Anda di halaman 1dari 9

IJHE 5 (1) (2017)

Indonesian Journal of History Education

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijhe

Kontribusi Materi Konflik dalam Pokok Bahasan Sejarah Lokal Kerajaan Demak
Bagi Kesadaran Sejarah Siswa Kelas XI IIS 2 SMA Islam Sultan Agung 2 Jepara

Abdurahman Khubaib, Hamdan Tri Atmaja, Ibnu Sodiq

Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini mempunyai tujuan untuk (1) mengetahui dan menganalisis pengaruh materi konflik
Diterima Maret 2017 dalam pembelajaran sejarah pada pokok bahasan sejarah lokal Kerajaan Demak bagi kesadaran
Disetujui April 2017 sejarah siswa serta, (2) apresiasi siswa terhadap materi tersebut. Metode penelitian yang digunakan
Dipublikasikan Mei 2017 adalah penelitian jenis kualitatif dengan strategi deskriptif. Sumber data berasal dari informan,
________________ aktivitas pebelajaran dan dokumen. Tekhnik pengumpulan data diperoleh melalui teknik observasi,
Keywords: wawancara, dokumentasi. Hasil dari penelitian ini telah dirangkum ke dalam 2 poin penting dimana
conflict material, local menunjukan bahwa (1) pembelajaran sejarah yang menggunakan sub materi sejarah lokal
history, history awareness. berkontribusi dalam tingkat kesadaran sejarah. Dengan belajar dari konflik yang terjadi di Kerajaan
____________________ Demak, peserta didik dapat mengantisipasi agar kejadian tersebut tidak terulang lagi di masa yang
akan datang, serta (2) Apresiasi yang ditunjukkan peserta didik pun sangat baik terhadap materi
yang lingkupnya dekat dengan peserta didik.

Abstract
___________________________________________________________________
This research aims to (1) know and analize the effect of conflict material history learning in the study of local
history of Demak Kingdom student awareness toward history, and (2) students’ apprecition toward the material.
Research method used is qualitative type research with descriptive strategy. The source of data comes from
informant, learning activity and document. Data collection techniques using observation techniques, interviews
and documentation. The result of this study was summarized into 2 major point that showed that (1) history
learning using local sub-material of local history contributed toward history awareness level. By studying conflicts
that had happened in Demak Kingdom, students could prevent it from happening again in the future, and (2)
appreciation shown by students toward the material that related to their environment was positive.

© 2017 Universitas Negeri Semarang



Alamat korespondensi: ISSN 2252-6641
Gedung C5 Lantai 1 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: sejarahunnes@gmail.com

