Dosen
Maria Ulfah, M.Psi, Psi
Disusun oleh :
Rizka Aprilitha H [46118010006]
Wiedya Nabilla [46118010026]
Bambang Adi Priyono [46118010038]
Muhammad Daffa F [46118010043]
Muhammad Alif Maulana [46118010054]
Hawa Winati Rachmana [46118010111]
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keragaman Sosiokultural” dengan
tujuan untuk mamperluas pemahaman literature dan memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Psikologi Pendidikan oleh Ibu Maria Ulfah, M.Psi, Psi
Makalah ini akan membahas tentang budaya dan etnis, pendidikan, dan gender
serta unsur dan aspek apa saja yang berkaitan secara teoritis dan terperinci.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengatakan bahwa ia ingin agar murid-muridnya melihat bahwa mengajar itu sama
hebatnya dengan menjadi dokter atau pengacara (Santrock, 2014).
Pada bab ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pendekatan behavioral
(perilaku) dan pendekatan kognitif sosial untuk pembelajaran (learning).
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembelajaran
Proses belajar atau pembelajaran adalah fokus utama dalam psikologi
pendidikan. Ketika orang ditanya apa fungsi sekolah, pada umumnya biasanya akan
menjawab ‘Membantu murid untuk belajar’ (Santrock, 2014).
b. Pendekatan Kognitif
Psikologi semakin cenderung ke pandangan kognitif selama dekade
terakhir abad ke-20 dan penekanan kognitif ini terus berlanjut sampai
sekarang.
3
Empat pendekatan kognitif utama untuk pembelajaran: kognitif sosial,
pemrosesan informasi kognitif, konstruktivis kognitif, dan konstruktivis
sosial.
Pendekatan kognitif sosial menekankan bagaimana faktor perilaku,
lingkungan, dan orang (kognitif) saling berinteraksi memengaruhi proses
pembelajaran. Pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana anak
memproses informasi melalui perhatian, ingatan, pemikiran, dan proses
kognitif lainnya.
Konstruktivis kognitif menekankan konstruksi kognitif terhadap
pengetahuan dan pemahaman. Konstruktivis sosial fokus pada kolaborasi
dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman
(Santrock, 2014).
4
Generalisasi dalam pengkondisian klasik adalah tendensi dari stimulus
baru yang sama dengan conditioned stimulus yang asli untuk menghasilkan
respons yang sama (Jones, Kemenes, & Benjamin, 2001 dalam Santrock,
2014).
Diskriminasi dalam pengkondisian klasik terjadi ketika organisme
merespons stimuli tertentu tetapi tidak merespons stimuli lainnya (Murphy,
Baker, & Fouquet, 2001 dalam Santrock, 2014).
Pelenyapan (extinction) dalam pengkondisian klasik adalah pelemahan
conditioned response (CR) karena tidak adanya unconditioned stimulus
(US).
Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi Sistematis (systematic desensitization) adalah sebuah
metode yang didasarkan pada pengkondisian klasik yang dimaksudkan
untuk mengurangi kecemasan dengan cara membuat individu
mengasosiasikan relaksasi dengan visualisasi situasi yang menimbulkan
kecemasan.
Desensitisasi melibatkan counterconditioning (McNeil, 2000 dalam
Santrock, 2014).
Perasaaan rileks yang dibayangkan murid (US) menghasilkan relaksasi
(UR).
Murid kemudian mengasosiasikan isyarat yang menimbulkan kecemasan
(CS) dengan perasaan relaksasi.
Relaksasi tersebut bertentangan dengan kecemasan. Dengan memasangkan
isyarat penghasil kecemasan dengan relaksasi, dan secara bertahap
menyusun hierarki (dari dua minggu sebelum bicara sampai berjalan ke
podium untuk berbicara), semua isyarat yang menimbulkan kecemasan akan
menghasilkan relaksasi (CR).
5
diulangi disebut sebagai pengkondisian operan yang juga disebut dengan
pengkondisian instrumental.
