Berikan contoh dan pendapat Anda dengan bahasa Anda sendiri. Jangan copy paste jawaban
teman Anda.
JAWAB:
Tinjauan pustaka atau tinjauan literatur adalah evaluasi kritis dan mendalam dari penelitian
sebelumnya. Tinjauan pustaka menyediakan panduan praktis untuk topik tertentu. Bagi para
profesional, ini adalah laporan yang berguna untuk memperbarui informasi terkini sesuai bidang
mereka. Bagi para sarjana, kedalaman dan luasnya tinjauan pustaka menekankan kredibilitas
penulis di bidangnya.
Tinjauan pustaka juga memberikan latar belakang yang kuat untuk penyelidikan makalah
penelitian. Pengetahuan yang komprehensif tentang literatur lapangan sangat penting untuk
sebagian besar makalah penelitian. Fitur analitis dari tinjauan pustaka diantaranya yaitu:
1. Berikan interpretasi baru dari materi lama atau gabungkan informasi baru dengan
interpretasi lama
2. Lacak perkembangan intelektual bidang tersebut, termasuk perdebatan yang mungkin
muncul dalam bidang tersebut
3. Bergantung pada situasinya, evaluasilah sumbernya dan beri tahu pembaca tentang
penelitian yang paling relevan, atau
4. Biasanya dalam kesimpulan tinjauan literatur, identifikasi di mana ada kesenjangan
dalam bagaimana masalah telah diteliti hingga saat ini
Tinjauan pustaka memiliki beberapa tujuan utama: menginformasikan kepada pembaca hasil-
hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu,
menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan telah mengisi celah-celah
dalam penelitian-penelitian sebelumnya (Cooper, 2010; marshall dan Rossman, 2011 dalam
Creswell, 2016).
Tinjauan ini juga dapat menyediakan kerangka kerja dan tolok ukur untuk mempertegas
pentingnya penelitian tersebut seraya membandingkan hasil-hasilnya dengan penemuan-
penemuan lain. Semua atau beberapa alasan ini bisa menjadi dasar bagi peneliti untuk
menuliskan literatur-literatur yang relevan ke dalam penelitiannya.
Pada umumnya tinajuan pusataka dapat berupa beberapa bentuk. Cooper (2010) dalam Crewell
(2016) membahas 4 tipe: kajian pustaka. Diantaranya;
1. Menggabungkan apa yang telah dikatakan dan dilakukan orang lain
2. Mengkritisi penelitian dari para peneliti sebelumnya
3. Membangun jemabatan di antara topic-topik terkait
4. Mengidentifikasi isu-isu sentral dalam suatu bidang.
Sumber: https://penelitianilmiah.com/tinjauan-pustaka/
Jadi dengan kata lain tinjauan pustaka sebagai panduan dan rujukan dalam penelitian kita. Selain
itu tinjauan pustaka juga berisi teori-teori yang membantu dalam memperkuat penelitian kita,
sehingga penelitian kita memiliki dasar teori yang jelas dan terkesan tidak mengada-ada.
Tinjauan pustaka juga bisa berisi tentang rujukan dari peneliti terdahulu yang bisa kita
modifikasi penelitiannya. Sehingga bisa kita jadikan contoh untuk penelitian kita.
Contohnya jika kita ingin melakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran PBL
terhadap hasil belajar maka kita bisa melihat teori tentang langkah-langkah model pembelajaran
PBL di tinjauan pustaka, karena langkah-langkah model pembelajaran PBL sudah ditetapkan dan
tidak boleh melenceng dari langkah yang sudah ada. Sehingga penelitian kita terstruktur dan
sesuai dengan pola yang sudah ditetapkan.
Contoh Tinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Problem Based Learning (PBL)
a. Pengertian Problem Based Learning
Arends (2007: 43) menyatakan bahwa esensinya PBL menyuguhkan berbagai situasi bermasalah
yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk
investigasi dan penyelidikan. PBL dirancang untuk membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan menyelesaikan masalah, mempelajari peran-peran orang
dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri. Model ini menyediakan sebuah alternatif yang
menarik bagi guru yang menginginkan maju melebihi pendekatan-pendekatan yang lebih
berpusat pada guru untuk menantang siswa dengan aspek pembelajaran aktif dari model itu. PBL
adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan yang esensial dari mata pelajaran. PBL memiliki gagasan bahwa
pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau
permasalahan yang autentik, relevan dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Berdasarkan
pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa PBL merupakan sebuah model pembelajaran alternatif
yang dapat diterapkan oleh para pendidik.
b. Langkah-Langkah Problem Based Learning (PBL)
Arends (2007: 56-60) menyatakan bahwa sintaks pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari
lima fase utama Fase-fase tersebut merujuk pada tahapan-tahapan yang praktis yang dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran dengan PBL.
Sintaks untuk PBL
Fase 1. Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa
Guru membahas tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting, dan
memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah.
Fase 2. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang
terkait dengan permasalahannya.
Fase 3. Membantu investigasi mandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen dan
mencari penjelasan dan solusi.