73
Abdurahman Khubaib, Hamdan Tri A, dan Ibnu Sodiq / Indonesian Journal of History Education 5 (1) (2017)

PENDAHULUAN keyakinan yang muncul sebagai formasi yang


ditimbulkan oleh perubahan sosial yang muncul
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 bertentangan dengan hambatan yang diwariskan.
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 Konflik terjadi karena banyak faktor, dan dapat
berbunyi, “pendidikan nasional adalah terjadi sewaktu-waktu apabila timbul suatu hal
pendidikan yang berdasarkan pancasila dan yang memicu terjadinya konflik tersebut. Ruang
Undang-Undang Dasar Negara Republik lingkup konflik yang akan dibahas dalam
Indonesia tahun 1945 yang berakar pada nilai- penelitian ini mengenai sejarah lokal dan konflik
nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan yang ada di Kerajaan Demak.
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”. Konflik dapat merupakan proses yang
Maksudnya ialah bahwa pendidikan nasional itu bersifat instrumental dalam pembentukan,
memiliki tujuan yang berdasarkan nilai yang penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial.
terkandung pada pancasila dan nilai yang Konflik dapat menetapkan dan menjaga garis
terkandung pada UUD 1945, dimana pancasila batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik
dan UUD tersebut berakar atau berdasarkan dengan kelompok lain dapat memperkuat
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional kembali identitas kelompok dan melindunginya
Indonesia dan hal-hal tersebut dapat tanggap agar tidak lebur kedalam dunia sosial
dengan tuntutan perkembangan jaman yang sekelilingnya (Margareth, 2004:6). Istilah konflik
terus dan selalu terjadi. mencakup suatu varietas luas yang berkisar
Berdasarkan pernyataan diatas, maka sekitar. Bentuk penerangan hingga pemogokan
pendidikan sangat penting bagi generasi penerus industrial, sampai pada persaingan dan sikap
guna membentuk suatu karakter dan bangsa yang tidak menyukai atau tidak senang. Dalam arti
bermartabat. Pendidikan ini bertujuan sebagai kata yang luas konflik terjadi apabila pencapaian
proses penyadaran yang berwawasan sosial sesuatu tujuan terhalangi. Kebanyakan bentuk
edukatif, mencakup keragaman hidup beragama, konflik yang dapat diobservasi muncul apabila
sosial ekonomi dan budaya. Maka pendidikan dua pihak atau lebih berupaya untuk mencapai
dijadikan sebagai sarana mewujudkan cita-cita tujuan-tujuan yang sama sekali bertentangan satu
nasional yang tertuang dalam pembukaan sama lain. Pencapaian tujuan pihak pertama
Undang-Undang Dasar 1945 alinia kedua. menyebabkan pihak kedua tidak dapat mencapai
Rancangan pembelajaran dalam dalam lembaga sasarannya dan bentuk sederhananya adalah
pendidikan disusun dengan mempertimbangkan bentuk yang muncul didalam seorang individu
berbagai hal mengenai proses pembelajaran serta tunggal.
perkembangan individu yang kemudian disebut Seorang guru dalam proses belajar
kurikulum. Pada dasarnya kurikulum berfungsi mengajar bukanlah sekedar menyampaikan
sebagai pedoman atau acuan. Kurikulum yang materi saja, tetapi juga harus berupaya agar
diaplikasikan di Sekolah Menengah Atas materi pembelajaran yang disampaikan menjadi
memuat berbagai materi sejarah yang berkaitan kegiatan yang sangat menyenangkan dan mudah
dengan konflik. dipahami oleh siswa. Sesuai dengan materi
Materi pembelajaran yang berkaitan pengajaran sejarah yang dikaitkan dengan
dengan konflik yang terjadi di Indonesia dari peristiwa sejarah di sekitar tempat tinggal peserta
zaman Kerajaan Hindhu-Budha sampai didik. Tahapan selanjutnya yaitu mengaitkan
Kerajaan Islam amat banyak dan menarik untuk antara materi pelajaran yang sedang diajarkan di
dikaji. Mulai dari Kerajaan Mataram kuno yang sekolah dengan peristiwa-peristiwa atau kejadian
menganut agama Hindu sampai Mataram Islam terdekat di tempat tinggal siswa (Wasino,
yang menganut agama Islam. Konflik adalah 2005:1).
aspek intrinsik dan tidak mungkin dihindarkan Selama ini guru-guru sejarah di sekolah
dalam perubahan sosial. Konflik adalah sebuah kurang memperhatikan peranan dan aspek
ekspresi heterogenitas kepentingan, nilai dan sejarah lokal dalam pengajarannya, pengajaran

