatih, asisten pelatih, dokter tim, penjaga
gawang, dan pemain lainnya. Pembagian kerja ini efektif karena bila hanya
omponen kecil dari pekerjaan yangdilaksanakan, kualifikasi
personalia yang rendah digunakan, dan latihan jabatan lebih mudah.
Gerakan-gerakan dan perpindahan yang percuma dari komponen
pekerjaanyang besar diminimumkan. Lebih dari itu, pembagian kerja
mengarahkan penanaman pada peralatan dan mesin-mesin yang efisien untuk
meningkatkan produktivitas. Namun demikian, beberapa penulis telah
menunjukkan adanya konsekuensi-konsekuensi pada perilaku karyawan
sehubungan dengan pembagian kerja, bila hal itu dilaksanakan secara
ekstrim. Ini dapat menimbulkan kebosanan, keletihan, monoton dan
kehilanganmotivasi yang dapat menghasilkan ketidak efisienan dan bukan
efisiensi.
14
b. DEPARTEMENTALISASI
Departementalisasi sebagaimana telah diterangkan di muka,
merupakan prosespenentuan bagian-bagian dalam organisasi yang akan
bertanggung jawab dalam melakukan bermacam jenis pekerjaan yang telah
dikategorikan berdasarkan faktor-faktortertentu. Dalam mendesain
organisasi, khususnya dalam proses departementalisasisebagaimana
diuraikan di muka, ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan
olehorganisasi, yaitu pendekatan
berdasarkan fungsional, berdasarkan produk, berdasarkanPelanggan, berd
asarkan geografis, dan berdasarkan matriks.

 Pendekatan Fungsional
Penentuan sub-subbagian dari organisasi atau proses
departementalisasi yangpertama adalah berdasarkan fungsi (functional
departmentalization). Berdasarkan pendekatan ini, proses
departementalisasi dilakukan berdasarkan fungsi-fungsi tertentuyang
mesti dijalankan dalam sebuah organisasi. Dalam sebuah organisasi bisnis
misalnya,ada pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan fungsi produksi,
ada peketjaan-pekerjaanyang terkait dengan pelanggan atau pasar,
sehingga dinamakan dengan fungsi pemasar•an, dan lain sebagainya.
Pada Gambar 8.6 ditunjukkan contoh sebuah desain organisasimelalui
departementalisasi yang dibentuk berdasarkan pendekatan fungsional.
Seperti yang ditunjukkan oleh garis terputus-putus dalam
Gambar di atas, setiap bagian dalam struktur organisasi dibentuk untuk
menjalankan berbagai fungsi yangterkait dengan kegiatan bisnis
perusahaan PT ABC. Bagian Keuangan, Produksi,Pemasaran, dan SDM
memiliki fungsi yang khas dalam setiap pekerjaan bisnisnya.Dan, setiap
bagian tersebut secara lebili rinci diturunkan menjadi subbagian
promosi dan penjualan (bagian Pemasaran), produksi dan pergudangan
(bagian Produksi), sertarekrutmen dan seleksi dan pelatihan dan
pengembangan (bagian SDM).

 Pendekatan Produk
Pendekatan kedua dalam departementalisasi adalah
berdasarkan produk atauproduct departmentalization. Berdasarkan
pendekatan ini, penentuan bagian-bagiandalam organisasi ditentukan
15
berdasarkan jenis produk yang dibuat oleh organisasi.Sebagai
contoh, PT ABC memiliki beberapa jenis produk dari mulai produk susu,
sabun mandi, pasta gigi, hingga mi instan, maka di bawah bagian
produksi dapat juga dibuat subbagian.
Bagian-bagian produk susu, sabun mandi, pasta gigi, dan mi instan,
seperti ditunjukkan dalam Gambar melalui garis putus-putus, merupakan
contoh departementalisasi berdasarkan produk. Pada pelaksanaannya,
departementalisasi berdasarkan produk ini tidak selalu harus berada di
bawah bagian tertentu dalam struktur organisasi tertentu, akan tetapi
juga dapat dibuat tersendiri dalam suatu organisasi. Seperti misalnya
ditunjukkan dalam Gambar dibawah.

Pada Gambar diatas tersebut jelas bahwa bagian-bagian fungsional


seperti Pemasaran, Produksi, Keuangan, dan SDM tidak selalu harus
berada di atas subbagian berdasarkan produk, akan tetapi juga dapat
menjadi subbagian dari departemen berdasarkan produk.

 - Pendekatan Pelanggan
Pendekatan ketiga dalam departementalisasi adalah berdasarkan
pelanggan ataucustomer departmentalization. Berdasarkan pendekatan
ini, penentuan bagian-bagiandalam organisasi ditentukan berdasarkan
karakteristik pelanggan yang menjadi sasaranpelanggan dari organisasi.
Sebagai contoh, jika produk sabun mandi dari PT ABC di atas ternyata
tidak hanya satu, tetapi ada saburi mandi untuk bayi, anak, remaja,
dandewasa, maka bentuk desain organisasi dapat dibuat sebagaimana
ditunjukkan dalamGambar berikut ini.[12]

 - Pendekatan Geografis (Lokasi)


Pendekatan keempat dalam departementalisasi adalah
berdasarkan faktor geografis. Berdasarkan pendekatan ini, penentuan
bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan wilayah
geografis di mana organisasi beroperasi. Jika PT ABC memiliki daerah
penjualan di empat daerah, misalnya Jakarta, Bandung, Makassar,, dan
Medan, maka desain organisasi yang dapat dibentuk adalah
sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar berikut:
Gambaran kasus agar penjualan lebih dapatterkonsentrasi
dan disebabkan karakteristik pelanggan dan lingkungan di
16
wilayahgeografis berbeda-beda, maka departementalisasi berdasarkan
geografis bisa dilakukan.Pendekatan ini tidak saja dilakukan untuk
menentukan bagian atau departemen dibawah bagian penjualan, tetapi
juga dapat dilakukan dalam berbagai jenis organisasi lainnya. Organisasi
yang memiliki berbagai cabang di berbagai daerah biasanya melakukan
desain organisasi berdasarkan pendekatan ini. Perusahaan perbankan
juga termasuk ke dalam organisasi yang melakukan departementalisasi
berdasarkan geografis dikarenakan perusahaan perbankan
mengandalkan kantor-kantor cabangnya dalam meraih pangsa
pasarnya.

 - Pendekatan Matriks
Pendekatan ini pada dasarnya merupakan proses
departementalisasi yangmenggabungkan antara pendekatan fungsional
dengan pendekatan lain, misalnyaberdasarkan proyek tertentu, produk
tertentu, ataupun berdasarkan pendekatan lainnya.Setiap
pekerja yang berada di bawah departemen tertentu dalam kenyataannya
jugamerupakan bagian dari sebuah proyek tertentu atau bagian
pekerjaan yang lain dariperusahaan. Jika kita kembali menggunakan
contoh PT ABC tersebut di atas, danmelakukan penyesuaian desain
organisasinya menjadi bentuk matriks, maka desainorganisasi yang
dapat dibuat adalah seperti ditunjukkan dalam Gambar dibawah berikut
ini.
Berdasarkan Gambar diketahui bahwa PT ABC memiliki struktur
organisasifungsional di mana di dalamnya terdapat dari mulai bagian
Keuangan, Pemasaran,SDM, serta Riset dan Pengembangan. Masing-
masing bagian tersebut dikepalai olehseorang manajer. Selain keempat
fungsi tersebut, ada juga fungsi profit dari PT ABC yaituyang terkait
dengan bisnis yang dijalankan PT ABC untuk
memperoleh profit yangterdiri dari produk susu, sabun mandi, pasta gigi,
dan mi instan. Masing-masing profit project ini memiliki pengaturan
keuangan tertentu; SDM tertentu yang dipekerjakan, Pemasaran tertentu,
dan juga Riser serta Pengembangan tertentu. Setiap pekerjaan ini
mensyaratkan adanya tenaga kerja yang dipekerjakan. Berdasarkan
pendekatanmatriks, tenaga kerja selain misalnya ditugaskan di bawah
sebuah departemen tertentu seperti Pemasaran, SDM, dan lain

