Disusun Oleh:
Pendidikan Khusus
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
2022/2023
Kata pengantar
Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas nikmat dan
rahmatnya kami dapat penyelesaikan tugas makalah hasil observasi ini dengan baik. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah perkembangan interaksi dan komunikasi.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang ikut berpartisipasi serta
memberikan dukungan dengan memberi saran, bimbingan,dan arahan. Atas dukungan moral
dan materilnya kami ucapkan terima kasih. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................i
Daftar Isi.............................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan...........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3. Tujuan...................................................................................................................2
1.4. Metode Penelitian.................................................................................................2
BAB II Pembahasan..........................................................................................................3
2.1. Interaksi.................................................................................................................3
2.2. Anak Berkebutuhan Khusus...............................................................................3
2.3. Hambatan Interaksi.............................................................................................4
2.4. Anak Tunagrahita................................................................................................4
2.5. Karakteristik Tunagrahita..................................................................................5
2.6. Klasifikasi Tunagrahita.......................................................................................6
2.7. Layanan Pendidikan Tunagrahita......................................................................7
2.8. Stimulus dan Respon............................................................................................8
BAB III Hasil Penelitian dan Pembahasannya...............................................................10
3.1. Hasil Penelitian.....................................................................................................10
3.2. Metode Identifikasi...............................................................................................11
3.3. Pembahasan..........................................................................................................11
BAB IV Penutup................................................................................................................21
4.1. Kesimpulan...........................................................................................................21
Daftar Pustaka...................................................................................................................22
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3. Tujuan
1. Mengetahui identifikasi seorang anak berkebutuhan khusus yang mengalami
hambatan interaksi.
2. Mengetahui bagaimana respon anak berkebutuhan khusus bila diberi stimulus.
3. Mengetahui apa saja yang menjadi hambatan anak dalam menerima stimulus.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Interaksi
Menurut Wagner, interaksi adalah kejadian timbal balik yang memerlukan paling
sedikit dua objek dan dua aksi (tindakan). Interaksi terjadi ketika antar pihak satu dengan
pihak yang lainnya yang akan mempengaruhi kejadian satu sama lainnya.
Interaksi sosial adalah hubungan sosial antara individu ataupun kelompok yang
dinamis dan saling mempengaruhi. Interaksi sosial tidak hanya dilakukan dengan kontak fisik
seperti berjabat tangan, saling menyapa, ataupun mengobrol tetapi interaksi sosial dapat
dilakukan dengan komunikasi sosial. Misalnya melalui bahasa tubuh, seperti adanya
kesadaran yang menyebabkan perasaan orang disekitarnya berubah contohnya orang yang
menggunakan parfume membuat orang sekitar mencium harumnya. Dengan mencium harum
wangi dari parfume yang digunakan orang tersebut membuat orang yang ada disekitarnya
berpikir harus melakukan tindakan apa. Interaksi sosial akan memberikan timbal balik untuk
orang yang melakukan interaksi sosial, keduanya akan saling dipengaruhi oleh tingkah laku
orang bersangkutan. Interaksi sosial dapat terjadi antara individu dan individu, individu dan
suatu kelompok, suatu kelompok dan kelompok lainnya.
Menurut Suran dan Rizzo 1979, anak berkebutuhan khusus (ABK) atau anak luar
biasa (ALB) adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang
penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau
sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan/kebutuhan dan potensinya secara maksimal,
meliputi mereka yang tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, mempunyai gangguan bicara,
cacat tubuh, retardasi mental, gangguan emosional. Juga anak-anak yang berbakat dengan
3
intelegensi tinggi, dapat dikategorikan sebagai anak khusus/luar biasa, karena memerlukan
penanganan yang terlatih dari tenaga profesional.
Menurut H. Sudardjo, ABK adalah anak yang dalam pendidikan memerlukan
pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya. Anak dikatakan berkebutuhan
khusus jika ada sesuatu yang kurang atau bahkan lebih dalam diri anak tersebut.