74
Abdurahman Khubaib, Hamdan Tri A, dan Ibnu Sodiq / Indonesian Journal of History Education 5 (1) (2017)

sejarah yang selama ini masih bersifat monoton diupayakan. Proses penyadaran sejarah dapat
hendaknya mendapat perhatian khusus untuk dilakukan secara bertahap melalui pembinaan,
lebih digunakan guna penghayatan bagi peserta baik secara formal maupun non-formal.
didik yang merupakan pangkal dari usaha bentuk Membangun dan menumbuh-kembangkan
menumbuhkan kesadaran nasional. Kesadaran kesadaran sejarah diharapkan dapat mendorong
sejarah ini akan menimbulkan hakekat dan dan memotivasi generasi muda untuk mencapai
makna sejarah bagi siswa di masa kini dan masa tingkat kehidupan yang lebih baik (Subagyo,
yang akan datang. Penekanan keterlibatan 2010:253).
peserta didik diusahakan lebih aktif dalam mata Unsur-unsur kesadaran sejarah meliputi;
pelajaran sejarah. kepekaan terhadap bagaimana waktu dan tempat
Fungsi pengajaran sejarah lokal di sekolah lain berbeda dengan waktu dan tempat kita
untuk memperjelas identitas dan jati diri setiap sendiri, kesadaran akan kesinambungan
daerah dengan kearifan dan kecerdasan (kontinyuitas) dasar di dalam kejadian-kejadian
nantinya. Hal ini sangat dibutuhkan dalam sejarah manusia sepanjang masa, kemampuan
rangka otonomi daerah dalam arti daerah untuk mencatat dan menjelaskan perubahan-
memang membutuhkan identitas jati diri atau perubahan yang berarti dan kepekaan terhadap
ciri khas yang berbeda dengan yang lain tetapi sebab-musabab kausalitas yang beraneka
setara dengan kesatuan dan persatuan Negara macam, kesadaran bahwa semua sejarah yang
Republik Indonesia serta menghindari tertulis adalah suatu rekonstruksi yang tidak
kecenderungan munculnya disintegrasi sosial, sempurna dalam mencerminkan masa lampau
pentingnya pengajaran sejarah ini telah diakui sebagaimana yang sungguh-sungguh telah
oleh para wali. Dalam pengajaran sejarah lokal terjadi.
murid akan mendapatkan banyak contoh-contoh Belajar berfikir secara sejarah merupakan
dan pengalaman dari berbagai tingkat suatu proses berangsur-angsur melalui sejumlah
perkembangan lingkungan masyarakatnya, tahap-tahap perkembangan. Paling sedikit
termasuk situasi masa kininya. Dengan kata lain terdapat empat tahap yang dilalui, diantaranya:
akan lebih mudah menangkap konsep waktu tahap pertama sejarah sebagai fakta; tahap kedua:
atau perkembangan (perubahan) yang menjadi sejarah sebagai sebab-akibat; tahap ketiga: sejarah
kunci penghubung masa lampau, masa kini dan sebagai kompleksitas; dan tahap keempat: sejarah
masa yang akan datang (Widja, 1989:113). sebagai penafsiran/interpretasi (Subagyo, 2010:
Cara pengaplikasian kajian sejarah lokal, 256). Dalam hal ini, Kerajaan Demak yang akan
menurut Douch dapat dibagi dalam tiga bentuk. menjadi salah satu objek penelitian, dikarenakan
Pertama yaitu dengan mengambil contoh dari Kerajaan ini merupakan Kerajaan Islam pertama
kajian sejarah lokal untuk memberi ilustrasi yang di tanah Jawa dan pernah berjaya sekitar abad
lebih hidup dari uraian sejarah nasional maupun 15. Akan tetapi terjadi banyak konflik intern
sejarah dunia yang sedang diajarkan. Model didalam Kerajaan tersebut. Tahta Kerajaan
yang kedua yaitu dalam bentuk kegiatan Demak diperebutkan oleh keturunan Sultan
penjelajahan lingkungan. Bentuk yang ketiga Trenggono, pada mulanya seusai kematian Pati
yaitu berupa studi kasus yang mendalam tentang Unus atau Pangeran Sabrang Lor. Terjadi
berbagai aspek kesejarahan di lingkungan murid. perebutan kekuasaan antara Pangeran Lepir
Manusia yang tidak memahami masa lalunya (Lepen) dan Sultan Trenggono. Merasa berhak
tidak akan pernah menjadi dewasa. Memahami atas tahta kekuasaan demak akhirnya
secara benar peristiwa-peristiwa yang telah membunuh Pangeran Lepir/Lepen melalui
terjadi di masa lalu dapat menumbuhkan orang suruhan bernama Ki Suralaya. Akhirnya
kesadaran bahwa masa kini merupakan produk Sultan Trenggono memenuhi ambisinya menjadi
dari masa lalu dan masa depan ditentukan oleh penerus tahta Kerajaan Demak. Tidak sampai
masa kini. Kesadaran sejarah tidak dapat disitu, kelak anak dari pangeran Lepen yaitu
tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus Arya Penangsang, yang tidak terima oleh

