Anda di halaman 1dari 12

METODE PENELITIAN

Tinjauan Pustaka dan Disain Penelitian

Diskusikan mengapa diperlukan Tinjauan Pustaka  dalam sebuah penelitian?

Berikan contoh  dan pendapat Anda dengan bahasa Anda sendiri. Jangan copy paste jawaban
teman Anda.

JAWAB:

Tinjauan pustaka atau tinjauan literatur adalah evaluasi kritis dan mendalam dari penelitian
sebelumnya. Tinjauan pustaka menyediakan panduan praktis untuk topik tertentu. Bagi para
profesional, ini adalah laporan yang berguna untuk memperbarui informasi terkini sesuai bidang
mereka. Bagi para sarjana, kedalaman dan luasnya tinjauan pustaka menekankan kredibilitas
penulis di bidangnya.
Tinjauan pustaka juga memberikan latar belakang yang kuat untuk penyelidikan makalah
penelitian. Pengetahuan yang komprehensif tentang literatur lapangan sangat penting untuk
sebagian besar makalah penelitian. Fitur analitis dari tinjauan pustaka diantaranya yaitu:
1. Berikan interpretasi baru dari materi lama atau gabungkan informasi baru dengan
interpretasi lama
2. Lacak perkembangan intelektual bidang tersebut, termasuk perdebatan yang mungkin
muncul dalam bidang tersebut
3. Bergantung pada situasinya, evaluasilah sumbernya dan beri tahu pembaca tentang
penelitian yang paling relevan, atau
4. Biasanya dalam kesimpulan tinjauan literatur, identifikasi di mana ada kesenjangan
dalam bagaimana masalah telah diteliti hingga saat ini
Tinjauan pustaka memiliki beberapa tujuan utama: menginformasikan kepada pembaca hasil-
hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu,
menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan telah mengisi celah-celah
dalam penelitian-penelitian sebelumnya (Cooper, 2010; marshall dan Rossman, 2011 dalam
Creswell, 2016).
Tinjauan ini juga dapat menyediakan kerangka kerja dan tolok ukur untuk mempertegas
pentingnya penelitian tersebut seraya membandingkan hasil-hasilnya dengan penemuan-
penemuan lain. Semua atau beberapa alasan ini bisa menjadi dasar bagi peneliti untuk
menuliskan literatur-literatur yang relevan ke dalam penelitiannya.
Pada umumnya tinajuan pusataka dapat berupa beberapa bentuk. Cooper (2010) dalam Crewell
(2016) membahas 4 tipe: kajian pustaka. Diantaranya;
1. Menggabungkan apa yang telah dikatakan dan dilakukan orang lain
2. Mengkritisi penelitian dari para peneliti sebelumnya
3. Membangun jemabatan di antara topic-topik terkait
4. Mengidentifikasi isu-isu sentral dalam suatu bidang.
Sumber: https://penelitianilmiah.com/tinjauan-pustaka/