Menurut Heward ABK bisa dibagi dalam dua kategori, yakni ABK yang bersifat
permanen (akibat dari kelainan tertentu) dan ABK bersifat temporer (mengalami hambatan
belajar dan perkembangan yang disebabkan kondisi dan situasi lingkungan). Untuk ABK
yang bersifat temporer apabila tidak mendapatkan penanganan ataupun intervensi yang tepat
dan sesuai dengan hambatan belajarnya akan sangat dimungkinkan menjadi permanen.
Buruknya interaksi merupakan dua hambatan utama bagi individu untuk belajar dan
berkembang. Artinya individu atau anak dapat belajar dan berkembang sesuai dengan tugas
dan usia perkembangannya manakala interaksi berjalan tanpa hambatan. Dalam
perkembangannya bagi anak “normal”, kualitas interaksi akan semakin tinggi manakala
tuntutan-tuntutan serta tanggung jawab tersebut di atas dapat dilalui. Akan tetapi bagi anak
yang mengalami hambatan perkembangan interaksi akan muncul masalah-masalah, antara
lain adalah anak tidak ada inisiatif, impulsif, agresif, maladaptif, tidak ada motivasi, sulit
berkonsentrasi, gangguan berfikir, dan sebagainya. Gangguan interaksi tersebut akan
berdampak terhadap pengembangan perilaku komunikasi seseorang.
Anak tunagrahita adalah anak berkebutuhan khusus yang terdiri dari beberapa jenis
yang beragam dari yang ringan hingga yang berat. Menurut Grossman yang secara resmi
digunakan dalam AAMD (American Association of Mental Deficiency), ketunagrahitaan
mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara nyata (signifikan) berada di bawah rata-
rata (normal) bersamaan dengan kekurangan dalam tingkah laku penyesuaian diri dan semua
ini berlangsung pada masa perkembangan.
Menurut Efendi, anak tunagrahita adalah anak yang mengalami taraf kecerdasan yang
rendah sehingga untuk meniti tugas perkembangan ia sangat membutuhkan layanan
pendidikan dan bimbingan secara khusus. Masyarakat mengenal tunagrahita dengan
keterbelakangan mental dan idiot.
4
Navaratnam dalam Wardani (2011: 6.5), menyatakan bahwa seseorang yang
dikategorikan tunagrahita dengan keadaan kecerdasannya yang jelas-jelas di bawah rata-rata,
dan tidak mampu dalam menyesuaikan diri dengan normal dari tuntutan yang berlaku di
masyarakat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari definisi diatas adalah sebagai berikut:
Menurut Drew dalam Syahrul (2014 : 160), anak tunagrahita bila dibandingkan
dengan anak normal seusianya, ditemukan bahwa anak tunagrahita menunjukkan tugas
belajar dan ingatan yang kurang baik.
Berdasarkan dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita
adalah anak atau seseorang yang mempunyai kecerdasan dibawah rata-rata, mengalami
kesulitan dalam interaksi sosial. Pada masa perkembangan mengalami keterbelakangan dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memerlukan layanan pendidikan khusus.
James D Page yang dikutip oleh Suhaeri H.N (Amin: 1995), menguraikan
karakteristik anak tunagrahita sebagai berikut:
a) Kecerdasan
Kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang abstrak. Mereka
lebih banyak belajar dengan cara membeo (rote-learning) bukan dengan pengertian.
b) Sosial
Dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus, memelihara, dan memimpin diri.
Ketika masih kanak-kanak mereka harus dibantu terus menerus, disingkirkan dari
bahaya, dan diawasi waktu bermain dengan anak lain.
c) Fungsi-fungsi mental lain
Mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, pelupa dan sukar
mengungkapkan kembali suatu ingatan. Mereka menghindari berpikir, kurang mampu
membuat asosiasi dan sukar membuat kreasi baru.
d) Dorongan dan emosi
5
Perkembangan dan dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan
tingkat ketunagrahitaan masing-masing. Kehidupan emosinya lemah, mereka jarang
menghayati perasaan bangga, tanggung jawab dan hak sosial.
e) Organisme
Struktur dan fungsi organisme pada anak tunagrahita umumnya kurang dari anak
normal. Dapat berjalan dan berbicara diusia yang lebih tua dari anak normal. Sikap
dan gerakannya kurang indah, bahkan di antaranya banyak yang mengalami cacat
bicara.