17
sebagainya, juga merupakan bagian dari
kegiatanperaihan profit atau profit project.
Irisan kedua bagian ini digambarkan melalui lingkaran atau bentuk
lonjong sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 8.11. Berdasarkan
pendekatan ini tenaga kerja tidak saja bertanggung jawab dan
berkoordinasi kepada atasan fungsionalnya saja, tetapi juga kepada
pimpinan proyek di mana tenaga tersebut terlibat.

c. BAGAN ORGANISASI FORMAL

Struktur organisasi adalah terlalu kompleks untuk disajikan se-


cara verbal.Manajer perlu menggambarkan bagan organisasi (organization
chart) untuk menunjukkan struktur organisasi. Bagan organisasi
memperlihatkan susunan fungsi-fungsi, departemen-departemen, atau posisi-
posisi organisasi dan menunjukkan bagaimana hubungan di antaranya.
Satuan-satuan organisasi yang terpisah biasanya digambarkan dalam
kotak-kotak, di mana dihubungkan satu dengan yang lain dengan garis
yangmenunjukkan rantai perintah dan jalur komunikasi formal.
Bagan organisasi menggambarkan lima aspek utama suatu sturktur
organisasi,yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pembagian kerja. Setiap kotak menunjukkan individu atau satuan
organisasi mana yang bertanggung jawab untuk kegiatan organisasi
tertentu, dan tingkat spesialisasi yang digunakan.
2. Manajer dan bawahan atau rantai perintah. Rantai perintah me-
nunjukkan hubungan wewenang-tanggung jawab yang menghubungkan
atasan dan bawahan dalam keseluruhan organisasi. Aliran ini dimulai
dari jenjang organisasi yang tertinggi sampai karyawan terendah dala.m
organisasi, seperti terlihat pada gambar 8.1. Oleh karena itu, setiap
anggota organisasi mempunyai suatu kaitan dengan manajer- puncak
organisasi. Dalam hal ini prinsip kesatuan perintah harus jelas, di mana
setiap karyawan menerima tugas dan pelimpahan wewenang hanya dari
seorang manajer dan melaporkan pertanggung jawaban juga hanya kepada
seorang manajer.
3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan. Label dan deskripsi pada tiap kotak
menunjukkan pekerjaan organisasional atau Ndang tanggung
jawab yang berbeda.

18
4. Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan. Keseluruhan
bagan menunjukkan atas dasar apa kegiatan-kegiatan organisasi
dibagi dasar fungsional atau divisional, atau lainnya (departementali-
sasi).
5. Tingkatan manajemen. Suatu bagan tidak hanya menunjukkan manajer
dan bawahan tetapi juga keseluruhan hirarki manajemen.

Seberapa luas tingkat spesialisasi kerja dalam organisasi dapat


di perkirakan dengan membaca label-label yang menunjukkan pekerjaan-
pekerjaan yang berbeda dan bagaimana tugas-tugas dikelompok, kan. Garis
menunjukkan rantai perintah yang merupakan aspek kunci koordinasi dalam
setiap organisasi. Bagan juga dapat menunjukkan besarnya (size) dari
organisasi, tetapi tanpa informasi tambahan akan menimbulkan
gambaran yang tidak jelas.
Keuntungan dan kelemahan bagan organisasi telah menjadi subyek
perdebatan cukup lama di antara para penulis manajemen. Salah satu
keuntungannya adalah bahwa karyawan dan lain-lain diberi gambaran
bagaimana organisasi disusun. Manajer, bawahan dan tang_ gung jawab
digambarkan dengan jelas. Bila seseorang dibutuhkan untuk menangani suatu
masalah khusus, bagan menunjukkan tempat di mana orang itu dapat
ditemukan. Proses pembuatan bagan juga memungkinkan manajer
mengetahui dengan tepat kelemahan-kelemahan organisasi, seperti sumber-
sumber potensial terjadinya konflik atau bidang-bidang di mana
duplikasi yangtidak diperlukan terjadi.
Kelemahan atau kekurangan utama bagan adalah masih banyak hal-
hal yang tidak jelas atau tidak ditunjukkan. Bagan, sebagai contoh, tidak
menunjukkan seberapa besar tingkat wewenang dan tanggung jawab setiap
tingkatan manajerial. Bagan juga tidak menunjukkan hubungan-
hubungan informal dan saluran komunikasi, di mana organisasi tidak dapat
berfungsi secara efisien tanpa hal-hal itu.

d. STRUKTUR ORGANISASI

Menurut James A.F. Stoner dan R. Edward Freeman, departemen suatu


organisasi secara formal dapat distruktur berdasrkan tiga macam cara, yakni
distrukturkan dalam :

19
• Fungsi
• Produk/Pasar
• Bentuk Matriks
Organisasi-organisasi yang distruktur berdasrkan fungsi menyatukan
dalam suatu departemen, semua pihak yang terlibat pada aktivitas tertentu
atau berbagai macam aktivitas yang berkaitan satu sama lain. Sebagai contoh,
dapat dikatakan bahwa sebuah organisasi yang dibagi berdasarkan fungsi
memiliki departemen produksi, departemen pemasaran, dan departemen
penjualan secara terpisah. Seorang menejer penjualan pada organisasi
demikian diberi tanggung jawab terhadap penjualan semua produk yang
diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan.[18]
Struktur organisasi (desain organisasi) dapat didefinisikan sebagai
mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur
organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap
hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi,
maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan
tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Struktur ini
mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standardisasi, koordinasi,
sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran
(ukuran) satuan kerja. Adapun faktor-faktor utama yang menentukan
perancangan struktur organisasi adalah sebagai berikut
1. Strategi organisasi untuk mencapai tujuannya. Chandler 2) telah
menjelaskan hubungan strategi dan struktur organisasi dalam studinya
pada perusahaan-perusahaan industri di Amerika.
2. Dia pada dasarnya menyimpulkan bahwa "struktur mengikuti strategi".
Strategi akan menjelaskan bagaimana aliran wewenang dan saluran
komunikasi dapat disusun di antara para manajer dan bawahan. Aliran
kerja sangat dipengaruhi strategi, sehingga bila strategi berubah maka
struktur organisasi juga berubah.
3. Teknologi yang digunakan. Perbedaan teknologi yang digunakan untuk
memproduksi barang barang atau jasa akan membedakan bentuk struktur
organisasi. Sebagai contoh, perusahaan mobil yang mempergunakan
teknologi industri masal akan memerlukan tingkat standardisasi dan
spesialisasi yang lebih tinggi dibanding perusahaan industri pakaian
jadi yang mengutamakan perubahan mode.
4. Anggota (karyawan) dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi.
Kemampuan dan cara berpikir para anggota, serta kebutuhan mereka
20
untuk bekerjasama harus diperhatikan dalam merancang struktur
organisasi. Kebutuhan manajer dalam pembuatan keputusan juga akan
mempengaruhi saluran komunikasi, wewenang dan hubungan di antara
satuan-satuan kerja pada rancangan struktur organisasi. Di samping itu,
orang-orang di luar organisasi, seperti pelanggan, supplier, dan sebagainya
perlu dipertimbangkan dalam penyusunan struktur.
5. Ukuran organisasi. Besarnya organisasi secara keseluruhan maupun
satuan-satuan kerjanya akan sangat mempengaruhi struktur organisasi.
Semakin besar ukuran organisasi, struktur organisasi akan semakin
kompleks, dan harus dipilih bentuk struktur yang tepat.

Sedangkan unsur-unsur struktur organisasi terdiri dari :


1. Spesialisasi kegiatan berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas individual
dan kelompok kerja dalam organisasi (pembagian kerja) dan penyatuan
tugas-tugas tersebut menjadi satuan-satuan kerja (departementalisasi).
2. Standardisasi kegiatan, merupakan prosedur-prosedui yang digunakan
organisasi untuk menjamin" terlaksananya kegiatan seper-
ti yang direncanakan.
3. Koordinasi kegiatan, menunjukkan prosedur-prosedur
yang mengintegrasikan fungsi-fungsi satuan-satuan kerja dalam orga-
nisasi.
4. Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan, yang me
nunjukkan lokasi (letak) kekuasaan pembuatan keputusan.
5. Ukuran satuan kerja menunjukkan jumlah karyawan dalam suatu
kelompok kerja.