Tokoh utama dari pengkondisian operan adalah B.F. Skinner yang
pandangannya didasarkan pada pandangan E.L. Thorndike.
Hukum efek (law effect) Thorndike mengungkapkan bahwa perilaku
yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang
diikuti hasil negatif akan diperlemah.
Pengkondisian operan skinner menekankan bahwa konsekuensi
perilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan
terjadi. Konsekuensi berupa imbalan dan hukuman bersifat sementara pada
perilaku individu.
Penguatan (imbalan/ reinforcement) merupakan konsekuensi yang
meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Hukuman
(punishment) merupakan konsekuensi yang menurunkan kemungkinan
terjadinya suatu perilaku.
Penguatan berarti memperkuat. Penguatan positif yaitu frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung
(rewarding): komentar positif guru meningkatkan perilaku menulis murid.
Penguatan negatif yaitu frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan
penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan) (Frieman,
2002 dalam Santrock, 2014).
Generalisasi dalam pengkondisian operan adalah memberikan
respons yang sama terhadap stimuli yang sama.
Diskriminasi dalam pengkondisian operan berarti pembedaan di
antara stimuli dan kejadian lingkungan. Pelenyapan dalam pengkondisian
operan terjadi ketika respons penguat sebelumnya tidak lagi diperkuat dan
responsnya menurun.
6
Penguat yang paling sering dipakai guru adalah aktivitas. Prinsip
Premack ditemukan oleh David Premack menyatakan bahwa aktivitas
berprobabilitas tinggi dapat berfungsi sebagai penguat aktivitas
berprobabilitas rendah.
Menjadikan Penguat Kontingen dan Tepat Waktu
Penting untuk membuat perilaku itu kontingen pada perilaku anak artinya
anak harus melakukan suatu perilaku agar mendapatkan imbalan.
Penguat akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera
mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan.
Memilih Jadwal Penguatan Terbaik
Penguatan parsial artinya yaitu memperkuat suatu respons hanya pada
waktu tertentu. Skinner menyusun konsep jadwal penguatan yang
merupakan jadwal penguatan parsial yang menentukan kapan suatu
respons akan diperkuat (Santrock, 2014). Empat jadwal penguatan utama
yaitu:
7
Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan
yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan
respons itu akan terjadi.
Shaping adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku
yang mirip dengan perilaku sasaran.
8
4.1.1 Teori Kognitif Sosial Bandura
Teori Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga
faktor perilaku memainkan peran penting dalam pembelajaran.
Bandura mengembangkan model determinisme resiprokal yang terdiri dari
tiga faktor utama: perilaku, person/kognitif, dan lingkungan.
Faktor lingkungan memengaruhi perilaku, perilaku memengaruhi
lingkungan, faktor person (orang/kognitif) memengaruhi perilaku, dan
sebagainya.
Faktor kognitif mencakup ekspektasi, keyakinan, strategi, pemikiran, dan
kecerdasan.
Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura yaitu self-efficacy
merupakan keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan
menghasilkan hasil positif.
9
Pendekatan perilaku kognitif mengubah perilaku dengan menyuruh orang
untuk memonitor, mengelola, dan mengatur perilaku mereka sendiri, bukan
dipengaruhi melalui faktor eksternal.
Metode instruksi diri (self-instructional method) adalah sebuah teknik
perilaku kognitif yang dimaksudkan guna mengajari individu untuk
memodifikasi perilaku mereka sendiri. Metode ini membantu orang
mengubah apa yang anggapan mereka tentang diri mereka sendiri.
Pembelajaran regulasi diri, memunculkan dan memonitor sendiri pikiran,
perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori kognitif sosial menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, seperti
perilaku, memainkan peran penting dalam belajar. Metode instruksional diri adalah
teknik perilaku kognitif yang bertujuan untuk mengajarkan individu untuk
memodifikasi perilaku mereka sendiri
11
DAFTAR PUSTAKA
12