Jadi dengan kata lain tinjauan pustaka sebagai panduan dan rujukan dalam penelitian kita. Selain
itu tinjauan pustaka juga berisi teori-teori yang membantu dalam memperkuat penelitian kita,
sehingga penelitian kita memiliki dasar teori yang jelas dan terkesan tidak mengada-ada.
Tinjauan pustaka juga bisa berisi tentang rujukan dari peneliti terdahulu yang bisa kita
modifikasi penelitiannya. Sehingga bisa kita jadikan contoh untuk penelitian kita.
Contohnya jika kita ingin melakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran PBL
terhadap hasil belajar maka kita bisa melihat teori tentang langkah-langkah model pembelajaran
PBL di tinjauan pustaka, karena langkah-langkah model pembelajaran PBL sudah ditetapkan dan
tidak boleh melenceng dari langkah yang sudah ada. Sehingga penelitian kita terstruktur dan
sesuai dengan pola yang sudah ditetapkan.
Contoh Tinjauan Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Problem Based Learning (PBL)
a. Pengertian Problem Based Learning
Arends (2007: 43) menyatakan bahwa esensinya PBL menyuguhkan berbagai situasi bermasalah
yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk
investigasi dan penyelidikan. PBL dirancang untuk membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan menyelesaikan masalah, mempelajari peran-peran orang
dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri. Model ini menyediakan sebuah alternatif yang
menarik bagi guru yang menginginkan maju melebihi pendekatan-pendekatan yang lebih
berpusat pada guru untuk menantang siswa dengan aspek pembelajaran aktif dari model itu. PBL
adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi
siswa untuk belajar berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk
memperoleh pengetahuan yang esensial dari mata pelajaran. PBL memiliki gagasan bahwa
pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau
permasalahan yang autentik, relevan dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Berdasarkan
pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa PBL merupakan sebuah model pembelajaran alternatif
yang dapat diterapkan oleh para pendidik.
b. Langkah-Langkah Problem Based Learning (PBL)
Arends (2007: 56-60) menyatakan bahwa sintaks pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari
lima fase utama Fase-fase tersebut merujuk pada tahapan-tahapan yang praktis yang dilakukan
dalam kegiatan pembelajaran dengan PBL.
Sintaks untuk PBL
Fase 1. Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa
Guru membahas tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting, dan
memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah.
Fase 2. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang
terkait dengan permasalahannya.
Fase 3. Membantu investigasi mandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen dan
mencari penjelasan dan solusi.
Fase 4. Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak yang sesuai seperti
laporan, rekaman video, dan modelmodel, serta membantu mereka untuk menyampaikannya
kepada orang lain.
Fase 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang
mereka gunakan. (sumber: Arends, 2007: 56-60)

Selamat Diskusi

Salam Tuton

PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR

Dari materi video yang disajikan dalam inisiasi 3, bagaimana peran guru  di
dalam proses pembelajaran,  sikap dan pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran yang diberikan oleh guru? Jelaskan dan selamat berdiskusi!

https://youtu.be/6YYrHW-1zp0

JAWAB:
Peran Guru dalam menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share
(TPS):
Guru dapat menjadi peran yang sangat penting dalam proses belajar pada model
pembelajaran Kooperatif Think Pair Share (TPS). Menurut Gagne dan Briggs peran
guru antara lain:
a. memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa).
c. Mengingatkan kopetensi belajar kepada siswa.
d. Memberikan stimulus (masalah, topik konsep yang akan di pelajari).
e. Memberikan petunjuk kepada siswa untuk mempelajarinya.
f. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.
g. Memberi umpan balik (feed back).
h. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampuan
siswa selalu terpantau dan terukur.
i. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran.(Mulyasa,
2007:84.)
Dari pendapat di atas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya proses
pembelajaran bahwa guru sangat berperan dalam memberi motivasai (dorongan) atau
menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam proses
pembelajaran berlangsung. Guru harus menjelaskan kepada siswa tujuan intruksional
(kemampuan dasar kepada siswa) agar siswa dapat memahami isi dan tujuan dari
materi yang akan dipelajari.

Sikap siswa dalam model pembelajaran Think-Pairs-Share (TPS) sehingga


membedakan dengan model pembelajaran kooperatif struktural lainnya adalah:
a. Siswa memiliki tanggung jawab individu sebelum akhirnya mereka dapat bekerja
dengan kelompok.
b. Kelompok yang hanya beranggotakan dua orang akan mengurangi kegaduhan
kelas yang diakibatkan oleh diskusi dalam kelompok.
c. Siswa memiliki banyak waktu dalam pengerjaan tugas.
d. siswa memiliki kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan
orang lain
Teknik belajar Berpikir-Berpasangan-Berempat dikembangkan oleh Frank Lyman
(ThinkPair-Share) dan Spencer Kagan (Think-Pair-Square) sebagai struktur kegiatan
pembelajaran Cooperatif Learning (Anita Lie, 2008: 57-58). Langkah-langkah teknik
adalah :
a. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada
semua kelompok.
b. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.
c. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi
dengan pasangannya.
d. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai
kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.
Teknik ini memberikan siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja
sama dengan orang lain.