2.4 ASAS-ASAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH

Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah tidak terlepas dari


penyelenggaraan pemerintahan pusat, karena pemerintahan daerah merupakan
bagian dari penyelenggaraan pemerintahan negara. Dengan demikian asas
penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah, termasuk asas-asas penyelenggaraan pemerintah daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang
pemerintahan daerah.

21
Menurut Inu Kencana Safei, menyebutkan asas adalah dasar,
pedoman atau sesuatu yang dianggap kebenaran, yang menjadi tujuan berpikir
dan prinsip yang menjadi pegangan. Dengan demikian yang menjadi asas
pemerintahan adalah dasar dari suatu sistem pemerintahan seperti idiologi
suatu bangsa, falsafah hidup dan konstitusi yang membentuk sistem
pemerintahan. Begitu pula Talizi dalam Inu Kencana Safie menyebutkan
pengertian asas-asas pemerintahan yang berlaku secara umum sebagai
berikut:Secara umum dapat dikatakan bahwa asas-asas pemerintahan
tercantum di dalam pedoman-pedoman , peraturan-peraturan”.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik pada pemerintahan
pusat dan pemerintahan daerah, pemerintah harus berpedoman pada asas atau
prinsip umum penyelenggaraan pemerintahan, karena wilayah Negara
Republik Indonesia sangat luas serta penduduk beragam sehingga
pemerintahan yang baik dilaksanakan secara seragam untuk wilayah Negara
Republik Indonesia. Tindakan pemerintah mengeluarkan keputusan tata usaha
negara yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat, asas-asas
pemerintahan yang baik menjadi suatu alasan gugatan. Asas-asas
pemerintahan yang baik merupakan sendi dalam mewujudkan pemerintah
yang baik negara Indonesia berdasarkan atas hokum, oleh karena itu setiap
tindakan penyelenggraan pemerintahan berdasarkan atau mempedomani
peraturan perundangan yang berlaku atau segala tindakan pemerintah harus
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.Prinsip dari asas ini dalam
rumusan peraturan yang diwujudkan dari cita-cita hukum (rechtssidee).
Penyelenggaraan pemerintahan didasarkan atas asas musyawarah
kekeluargaan sebagai pedoman yang berakibat saling bantu membantu, saling
menghormati dan saling memberikan perlindungan dalam melaksanakan
kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat. Kedaulatan rakyat
mempedomani bahwa kekuasaan tertinggi berada pada rakyat yang tidak
diganggu gugat oleh siapapun.Kedaulatan rakyat merupakan pencerminan dari
prinsip-prinsip demokrasi dalam perwujudan kebebasan berpendapat,
berbicara dan berpartisipasi dalam pemerintahan dan sebagainya.Demokrasi
agar tidak menimbulkan sikap arogan, anarkhis dan penyalahgunaan
wewenang diperlukan ketentuan peraturan perundang-undangan dan hukum
dalam pelaksanaannya.

22
Berdasarkan Pasal 57 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan pemerintahan daerah propinsi dan
kabupaten/kota terdiri atas kepala daerah dan DPRD dibantu oleh perangkat
daerah. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya penyelenggaraan
pemerintahan berpedoman pada asas-asas penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang diatur pada Pasal 58 Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah, yang terdiri atas :

1. Kepastian hukum

2. Tertib penyelenggara negara

3. Kepentingan umum

4. Keterbukaan

5. Proporsionalitas

6. Profesionalitas

7. Akuntabilitas

8. Efisiensi

9. Efektivitas

10. Keadilan

Berdasarkan penjelasan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 23 Tahun


2014 tentang Pemerintahan Daerah, dijelaskan bahwa asas
umumpenyelenggaraan negara dalam ketentuan ini sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih
dari Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN), ditambah asas efisiensi dan
efektivitas sebagaiberikut :
a. Asas kepastian hukum, adalah asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan
keadilan dalamsetiap kebijakan penyelenggara negara.
b. Asas tertib penyelenggaraan negara, adalah asas yang menjadi landasan
keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengendalian
penyelenggara negara.
23
c. Asas kepentingan umum, adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan
umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
d. Asas keterbukaan, adalah asas yang membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memproleh informasi yang benar, jujur, dan tidak
diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hakasasi pribadi, golongan, dan rahasia
negara.
e. Asas proporsional, adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara
hakdan kewajiban penyelenggara negara.
f. Asas profesionalitas, adalah asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan
yangberlaku.
g. Asas akuntabilitas, adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan
dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Menurut pendapat Prajudi Atmosudirdja S, asas efisiensi adalah
sasaran wajib dikejar seoptimal mungkin dengan kehematan biaya dengan
pencapaian produktivitas tinggi. Sedangkan efektivitas adalah kegiatan harus
mengenai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan atau direncanakan.
Prinsip desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
setelah reformasi merupakan persoalan yang sangat penting untuk
menciptakan pemerintahan daerah yang efisien, efektif dan bertanggungjawab
dalam kerangka demokrasi yang berlandaskan nilai-nilai hukum yang
kerkeadilan. Penyelenggaraan pemerintahan daerah diberikan kebebasan
wewenang dalam mengatur dan mengurus untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-
undangan dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kebebasan
tindakan pemerintahan daerah bukan kebebasan tanpa dibatasi dengan
ketentuan perundang-undangan, tetapi kebebasan dalam menjalankan
tindakan pemerintah dalam membuat suatu kebijakan-kebijakan yang
berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Dalam penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance)
yang dilakukan pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, ada tiga
prinsip dasar dalam pelaksanaannya sebagai berikut :

24
a) Transparansi

Transparansi adalah upaya untuk menciptakan kepercayaan antara


pemerintah dengan warga masyarakat melalui penyedian sarana informasi
yang mudah diproleh masyarakat. Pemerintah berinisiatif untuk
mensosialisasikan berbagai kebijakan pemerintah kepada masyarakat baik
melalui media elektonik, cetak, dialog dengan publik, brosur, pamflet dan
lain-lain. Sebagai tolak ukur keberhasilan pemerintah melakukan
transparansi, yakni adanya penambahan wawasan masyarakat dan
pengetahuan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan,
meningkat partisipasi masyarakat dan kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintah, dan berkurangnya pelanggaran hukum.
b) Partisipasi

Partisipasi masyarakat mendorong bagi setiap warga masyarakat untuk


melaksanakan haknya menyampaikan pendapat dalam proses
pengambilan keputusan, demi untuk kepentingan masyarakat baik secara
langsung maupun tidak langsung, sehingga proses pemerintahan dapat
berjalan sesuai dengan asas pemerintahan rakyat. Dengan demikian, maka
pemerintah menyediakan berbagai sarana dan prasarana untuk
melakukan komunikasi bagi masyarakat dalam menyalurkan partsipasi
aktifnya.
c) Akuntabilitas

Pemerintah berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan


penyelenggaraan pemerintahan secara periodik melalui badan perwakilan
rakyat yang telah dipilih secara langsung, umum, bebas, rahasia. Dalam
tatanan pemerintah pusat, Presiden sebagai penanggungjawab
pemerintahan tingkat pusat menyampaikan bertanggungjawab
pemerintahan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Sedangkan pada tatanan
pemerintahan daerah, Gubernur sebagai kepala daerah provinsi
memberikan pertanggungjawaban pemerintahan kepada Presiden melalui
Menteri Dalam Negeri, dan memberikan keterangan pertanggungjawaban
kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi. Bupati dan Walikota
memberikan pertanggungjawaban pemerintahan kepada Menteri Dalam
Negeri melalui Gubernur Provinsi, sedangkan kepada DPRD
Kabupaten/Kota hanya memberikan keterangan pertanggungjawaban.
25
Walaupun masyarakat telah terwakili dalam DPRD Provinsi maupun
Kabupaten/Kota, sebagai negara demokrasi, masyarakat tetap diberikan
informasi pertanggungjawaban melalui berbagai sarana komunikasi yang
berada di daerah baik dengan media cetak, elektronik dan lain-lain.