75
Abdurahman Khubaib, Hamdan Tri A, dan Ibnu Sodiq / Indonesian Journal of History Education 5 (1) (2017)

kematian ayahnya membalas dengan membunuh dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
Sunan Prawata bersama istrinya. Merasa kurang, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara
ia pun membunuh saudara dari Sunan Prawoto, holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
yaitu suami Ratu Kalinyamat. Terjadinya konflik kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang berkepanjangan menyebabkan Kerajaan ini yang alamiah dan dengan memanfaatkan
hanya bertahan beberapa tahun sebelum berbagai metode alamiah. Metode ini digunakan
akhirnya dipindahkan ke pedalaman Pajang. sebagai pertimbangan karena menyesuaikan
Dari uraian sekilas tersebut dalam pembelajaran metode kualitatif lebih mudah apabila
sejarah, siswa dituntut untuk mengambil nilai- berhadapan dengan kenyataan ganda. Kemudian
nilai kehidupan dari konflik yang terjadi di dalam metode ini menyajikan secara langsung hakekat
keluarga Kerajaan Demak yang notabene hubungan antara peneliti dan responden. Metode
merupakan Kerajaan islam pertama di pulau ini lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
Jawa dan dapat Berjaya sebelum ditinggalkan penajaman pengaruh bersama dan terhadap
oleh Sultan Trenggono yang legendaris tersebut. pola-pola nilai yang dihadapi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Metode kualitatif ini sering disebut
mengetahui dan menganalisis materi konflik sebagai penelitian naturalistik karena
dalam pembelajaran sejarah pada pokok bahasan penelitiannya dilakukan dalam kondisi yang
sejarah lokal Kerajaan Demak mempengaruhi alamiah (naturalsetting). Disebut juga sebagai
kesadaran sejarah siswa serta melihat bagaimana metode etnographi. Karena pada awalnya
apresiasi siswa terhadap materi tersebut setelah metode ini lebih banyak digunakan untuk
dilakukannya pembelajaran. penelitian bidang antropologi budaya, disebut
sebagai metode kualitatif, karena data yang
METODE terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif
(Sugiyono 2014:13). Dengan demikian metode
Penelitian yang digunakan untuk penelitian kualitatif yang berlandaskan pada
mengkaji tentang kontribusi materi koflik dalam filsafat postpositivisme, digunakan untuk
pokok bahasan sejarah lokal Kerajaan Demak meneliti pada kondisi obyek yang alamiah,
bagi kesadaran sejarah siswa ini adalah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
penelitian kualitatif. Dengan menggunakan peneliti sebagai instrumen kunci, teknik
analisis deskriptif yaitu penelitian yang pengumpulan data dilakukan secara triangulasi
dilakukan untuk memperoleh gambaran situasi (gabungan), analisis data bersifat
dan kejadian-kejadian secara kongkret tentang induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih
keadaan objek atau masalah. Dengan menekankan makna dari pada generalisasi
pendekatan ini diharapkan kontribusi materi (Sugiyono, 2014:13-14).
koflik dalam pokok bahasan sejarah lokal Jenis penelitian yang digunakan dalam
Kerajaan Demak bagi kesadaran sejarah siswa di penelitian ini adalah kualitatif, yaitu penelitian
kelas XI materi sistem dan struktur sosial yang dilakukan untuk memperoleh gambaran
masyarakat di Kerajaan-Kerajaan bercorak Islam situasi dan kejadian-kejadian secara kongkret
di berbagai daerah, menunjukkan peta wilayah dengan keadaan objek yang akan diteliti sehingga
kekuasaan Kerajaan-Kerajaan Islam di berbagai diharapkan bahwa kontribusi materi koflik
daerah dan mendeskripsikan struktur birokrasi, dalam pokok bahasan sejarah lokal Kerajaan
hubungan pusat daerah, dan hukum di Kerajaan- Demak bagi kesadaran sejarah siswa di SMA
Kerajaan yang bercorak Islam di SMA Islam Islam Sultan Agung 2 Jepara Tahun Ajaran
Sultan Agung 2 Jepara Tahun Ajaran 2016/2017 2016/2017 dapat diteliti dan diperoleh hasil yang
dapat dideskripsikan secara lebih teliti. bermanfaat secara deskriptif. Sumber data dalam
Menurut Moleong (2010:6) penelitian penelitian ini diperoleh melalui observasi,
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud wawancara serta dokumentasi. Analisis data
untuk memahami fenomena tentang apa yang yang digunakan adalah analisis tehnik