Pemahaman Siswa dalam model pembelajaran Think-Pairs-Share (TPS) adalah:


Model pembelajaran Think-Pairs-Share (TPS) adalah dapat meningkatkan keaktifan
siswa di dalam kelas. Karena siswa akan berdiskusi dengan pasanganya (pairs) untuk
memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, kemudian siswa juga berbagi (share)
kepada teman-teman sekelasnya dengan mempresentasikan hasil diskusinya dengan
pasangannya. Selain itu dengan penerapan metode ini siswa akan lebih menguasai
materi, karena siswa harus berpikir (think) untuk menyelasaikan masalah yang
ditugaskan kepadanya. Seharusnya kegiatan belajar mengajar juga lebih
mempertimbangkan siswa. Siswa bukanlah sebuah botol kosong yang bisa diisi dengan
muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. Selain itu, alur
proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa. Siswa bisa juga mengajar
dengan sesama siswa yang lainnya. Bahkan banyak penelitian menunjukkan bahwa
pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada
pengajaran oleh guru.

PEMBAHARUAN DALAM PEMBELAJARAN


Dalam penerapan pendidikan karakter, ada beberapa model yang digunakan. Menurut
Anda, selain model-model yang sudah ada, model apakah yang paling cocok untuk
digunakan dalam penerapan pendidikan karakter ? Jelaskan pendapat Anda !

JAWAB:

Model pembelajaran lain yang sesuai untuk penerapan pendidikan karakter di


tingkat SMK adalah model pembelajaran Production Based Education/Production
Based Trainning(PBE/PBT), sesuai dengan Permendikbud No. 103 Tahun 2014
yang menyatakan bahwa “Model Pembelajaran di SMK sekali lagi adalah pola
proses pembelajaran di SMK. Model Pembelajaran di SMK yang dianjurkan
(diwajibkan) pada implementasi Kurikulum 2013 menggunakan 3 (tiga) model
pembelajaran utama”. Model Pembelajaran ini diharapkan dapat membentuk
perilaku saintifik, perilaku sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan.
Ketiga model pembelajaran tersebut adalah: model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Based Learning), model Pembelajaran Berbasis Projek (Project
Based Learning), dan model Pembelajaran Melalui
Penyingkapan/Penemuan (Discovery/Inquiry Learning). Di samping model
pembelajaran di atas dapat juga dikembangkan model pembelajaran Production
Based Education/Production Based Trainning (PBE/PBT) sesuai dengan
karakteristik pendidikan menengah kejuruan SMK.

Model pembelajaran Production Based Education/Production Based Trainning


(PBE/PBT) mampu menyelaraskan pendidikan karakter yang dibutuhkan oleh
industri dengan pendidikan karakter yang ada di sekolah.

PENDIDIKAN ORANG DEWASA


Bagaimana metode mengajar yang Anda pilih dan Anda terapkan bila semua peserta didik Anda terdiri
dari ibu-ibu  usia 20 - 30 tahun dalam kelas pembelajaran pemberantasan buta aksara di suatu desa?

JAWAB:

Metode yang saya gunakan adalah metode karya wisata. Metode karya wisata adalah
suatu metode mengajar dengan memanfaatkan lingkungan, lokasi, atau tempat- tempat
yang memiliki sumber pengetahuan bagi siswa. Metode mengajar ini dilakukan dengan
pendampingan oleh guru ataupun orang tua jika usianya masih terlalu muda.
Pendampingan dilakukan untuk menunjukkan sumber pengetahuan yang perlu
dipahami oleh siswa. Metode karya wisata ini bisa dilakukan di tempat tempat sejarah,
di alam, atau lainnya.
A. Kelebihan metode karya wisata, antara lain:
 Metode ini merupakan metode modern yang memanfaatkan interaksi dengan
lingkungan nyata.
 Bahan yang dipelajari ketika sekolah, bisa langsung dilihat secara nyata
misalnya bangunan bersejarah.
 Pengajaran dengan metode ini bisa merangsang siswa untuk lebih kreatif.
 Metode pengajan ini sangat menyenangkan dan tidak jenuh.
B. Kekurangan metode karya wisata, antara lain:
 Memerlukan perencanaan yang matang.
 Memerlukan persiapan yang disetujui oleh banyak pihak.
 Seringkali metode belajar ini lebih mengutamakan tujuan rekreasi daripada
tujuan pembelajarannya.
 Membutuhkan biaya yang cukup mahal.
 Memerlukan pengawasan dari pihak guru dan orang tua.
 Keselamatan dan perlindungan menjadi faktor penting.
Sumber: https://dosenpsikologi.com/macam-macam-metode-pembelajaran