Good governance dihubungkan dengan penyelenggaraan


pemerintah pusat dan pemerintahan daerah merupakan empowering atau
pemberdayaan masyarakat melalui desentralisasi. Desentralisasi dengan
otonomi daerah memberikan peluangbagi masyarakat untuk melakukan
berperan serta untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya di daerah.
Otonomi daerah adalah hak dan wewenang dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Dengan demikian otonomi daerah merupakan salah satu
kebijakan yang mendukung terwujudnya pemerintah yang baik.

26
27
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan.

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab terdahulu, maka


dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Seorang pejabat Tinggi , selain memiliki persyaratan kompetensi
persyaratan kompetensi teknis; manajerial; dan sosial kultural juga harus
memenuhi kompetensi pemerintahan yang terdiri atas 7 (tujuh) jenis yakni
kompetensi bidang kebijakan desentralisasi; hubungan pemerintah pusat
dengan daerah; pemerintahan umum; pengelolaan keuangan daerah;
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah; hubungan
pemerintah daerah dengan DPRD; dan etika pemerintahan, secara
simultan mencakup dimensi pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk
melakukan diseminasi wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional
dalam rangka pelaksanaan wawasan kebangsaan, ketahanan nasional
berbasis empat pilar.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah


2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara
3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi
Pemerintahan
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun -2009 Tentang Pelayanan Publik
6. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat
Daerah
7. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pembinaan Dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
8. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Pengembangan Sistem Pendidikan Dan Pelatihan Berbasis

29
Kompetensi Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri Dan
Pemerintahan Daerah
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 85 Tahun 2017 Tentang
Diklat Pimpemdagri
11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Tentang Kurikulum Diklat
Pimpemdagri
12. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 100/3771/SJ Tentang
Pedoman Umum Penyusunan Pedoman Umum Penyusunan Standar
Perangkat Pembelajaran Pemerintahan Dalam Negeri (SP2PDN).
13. Rangkuti, Freddy, 2008, Analisis SWOT :Teknik Membedah Kasus
Bisnis, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama
14. Wasistono Sadu, 2013, Pengantar Ekologi Pemerintahan, Sumedang,
IPDN Press Jatinangor
15. Soemohadiwidjojo T. Arini, 2015, Panduan Praktis Menyusun KPI Key
Performance Indicator, Jakarta, Raih Asa Sukses (Penerbit Swadaya
Group)
16. Abdullah, Yohannes dan Hegwissi, Irra, 2017, Key Performance
Indicator : KPI A to Z Panduan Implementasi KPI yang Workable, PT.
Grasindo, Jakarta.
17. Hanggraeni, Dewi, 2016, Manajemen Risiko Perusahaan Terintegrasi
Berbasis ISO 31000 : Teori dan Hasil Penelitian, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi UI, Jakarta
Wibowo, 2014, Manajemen Kinerja, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada

LAMPIRAN

Lampiran 1

DISEMINASI

Diseminasi (Bahasa Inggris: Dissemination) adalah suatu kegiatan


yang ditujukan kepada kelompok target atau individu agar mereka memperoleh
informasi, timbul kesadaran, menerima, dan akhirnya memanfaatkan informasi
tersebut.
Diseminasi merupakan tindak inovasi yang disusun dan disebarannya
berdasarkan sebuah perencanaan yang matang dengan pandangan jauh ke
depan baik melalui diskusi atau forum lainnnya yang sengaja diprogramkan,
sehingga terdapat kesepakatan untuk melaksanakan inovasi,
Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan,
dan dikelola. Hal ini berbeda dengan difusi yang merupakan alur komunikasi
spontan. Sehingga terjadi saling tukar informasi dan akhirnya terjadi kesamaan
pendapat antara tentang inovasi tersebut.

Perubahan dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi


yang cepat dan dinamika sosial dan politik sakan mempengaruhi pilihan
strategi komunikasi dan diseminasi informasi publik. Hal ini menjadi

30
tantangan sekaligus catatan bagi pejabat publik dan humas pemerintah untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan tersebut.

Secara umum pola komunikasi di masa mendatang relatih tidak


berubah. Komunikasi linier, sebagai basis, tetap digunakan. Namun, proses
atau pendekatan komunikasi transaksional (yang bersifat diskusi interaktif,
kooperatif, egaliter, resiprokal) akan makin berkembang dan menjadi
kebutuhan.

Fenomena ini bisa kita lihat, misalnya, acara-acara talkshow yang


menghadirkan narasumber dan melibatkan pendengar, tetap menjadi pilihan.
Hanya saja, media perlu berupaya agar mereka yang selama ini ‘diam’ menjadi
‘mau bersuara’; dan menghindari narasumber yang “itu lagi, itu lagi” karena
akan membuat audiens cepat bosan.

Dalam konteks strategi komunikasi dan diseminasi informasi publik,


prinsip komunikasi adalah tercapai common interest, yakni bagaimana
kepentingan pemerintah dan masyarakat ‘bertemu’. Untuk itu, ada beberapa
langkah yang harus diperhatikan. Pertama, menentukan dan memahami
tujuan. Kedua, mengidentifikasi pesan inti atau kunci (key messages) yang akan
dikomunikasikan. Ketiga, mehamami target audience: siapa saja yang terlibat,
siapa yang dipengaruhi, siapa yang tertarik? Informasi apa yang mereka
butuhkan? Bagaimana reaksi mereka? Apa konsern atau minat mereka?
Keempat, menentukan media yang paling efektif. Kelima, memotivasi audiens
untuk memberi tanggapan atau masukan. Keenam, frekuensi penyampaian
pesan. Ketujuh, memperhitungkan dampak, baik negatif atupun positif. Dalam
hal ini, ukuran sukses sebuah program komunikasi yaitu pesan yang sampai
saja, tidak cukup. Perlu evaluasi, sejauh mana audiens memahami dengan baik
pesan kunci dan menganalisis apakah semua strategi sesuai dengan persoalan
yang dihadapi atau alasan komunikasi (Cees Leeuwis, 2006).

Tantangan media

Media secara garis besar dapat dibagi ke dalam tiga kelas utama:
(1) media massa konvensional
(2) media interpersonal; dan
(3) media hibrida baru (new media).

Masing-masing memiliki karakteristik dasar sebagai berikut.

Pertama, media massa konvensional (koran, radio, televisi), bahwa seorang


pengirim dapat mencapai banyak orang dengan media tersebut tanpa terlibat
dalam interaksi langsung dengan audiens.

Kedua, pada media interpersonal, pertukaran berlangsung lebih langsung, dan


pengirim dan penerima dapat dengan mudah berubah peran. Kebanyakan
komunikasi interpersonal terjadi tanpa media artifisial (misalnya tanpa alat
teknologi) dan melibatkan kehadiran fisik orang.

31
Ketiga, media hibrida baru (new media) yang muncul karena perkembangan
teknologi komputer dan telekomunikasi mengkombinasikan potensi yang
ditawarkan media massa dan komunikasi interpersonal. Internet, misalnya,
merupakan media yang secara potensial mencapai audiens luas yang
membiarkan aktivitas antara penerima dan pengirim sampai taraf tertentu.

Saat ini berbagai media tersebut berkombinasi dengan paket baru, sehingga
batasan antara kategori-kategori media menjadi kabur. Misalnya, telepon dan
internet digunakan untuk berinteraksi dengan audiens pada program radio dan
televisi, yang menghasilkan ‘radio interaktif’ dan ‘televisi interaktif. Masing-
masing jenis media memberikan kualitas fungsi hubungan dan bentuk dasar
komunikasi yang berbeda.