76
Abdurahman Khubaib, Hamdan Tri A, dan Ibnu Sodiq / Indonesian Journal of History Education 5 (1) (2017)

triangulasi. Pada penelitian ini peneliti birokrasi, hubungan pusat daerah, dan
menggunakan dua macam teknik triangulasi, hukum di Kerajaan-Kerajaan yang bercorak
yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode. Islam. Jika dilihat dari segi waktu
Menurut Patton dalam (Moleong, 2010:330) pembelajaran, konten materi maupun tujuan
triangulasi sumber yaitu membandingkan dan pencapaian pembelajaran, materi tersebut
mengecek balik derajat kepercayaan suatu tidak terlalu penting secara umum tetapi
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat untuk membangkitkan minat siswa terhadap
yang berbeda. Dalam teknik ini data yang sejarah yang besifat lokal materi Kerajaan
diambil peneliti terdiri dari berbagai sumber Demak menarik untuk diulas lebih dalam
seperti guru sejarah, peserta didik, perangkat ketika pembelajaran. Walaupun seperti itu,
pembelajaran (Silabus dan RPP) serta beberapa tujuan pembelajaran tersebut tetap disusun
contoh tugas siswa. Teknik triangulasi metode guru dengan memperhatikan dan
menurut Patton dalam (Moleong, 2010:331) mempertimbangkan kebutuhan peserta didik
terdapat dua strategi, yaitu: (1) pengecekan dengan materi secara keseluruhan yang sesuai
derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan standar kompetensi dan kompetensi
beberapa teknik pengumpulan data dan (2) dasar.
pengecekan derajat kepercayaan beberapa 2. Ketersediaan sumber belajar sejarah pada
sumber data dengan metode yang sama. Dalam pokok bahasan Kerajaan Demak. Sumber-
teknik triangulasi metode peneliti mencoba sumber belajar yang digunakan di SMA Islam
menggali informasi yang sama dengan Sultan Agung 02 adalah lembar kerja siswa
menggunakan metode yang berbeda sebagai (LKS) dan buku paket. Lembar Kerja Siswa
pembanding. Metode yang digunakan peneliti atau LKS digunakan sebagai sumber belajar
yaitu, wawancara, pengamatan langsung dan utama karena materi yang terdapat di
kajian dokumen. dalamnya tidak terlalu berat dan bahasa yang
digunakan mudah untuk dipahami oleh siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN serta mempunyai soal-soal pengayaan untuk
melatih siswa. Untuk buku paket yang
Pembelajaran Sejarah dalam Tataran Lokal digunakan yaitu buku paket sejarah karangan
pada Pokok Bahasan Kerajaan Demak M. Habib Mustopo terbitan Yudhistira dan I
Berdasarkan hasil observasi dan Wayan Badrika terbitan Erlangga. Buku
wawancara yang dilakukan peneliti terhadap paket tersebut tidak dijadikan sumber belajar
guru, baik sebelum maupun sesudah melakukan utama karena bobot materinya berat bagi
akivitas pembelajaran telah dirangkum menjadi 6 siswa, juga menjadi rujukan ketika materi
poin sebagai berikut: yang ada di dalam lembar kerja siswa kurang.
1. Perencanaan pembelajaran sejarah dalam Disamping itu masih ada sumber lain yaitu
tataran lokal pokok bahasan Kerajaan modul yang dibuat oleh guru, yang
Demak. Pembelajaran sejarah mengenai merupakan ringkasan materi yang berasal
materi Kerajaan Demak sedikit berbeda dari LKS dan Buku Paket. Modul disini
karena merupakan sub materi dari materi hanya digunakan untuk memudahkan siswa
pokok Indonesia Pada Masa Kerajaan- agar lebih memahami materi dikarenakan isi
Kerajaan Islam, yang mempunyai empat sub materinya yang ringkas. Selanjutnya yang
materi pembahasan yaitu, a. Muncul dan menjadi sumber pembelajaran sejarah materi
berkembangnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Kerajaan Demak yaitu dari internet. Internet
berbagai daerah, b. Ciri-ciri pokok sistem dan digunakan oleh guru untuk mencari materi
struktur sosial masyarakat di Kerajaan- yang tidak tercantum didalam Lembar Kerja
Kerajaan bercorak Islam di berbagai daerah, Siswa, Buku Paket maupun modul yang
c. Wilayah kekuasaan Kerajaan-Kerajaan disusun oleh guru. Hal itu dikarenakan materi
Islam di berbagai daerah, d. Struktur yang ada didalam Lembar Kerja Siswa

77
Abdurahman Khubaib, Hamdan Tri A, dan Ibnu Sodiq / Indonesian Journal of History Education 5 (1) (2017)

maupun buku paket hanya membahas satu sikap peserta didik ketika pembelajaran
sudut pandang saja, sehingga kurang lengkap berlangsung dan juga memberikan
untuk diajarkan. pertanyaan lemparan semacam kuis, apabila
3. Penggunaan media pembelajaran sejarah ada yang bisa menjawab maka akan
pada pokok bahasan Kerajaan Demak. mendapatkan nilai. Untuk penilaian tugas,
Secara umum media pembelajaran sejarah guru meminta untuk membuat semacam
materi Kerajaan islam nusantara pokok kliping yang berhubungan dengan materi
bahasan sejarah Demak masih bertumpu yang telah dipelajari secara individu.
dengan menggunakan media power point, Selanjutnya untuk soal evaluasi dari LKS,
walaupun diselingi menggunakan media guru menginstruksikan kepada siswa agar
gambar dan video dokumenter. Kendati mengerjakan soal-soal latihan yang terdapat
demikian, LKS dan buku paket tetap menjadi didalam Lembar Kerja Siswa untuk
pegangan bagi siswa-siswi di SMA Islam kemudian dikoreksi bersama-sama.
Sultan Agung 02 Kalinyamatan.
4. Penggunaan metode belajar sejarah pada Kesadaran Sejarah di kelas XI IIS 2 SMA Islam
pokok bahasan Kerajaan Demak. Metode Sultan Agung 02 Jepara
yang digunakan guru dalam pembelajaran Berdasarkan wawancara dengan beberapa
sejarah materi Kerajaan Islam Nusantara peserta didik di kelas XI IIS 2, maka dapat
pokok bahasan Kerajaan Demak adalah diilustrasikan bahwa pembentukan kesadaran
ceramah interaktif dan diskusi. Kedua sejarah dalam ranah kognitif atau pengetahuan
metode tersebut digunakan menyesuaikan mereka dikatakan baik. Hal tersebut dapat dilihat
dengan kondisi peserta didik yang cenderung dari tahu atau tidaknya mereka terkait materi
pasif ketika pembelajaran sejarah Kerajaan Islam Nusantara pokok bahasan
berlangsung. Metode diskusi juga digunakan Kerajaan Demak. Selain itu pemahaman peserta
ketika materi pembelajaran yang diberikan didik tentang materi tersebut tergolong baik.
dirasa cukup, juga ketika waktu pembelajaran Ranah Afektif dalam pembelajaran sangat terkait
materi tersebut masih ada. dengan sikap, emosi, penghayatan atau apresiasi
5. Pengembangan materi ajar sejarah pada terhadap nilai, norma serta penghargaan dan
pokok bahasan Kerajaan Demak. Bentuk sesuatu yang dipelajari. Pembelajaran sejarah
pengembangan materi yang dilakukan oleh yang dilakukan oleh guru dalam ranah afektif
guru adalah menunjukkan bahwa adanya dapat membuat peserta didik merasa lebih
keterkaitan antara materi Kerajaan islam tertarik terhadap materi yang berkaitan dengaan
nusantara pokok bahasan Kerajaan Demak lingkungan sekitar serta hal-hal yang bernilai
dengan lingkungan sekitar sekolah. Materi historis mengenai keterkaitan antara Demak
yang diajarkan juga merupakan kombinasi dengan Jepara.
materi yang terdapat dalam buku paket dan Aspek selanjutnya dalam pembelajaran
LKS, sehingga nantinya materi yang sejarah adalah aspek psikomotorik atau
dikumpulkan akan dilengkapi dengan materi keterampilan. Memiliki kaitan erat dengan
yang didapatkan dari internet. Pada kemampuan dalam melakukan kegiatan yang
pelaksanaan pembelajaran materi tersebut bersifat fisik dari berbagai mata pelajaran.
disampaikan secara objektif dengan Pembelajaran dalam aspek psikomotorik lebih
mencantumkan kelebihan dan kekurangan menekankan terhadap rasa untuk membentuk
masing-masing. keterampilan ketika melakukan kegiatan
6. Evaluasi pembelajaran materi pokok bahasan pembelajaran. Seperti misalnya perasaan siswa
Kerajaan Demak. Evaluasi yang dilakukan melihat masjid agung Demak sebagai symbol
guru ada tiga cara, yaitu penilaian keseharian, kebesaran Kerajaan Demak dahulu, perjuangan
tugas dan soal evaluasi dari LKS. Penilaian Raden Fattah ketika mendirikan Kerajaan
keseharian dilakukan guru dengan melihat Demak, Sultan Trenggono ketika membuat