Jika peserta didik kita adalah ibu-ibu usia 20-30 tahun maka penerapan metode ini
sangat menarik untuk digunakan dalam pembelajaran. Hanya saja lokasi yang kita tuju
adalah pasar rakyat dimana disana peserta didik kita bisa langsung belajar membaca
dengan menggunakan contoh bumbu masakan, buah-buahan dan sayuran. Sehingga
peserta didik bisa belajar dengan bahan ajar yang ada di dunia nyata serta
pembelajarannya pun tidak membosankan.

PENGANTAR STATISTIK

Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi modul 3, coba Anda jelaskan
pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

1. Apa yang dimaksud dengan data kualitatif


Sebutkan bentuk-bentuk penyajian data kualitatif!
2. Sebutkan bentuk-bentuk penyajian data kuantitatif!
3. Jelaskan langkah-langkah penyederhanaan data kuantitatif!

Rujukan utama adalah Buku Materi Pokok Pengantar Statistik Sosial. Anda boleh merujuk
literatur-literatur lain asalkan menyebutkan sumber referensi.

JAWAB:
1. Data kualitatif adalah data yang memperlihatkan karakteristik-karakteristik dari
suatu objek penelitian. Oleh karena itu, data kualitatif tidak menampilkan kategori
dalam bentuk angka. Penampilan dalam bentuk angka justru akan menghilangkan
informasi yang dimiliki oleh data kualitatif. Tingkatan pengukuran yang biasa
diberikan untuk data kualitatif adalah skala nominal dan ordinal. Skala nominal
akan mengklasifikasikan setiap data ke dalam kategori-kategori tertentu,
sedangkan dengan skala ordinal akan didapatkan peringkat dari setiap kategori.
2. Bentuk-bentuk penyajian data kualitatif:
Data kualitatif dapat disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Sajian tabel
disebut juga dengan tabel distribusi frekuensi kualitatif yang memiliki ciri
adanya pembagian kelas berdasarkan kategori-kategori tertentu. Sedangkan
dalam bentuk diagram dapat digolongkan ke dalam 4 jenis diagram. Yaitu diagram
lingkaran (pie graph), diagram batang (bar graph), diagram garis, dan piktogram.
3. Bentuk-bentuk penyajian data kuantitatif:
Penyajian data kuantitatif merupakan penyajian data yang berbentuk angka-
angka. Data yang berbentuk angka-angka tersebut, bila bervariasi, harus
dikelompokkan ke dalam kelompok-kelompok angka atau yang disebut dengan
kelas. Proses semacam ini disebut dengan penyederhanaan data.
Penyajian data ini bisa disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Tabel untuk
data kuantitatif disebut dengan distribusi frekuensi kuantitatif. Pembagian kelas
pada tabel ini ditentukan oleh angka-angka yang didapat dalam pengumpulan
data. Apabila angka yang muncul tidak terlalu bervariasi maka tabel yang dibuat
dapat berbentuk tunggal. Penyajian data kuantitatif dalam bentuk diagram dapat
dilakukan dengan beberapa jenis, seperti diagram lingkaran, histogram, poligon
dan ogif. Histogram menghubungkan antara interval kelas dengan frekuensi,
poligon menhubungkan antara nilai tengah kelas dengan frekuensi, sedang ogif
menghubungkan antara interval kelas dengan frekuensi kumulatif.
4. Langkah-langkah penyederhanaan data kuantitatif:
1) menentukan terlebih dahulu banyaknya kelas.
2) menentukan rentang antara satu angka dengan angka lainnya (interval kelas)
yang akan digunakan.
Tahapan penyajian data dimulai dengan editing, koding, kemudian membuat
penyajian data tersebut. Editing data merupakan proses memeriksa data mentah
yang dikumpulkan untuk mendeteksi kesalahan yang selanjutnya dapat dilakukan
koreksi segera. Misalnya pada data hasil kuesioner, apakah hasil jawaban
responden sesuai dengan pertanyaan. Koding merupakan proses untuk
menempatkan angka atau simbol lain pada setiap jawaban sehingga data dapat
dimasukkan ke dalam sejumlah kategori atau kelas untuk mempermudah
penyajian data.
Beberapa jenis penyajian data di antaranya adalah berupa tabel dan grafik. Tabel
menyajikan data ke dalam bentuk baris atau kolom sedemikian rupa sehingga
memberikan informasi lebih kepada peneliti, sedangkan grafik menyajikan data
dari tabel tersebut menjadi bentuk visual yang lebih informatif lagi. Penyajian data
ini tidak hanya sangat membantu peneliti untuk mengetahui gambaran data awal,
namun digunakan juga pada analisis inti penelitian atau pelaporan.
PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN
Mengapa landasan psikologis itu penting untuk dijadikan salah satu landasan dalam mengembangkan
kurikulum. Berikan pendapat Anda tentang hal ini

