untuk dapat meningkatkan kesadaran sejarah. Hampir 90% sekolah yang ada di
Kabupaten Situbondo kurang memfasilitasi pembelajaran sejarah lokal.
Pemecahan dari permasalahan tersebut yaitu dengan mengembangkan E- modul
pembelajaran sejarah lokal Situs Kota Beddha untuk meningkatkan kesadaran sejarah
peserta didik. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah:
1) bagaimanakah hasil validasi ahli terhadap E-modul sejarah lokal situs kota
Beddha pada mata pelajaran sejarah kelas X SMA dengan model
pengembangan Dick and Carey?
2) bagaimanakah E-modul sejarah lokal Situs Kota Beddha dengan model
pengembangan Dick and Carey pada mata pelajaran sejarah kelas X SMA
dapat meningkatkan kesadaran sejarah siswa kelas X SMA di Situbondo?
Indikator dari G 30 S PKI dapat dikatakan materi informal content dilihat dari pendapat
beberapa ahli yang telah di jelaskan sebelumnya yaitu : a). Materi G 30 S PKI tidak ada
dalam KI dan KD; b). G 30 S PKI memiliki sifat kontekstual; c). Terdapat makna di dalam
materi G 30 S PKI yang dapat disampaikan melalui materi formal content; dan, d). Bahan
materi informal diambil melalui kehidupan masyarakat sehari-hari dalam kehidupan siswa,
pada indikator ini perlu diketehui bahwa G 30 S PKI sedang menjadi pembahasan publik
terkait dengan pemutaran kembali film G 30 S PKI, maka film ini menjadi sangat
kontroversial disemua kalangan masyarakat terutama peserta didik. Setiap materi yang
diberikan oleh seorang guru akan menghasilkan pengetahuan.
kontemporer. Materi ini bersifat sensitif dan politis, sehingga belum diajarkan secara
maksimal. Hal tersebut terjadi karena dulu masih ada intervensi dari penguasa.
Adanya upaya terhadap pelurusan sejarah merupakan cara yang tepat untuk
kepentingan politik penguasa dan rezim. Contoh nyata adalah penjelasan tentang
Dengan memakai dalih historis bahwa PKI melakukan pemberontakan pada tahun
1965, sebetulnya sejarah pada masa Orde Baru terutama pada kasus tersebut biasa
dipandang sebagai bagian dari alat represi. Hal ini karena tuduhan PKI sebagai
terhadap anggota/simpatisan partai ini dan keluarga mereka selama puluhan tahun.
Pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan isu kontroversi yang memberikan argumentasi kuat dan
logis tentang pendapat-pendapat yang berbeda itu memiliki beberapa tujuan. Su’ud (2007:109)
menyatakan bahwa pengembangan pola isu kontroversi dalam kelas sejarah bertujuan untuk
mencapai (1) peningkatan daya penalaran; (2) peningkatan daya kritik sosial; (3) peningkatan
kepekaan sosial; (4) peningkatan toleransi dalam perbedaan pendapat; (5) peningkatan keberanian
pengungkapan pendapat secara demokratis; serta (6) peningkatan kemampuan menjadi warga
negara yang bertanggung jawab.
Penelitian ke dua dilakukan oleh Tsabit Azinar Ahmad pada tahun 2008. Penelitian berjudul
“Pembelajaran Sejarah Kontroversial Di Sekolah Menengah Atas (studi Kasus Di SMA Negeri 1
Banjarnegara)”. Hasil penelitian yaitu pembelajaran untuk peristiwa sejarah yang bersifat
kontroversial telah diterapkan di sekolah. Hal-hal yang mendorong pelaksanaan pembelajaran
sejarah kontoversial yaitu dari aspek sekolah, kemandirian guru, dan kemampuan peserta 53 didik
4
yang baik. Ada dua jenis sejarah kontroversial yang diajarkan di SMA, yakni sejarah kontroversial
nonkontemporer dan sejarah kontroversial kontemporer. Kendala-kendala yang ditemui dalam kelas
sejarah secara umum yaitu dalam perencanaan, pelaksanaan, dan komponen pendukung yang
disebabkan oleh dua faktor, yakni (1) faktor intern (dari dalam ilmu sejarah) dan (2) faktor ekstern
(berasal dari luar sejarah). Upaya untuk mengatasi kendalakendala dalam aspek perencanaan adalah
guru mengembangkan silabusn yang telah disusun oleh pusat kurikulum dalam perencanaan, upaya
pencarian sumbersumber baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar, mencoba untuk
tidak terpengaruh terhadap kebijakan pemerintah yang menimbulkan banyak kebingungan, dan
pembelajaran berbasis ICT.