Menurut Hallahan dalam Wardani (2011: 6.6), yaitu mild mental retardation/ringan
(IQ 70-55), moderate mental retardation/sedang (IQ 55-40), savere mental retardation/berat
(IQ 40-25), dan profound mental retardation/sangat berat (IQ 25 kebawah).
6
2.7. Layanan Pendidikan Tunagrahita
Ada beberapa pendidikan dan layanan khusus yang disediakan untuk anak
tunagrahita, yaitu:
a) Kelas Transisi
Kelas transisi sedapat mungkin berada disekolah reguler, sehingga pada saat tertentu
anak dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan
dan pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan modifikasi sesuai
kebutuhan anak.
b) Sekolah Khusus (Sekolah Luar Biasa bagian C dan C1/SLB-C,C1)
Layanan pendidikan untuk anak tunagrahita model ini diberikan pada Sekolah Luar
Biasa. Dalam satu kelas maksimal 10 anak dengan pembimbing/pengajar guru khusus
dan teman sekelas yang dianggap sama keampuannya (tunagrahita). Kegiatan belajar
mengajar sepanjang hari penuh di kelas khusus. Untuk anak tunagrahita ringan dapat
bersekolah di SLB-C, sedangkan anak tunagrahita sedang dapat bersekolah di SLB-
C1
c) Pendidikan Terpadu
Layanan pendidikan pada model ini diselenggarakan di sekolah reguler. Anak
tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler di kelas yang sama dengan
bimbingan guru reguler. Untuk mata pelajaran tertentu, jika anak mempunyai
kesulitan, anak tunagrahita akan mendapat bimbingan/remedial dari Guru
Pembimbing Khusus (GPK) dari SLB terdekat, pada ruang khusus atau ruang sumber.
Biasanya anak yang belajar di sekolah terpadu adalah anak yang tergolong tunagrahita
ringan, yang termasuk kedalam kategori borderline yang biasanya mempunyai
kesulitan-kesulitan dalam belajar (Learning Difficulties) atau disebut dengan lamban
belajar (Slow Learner).
d) Program sekolah di rumah
Program ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti
pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya. Proram dilaksanakan di rumah
dengan cara mendatangkan guru PLB (GPK) atau terapis. Hal ini dilaksanakan atas
kerjasama antara orangtua, sekolah, dan masyarakat.
7
e) Pendidikan Inklusi
Model ini menekankan pada keterpaduan penuh, menghilangkan labelisasi anak
dengan prinsip “Education for All”. Layanan pendidikan inklusif diselenggarakan
pada sekolah reguler. Anak tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler,
pada kelas dan guru/pembimbing yang sama. Pada kelas inklusi, siswa dibimbing oleh
2 (dua) orang guru, satu guru reguler dan satu lagi guru khusus. Guna guru khusus
untuk memberikan bantuan kepada siswa tunagrahita jika anak tersebut mempunyai
kesulitan di dalam kelas. Semua anak diberlakukan dan mempunyai hak serta
kewajiban yang sama. Tapi saat ini pelayanan pendidikan inklusif masih dalam tahap
rintisan.
f) Panti (Griya) Rehabilitasi
Panti ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita pada tingkat berat, yang mempunyai
kemampuan pada tingkat sangat rendah, dan pada umumnya memiliki kelainan ganda
seperti penglihatan, pendengaran, atau motorik. Program di panti lebih terfokus pada
perawatan. Pengembangan dalam panti ini terbatas dalam hal:
1. Pengenalan diri
3. Motorik kasar dan ambulasi (pindah dari satu temapt ke tempat lain)
Stimulus merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam
merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Menurut Slameto (2013: 215),
stimulus memiliki berbagai bentuk seperti perhatian, pengertian dan penerimaan proses
internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar seperti
memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, menilai kemampuan
dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan
dan serta nilai-nilainya.
