Wb
Bismillahirrohmannirrohim
Saya mencoba menanggapi sesuai dengan modul 2 dan diskusi sesi 2 tentang
mengevaluasi program pendidikan inklusif dengan evaluasi model kesenjangan.
Pendidikan Inklusif
Pengertian Discrepancy (Kesenjangan)
Kata discrepancy adalah istilah Bahasa inggris, yang diterjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia menjadi “kesenjangan”. Model ini yang dikembangkan oleh Malcolm
Provus ini merupakan model evaluasi yang berangkat dari asumsi bahwa untuk
mengetahui kelayakan suatu program, evaluator dapat membandingkan antara apa
yang seharusnya dan diharapkan terjadi (standard) dengan apa yang sebenarnya
terjadi (performance) sehingga dapat diketahui ada tidaknya kesenjangan (discrepancy)
antara keduanya yaitu standar yang ditetapkan dengan kinerja sesungguhnya
(Madaus,1993:79-99; Kauman,1980:127-128).
Evaluasi kesenjangan program, begitu orang menyebutnya. Kesenjangan
program adalah sebagai suatu keadaan antara yang diharapkan dalam rencana dengan
yang dihasilkan dalam pelaksanaan program. Evaluasi kesenjangan dimaksudkan
untuk mengetahui tingkat kesesuaian antara standard yang sudah ditentukan dalam
program dengan penampilan aktual dari program tersebut
Tujuan
Tujuan evaluasi program dengan model discrepancy adalah untuk membantu
administrator mengambil sebuah keputusan untuk keberlangsungan program
selanjutnya (Dimmitt, 2010, p.45). Penelitian evaluasi program dengan model
discrepancy ini difokuskan pada tiga aspek yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi program
Langkah – Langkah
Tahap evaluasi program model discrepancy menggunakan tahap yang
dirumuskan oleh McKenna (1981: 12) yang terdiri dari enam tahap. Keenam tahap
tersebut secara komprehensif dijelaskan sebagai berikut:
(a) memutuskan program yang akan dievaluasi;
(b) menentukan sasaran program (standar) yang menjadi dasar evaluasi;
(c) merencanakan evaluasi;
(d) melaksanakan rencana evaluasi dan mengumpulkan informasi;
(e) menentukan kesenjangan antara sasaran program (standar) dengan
pencapaian program; dan
(f) merencanakan tindakan selanjutnya.
https://datakonselor.blogspot.com/2018/07/makalah-discrepancy-model-evaluasi.html
https://pgsd.binus.ac.id/2017/04/10/pendidikan-inklusi/
Assalamualaikum Wr Wb
Bismillahirrohmannirrohim
Saya mencoba menanggapi sesuai dengan modul 2 dan diskusi sesi 2 konsep
kepemimpinan pusat, daerah dan sekolah.
Pengertian Kepemimpinan secara umum adalah sebuah kemampuan yang
terdapat di dalam diri seseorang untuk bisa memengaruhi orang lain atau memandu
pihak tertentu untuk mencapai tujuan.
Sementara itu, definisi pemimpin dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
orang yang memimpin. Jadi, seorang pemimpin wajib memiliki kemampuan untuk
memengaruhi atau memandu sekelompok orang/pihak.
Pendidikan adalah proses pengembangan individu secara utuh yang mencakup
aspek kognisi, afeksi, dan psikomotor sehingga terbentuk pribadi yang berpengetahuan,
berkarakter, dan terampil.
Kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dan proses
mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir dan menggerakkan orang lain yang ada
hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan
agar kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif didalam pencapaian tujuan – tujuan
pendidikan dan pengajaran.
Pemerintah Daerah dipimpin oleh seorang pejabat politik yaitu Gubernur pada
tingkat provinsi dan pada tingkat Kabupaten/Kota dipimpin oleh Bupati/Walikota.