Media massa konvensional, khususnya radio, televisi dan koran, selama ini
memiliki gambaran yang sangat berkuasa. Itu sebabnya, hal pertama yang
dilakukan rezim otoriter adalah mengontrol media massa. Idenya, bila kita kita
mengontrol media massa, kita dapat secara selektif mempengaruhi cara
masyarakat luas berpikir dan melihat realitas, dan dapat mencegah pihak lain
untuk menunjukkan gambar yang berbeda.

Namun, saat ini, di mana kita dapat menerima banyak saluran televisi, koran,
maupun stasiun radio, mengontrol media tetapi juga untuk mencapai banyak
audiens bukan hal mudah. Di luar itu, ‘kekuasaan’ media juga berkurang oleh
fakta bahwa audiens bukanlah penerima pasif sehingga pesan dan opini
tertentu dapat ‘disuntikkan’. Orang secara aktif memaknai pesan dengan
jaringan sosial mereka. Itu sebabnya, upaya ‘menyuntikkan’ pandangan dan
opini tertentu dapat tidak sukses, bahkan kontra-produktif.

Internet memiliki karakteristik yang berbeda dengan media massa


konvensional.

Pertama, user control dan akses ke sumber secara langsung. Berita tentang isi
Twitter Angelina Sondakh (Angie) yang disiarkan televisi atau koran, bisa
langsung diakses oleh follower Angie. Internet juga memungkinkan
metamorfosis media konvensional, seperti radio menjadi radio internet, televisi
menjadi tv internet, majalah i-pad, e-book dan lain-lain.

Kedua, Internet juga menjadi ruang aktualisasi diri. Orang menjadi makin
produktif dengan fasilitas dan kemudahan Internet. Internet juga meningkatkan
kadar narsisme. Internet digunakan untuk meningkatkan perasaan visually
immediate and present and ‘real’ dan membuat orang eksis! Lihat saja
fenomenanya: kamera digital dan handphone berkamera laris manis. Hampir
semua pengguna Facebook menampilkan foto-foto dengan berbagai gaya.

Ketiga, Internet memungkinkan timbulnya polarisasi dan fragmentasi audiens


dan kontroversi yang terjadi di dalamnya. Lihat saja sejumlah groups atau page
yang mendukung dan menolak kebijakan atau figur tertentu. Selain itu,

32
Internet juga mengubah pola konsumsi media. Mungkin perlu diteliti, berapa
besar penonton televisi dan pendengar radio kini lebih sering membuka
Facebook dan Twitter?

Konvergensi media

Konvergensi adalah titik temu antara media konvensional dan media baru.
Henry Jenkins (2008) menyatakan, konvergensi adalah “the flow of content
across multiple media platforms, the cooperation between multiple media
industries, and the migratory behaviour of media audiences.” Konvergensi
memungkinkan terjadinya inovasi, kreasi dalam menyuguhkan pemberitaan
yang menarik dan tidak ditinggalkan oleh pembacanya. Konvergensi ini pula
yang mendorong, misalnya, terjadinya merger perusahaan atas dasar skala
ekonomi dan konvergensi kepentingan, misalnya antara Detik.com dengan
TransCorp.

Strategi yang bisa digunakan perusahaan media cetak untuk bertahan melalui
3M yaitu multimedia, multichannel dan multiplatform. Dalam multimedia,
media cetak membuat dan menyediakan informasi dalam berbagai format teks,
foto, grafik, animasi, audio, dan video. Sedangkan strategi multichannel adalah
menggunakan dan memaksimalkan berbagai metode dan kanal distribusi
informasi, baik melalui fisik maupun digital. Multiplatform menggunakan
berbagai tools dan perangkat untuk mengakses informasi: kertas, komputer,
smartphone, tablet dan televisi.

Persoalannya, dalam hal konvergensi ini, teknologi menciptakan keberagaman


format media dan saluran komunikasi dan menawarkan pilihan lebih banyak.
Hanya saja, apa yang ditawarkan masih dalam konteks number, bukan choice.
Artinya, konten media yang banyak itu, pada dasarnya masih sama.

Pendekatan formal emosional

Bila pemerintah ingin menjangkau kalangan masyarakat luas, khususnya


masyarakat perkotaan, maka media baru adalah media alternatif dan murah.
Internet bisa menjadi pilihan karena saya yakin beberapa tahun ke depan,
Internet akan menjadi media utama kita. Radio atau televisi bisa jadi tak lagi
dapat menjadi satu-satunya media andalan, karena orang beralih pada Internet.
Televisi memang kuat, namun pelan-pelan akan surut digantikan oleh media
baru karena justru media baru punya potensi sebagai media massa tapi juga
media interpersonal. Pendekatan komunikasi seperti ini yang harus dibangun:
formal tapi emosional. Pemerintah yang diwakili oleh brand atau akun di
Internet bisa diajak ngobrol oleh siapa pun, kapan pun, sekaligus bisa
digunakan untuk menyebarluaskan informasi. Mudah, murah, simpel.

Pejabat publik dan humas pemerintah selayaknya melakukan branding dan


menggunakan Internet sebagai aalternatif diseminasi informasi publilk. Sebab,
semakin banyak orang kini menggunakan Internet untuk berkomunikasi dan

33
menyuarakan aspirasinya. Jika pejabat publik dan humas pemerintah tidak
ada dan tidak hadir di media itu, bagaimana menghadapinya?

Segeralah para pejabat publik membuat blog, membuka akun Twitter,


Facebook, dan lain-lain, dan manfaatkan jejaring sosial yang ada. Dari situ,
rakyat bisa memonitor Anda dan Anda pun bisa memonitor aspirasi rakyat

BIDANG DISEMINASI DAN INFORMASI

Bidang Diseminasi dan Informasi, mempunyai tugas merumuskan serta


melaksanakan kebijakan
di bidang diseminasi / penyebarluasan informasi.

Bidang Diseminasi Informasi, membawahi:

1. Seksi Layanan Informasi Publik; mempunyai tugas :


i. menyiapkan bahan pelayanan informasi publik;
ii. menyiapkan bahan pelaksanaan identifikasi, pemantauan dan melayani
kebutuhan masyarakat terhadap informasi;
iii. menyiapkan bahan pelaksanaan koordinasi kelembagaan layanan
publik;
iv. menyiapkan bahan pengelolaan pengaduan masyarakat dibidang
layanan publik;
v. menyiapkan bahan pelaksanaan iklan layanan masyarakat;
vi. menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi dilingkungan Pemerintah
Provinsi dan
Kabupaten/Kota guna mendapatkan bahan sajian pelayanan informasi;
vii. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang.

2. Seksi Media Interaktif; mempunyai tugas :


i. menyiapkan bahan pelaksanaan kegiatan penyebarluasan informasi secara
langsung
(interpersonal communication);
ii. menyiapkan bahan sosialisasi kebijakan pembangunan dan
pemerintahan;
iii. menyiapkan bahan dialog publik;
iv. menyiapkan bahan fasilitasi komunikasi publik;
v. menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi/lembaga terkait guna
mendapatkan bahan
sajian pelayanan informasi;
vi. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang.

3. Seksi Media Informasi mempunyai tugas :


i. menyiapkan bahan penyebarluasan informasi melalui media elektronik,
cetak dan luar
ruang;
ii. menyiapkan bahan diseminasi informasi melalui media radio dan
televisi;
iii. menyiapkan bahan pengelolaan radio milik pemerintah daerah;

34
iv. menyiapkan bahan penerbitan tabloid, majalah dan penerbitan lainnya;
v. menyiapkan bahan penyertaan pameran/promosi;
vi. menyiapkan bahan pelaksanaan produksi media luar ruang ;
vii. menyiapkan bahan pengelolaan news room;
viii. menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi/lembaga terkait guna
mendapatkan bahan
sajian pelayanan informasi;
ix. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang.