8
Menurut Keller & Schoenfeld (Wibowo,1988), stimulus mempunyai 3 (tiga) fungsi
yaitu:
Respon merupakan hasil dari pemberian stimulus, pada prosesnya di dahului sikap
seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk
bertingkah laku jika ia menghadapi suatu stimulus tertentu. Menurut Saifuddin Azwar, respon
adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada stimulus tersebut, respon hanya
timbul apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya reaksi individu.
Respon seseorang dapat dalam bentuk baik dan buruk, positif dan negatif, juga
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
9
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA
10
pintu
3. RESPON TERHADAP STIMULUS
KINESTETIK
Respon anak ketika diberikan bola
plastik
Respon anak ketika ditampilkan
gerakan senam
4. RESPON TERHADAP STIMULUS
TAKTIL
Respon anak ketika diusap rambutnya
Respon anak ketika ditepuk
pundaknya perlahan
Respon anak ketika diberikan air
dengan suhu berbeda
- Hangat
- Dingin
3.3. Pembahasan
a) Identitas Anak
11
Nama: Nanda
Kelas: 2 SMPLB
Spesialisasi: C
Nama: Talitha
Kelas: 5 SDLB
Spesialisasi: C
Nama: Nazwa
Kelas: 1 SDLB
Spesialisasi: C
Nama: Abdurahman
Kelas: 3 SMPLB
Spesialis: C
b) Analisis Hambatan
- Nanda
12
Respon anak ketika mencari sumber
bunyi dari handphone
Respon anak ketika dijatuhkan benda
Respon anak ketika ada suara ketukan
pintu
3. RESPON TERHADAP STIMULUS
KINESTETIK
Respon anak ketika diberikan bola
plastik
Respon anak ketika ditampilkan
gerakan senam
4. RESPON TERHADAP STIMULUS
TAKTIL
Respon anak ketika diusap rambutnya
Respon anak ketika ditepuk
pundaknya perlahan
Respon anak ketika diberikan air
dengan suhu berbeda
- Hangat
- Dingin
Kesimpulan:
- Talitha
13
asesor.
Respon mata ketika mengikuti gerak V Anak mampu
tangan merespon ketika
tangan digerakan
didepan mata, ia
mampu melirik ke
arah tangan yang
digerakan oleh
asesor.
2. RESPON TERHADAP STIMULUS
AUDITORI
Respon anak ketika dipanggil V Anak mampu
namanya dari arah : merespon ketika
- Depan dipanggil namanya
- Belakang dari berbagai arah, ia
- Samping kiri mampu melirik dan
- Samping kanan melihat ke arah
sumber suara.
Respon anak ketika mencari sumber V Anak mampu
bunyi dari handphone merespon ketika
mencari sumber
bunyi dari
handphone, ia
mampu mencari
sumber bunyi
tersebut dengan cara
bermobilitas.
Respon anak ketika dijatuhkan benda V Anak mampu
merespon ketika
melihat atau
mendengar benda
yang jatuh
disekitarnya, ia
mampu melirik dan
mencari sumber
suara dari benda
yang jatuh.
Respon anak ketika ada suara ketukan V Anak mampu
pintu merespon ketika
diberi suara ketukan
pintu, ia mampu
melirik ke arah
sumber bunyi.
3. RESPON TERHADAP STIMULUS
KINESTETIK
Respon anak ketika diberikan bola V Anak mampu
plastik merespon ketika
diberikan bola
plastik, ia mampu
menendang bola
14
yang diberikan
asesor.
Respon anak ketika ditampilkan V Anak mampu
gerakan senam merespon ketika
ditampilkan gerakan
senam, ia mampu
mengikuti gerakan
senam dan
menggerakkan
badannya mengikuti
arahan asesor.
4. RESPON TERHADAP STIMULUS
TAKTIL
Respon anak ketika diusap rambutnya V Anak mampu
merespon ketika
diusap rambutnya, ia
mampu tersenyum.
Respon anak ketika ditepuk V Anak mampu
pundaknya perlahan merespon ketika
pundaknya ditepuk
perlahan, ia mampu
menoleh ke arah
asesor.