Fase 4. Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak yang sesuai seperti
laporan, rekaman video, dan modelmodel, serta membantu mereka untuk menyampaikannya
kepada orang lain.
Fase 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang
mereka gunakan. (sumber: Arends, 2007: 56-60)
Selamat Diskusi
Salam Tuton
Dari materi video yang disajikan dalam inisiasi 3, bagaimana peran guru di
dalam proses pembelajaran, sikap dan pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran yang diberikan oleh guru? Jelaskan dan selamat berdiskusi!
https://youtu.be/6YYrHW-1zp0
JAWAB:
Peran Guru dalam menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share
(TPS):
Guru dapat menjadi peran yang sangat penting dalam proses belajar pada model
pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS). Menurut Gagne dan Briggs peran
guru antara lain:
a. memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa).
c. Mengingatkan kopetensi belajar kepada siswa.
d. Memberikan stimulus (masalah, topik konsep yang akan di pelajari).
e. Memberikan petunjuk kepada siswa untuk mempelajarinya.
f. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
g. Memberi umpan balik (feed back).
h. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampuan
siswa selalu terpantau dan terukur.
i. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran.(Mulyasa,
2007:84.)
Dari pendapat di atas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya proses
pembelajaran bahwa guru sangat berperan dalam memberi motivasai (dorongan) atau
menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam proses
pembelajaran berlangsung. Guru harus menjelaskan kepada siswa tujuan intruksional
(kemampuan dasar kepada siswa) agar siswa dapat memahami isi dan tujuan dari
materi yang akan dipelajari.
JAWAB:
JAWAB:
Metode yang saya gunakan adalah metode karya wisata. Metode karya wisata adalah
suatu metode mengajar dengan memanfaatkan lingkungan, lokasi, atau tempat- tempat
yang memiliki sumber pengetahuan bagi siswa. Metode mengajar ini dilakukan dengan
pendampingan oleh guru ataupun orang tua jika usianya masih terlalu muda.
Pendampingan dilakukan untuk menunjukkan sumber pengetahuan yang perlu
dipahami oleh siswa. Metode karya wisata ini bisa dilakukan di tempat tempat sejarah,
di alam, atau lainnya.
A. Kelebihan metode karya wisata, antara lain:
Metode ini merupakan metode modern yang memanfaatkan interaksi dengan
lingkungan nyata.
Bahan yang dipelajari ketika sekolah, bisa langsung dilihat secara nyata
misalnya bangunan bersejarah.
Pengajaran dengan metode ini bisa merangsang siswa untuk lebih kreatif.
Metode pengajan ini sangat menyenangkan dan tidak jenuh.
B. Kekurangan metode karya wisata, antara lain:
Memerlukan perencanaan yang matang.
Memerlukan persiapan yang disetujui oleh banyak pihak.
Seringkali metode belajar ini lebih mengutamakan tujuan rekreasi daripada
tujuan pembelajarannya.
Membutuhkan biaya yang cukup mahal.
Memerlukan pengawasan dari pihak guru dan orang tua.
Keselamatan dan perlindungan menjadi faktor penting.
Sumber: https://dosenpsikologi.com/macam-macam-metode-pembelajaran
Jika peserta didik kita adalah ibu-ibu usia 20-30 tahun maka penerapan metode ini
sangat menarik untuk digunakan dalam pembelajaran. Hanya saja lokasi yang kita tuju
adalah pasar rakyat dimana disana peserta didik kita bisa langsung belajar membaca
dengan menggunakan contoh bumbu masakan, buah-buahan dan sayuran. Sehingga
peserta didik bisa belajar dengan bahan ajar yang ada di dunia nyata serta
pembelajarannya pun tidak membosankan.
PENGANTAR STATISTIK
Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi modul 3, coba Anda jelaskan
pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
Rujukan utama adalah Buku Materi Pokok Pengantar Statistik Sosial. Anda boleh merujuk
literatur-literatur lain asalkan menyebutkan sumber referensi.
JAWAB:
1. Data kualitatif adalah data yang memperlihatkan karakteristik-karakteristik dari
suatu objek penelitian. Oleh karena itu, data kualitatif tidak menampilkan kategori
dalam bentuk angka. Penampilan dalam bentuk angka justru akan menghilangkan
informasi yang dimiliki oleh data kualitatif. Tingkatan pengukuran yang biasa
diberikan untuk data kualitatif adalah skala nominal dan ordinal. Skala nominal
akan mengklasifikasikan setiap data ke dalam kategori-kategori tertentu,
sedangkan dengan skala ordinal akan didapatkan peringkat dari setiap kategori.
2. Bentuk-bentuk penyajian data kualitatif:
Data kualitatif dapat disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Sajian tabel
disebut juga dengan tabel distribusi frekuensi kualitatif yang memiliki ciri
adanya pembagian kelas berdasarkan kategori-kategori tertentu. Sedangkan
dalam bentuk diagram dapat digolongkan ke dalam 4 jenis diagram. Yaitu diagram
lingkaran (pie graph), diagram batang (bar graph), diagram garis, dan piktogram.