Menurut UU no 23 Tahun 2014 terdapat pembagian kewenangan dalam mengurusi
pendidikan, yaitu Pemerintah Provinsi mengurusi pendidikan tingkat menengah
sementara pemerintah kabupaten/kota memiliki kewenangan mengurusi pendidikan
tingkat dasar. Dalam tugas bidang pendidikan pemimpin daerah dibantu oleh pejabat
eselon II yaitu Kepala Dinas Pendidikan. Secara umum struktur organisasi seorang
kepala dinas dibantu oleh jajarannya yang terdiri dari:
1. Sekretaris dinas
2. Kepala Bidang
3. Para Kepala Seksie
4. Para Kepala Sub Bagian
5. Kelompok Jabatan Fungsional
6. Pelaksana
Dinas Pendidikan dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan rencana kerja Dinas Pendidikan;
2. Perumusan kebijakan teknis urusan pemerintahan bidang pendidikan;
3. Pelaksanaan pelayanan, pembinaan, dan pengendalian urusan pemerintahan bidang
pendidikan;
4. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan urusan pemerintahan bidang pendidikan;
5. Pelaksanaan kesekretariatan dinas; dan
6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur atau Bupati/walikota sesuai
tugas dan fungsinya dan/atau sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Assalamu’alaikum Wr.Wr
Bismillahirrohmannirrohim
Saya mencoba menanggapi diskusi sesi 2 .
Pendidikan multikultur adalah suatu pendekatan progresif untuk mengubah
pendidikan yang secara menyeluruh mengkritisi dan menunjukkan kekurangan,
kegagalan, dan praktek diskriminasi dalam pendidikan. Hal ini didasarkan pada cita-cita
tentang keadilan sosial, persamaan pendidikan, dan dedikasi untuk menfasilitasi
pengalaman-pengalaman pendidikan dimana setiap siswa dapat meraih potensinya
sebagai pelajar dan sebagai makhluk yang aktif dan sadar secara sosial dalam tingkat
lokal, nasional, dan global. Pendidikan multikultur menyatakan/mengakui bahwa
sekolah adalah hal yang penting untuk meletakkan dasar untuk perubahan masyarakat
dan menghilangkan tekanan dan ketidakadilan. Tujuan utama dari pendidikan
multikultur adalah untuk mempengaruhi perubahan sosial. Jalan untuk mencapai tujuan
tersebut dengan menggabungkan tiga perubahan: perubahan diri sendiri, perubahan
sekolah dan pendidikan yang diterima, dan perubahan masyarakat.
Setiap anak datang ke sekolah dengan identitas etnik (suku bangsa), baik secara
sadar ataupun tidak. Guru harus mengenali dan memahami identifikasi tersebut. Hal ini
harus menjadi dasar dalam kegiatan pembelajaran dalam kelas. Poinnya adalah untuk
mengakui perbedaan, bukan mengacuhkan mereka. Sama pentingnya ketika siswa
mengenali dan menghargai kesukubangsaan mereka dan belajar menghargai orang
lain dalam kelas. Pengenalan pada masing-masing identitas etnik merupakan poin
awal, hal ini merupakan penghubung antara guru dengan siswa maupun siswa dengan
siswa yang lain. Identifikasi etnik sebagai poin lanjutan yang berfokus pada keseluruhan
proses pendidikan merupakan dasar untuk mengembangkan level identifikasi
selanjutnya yaitu identifikasi nasional. Identifikasi nasional pada setiap individu
membutuhkan pemahman dan komitmen pada cita-cita demokratis seperti martabat
manusia, keadilan dan persamaan hak. Disini fokusnya adalah menjadi anggota yang
efektif dalam masyarakat demokratis. Identifikasi nasional yang kuat pada setiap
individu merupakan hal yang pokok pada pengembangan identitas global.