Respon anak ketika diberikan air V Anak mampu
dengan suhu berbeda merespon ketika
- Hangat diberikan air hangat
- Dingin dan dingin, ia
mampu
membedakan kedua
air tersebut dengan
cara menyebutkan
mana air hangat dan
air dingin kepada
asesor.
Kesimpulan:
Anak tidak memiliki hambatan dalam interaksi. Baik dalam visual, auditori, kinestetik, dan
taktil.
- Nazwa
15
tangan, ia merespon
dengan cara
melambaikan
kembali tangannya
kepada asesor.
Respon anak ketika di tunjukan V Anak mampu
gambar atau benda yang menarik merespon ketika
diberi gambar, ia
mampu menyebutkan
gambar apa yang
diberikan oleh
asesor.
Respon mata ketika mengikuti gerak V Anak mampu
tangan merespon ketika
tangan digerakan
didepan mata, ia
mampu melirik ke
arah tangan yang
digerakan oleh
asesor.
2. RESPON TERHADAP STIMULUS
AUDITORI
Respon anak ketika dipanggil V Anak tidak mampu
namanya dari arah : merespon ketika
- Depan dipanggil namanya
- Belakang dari berbagai arah,
- Samping kiri karena ia terdistraksi
- Samping kanan oleh mainan yang ia
pegang.
Respon anak ketika mencari sumber V Anak tidak mampu
bunyi dari handphone merespon ketika
melihat atau
mendengar benda
yang jatuh
disekitarnya, bahkan
pada percobaan
ketiga kali pun ia
tetap acuh dan tidak
memperlihatkan
respon apapun,
karena masih
terdistraksi oleh
mainan yang ia
pegang.
Respon anak ketika dijatuhkan benda V Anak mampu
merespon ketika
melihat atau
mendengar benda
yang jatuh
disekitarnya, ia
16
mampu melirik dan
mencari sumber
suara dari benda
yang jatuh.
Respon anak ketika ada suara ketukan V Anak mampu
pintu merespon ketika
diberi suara ketukan
pintu, ia mampu
melirik ke arah
sumber bunyi.
3. RESPON TERHADAP STIMULUS
KINESTETIK
Respon anak ketika diberikan bola V Anak mampu
plastik merespon ketika
diberikan bola
plastik, ia mampu
menendang bola
yang diberikan
asesor.
Respon anak ketika ditampilkan V Anak mampu
gerakan senam merespon ketika
ditampilkan gerakan
senam, ia mampu
mengikuti gerakan
senam dan
menggerakkan
badannya mengikuti
arahan asesor.
4. RESPON TERHADAP STIMULUS
TAKTIL
Respon anak ketika diusap rambutnya V Anak mampu
merespon ketika
diusap rambutnya, ia
mampu tersenyum.
Respon anak ketika ditepuk V Anak tidak mampu
pundaknya perlahan memberi respon
ketika diusap
bahunya, ia tetap
acuh dan tidak
menunjukkan reaksi
apapun, karena
masih terdistraksi
oleh mainan yang ia
pegang.
Respon anak ketika diberikan air V Anak tidak mampu
dengan suhu berbeda merespon ketika
- Hangat diberikan air hangat
- Dingin dan dingin, karena
dipengaruhi oleh
beberapa faktor
17
lingkungan, yaitu :
- Kurangnya
pemahaman,
mengingat ia
masih duduk
dikelas 1
SDLB
- Masih
Terdistraksi
oleh mainan
yang ia
pegang.
Kesimpulan:
Anak tidak memiliki hambatan dalam interaksi. Baik dalam visual, auditori, kinestetik, dan
taktil. Namun dalam aspek auditori dan taktil terutama pada stimulus yang diberikan, anak
tidak konsisten dalam memberikan respon. Sebab, konsentrasi atau perhatian anak tersebut
mudah teralihkan.
- Abdurahman
18
tangan merespon ketika
tangan digerakan
didepan mata, ia
mampu melirik ke
arah tangan yang
digerakan oleh
asesor.
2. RESPON TERHADAP STIMULUS
AUDITORI
Respon anak ketika dipanggil V Anak mampu
namanya dari arah : merespon ketika
- Depan dipanggil namanya
- Belakang dari berbagai arah, ia
- Samping kiri mampu melirik dan
- Samping kanan melihat ke arah
sumber suara.