CONTOH
LAPORAN HASIL DESIMINASI

35
ENVIROMENTAL CONFLICT: HUMAN SECURITY & CLIMATE CHANGE

PENDAHULUAN

Laporan ini berisi uraian singkat hasil diseminasi tentang Environmental Conflict: Human Security
and Climate Change, yang telah di laksanakan pada tanggal 25 September 2010. Topik ini merupakan hasil
workshop pada tanggal 23-26 Agustus 2010. Cakupan loporan ini meliputi Jumlah dan Kategori Peserta,
Metode Desiminiasi, Organisasi Materi, Respon Peserta dan Penutup.

JUMLAH DAN KATEGORI PESERTA

Diseminasi tersebut diikuti sebanyak 25 orang. Para peserta merupakan utusan dari beberapa
kalangan, seperti anggota CCRPS, akademisi IAIN Ar-Raniry, dan aktivis lingkungan (Absen peserta
terlampir).

MODEL DAN METODE DESIMINIASI

Model diseminasi yang digunakan adalah model workshop, dimana kegiatan diseminasi difasilitasi
oleh seorang moderator. Dalam desiminasi kali ini yang menjadi modirator adalah Drs. Kamaruddin,M.A,
Direktur CCRPS. Metode diseminasi yang digunakan adalah ceramah,diskusi dan kerja kelompok.
Diseminasi dibuka oleh moderator dengan perkenalan dan pengantar. Prosesi kegiatan diseminasi dimulai
dengan memberikan handout kepada peserta diseminasi. Handout tersebut yang berisi penjelasan
tentang cakupan, tujuan, ringkasan materi, outcomes yang diharapkan dan juga penjelasan tentang
penugasan. Hal ini dimaksudkan untuk membekali peserta dengan gambaran umum tentang topik yang
akan dibahas (Handout terlampir).

ORGANISASI DISEMINASI

A. Organisasi prosedur diseminasi


Diseminasi dilakukan dalam dua sesi, sesi pagi dan sore. Diseminasi sesi pagi membahas tentang
Keamanan Manusia (Human Security) dan sesi sore membahas tentang Perubahan Iklim (Climate Change).

I. Diseminasi Sesi I : Keamanan Manusia (Human Security)


Outcomes yang diharapkan setelah mempelajari topik ini:

36
 Peserta memahami konsep, factor-faktor Keamanan Manusia (Human Security) dalam
perspektif lokal maupun global, termasuk jenis dan agenda penaggulangannya.
 Peserta mampu mengidentifikasi bentuk-bentuk ancaman Keamanan Manusia dalam konteks
local, serta
 Peserta mampu memikirkan dan mendemonstrasikan langkah-langkah penagangan secara
efektif dan kreatif.
 Dimensi baru Arti Keamanan
Dalam sub topik ini desiminator memulai dengan diseminasi dengan arti keamanan dalam
perspektif global. Mambahas bagaimana arti keamanan direkonseptualisasikan sejak 1989 dan faktor-
faktor yang melatarbelakangi rekonseptualisasi arti keamanan. Faktor-faktor tersebut seperti
pengaruh perdebatan Atlantik Utara (North Atlantic Debate) dan juga pengaruh budaya, philosofi dan
agama terhadap keamanan manusia.
Lebih jauh desiminator, juga membahas beberapa pandangan dunia (worldview) tentang
makna ancaman keamanan seperti Mind-set (Ken Booth),3 worldviews dan konsep-konsep lainnya
seperti widening atau perluasan kosep keamanan dalam 5sektor dimensi, Deepening dalam arti
perubahan orientasi keamanan dari keamanan yang berpusat pada Negara ke keamanan yang
berpusat pada manusia (state to people-centred) dan Sectoralization, yaitu sektorasisasi konsep
keamanan separti dalam sektor energi,makanan,kesehatan, air dan minyak.
 Jenis-jenis Keamanan.
Sub topik ini membahas jenis-jenis keamanan yang merupakan dampak daripada
rekonseptualisasi makna keamanan di atas. Dimana kategori keamanan sudah diperluas menjadi lima
jenis yaitu: keamanan Negara, keamanan sosial, kemanan manusia, keamanan linkungan, dan
keamanan gender.
 Kemanan Manusia & Lingkungan
Pada sub topik ini dibahas lebih dalam terhadap ke 5 jenis keamanan diatas. Peserta
desiminasi diajak melihat lebih jauh yang meliputi sasaran atau objek ancaman, nilai atau resiko yang
terjadi dan juga sumber ancaman. Tujuan bahasan sub topik ini adalah untuk melihat hubungan
kausalitas antara linkungan dan manusia. Dimana lingkungan dan manusia bisa menjadi objek
ancaman pada satu dimensi, tetapi juga menjadi sumber ancaman pada dimensi yang lain, seperti
terlihat pada table di bawah ini.

37
KEAMANAN OBYEK SASARAN ANCAMAN NILAI SUMBER

Manusia Individu, Kelompok Keberlangsungan Alam,Negara.Global


Hidup

HUBUNGAN KAUSALITAS

Alam/Lingkungan Ekosistem Sustainability Manusia

(Tabel: Hubungan Kausalitas antara Manusia Dengan Alam)

 Empat Pilar Keamanan Manusia


Pada sub topik ini desiminator mendiskusikan empat pilar keamanan (Four Pillars of Human
Security). Dimana konteks ini, keamanan manusia diukur melalui empat kategori kebebasan. Artinya,
manusia baru bisa dikatakan aman apabila mereka terbebas dari ke emapat pilar keamanan berikut:
1. Bebas dari Kemiskinan (Freedom from wants)
2. Bebas dari rasa takut (Freedom from fear)
3. Bebas untuk hidup bermartabat (Freedom to live in dignity)
4. Bebas dari Bahaya Alam (Freedom from Hazard impact)
 Sifat dan konsep keamanan
Pada bagian ini desiminator membahas sifat keamanan dan konsep keamanan sebagaimana
dikemukakan Wolfers. Secara umum sifat keamanan dapat dibagi dua, yaitu objektif dan subjektif.
Kemanan objektif adalah anacaman keamanan yg bersifat nyata, seperti gunung berapi yang akan
meletus. Sementara keamanan yang bersifat subjektif adalah kekhawatiran akan bayangan ancaman
keamanan (tidak nyata). Seperti dalam kasus pengembangan tenaga nuklir Iran dan kekhawatiran
Amerika Serikat.

Lebih jauh, desiminator juga membahas secara khusus tentang konsep-konsep securty subjektif yang
dilihat dari beberapa perspectif global maupun tradisional. Konsep-konsep tersebut adalah:

1) Hobbessial Pessimist: kekuatan (power) adalah kunci utama keamanan (konsep sempit)
2) Kantian Optimist: Hukum internasional (International Law) dan HAM (Human Rights) merupakan
komponen yang sangat krusial
3) Grotian Pragmatist: Menurut konsep ini kerjasama (co-operation) adalah vital. Konsep ini
merupakan konsep keamanan luas (wide security concept).

38
Pada bagian akhir desimanasi sesi pertama, deiminator membahas tentang dimensi baru
pendekatan keamanan. Hal ini sebagaimana di sebutkan Kofi Annan terkait dengan pilar ke tiga, Freedoom
to Live in dignity. Dimana menurut Annan, untuk konsep keamanan manusia diperlukan pendekatan yang
berpusat pada manusia (human centered approach), Hal ini karena keamanan manusia tidak bisa lagi
didefinisikan murni sebagaimana dalam konsep militer. Keamanan manusia harus diartikan secara lebih
luas yang meliputi aspek–aspek vital kehidupan seperti ekonomi, sosial, politik dan juga lingkungan.