Menurut James Banks, bahwa pendidikan multikultural memiliki beberapa
dimensi yang saling berkaitan satu dengan lain, yaitu : Pertama, Content Intergration,
yaitu mengintegrasikan beberapa budaya baik teori maupun realisasi dalam mata
pelajaran/disiplin ilmu; Kedua, the knowledge construction process, yaitu membawa
peserta didik untuk memahami implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran
(disiplin); Ketiga, an aquity paedagogy, yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan
cara belajar peserta didik dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik peserta didik
yang beragam baik dari segi ras, budaya, agama ataupun sosial; dan Keempat,
prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi karakterisrik ras peserta didik dan
menentukan metode pengajaran mereka.
Allison Cumming, McCann dalam “Multicultural Education Connecting Theory to
Practice”, menyebut beberapa metode yang dapat digunakan dalam pendidikan
multikultural :
https://pgsd.binus.ac.id/2018/11/23/pendidikan-multikultural/
http://tanjungpinangpos.id/penerapan-pendidikan-multikultural-sebagai-solusi/
Assalamu’alaikum Wr.Wr
Bismillahirrohmannirrohim
Saya mencoba menanggapi diskusi sesi 2 dengan pertanyaan : Menurut Anda
rumusan manakah yang memberikan gambaran paling jelas apa yang akan dilakukan
peneliti dalam penelitian tersebut?
Dalam Proposal penelitian, tujuan penelitian perlu dirumuskan sesuai dengan rumusan
masalah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan penelitian,
diantaranya:
a. Rumusan masalah dengan tujuan harus sinkron/berkaitan erat,
b. Dirumuskan dalam kalimat pertanyaan atau pernyataan,
c. Rumuskan dengan kata kerja operasional, misalnya: mengidentifikasi, menemukan
model, memperoleh gambaran tentang, mengeksplorasi, dll, jangan menggunakan
istilah ‘mengetahui’ karena istilah ini tidak operasional dan ambigu.
d. Dirumuskan dalam bentuk kata kerja yang spesifik, seperti mendeskripsikan,
mengidentifikasi, mengevaluasi, mengeksplorasi.dan lain-lain. Sedangkan, kata kerja
tidak spesifik, seperti mengetahui, menganalisis, memahami. Kata kerja tersebut
memiliki makna lemah atau bersifat inconclusive (tidak mengarahkan kepada
pencapaian kesimpulan).
Menurut saya, rumusan yang dapat memberikan gambaran peneliti paling jelas untuk
melakukan penelitian yaitu nomor 2, Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
pengaruh latar belakang orangtua dan aspirasi siswa untuk melanjutkan pendidikan.
Alasannya karena pemilihan kata kerja yang tepat merupakan salah satu aspek penting
dalam perumusan tujuan penelitian.
Terdapat banyak kata kerja yang bisa digunakan dalam penentuan tujuan
penelitian, namun kata kerja tersebut ada yang memiliki makna lemah atau bersifat
inconclusive (tidak mengarahkan kepada pencapaian kesimpulan) seperti mengetahui,
menganalisis, memahami. Kata kerja yang spesifik, seperti mendeskripsikan,
mengidentifikasi, mengevaluasi, mengeksplorasi.
Kata kerja mendeskripsikan sangat cocok dalam penulisan tujuan penelitian,
karena hasil yang akan diperoleh nanti bisa menjadi gambaran apa yang akan
dilakukan dalam penelitian dan hasil penelitian.
Maka tujuan nomor 2 lebih tepat karena menggunakan kata kerja yang spesifik untuk
arah penelitian tertentu yaitu Kata mendeskripsikan dan memberikan gambaran paling
jelas apa yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian tersebut.
Sumber:
Mahdiyah.2016.Materi ppkok studi mandiri dan seminar proposal penelitian.Tangerang
Selatan:Universitas Terbuka.
http://web90.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/644/2018/03/Sesi-3-
Perumusan-masalah-dan-tujuan-penelitian.pdf. Diakses pada tanggal 11 September
2020