Respon anak ketika mencari sumber V Anak mampu
bunyi dari handphone merespon ketika
mencari sumber
bunyi dari
handphone, ia
mampu mencari
sumber bunyi
tersebut dengan cara
bermobilitas.
Respon anak ketika dijatuhkan benda V Anak mampu
merespon ketika
melihat atau
mendengar benda
yang jatuh
disekitarnya, ia
mampu melirik dan
mencari sumber
suara dari benda
yang jatuh.
Respon anak ketika ada suara ketukan V Anak mampu
pintu merespon ketika
diberi suara ketukan
pintu, ia mampu
melirik ke arah
sumber bunyi.
3. RESPON TERHADAP STIMULUS
KINESTETIK
Respon anak ketika diberikan bola V Anak mampu
plastik merespon ketika
diberikan bola
plastik, ia mampu
menendang bola
yang diberikan
asesor.
19
Respon anak ketika ditampilkan V Anak mampu
gerakan senam merespon ketika
ditampilkan gerakan
senam, ia mampu
mengikuti gerakan
senam dan
menggerakkan
badannya mengikuti
arahan asesor.
4. RESPON TERHADAP STIMULUS
TAKTIL
Respon anak ketika diusap rambutnya V Anak mampu
merespon ketika
diusap rambutnya, ia
mampu tersenyum.
Respon anak ketika ditepuk V Anak mampu
pundaknya perlahan merespon ketika
pundaknya ditepuk
perlahan, ia mampu
menoleh ke arah
asesor.
Respon anak ketika diberikan air V Anak mampu
dengan suhu berbeda merespon ketika
- Hangat diberikan air hangat
- Dingin dan dingin, ia
mampu
membedakan kedua
air tersebut dengan
cara menyebutkan
mana air hangat dan
air dingin kepada
asesor.
Kesimpulan:
Anak tidak memiliki hambatan dalam interaksi. Baik dalam visual, auditori, kinestetik, dan
taktil.
20
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi yang sudah kami lakukan pada tanggal 27 Oktober 2022
di SLB Muhamadiyah Cipedes, dapat di simpulkan bahwa ada beberapa anak dengan
kebutuhan khusus di SLB Muhamadiyah yang memiliki respon baik saat di beri stimulus.
Adapun proses interaksi yang terjadi karena adanya hubungan timbal balik dari kedua
belah pihak baik dari asesor yang memberikan stimulus dan anak yang merespon. Juga
ada anak yang awalnya mampu merespon dengan baik, namun lama-lama perhatiannya
atau tingkat konsentrasinya menurun karena terdistraksi hal lain yang berasal dari
lingkungan itu sendiri.
Seperti yang sudah didapatkan dalam mengamati atau observasi yang ditujukan
langsung pada anak dilapangan menghasilkan beberapa penafsiran terhadap proses
interaksi yang terjadi. Dimana proses tersebut tidak semuanya mendapatkan respon yang
diharapkan oleh asesor.
21
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/11347343/
Pengertian_anak_berkebutuhan_khusus_menurut_beberapa_ahli diakses pada 20 Oktober
2022
https://fpscs.uii.ac.id/blog/2015/05/21/psikologi-kaji-pendidikan-bagi-anak-berkebutuhan-
khusus-abk/ diakses pada 20 Oktober 2022
https://www.kajianpustaka.com/2022/05/anak-tunalaras.html diakses pada 20 Oktober 2022
http://repository.iainpare.ac.id/2368/3/16.2300.108%20BAB%202.pdf diakses pada 20
Oktober 2022
https://www.gramedia.com/literasi/komunikasi-adalah/ diakses pada 20 Oktober 2022
https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/
3127/8/11_UNIKOM_21215077_ROBERTHASUNARYA_BABII.pdf diakses pada 20
Oktober 2022
https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-teori-stimulus-respons-dalam-ilmu-
sosial/9032/2 diakses pada 20 Oktober 2022
https://eprints.umm.ac.id/42817/3/BAB%20II.pdf diakses pada 20 Oktober 2022
22