 Ringkasan dan Kesimpulan


Rinkgkasn dan kesimpulan yang bias ditarik dari desiminasi sesi pertama ini adalah: Sejak 1989
terjadi rekonseptualisasi pengertian keamanan, dan itu disebabkan perubahan kontekstual tentang
keamanan manusia. Banyak teori yang dikembangkan berkaitan tentang teori keamanan. Perubahan
pendekatan dari keamanan yang berpusat pada Negara ke keamanan yang berpusat kepada manusia.
 Penugasan
Penugasan diberikan dalam bentuk diskusi dan presentasi kelompok. Peserta dibagi dalam dua
kelompok dengan rincian tugas sebagai berikut:
1) Indentifikasi faktor-faktor human security yang perlu perhatian serius di Aceh.
2) Apa dampak human security yg paling dominant yang perlu penganan serius, dan
3) Bagaimana rencana pengagulangannya.
 Respon Peserta
Sabirin: Desiminator

1) Apakah Negara tidak perlu lagi karena  Tujuan akhir rekonseptualisasi makna human
fokusnya adalah keamanan manusia security sebenaranya untuk keamanan Negara.
bukan Negara? Artinya Negara akan aman apabila rakyatnya aman
dalam pengertian yang luas (4 pilar keamanan) .
 Solusinya Negara harus lebih demokratis dan
2) Bahkan juga Negara sering mengancam akomodatif terhadap kebutuhan dan keamanan
manusia? warganya.
3) Apa Polisi bisa di bubarkan?  Itu bukan solusi,meskipun terkadang ada masalah
dengan polisi. Karena hasil riset membuktikan bahwa
salah satu faktor utama keamanan masyarakat
ditentukan oleh kwantitas dan kwalitas polisi. Di
banding Jepang, jumlah Polisi di Indonesia tidak
sebanding dengan jumlah penduduknya.

Arfiansyah Desiminator

39
Bagaimana sebuah negara mampu  Ya, itulah salah satu tantangan kita . Oleh karena itu
menjamin keamanan masyarakat, tetapi bagaimana konsep baru keamanan ini bias kita
lebih jauh adalah menjamin kesejahteraan pikirkan,sosialisasi dan implementasikan sesuai
rakyatnya. Ketika orang sejahtera, kemanan kapasitas kita.
meningkat. Ini menyangkut bagaimana
negara mampu menjamin itu semua. Itu
sangat jauh dari konsep yang diberikan Kofi
Annan. Kita baru bisa capai 50%.

Kamaruddin Sabirin

Sebenarnya ada mainstream yg bergerak, Konsep polisi sangat bagus, tapi aplikasinya bermasalah.
seperti polmas, untuk menyatakan secara Seperti polhut hanya alat gotong royong.
lebih gamblang. Bahwa keamanan tidak
cukup oleh negara. Tapi community base.
Jadi itu pilosofi polmas.

Inayatillah Nurul Husna

Konsep bagus, tetapi pelaksanaan di Ada satu konsep pengembangan, yaitu keadilan sosial.
lapangan tidak bagus. Mungkin posisi kita Kalau keadilan sosial terwujud, maka semua akan mulus.
bagaimana mengembalikan kepada konsep. Satu lagi keamanan dan non kekerasan, yaitu bebas dari
Jadi yg bermasalah pada konsep. Yang ketakutan, maka akan membawa ke aspek positif.
menarik lain adalah lingkungan juga bisa Keadilan menjadi unsur penting.
penyebab konflik, juga keadilan, dsb. Kalau
itu semua bisa diatasi polisi tidak capek lagi.

II. DISEMINASI SESI KE DUA: Perubahan Iklim (Climate Change)


 Cakupan materi
 Pengertian Perubahan Iklim
 Pemanasan Global
 Rumah kaca dan efeknya
 Laporan Riset tentang Perubahabn Iklim
 Dampak Perubahan Iklim

40
Outcomes yang diharapkan setelah mengikuti materi ini, peserta akan
 Memahami konsep Climate Change baik dalam perspektif lokal maupun global.
 Memahami dampak dan faktor penyebab terjadinya perubahan iklim.
 Mengidentifikasi gejala climate change terutama dalam konteks lokal, di Aceh.
 Mampu memikirkan, mendemonstrasikan dan mensosialisasikan langkah-langkah antisipatif yang
efektif dan kreatif, baik secara lisan,tulisan maupun tindakan melalui berbagai media pada setiap
kesempatan.
Uraian Lengkap tentang organisasi materi pada sesi ke dua dapat dilihat seperti pada handout berikut
ini:

Climate Change (Hand Out)

Cakupan Materi II  Pengertian Perubahan Iklim

 Pemanasan Global

 Rumah kaca dan efeknya

 Laporan Riset tentang Perubahabn Iklim

 Dampak Perubahan Iklim

Tujuan Materi II  Memahami konsep Climate Change dalam perspektif global, dampak dan
faktor–faktor penyebab perubahan iklim.

 Mampu mengidentifikasi gejala climate change dalam konteks lokal, serta


mampu memikirkan dan mendemonstrasikan langkah2 pengangan yang
efektif dan kreatif, baik lisan maupun tindakan.

Pengertian  Perubahan Iklim adalah:


Perubahan Iklim.
 “Berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah
hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan
manusia (Kementerian Lingkungan Hidup, 2001).

 “Perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah
tertentu. Sedangkan istilah perubahan iklim skala global adalah perubahan
iklim dengan acuan wilayah bumi secara keseluruhan” (LAPAN, 2002)

Pemanasan Global  Pemanasan Global adalah parameter terpenting dalam perubahan iklim.
(Global Warming
 Pemanasan global merupakan peningkatan rata-rata temperatur atmosfer
yang dekat dengan permukaan bumi.

 Pemanasan global terjadi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi Gas


Rumah Kaca (GRK) atau green house di atmosfer.

41
Riset tentang Iklim  Salah satu komponen iklim adalah temperatur. IPCC menemukan bahwa,
selama 100 tahun terakhir (1906-2005) temperatur permukaan bumi rata-
rata telah naik sekitar 0.74oC, dengan pemanasan yang lebih besar pada
daratan dibandingkan lautan.

 Tingkat pemanasan rata-rata selama 50 tahun terakhir hampir dua kali lipat
dari yang terjadi pada 100 tahun terakhir.

 Akhir tahun 1990an dan awal abad 21 merupakan tahun-tahun terpanas


sejak adanya arsip data modern. Peningkatan pemanasan sebesar 0.2oC
diproyeksikan akan terjadi untuk setiap dekade pada dua dekade kedepan.

 Proyeksi tersebut dilakukan dengan beberapa skenario yang tidak


memasukkan pengurangan emisi GRK. Besar pemanasan yang akan terjadi
setelahnya akan tergantung kepada jumlah GRK yang diemisikan ke
atmosfer.

Gas Rumah Kaca  Gas rumah kaca dan efeknya diperlukan untuk menjaga kehidupan di bumi.

 Tanpa adanya efek rumah kaca yang alami, suhu di permukaan bumi akan
berada pada angka -18˚C bukan seperti suhu saat ini.

 Konsentrasi gas rumah kaca semakin bertambah melebihi tingkat normal


sehingga sebagian radiasi yang berasal dari matahari maupun permukaan
bumi terjebak oleh gas-gas rumah kaca yang mengakibatkan radiasi tidak
dapat ke luar angkasa dan kembali ke permukaan bumi sehingga
memanaskan suhu bumi.

 Konsentrasi gas rumah kaca semakin bertambah melebihi tingkat normal


sehingga sebagian radiasi yang berasal dari matahari maupun permukaan
bumi terjebak oleh gas-gas rumah kaca yang mengakibatkan radiasi tidak
dapat ke luar angkasa dan kembali ke permukaan bumi sehingga
memanaskan suhu bumi.

Meningkat suhu  Makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan efek rumah kaca yang
permukaan bumi- merupakan hasil dari penyerapan energi oleh gas-gas tertentu yang terdapat
Kenapa? di atmosfer

 Disebut gas rumah kaca karena gas-gas ini secara efektif ‘menangkap’ panas
yang terdapat di atmosfer bagian bawah) dan meradiasikan kembali sebagian
dari panas tersebut ke bumi.

 Gas rumah kaca adalah salah satu kelompok gas dalam atmosfer yang dapat
menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat.

 Sistem kerjanya adalah dengan mengembalikan pantulan sinar matahari dari


permukaan agar tetap berada dalam sistem atmosfer bumi.

 Kondisi atmosfer bumi yang hangat memungkinkan manusia dan mahluk


hidup lainnya tumbuh dan berkembang biak.