JAWAB:

Kurikulum sebagai rancangan dari pendidikan, mempunyai kedudukan yang cukup


sentral dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil
daripada pendidikan. Mengingat begitu pentingnya peranan kurikulum dalam pendidikan
dan di perkembangan kehidupan manusia, maka pengembangan kurikulum tidak dapat
dirancang sembarangan. Pengembangan Kurikulum membutuhkan landasan yang kuat,
didasarkan atas hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Salah satu landasan yang
berkaitan dengan peranan anak dalam pengembangan kurikulum adalah landasan
psikologis. Implikasi psikologis merupakan salah satu landasan pengembangan
kurikulum, secara khusus implikasi psikologis bagi guru membantu guru sebagai
desainer, developer dan sekaligus sebagai barisan paling depan yakni sebagai
implementor kurikulum.
Psikologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
dalam hubungan dengan lingkungan, pengertian sejenis menyebutkan bahwa psikologi
merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun
abnormal dan pengaruhnya pada perilaku, ilmu pengetahuan tentang gejala dan
kegiatan jiwa.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata “kondisi psikologis adalah kondisi karakteristik
psikofisik manusia sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku
dalam interaksinya dengan lingkungan”. Perilaku-perilaku tersebut merupakan
manifestasi dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang nampak maupun yang tidak nampak;
baik perilaku kognitif, afektif maupun psikomotor. Interaksi yang tercipta didalam situasi
pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologis dari anak didik dan pendidik. Interaksi
pendidikan di rumah berbeda dengan di sekolah. Interaksi antara anak dengan guru pada
tingkat sekolah dasar berbeda dengan pada tingkat sekolah menengah pertama dan atas.
Peserta didik merupakan individu yang sedang berada dalam proses perkembangan (fisik,
intelektual, social emosional, moral, dan sebagainya). Tugas utama seorang guru sebagai
pendidik adalah membantu untuk mengoptimalkan perkembangan peserta didiknya
berdasarkan tugas–tugas perkembangannya. Anak didik merupakan individu yang sedang
berada dalam proses perkembangan. Tugas utama guru adalah membantu
mengoptimalkan perkembangan peserta didik tersebut. Sumber:
https://makalahpaiku.blogspot.com/2013/09/landasan-psikologis-dalam-
pengembangan.html