3. Bentuk-bentuk penyajian data kuantitatif:
Penyajian data kuantitatif merupakan penyajian data yang berbentuk angka-
angka. Data yang berbentuk angka-angka tersebut, bila bervariasi, harus
dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok angka atau yang disebut dengan
kelas. Proses semacam ini disebut dengan penyederhanaan data.
Penyajian data ini bisa disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Tabel untuk
data kuantitatif disebut dengan distribusi frekuensi kuantitatif. Pembagian kelas
pada tabel ini ditentukan oleh angka-angka yang didapat dalam pengumpulan
data. Apabila angka yang muncul tidak terlalu bervariasi maka tabel yang dibuat
dapat berbentuk tunggal. Penyajian data kuantitatif dalam bentuk diagram dapat
dilakukan dengan beberapa jenis, seperti diagram lingkaran, histogram, poligon
dan ogif. Histogram menghubungkan antara interval kelas dengan frekuensi,
poligon menhubungkan antara nilai tengah kelas dengan frekuensi, sedang ogif
menghubungkan antara interval kelas dengan frekuensi kumulatif.
4. Langkah-langkah penyederhanaan data kuantitatif:
1) menentukan terlebih dahulu banyaknya kelas.
2) menentukan rentang antara satu angka dengan angka lainnya (interval kelas)
yang akan digunakan.
Tahapan penyajian data dimulai dengan editing, koding, kemudian membuat
penyajian data tersebut. Editing data merupakan proses memeriksa data mentah
yang dikumpulkan untuk mendeteksi kesalahan yang selanjutnya dapat dilakukan
koreksi segera. Misalnya pada data hasil kuesioner, apakah hasil jawaban
responden sesuai dengan pertanyaan. Koding merupakan proses untuk
menempatkan angka atau simbol lain pada setiap jawaban sehingga data dapat
dimasukkan ke dalam sejumlah kategori atau kelas untuk mempermudah
penyajian data.
Beberapa jenis penyajian data di antaranya adalah berupa tabel dan grafik. Tabel
menyajikan data ke dalam bentuk baris atau kolom sedemikian rupa sehingga
memberikan informasi lebih kepada peneliti, sedangkan grafik menyajikan data
dari tabel tersebut menjadi bentuk visual yang lebih informatif lagi. Penyajian data
ini tidak hanya sangat membantu peneliti untuk mengetahui gambaran data awal,
namun digunakan juga pada analisis inti penelitian atau pelaporan.
PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN
Mengapa landasan psikologis itu penting untuk dijadikan salah satu landasan dalam mengembangkan
kurikulum. Berikan pendapat Anda tentang hal ini
JAWAB:
Oleh karena itu, penerapan landasan psikologi penting untuk dijadikan salah satu landasan dalam
mengembangkan kurikulum, karena upaya pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan
dengan hakikat peserta didik. Penyesuaian yang dimaksud berkaitan dengan segi materi atau
bahan yang harus disampaikan, penyesuaian dari segi proses penyampaian atau
pembelajarannya, dan penyesuaian dari unsur-unsur upaya pendidikan lainnya. Bagaimana cara
guru mendidik peserta didik dan apa yang dididikan ke peserta didik, perlu disesuaikan dengan
tingkat dan pola-pola perkembangan anak. Karakteristik perilaku pada berbagai tingkat serta
pola-pola perkembangan anak menjadi bagian dari psikologi perkembangan. Sementara itu,
model-model atau pendekatan pembelajaran yang dipakai haruslah yang mampu memberikan
hasil yang optimal untuk perkembangan peserta didik.
Berikan pendapat Anda apakah ada hubungan antara kreativitas dengan inteligensi
pada anak usia SD?
JAWAB:
Kreativitas.
Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data,
informasi dan unsur-unsur yang ada (H. M. Surya, dkk, 2005). Umumnya kebanyakan
orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, khususnya menciptakan hal-hal baru.
Sebetulnya dalam kreativitas tidak selalu harus menciptakan sesuatu yang benar-benar
baru, dapat saja merupakan gabungan atau kombinasi dari apa yang sudah ada
sebelumnya. (Sumber: Inisiasi MKDK4002)
Salah satu cara untuk mengukur intelegensi ialah dengan menggunakan tes
intelegensi atau sering disebut tes IQ. untuk menghasilkan kualitas yang baik,
diperlukan pengukuran yang signifikan serta valid dan hasilnya bukan kebetulan.
klasifikasi kecerdasan menurut Binet dan Simon yaitu; pertama, retardasi mental yamg
meliputi idiot ( IQ 30 ke bawah), embisil (IQ 31- 50), debil (IQ 51 – 70); kedua, slow-
learner (IQ 71-90); ketiga, normal atau rata-rata (IQ 91 – 110); keempat, rapid-learner
(IQ 111 – 130) dan kelima gifted (IQ 131 ke atas). (Sumber:
https://www.kompasiana.com/tutut.hardianti/55004520a33311c56f510745/intelegensi-dan-
kreativitas-adakah-hubungan-di-antara-keduanya)
JAWAB: