net/publication/356412797
CITATIONS READS
0 3,712
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Denis Guritno Sri Sasongko on 20 November 2021.
Oleh:
Fakultas Pascasarjana
Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2018
SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM
• Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam bahasa
Belanda “leer plan”, artinya rencana pelajaran. Perubahan arah pendidikan lebih bersifat
politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan, asas
pendidikan yang ditetapkan adalah Pancasila. Kurikulum inilah yang dikenal dengan sebutan
“Rencana Pelajaran 1947”, yang baru dilaksanakan pada 1950. Orientasinya adalah: (1)
pendidikan watak, (2) kesadaran bernegara, dan (3) bermasyarakat.
• Kurikulum 1952-1964
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut “Rencana Pelajaran
Terurai 1952”. Silabus mata pelajarannya sangat jelas. Seorang guru mengajar satu mata
pelajaran. Pada masa ini, kebutuhan peserta didik akan ilmu pengetahuan lebih diperhatikan,
dan satuan mata pelajaran lebih dirinci. Namun, dalam kurikulum ini, siswa masih
diposisikan sebagai objek karena guru menjadi subjek sentral dalam pentransferan ilmu
pengetahuan. Guru berhak menentukan apa saja yang akan diperoleh siswa di kelas. Dan,
guru pun yang menentukan standar-standar keberhasilan siswa dalam proses pendidikan.
Sistem pendidikan masa ini dikenal dengan Sistem Panca Wardana atau sistem lima
aspek perkembangan yaitu perkembangan moral, perkembangan intelegensia, perkembangan
emosional (artistik), perkembangan keprigelan dan perkembangan jasmaniah. Sistem panca
wardana ini dapat diuraikan menjadi beberapa mata pelajaran, yakni:
1. Perkembangan moral: pendidikan kemasyarakatan dan pendidikan agama (budi pekerti).
2. Perkembangan intelegensia: bahasa Indonesia, bahasa daerah, berhitung dan pengetahuan
alamiah.
3. Perkembangan emosional (artistik): seni sastra (musik), seni lukis (rupa), seni tari, seni
drama.
4. Perkembangan keprigelan: pertanian (peternakan), industri kecil (pekerjaan tangan),
koperasi (tabungan) dan keprigelan-keprigelan lain.
5. Perkembangan jasmaniah: pendidikan jasmaniah dan pendidikan kesehatan.
Fokus kurikulum 1964 ini lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis. Pada kurikulum 1964 ini, arah pendidikan mulai merambah lingkup praksis. Artinya,
setiap pelajaran yang diajarkan di sekolah dapat berkorelasi positif dengan fungsional praksis
siswa dalam masyarakat. Kurikulum masa ini dapat dikategorikan sebagai Correlated
Curriculum.
• Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan tonggak awal pendidikan masa orde baru. Kelahiran
Kurikulum 1968 bersifat politis, menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan
sebagai produk Orde Lama. Tujuannya adalah untuk membentuk manusia Pancasila sejati.
Dasar pendidikan masa ini adalah Falsafah Negara Pancasila sesuai dengan Ketetapan
MPRS No. XXVI/MPRS/1966. Sedangkan, tujuan pendidikan nasional adalah membentuk
manusia pancasila sejati berdasarkan ketentuan ketentuan seperti yang dikehendaki oleh
• Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan agar pendidikan lebih efektif dan efisien
berdasar MBO (management by objective). Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci
dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang dikenal dengan istilah
“satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran
dirinci menjadi: tujuan instruksional umum (TIU), tujuan instruksional khusus (TIK), materi
pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.
Pada kurikulum ini, peran guru menjadi lebih penting karena setiap guru wajib untuk
membuat rincian tujuan yang ingin dicapai selama proses belajar mengajar berlangsung.
Setiap guru harus menyiapkan dengan detail perencanaan pelaksanaan program belajar
mengajarnya. Setiap tatap muka telah diatur dan dijadwalkan sejak awal. Dengan kurikulum
ini, semua proses belajar mengajar menjadi sistematis dan bertahap.
Dasar pendidikan masa ini adalah KTPD, MPR-RI No. IV/MPR/1973, yaitu;
pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan
ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi
pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun diri sendiri dan bersama-sama
bertanggungjawab atas pembangunan bangsa.
Tujuan pendidikan dan pengajaran terbagi pada tujuan pendidikan umum, tujuan
institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
• Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Proses menjadi lebih penting
dalam pelaksanaan pendidikan. Dalam kurikulum ini, peran siswa diaplikasikan dalam
aktivitas mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
• Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Dalam ranah pendidikan dasar, isi
kurikulum sekurang-kurangnya wajib memuat bahan kajian dan pelajaran antara lain: (1)
pendidikan pancasila, (2) pendidikan agama, (3) pendidikan kewarganegaraan, (4) bahasa
Indonesia, (5) membaca dan menulis, (6) matematika, (7) pengantar sains dan teknologi, (8)
ilmu bumi, (9) sejarah nasional dan sejarah umum, (10) kerajinan tangan dan kesenian, (11)
pendidikan jasmani dan kesehatan, (12) menggambar, serta (13) bahasa Inggris (PP. No. 28
tahun 1990. Pasal 14:2). Dan, materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah
masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, dan keterampilan daerah.
Dalam kurikulum pendidikan kelas dasar (SD/MI/SMP/MTS) ini, pengantar Sains dan
Teknologi menempati peran penting untuk dipelajari anak didik meskipun tidak mengabaikan
aspek yang lain. Hal ini dimungkinkan sebagai upaya mempersiapkan anak didik memasuki
era industrialisasi abad ke-21 dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia.
Untuk isi kurikulum tingkat pendidikan menengah, setidaknya wajib memuat tiga aspek
kajian dan pelajaran yaitu Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan. Di samping itu, kurikulum sekolah menengah dapat menjabarkan dan
menambahkan mata pelajaran sesuai dengan keadaan lingkungan dan ciri khas sekolah
menengah yang bersangkutan dengan tidak mengurangi kurikulum yang berlaku secara
nasional (Pasal 15:5).
Atas dasar inilah, berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat mendesak
agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya, kurikulum 1994 menjelma menjadi
kurikulum super padat. Siswa dihadapkan dengan banyaknya beban belajar yang harus
mereka tuntaskan. Mereka tidak memiliki pilihan untuk menerima atau tidak terhadap
banyaknya beban belajar yang harus mereka hadapi.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya:
1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.
2. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran atau isi).
3. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum
untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga
daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
4. Pengajaran dari hal yang konkrit kepada hal yang abstrak, dari hal yang mudah kepada
hal yang sulit dan dari hal yang sederhana kepada hal yang kompleks.
5. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan
pemahaman.
Idi, Abdullah. (2011). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Arruz
Media
Hasan, Hamid. (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Depertamen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga
Akademik
Rusdi, Muhammad. dkk. (1983). Pengantar Ilmu Pengetahuan Sosial. Surabaya: Tim IPS
FPIS IKIP Surabaya
_____, http://ebookbrowse.com/sejarah-pendidikan-dari-zaman-kolonial-belanda-sampai-
kurikulum-ktsp-pdf-d339796568, diakses pada Sabtu, 06 Oktober 2018, pkl. 13.39