78
Abdurahman Khubaib, Hamdan Tri A, dan Ibnu Sodiq / Indonesian Journal of History Education 5 (1) (2017)

Kerajaan Demak Berjaya hingga sepeninggalnya 02 Kalinyamatan Jepara dimulai dengan adanya
harus mengalami kemunduran akibat konflik. perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, Dimulai dari perencanaannya, guru terlebih
kesadaran sejarah di kelas XI IIS 2 SMA Islam dahulu menyiapkan silabus, rpp dan lain
Sultan Agung 2 Kalinyamatan Jepara dapat sebagainya. Sebelum pembelajaran dimulai guru
dikatakan cukup tinggi. Peserta didik telah dapat menyiapkan rpp, silabus dan sebagainya yang
menjelaskan tokoh penting yang berkaitan sesuai dengan materi Kerajaan islam di
dengan materi Kerajaan Islam nusantara pokok nusantara pokok bahasan konflik Kerajaan
bahasan Kerajaan Demak. Peserta didik juga Demak.
mengetahui bagaimana Kerajaan Demak berdiri Pelaksanaan proses pembelajaran dimulai
hingga akhirnya mengalami kemunduran. Paling dari pendahuluan dengan melakukan apersepsi,
penting dari itu semua yakni, mereka dapat kegiatan inti yang meliputi penguasaan materi
menerapkan sikap dan juga keteladanan para dan lain-lain hingga kegiatan penutup atau
pendahulu didalam diri mereka sendiri. Dengan evaluasi. Dalam kegiatan inti peserta didik
begitu peserta didik dapat memaknai hakekat diajarkan untuk meresapi nilai-nilai yang
sejarah bagi masa kini dan yang akan datang. terdapat dalam SK, KD, dan indikator.
Penggunaan model dan metode pembelajaran
Apresiasi siswa terhadap pembelajaran sejarah yang baik dan menyenangkan serta media yang
materi konflik Kerajaan Demak menarik telah diterapkan dalam pembelajaran
Pembelajaran sejarah sub materi konflik sejarah pokok bahasan Kerajaan Demak.
Kerajaan Demak yang dilakukan di kelas XI IIS Sehingga sebagian besar peserta didik kelas XI
2 membuat siswa memiliki alternatif belajar IIS 2 menyukai pembelajaran sejarah. Meski
sejarah lebih mendalam mengenai sub-materi, demikian, masih ada beberapa peserta didik yang
dalam hal ini materi pokoknya yaitu Kerajaan kesulitan dalam pembelajaran sejarah karena
islam nusantara. Karena peneliti melakukan banyaknya materi sedangkan mereka kurang bisa
penelitian di SMA Islam Sultan Agung 02 menghafal materi yang demikian. Upaya yang
Kalinyamatan Jepara, untuk alasan itulah dapat dilakukan peserta didik dalam mengatasi
akhirnya dipilih materi tentang Kerajaan kendala tersebut adalah lebih cermat terhadap
Demak, yang dimana ruang lingkupnya buku, mendengarkan pembelajaran dengan baik,
berdekatan dengan tempat tinggal peserta didik. mengikuti pembelajaran dengan serius dan lain
Respon yang ditunjukan peserta didik sebagainya. Kesadaran sejarah peserta didik di
terhadap sub-materi Kerajaan Demak yang telah kelas XI IIS 2 SMA Islam Sultan Agung 02
diajarkan oleh guru bisa dikatakan baik ketika Jepara dapat dikatakan cukup tinggi karena
mereka ditanya mengenai kesukaan terhadap mereka telah dapat menjelaskan tokoh penting
mata pelajaran sejarah. Dengan apa yang telah yang berkaitan dengan materi dalam Kerajaan
terjadi di dalam Kerajaan Demak, peserta didik Demak, meskipun hanya sebatas tahu. Kendati
dapat belajar bagaimana memastikan kejadian demikian mereka telah memiliki partisipasi aktif
tersebut tidak pernah terulang dalam aspek melalui sikap yang ditunjukkan saat mengikuti
kehidupan masing-masing dari mereka. Disini aktifitas di sekolah seperti misalnya saat
dapat dilihat bagaimana pentingnya peran mengikuti upacara, juga menyanyikan berbagai
seorang guru dalam menjelaskan materi lebih lagu nasional ketika akan melaksanakan
spesifik agar hal-hal positif dari sebuah kejadian pembelajaran sejarah. Upaya yang dapat
di masa lalu dapat tersimpan dalam memori dilakukan untuk meningkatklan kesadaran
mereka untuk dijadikan sebuah pembelajaran di sejarah peserta didik adalah dengan mengetahui
masa mendatang. jati diri peserta didik itu sendiri melalui keluarga.
Karena keluarga merupakan bagian terpenting
Pembelajaran sejarah yang dilakukan yang paling dekat dengan peserta didik. melalui
guru di kelas XI IIS 2 SMA Islam Sultan Agung keluarga guru mengajak peserta didik untuk