Oleh karena itu, penerapan landasan psikologi penting untuk dijadikan salah satu landasan dalam
mengembangkan kurikulum, karena upaya pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan
dengan hakikat peserta didik. Penyesuaian yang dimaksud berkaitan dengan segi materi atau
bahan yang harus disampaikan, penyesuaian dari segi proses penyampaian atau
pembelajarannya, dan penyesuaian dari unsur-unsur upaya pendidikan lainnya. Bagaimana cara
guru mendidik peserta didik dan apa yang dididikan ke peserta didik, perlu disesuaikan dengan
tingkat dan pola-pola perkembangan anak. Karakteristik perilaku pada berbagai tingkat serta
pola-pola perkembangan anak menjadi bagian dari psikologi perkembangan. Sementara itu,
model-model atau pendekatan pembelajaran yang dipakai haruslah yang mampu memberikan
hasil yang optimal untuk perkembangan peserta didik.

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Berikan pendapat Anda apakah ada hubungan antara kreativitas dengan inteligensi
pada anak usia SD?

JAWAB:

Kreativitas.
Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data,
informasi dan unsur-unsur yang ada (H. M. Surya, dkk, 2005). Umumnya kebanyakan
orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta, khususnya menciptakan hal-hal baru.
Sebetulnya dalam kreativitas tidak selalu harus menciptakan sesuatu yang benar-benar
baru, dapat saja merupakan gabungan atau kombinasi dari apa yang sudah ada
sebelumnya. (Sumber: Inisiasi MKDK4002)

Salah satu cara untuk mengukur intelegensi ialah  dengan menggunakan tes
intelegensi atau sering disebut tes IQ.  untuk menghasilkan kualitas yang baik,
diperlukan pengukuran yang signifikan serta valid dan hasilnya bukan kebetulan.
klasifikasi kecerdasan menurut Binet dan Simon yaitu; pertama, retardasi mental yamg
meliputi idiot ( IQ 30 ke bawah), embisil (IQ 31- 50), debil (IQ 51 – 70); kedua, slow-
learner (IQ 71-90); ketiga, normal atau rata-rata (IQ 91 – 110); keempat, rapid-learner
(IQ 111 – 130) dan kelima gifted (IQ 131 ke atas). (Sumber:
https://www.kompasiana.com/tutut.hardianti/55004520a33311c56f510745/intelegensi-dan-
kreativitas-adakah-hubungan-di-antara-keduanya)

Hubungan kreatifitas dengan kecerdasan


Masalah yang selalu menarik bagi kebanyakan ahli adalah hubungan kreativitas
dengan inteligensi. Apakah orang yang kreatif selalu mempunyai inteligensi yang
tinggi?. Kenyataannya dilaporkan bahwa seseorang yang memiliki bakat kreatifitas
yang tinggi ternyata tingkat kecerdasannya biasa-biasa saja. Hurlock (1978)
menyatakan bahwa tidak semua orang yang memiliki tingkat inteligensi yang tinggi
adalah orang-orang yang kreatif. Namun Harlock (1978) juga mengemukakan bahwa
kreativitas tidak dapat berfungsi dalam keadaan vakum, karena berasal dari apa yang
telah diperoleh selama ini (pengetahuan dan pengalaman hidup) dan hal ini juga
bergantung pada kemampuan intelektual seseorang. (Sumber: Inisiasi MKDK4002)

Hubungan intelegensi dan kreativitas


Intelegensi menyagkut pada cara berpikir konvergen (memusat) sedangkan kreativitas
berkenaan dengan cara berpikir divergen ( menyebar). Penelitian Torrance (1965)
mengungkapkan bahwa anak yang kreativitasnya tinggi mempunyai taraf intelegensi
(IQ) di bawah rata-rata IQ teman sebayanya. Dalam konteks keberbakatan, ia
menyatakan bahwa IQ tidak dapat dijadikan sebagai criteria tungal untuk
mengidentifikasi orang-orang yang berbakat.
Berbagai penelitian mengenai hubungan intelegensi dan kreativitas melaporkan hasil
yang berbeda – beda. Pada intinya, penelitian itu membuktikan bahwa sampai tingkat
tertentu terdapat hubungan antara intelegensi dan kreativitas. Namun, pada tingkat IQ
di atas 120, hamper tidak ada hubungan antara keduanya.Artinya, orang yang IQ-nya
tinggi, mungkin kreativitasnya rendah atau sebaliknya. Dengan demikian, kreativitas
dan intelegensi merupakan dua domain kecakapan manusia yang berbeda. Baik
intelegensi maupun kreativitas, dijadikan criteria untuk menentukan bakat seseorang.
(Sumber: https://www.kompasiana.com/tutut.hardianti/55004520a33311c56f510745/intelegensi-dan-
kreativitas-adakah-hubungan-di-antara-keduanya)