42
Efek Rumah kaca

Meningkat suhu  Aktivitas manusia telah meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca dalam
permukaan bumi- atmosfer (sebagian besar berupa karbon dioksida yang berasal dari
Kenapa? pembakaran batu bara, minyak, dan gas; ditambah gas-gas lainnya).

 Tingkat karbon dioksida sebelum masa industri (sebelum Revolusi Industri


dimulai) sekitar 280 ppmv, dan

 tingkat karbon dioksida saat ini adalah sekitar 370 ppmv (IPCC).

 Konsentrasi CO2 dalam atmosfer kita saat ini, belum pernah meningkat
selama 420.000 tahun. Namun, berdasarkan laporan khusus dari IPCC
mengenai skenario emisi (Special Report on Emission Scenarios –SRES), di
akhir abad ke 21, bahwa konsentrasi karbon dioksida sebesar 490 – 1260 ppm
(75 – 350%) di atas angka konsentrasi di masa pra industri.

Dampak Perubahan  Negara sedang berkembang dan negara kurang berkembang akan membayar
Iklim- Negara mahal karena ketergantungan mereka pada sektor pertanian dan
Berkembang terbatasnya kapsitas untuk menghadapi bencana alam.

 Kebanyakan rentan terhadap perubahan iklim

 Climate change akan menghambat perkembangan. Dampaknya dapat berupa


munculnya konflik, kemiskinan, ketidakseimbangan akses terhadap
informasi, lemahnhya institusi-institusi, krisis pangan dan penyebaran
penyakit.

Dampak Perubahan  Climate change akan berdampak pada kehidupan masyarkat miskin dan
iklim -Wanita perempuan di negara-negara sedang berkembang karena keterbatasan akses
terhadap kebutuhan pokok dan hak-hak mereka.

 Dalam banyak kasus, perubahan iklim juga akan menimbulakan rasa takut
terhadap bencana alam. Wanita hamil akan terancam dari malnutrisi
(kekurangan makan dan gizi)

43
 Wanita akan sangat rentan kerena mereka harus melindungi anaknya oleh
mereka sendiri.

 Wanita juga akan sangat terancam ketika mereka harus mengungsi secara
cepat jika terjadi bencana alam, konflik bahkan di tempat pengungsian.

 Anak-anak gadis juga akan sangat potensial untuk diexploitasi, penjualan


manusia (human trafficking) dan berbagai bentuk kriminal berbasis gender
lainnya.

Rinkasan dan  Sejak tahun 1989 terjadi rekonseptualisasi besar secara global terhadap
Kesimpulan konsep keamanan manusia sebagai akibat perubahan kontekstual.

 Salah satu dari beberapa innovasi teori telah digunakan untuk pemetaan
global terhadap teori kemanan.

 Sejak tahun 1994 perubahan telah terjadi perubahan terhadap konsep


keamanan dari konsep keamanan berbasi negara dan keamanan
internasional ( state-centred concepts of national and international security)
ke keamanan berpusatkan manusia (a people-centred concept of human
security)

 Konsep keamanan manusia bisa merupakan meurupakan konsep analisa baru


dan juga konsep politik yang secara luas digunakan dalam deklarasi kebijakan
sistem PBB.

 Dalam kawasan Amerika latin,Chile and Mexico dianggap sebagai negara


yang sangat gigih mempromosikan konsep keamanan manusia (human
security concept)

 Para pakar ilmu sosial Social telah menganasilsa apakah adopsi konsep ini
telah diimplementasikan dan mengasilkan perubahan-perubahan dalam
kebijakan.

 Karbon dioksida tersebut merupakan salah satu dari kontributor utama


terhadap pemanasan global saat ini.

 Gas rumah kaca lainnya yang menjadi kontributor utama pemanasan global
adalah metana (CH4) yang dihasilkan dari aktivitas agrikultur dan peternakan
(terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida
(NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin
ruangan (CFC).

 Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2,


juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan
melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer.

 Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbeda-beda.
Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2.

 Gas-gas lain seperti chlorofuorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek


pemanasan hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya pemakaian CFC
telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama dituding sebagai
penyebab rusaknya lapisan ozon.

44
Mengakhiri desiminasi sesi ke II, desiminator membentuk dua kelompok diskusi dan meminta ke
dua kelompok tersebut untuk mengidenifikasi fenomena apa yang memerlukan perhatian serius
menyangkut isu konflik lingkungan di Aceh,mengobservasi dampaknya serta mencarikan solusi
penganannnya.

Kelompok I.

Kelompok pertama mengangkat issu ”Perlunya Menjaga Kebersihan di Area ..........”. Berikut adalah
uraian hasil kerja kelompok I.

Fenomena :

1. Kurang peduli warga kampus terhadap Kebersihan


2. Sampah berserakan
3. Toilet jorok
4. Fasilitas air tidak ada
Dampak:

1. Ketidaknyamanan berada di lokus..............


2. Rentan Penyakit
3. Tidak Asri
Solusi:

1. Tingkatkan kesadaran arti penting kebersihan


2. Menyediakan tong sampah yang memadai bila perlu dibagi menurut jenis sampah.
3. Meningkatkan kinerja Cleaning service
4. Penyediaaan fasilitas Air dan lainnya
5. Tersedianya dana yang cukup utk program kebersiihan kampus
Kelompok II

Kelompok Kedua mengangkat Isu ”Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Nelayan di Alue Naga”. Hasil
kerja kelompok ke II adalah sebagai berikut:

Fenomena:

1. Alam
2. Pengetahuan
3. Fasilitas

45
Dampak:

1. Irihati
2. Eksploitasi anak
3. pencurian
4. Cara tradisional
5. Tidak bisa melaut
6. Abrasi pantai
Solusi : Metode baru penangkapan ikan dan pengolahannya.

PENUTUP

Komitmen merupakan faktor kunci, baik secara individual maupun pemerintah perlu berpikir
cerdas dan bekerja keras (Think smart & Work hard).Pendekatan keagamaan diyakini akan efetif untuk
mensosialisasikan rekonseptualisasi Human Security. Hal ini bisa dilakukan, secara langsung seperti,
diskusi, seminar, ceramah langsung melalui media, baik cetak maupun elektroinik .

Pengertian Musibah adalah ” Al mushibatu hiya ma ashabannasu min khirin au syarrin” Menurut
pengertian ini, musibah itu ada dua dimensi. Ada yang zahirnya adalah baik tapi ternyata itu adalah
musibah, seperti kepemimpinan yang tidak amanah, kekayaan yang tidak disyukuri dan lain-lain. Tetapi
ada juga yang lahiriahnya kelihatan menyedihkan tapi pada dasarnya memiliki hikmah yang besar.
Contoh, musibah kematian, misalnya akan mengingatkan kita akan mati, kebakaran,mengingatkan kita
untuk lebih hati-hati, dan lain-lain.

Desiminator setuju dengan model pemberdayaan masyarkat dengan catatan perlu melakukan
restorasi mental terhadap masyarakat penerima bantuan terlebih dahulu. Artinya masyarakat perlu
diberikan kesadaran akan tanggungjawab dan tujuan program jangka panjang. Hal ini karena dalam
banyak kasus, masyarakat sering mengabaikan tanggung jawab dalam pengelolaan dana bantuan. Mereka
cendrung menganggap bantuan tersebut adalah hadiah, apalagi jika bantuan itu datangnya dari
pemerintah. Karena ketidakpercayaan mereka, mereka terkadang sengaja memanfaatkan bantuan
pemerintah itu untuk keperluan sesaat pribadi mereka, meskipun bantuan tersebut dimaksudkan untuk
pemberdayaan masyarkat yang sifatnya bergilir.

Karena mindset masyarkat yang masih seperti itu, salah satu solusinya adalah perlu dilakukan
restorasi mental. Bisa dicoba misalnya dengan menginformasikan bahwa bantuan bersumber dari orang
miskin dan untuk orang miskin. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi pembenaran atas dana bantuan
yang disalahgunakan.

46
47

Anda mungkin juga menyukai