79
Abdurahman Khubaib, Hamdan Tri A, dan Ibnu Sodiq / Indonesian Journal of History Education 5 (1) (2017)

dapat memahami sejarah kehidupannya, agar SIMPULAN


lebih dapat menghargai jerih payah orang-orang
terdekatnya. Agar dapat menghargai perjuangan Berdasarkan dari bab sebelumnya
kedua orang tua dalam menyekolahkan peserta penelitian mengenai pembelajaran sejarah materi
didik. beberapa proses tadi yang dapat konflik dalam pokok bahasan sejarah lokal
menjadikan peserta didik menyadari dan lebih Kerajaan Demak bagi kesadaran sejarah dapat
menghargai sejarah kehidupannya sendiri. ditarik kesimpulan: Pembelajaran sejarah yang
Peserta didik pada tingkat Sekolah Menengah dilakukan guru di kelas XI IIS 2 SMA Islam
Atas dapat dikatakan sudah dewasa dalam Sultan Agung 02 Kalinyamatan Jepara dengan
berfikir, mereka bisa membedakan mana hal menggunakan perangkat pembelajaran yang
yang baik mana yang buruk. Akan tetapi dalam mengacu terhadap SK dan KD dan silabus yang
kenyataannya tak selalu demikian, karena di telah terdaftar dalam kurikulum. Guru sejarah
dalam lingkungan sekolah pergaulan sangat hanya menganalisis, mengembangkan serta
menentukan. Untuk mengatasi agar peserta didik menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah yang
tidak terjerumus ke dalam situasi yang tidak baik, notabene berpatokan dengan nilai-nilai islam.
guru mengupayakan penanaman karakter ke Proses analisis terhadap silabus dilakukan
dalam diri peserta didik. hal tersebut dapat dengan memilah-milah cakupan materi yang
dilakukan dengan cara menunjukkan nilai-nilai nantinya dikembangkan dalam Rpp.
kesejarahan dari para pahlawan Indonesia. Pelaksanaan pembelajaran sejarah menggunakan
Dengan itu main set peserta didik pun akan metode ceramah bervariasi, diskusi, tanya jawab
terbentuk mengenai penokohan atau dan lainnya. Meskipun pihak sekolah jarang
pengidolaan terhadap para pahlawan. melakukan kunjungan ke museum, akan tetapi
Leo Agung (Paramitha Vol 24 No. 1 hlm. peserta didik memiliki inisiatif sendiri
134-135) menyatakan bahwa model melakukannya dikarenakan selain berwisata juga
pembelajaran KKBB terbukti memberikan lebih mengetahui budaya bangsa serta berupaya
pengaruh signifikan terhadap peningkatan menjaga peninggalan sejarah sendiri. Media
prestasi belajar (aspek kognitif) dan memperkuat yang digunakan dalam pembelajaran sejarah
karakter peserta didik (aspek afektif dan ialah Power Point dan film. Melalui media
psikomotor/skill) dibandingkan dengan power point siswa ditunjukkan point-point
kelompok kontrol yang menggunakan model penting dalam suatu materi sedangkan media
ceramah bervariasi. Model pembelajaran film sebagai penguatnya. Maksudnya melalui
tersebut mungkin cocok kalau diterapkan di media film, peserta didik dapat melihat
sekolah yang prestasi akademik siswa nya tinggi, mendengar dan merasakan secara langsung
akan tetapi untuk sekolah yang prestasi bagaimana sebuah peristiwa terjadi sehingga
akademik siswanya rendah bahkan cenderung lebih mudah dalam menyerap informasi dan
biasa-biasa saja mungkin hasilnya akan berbeda. pesan atau nilai yang terkandung dalam film
Guru di beberapa sekolah masih banyak yang tersebut. Materi sejarah yang bersifat ‘kelokalan’
mengandalkan model pembelajaran ceramah mengenai Kerajaan Demak banyak mengandung
bervariasi dikarenakan tingkat pemahaman nilai-nilai primordial, cinta terhadap daerah dan
materi siswa jangankan antar sekolah, antar kelas budaya daerah itu sendiri. Materi tersebut bagus
pun perbedaannya tinggi. Untuk itu, dalam untuk lebih menumbuhkan kesadaran sejarah
penelitian ini peneliti memilih sekolah dimana peserta didik karena didalamnya berisi materi
masih menggunakan model ceramah bervariasi yang dapat memberikan berbagai pembelajaran
pada umumnya yang berbeda dari kajian Leo hidup mengenai perjuangan para tokoh Kerajaan
Agung yang lebih menekankan pada model Islam, semangat pantang menyerah dan rasa
pembelajaran KKBB (Kritis, Kreatif, Berantai kekeluargaan yang tinggi yang nantinya dapat
dan Berkarakter). berimplikasi terhadap bertumbuhnya kesadaran
sejarah peserta didik.

80
Abdurahman Khubaib, Hamdan Tri A, dan Ibnu Sodiq / Indonesian Journal of History Education 5 (1) (2017)

Pembelajaran sejarah materi konflik Widja, I Gde. 1989. Sejarah Lokal Suatu Perspektif
Kerajaan Demak yang telah dilakukan oleh guru Dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud
menyenangkan dan seru menurut peserta didik.
Cara guru dalam menyampakan materi dengan
santai disertai sedikit ‘sense of humor’ juga
sedikit banyak membuat suasana di dalam kelas
menyenangkan saat proses pembelajaran
berlangsung. Melalui materi tersebut peserta
didik mengetahui lebih detail bagaimana
Kerajaan Demak. Peserta didik juga berharap
kejadian yang menimpa Kerajaan Demak tidak
akan terjadi lagi di masa depan dalam lingkup
manapun tanpa terkecuali. Peserta didik pun
berharap dapat meneladani para tokoh yang
telah berjuang membesarkan Kerajaan Demak
setelah mendapatkan materi dari guru.
Apresiasi siswa dalam pembelajaran
materi konflik Kerajaan Demak terbilang baik
setidaknya terlihat saat guru menjelaskan materi
tersebut didalam kelas. Fokus peserta didik
tertuju kepada penyampaian guru tentang materi
itu meskipun ada beberapa siswa yang tidak
terlalu memperhatikan. Tetapi secara
keseluruhan bagus untuk satu kelas yang
menerima materi yang sifatnya ‘sunnah’ bagi
peserta didik setingkat sekolah menengah atas
(SMA).

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Leo dan Sri Wahyuni. 2013. Perencanaan


Pembelajaran Sejarah. Yogjakarta: Ombak.
----------. (2014). “Pengembangan Model KKBB Sebagai
Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sejarah
di Solo Raya. PARAMITA. Jurnal Sejarah dan
Pembelajaran Sejarah. Vol.24 No.1- Januari
2014, hal 134-135.
Margareth, M. Poloma. 2004. Sosiologi Kontemporer.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Miles, Mattew B and A. Michael Huberman. 1992.
Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offfset.
Subagyo. 2003. Membangun Kesadaran Sejarah
Semarang: Widya Karya.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan
Pendidikan Pendekatan Kualitaif, Kuantitatif, dan
R&D. Bandung: CV Alfabeta.

81

Anda mungkin juga menyukai