TEKNOLOGI PENDIDIKAN JARAK JAUH

Terdapat berbagai variasi pendekatan pembelajaran pada PJJ  seperti online


learning, e-learning, hybrid learning, cyber learning, virtual learning,
distributed learning dan mobile learning, Manakah dari pendekatan tersebut
yang paling sesuai diterapkan dalam PJJ dan berikan alasan saudara.

JAWAB:

Untuk jenjang pendidikan PAUD, SD dan SMP, pendekatan pembelajaran


pada PJJ yang sesuai adalah e-learning. E-learning meliputi proses belajar
yang melibatkan penggunaan seluruh alat-alat elektronik (media internet,
intranet, standalone computer tetapi meliputi penggunaan semua media
elektronik di luar internet seperti audio-radio, televise, video tape,
teleconferencing. Satellite transmissions). Sehingga peserta didik tidak hanya
terbatas pada jaringan internet saja. Contohnya program belajar yang digagas
oleh Kemdikbud yang berupa Program Belajar dari Rumah lewat TVRI.
Untuk jenjang pendidikan SMA mungkin pendekatan pembelajaran pada PJJ
yang sesuai adalah virtual learning. Virtual learning adalah e-learning
berbasis wes yang menyediakan akses virtual untuk menyediakan dan
mencari bahan pembelajaran, latihan, pekerjaan rumah (assignment), tes
hasil belajar, nilai hasil belajar. Dalam virtual learning tampak proses interaksi
antara pengajar, peserta didik, dan sumber belajar berbasis webajikan materi,
berdiskusi atau chatting, untuk berbagi keahlian sehingga menghasilkan
kesepakatan dan atau temuan pengetahuan. Contohnya adalah website
Rumah Belajar milik Kemdikbud, disini peserta didik bisa melakukan
praktikum untuk mata pelajaran IPA (Biologi, Kimia, dan Fisika) di menu
Laboratorium Maya. Disini juga ada menu Kelas Maya untuk berinteraksi
antara guru dan peserta didik.Selain itu ada menu Bank Soal dan Sumber
Belajar yang berisi berbagai macam soal dan buku pelajaran elektronik.

Untuk jenjang pendidikan SMK mungkin pendekatan pembelajaran pada PJJ


yang sesuai adalah Hybrid learning. Hybrid learning adalah belajar yang
menggunakan dua pendekatan sekaligus, yaitu tatap muka dan online
learning. Kombinasi kedua pendekatan itu dibutuhkan untuk efektivitas dan
efisiensi belajar peserta didik. Dengan pendekatan ini peserta didik dapat
mempelajari materi melalui media pembelajaran online, bisa berupa google
classroom atau schoology. Kemudian untuk penerapan praktikumnya maka
peserta didik bisa melakukan tatap muka bersama guru. Untuk praktikum
tidak bisa dibuat jarak jauh karena ada praktikum dimana siswa harus
mengoperasikan alatnya secara langsung, contohnya jurusan TKR dimana
siswa harus memperbaiki sepeda motor atau mesin berat, jurusan TKJ
dimana siswa harus mengoperasikan perangkat jaringan secara langsung,
dan jurusan yang lain.

Sumber: Inisiasi TPEN4311_Sesi 3_Berbagi variasi praktek penting dalam


PJJ

Anda mungkin juga menyukai