**Guru Besar,Psikiater Konsultan, Staf Pengajar Departemen/SMF Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNAIR/RSUD dr. Soetomo Surabaya
ABSTRAK
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa dengan manifestasi kondisi psikotik yang berat dan persisten serta bersifat
kronis dimana sebagian besar penderita skizofrenia tidak mendapat penatalaksanaan secara tepat karena kuatnya stigma di
masyarakat, juga akibat dampak stigma pada skizofrenia yang menghambat pemulihan, hubungan interpersonal, penurunan
harga diri, kemampuan bersosialisasi, dan menimbulkan kualitas hidup yang buruk. Terdapat beberapa jenis strategi
intervensi sebagai upaya mengurangi stigma yang dapat diterapkan dan disesuaikan dengan kondisi di Indonesia dengan
mempertimbangkan permasalahan dan hambatan serta tantangan yang menyertainya dengan target yang berbeda dan tujuan
yang diharapkan.
kan pada fase akut, dan tergantung dengan tingkat keparahan yang terdapat tiga mekanisme yakni stereotip, prasangka, dan
gejala dan perjalanan penyakit yang membutuhkan diskriminasi. Selanjutnya adalah bentuk mekanisme stigma
dukungan dari banyak pihak (Benhard, 2007 dan yang dinilai dari perspektif individu yang mendapat stigma
Kusumawardhani, et al, 2015). yakni Experienced stigma (pengalaman mendapat stigma),
Anticipated stigma (stigma yang diantisipasi) dan
Recovery Internalized stigma (stigma yang diinternalisasi).
Mental Health Recovery adalah suatu perjalanan Menurut Link dan Phelan (dalam Scheid & Brown,
atau transformasi penyembuhan dari seseorang yang 2010), ada beberapa bentuk (dimensi) stigma dalam
mengalami masalah gangguan jiwa, menuju ke kehidupan masyarakat diantaranya labelling, stereotype, separation, dan
yang bermakna di dalam komunitas sesuai pilihannya diskriminasi. Dimensi-dimensi ini dapat hadir secara mandiri
dengan cara mengupayakannya untuk mencapai seluruh ataupun bersamaan untuk menciptakan stigma.
potensinya. Recovery berarti keberhasilan seorang dengan
skizofrenia untuk dapat menjalani kehidupannya secara Stigma dan dampaknya pada Skizofrenia
bermanfaat dan produktif seperti kehidupannya sebelumnya, Stereotip yang negatif tentang orang dengan
mampu bekerja, memperoleh pendidikan, dan berada di skizofrenia, keyakinan diri, keluarga, dan masyarakat yang
masyarakat serta berpartisipasi dalam lingkungan. Dalam salah, serta kekhawatiran tentang diagnosis skizofrenia akan
mencapai recovery, hambatan yang masih membutuhkan memperburuk kondisi penderita itu sendiri. Kuatnya stigma
perhatian yakni kuatnya stigma baik oleh diri pasien sendiri, menyebabkan seseorang malu atau takut mencari pengobatan
oleh masyarakat, pemerintah, bahkan oleh tenaga kesehatan. sehingga penyakitnya bertambah parah, kurang kepatuhan
terhadap pengobatan (Emine et al, 2015). Dampak yang
C. STIGMA ditimbulkan oleh stigma lebih besar daripada dampak dari
Definisi Stigma penyakit itu sendiri, seseorang tidak dapat mencapai tujuan
The American Heritage Dictionary hidup secara optimal, tidak dapat hidup mandiri, tidak bisa
mendefinisikan stigma sebagai sebuah aib atau mendapatkan pekerjaan yang layak, kemampuan untuk
ketidaksetujuan masyarakat terhadap sesuatu, seperti sebuah bersosialisasi yang terhambat, interpersonal yang buruk, yang
tindakan atau kondisi (The American Heritage Dictionary, menyebabkan kualitas hidup buruk dan penurunan harga diri.
2012). Erving Goffman (1963) menyatakan stigma adalah Akibat stigma juga menyebabkan seseorang lebih rentan
suatu proses dinamis dari devaluasi yang mendiskreditkan menjadi skizofrenia, akses layanan kesehatan yang buruk,
seseorang secara mendalam yang mengurangi diri seseorang keterlambatan dalam perilaku mencari pengobatan (Fox, AB,
secara utuh, sehingga menjadi orang yang tercemar atau et al, 2017)., dan dapat memperberat psikopatologi yang ada.
orang yang tidak utuh serta mendiskreditkan seorang
individu dari individu lainnya dan berakibat seseorang D. MENGURANGI STIGMA PADA SKIOFRENIA
diberlakukan secara berbeda dari yang lainnya, masalah ini
Pengetahuan Dasar dalam Mengurangi Stigma
jelas membuat orang atau kelompok yang mendapat stigma
Dalam upaya melakukan intervensi dalam
kehilangan kesempatan penting dalam hidupnya sehingga
mengurangi stigma pada penderita skizofrenia, terlebih
tidak mampu berkembang.
dahulu diperlukan evaluasi permasalahan terkait stigma,
Tipe Stigma eksplorasi dampak dan konsekuensi stigma, siapa yang
Terdapat 6 tipe stigma menurut Van Brakel WH terlibat dan proses recovery serta hasil yang diperoleh.
(2006) diantaranya Public stigma, Structural stigma, Self- Setelah langkah-langkah tersebut akan diperoleh daftar
stigma, Felt or perceived stigma, Experienced stigma, dan masalah serta keluhan terkait konsekuensi stigma dan
Label avoidance. selanjutnya dapat dilakukan pembagian tugas menurut letak
permasalahannya, dan tergantung tingkat kesulitan dan
ketersediaan dukungan atau sumber daya. Tiap program
Mekanisme dan Dimensi Stigma
memiliki target yang berbeda, bersifat sementara ataupun
Mekanisme stigma dikaitkan dengan perspektif
bertahan lama, memiliki dasar dukungan yang kuat dari
stigmatizer (yang memberikan stigma) dan yang terkait
institusi, pemerintah atau organisasi, ataukah independen dan
dengan perspektif mereka yang distigmatisasi (Fox, AB, et
tidak memiliki banyak dukungan. Intervensi yang dilakukan
al, 2018). Berdasarkan perspektif yang memberi stigma
dapat berupa penggabungan atau penyusunan ulang
disesuaikan kondisi di In-
10 JPS | 2019, 08 (01) Ardiyani ID., Muljohardjono H.
donesia. Lebih baik jika mampu berinovasi dan menyusun mingguan, 75-90 menit tiap sesi, 5-8 anggota dalam
strategi intervensi sendiri yang sesuai yang selanjutnya kelompok tertutup dan dipimpin oleh satu atau dua
dilakukan evaluasi keberhasilan program. fasilitator. Prinsip yang digunakan dalam intervensi ini
adalah menggabungkan teknik kognitif-perilaku, pendidikan
Jenis-jenis Strategi Intervensi dalam mengurangi Stigma yang relevan, latihan memperkuat kesadaran dan
Terdapat beberapa pihak yang dapat menjadi menggunakan kekuatan diri sendiri, serta mengubah
target intervensi (Thornicroft G. et al, 2015) diantaranya perspektif seseorang tentang stigma.
adalah masyarakat umum, orang dengan penyakit mental,
siswa, dan staf layanan kesehatan, dan anggota keluarga ODS Anti-Stigma Photovoice Intervention
dengan menggunakan jenis intervensi yang sesuai. Intervensi berbasis fotografi, mengambil gambar
dengan kamera lalu menyertakan pernyataan pada gambar
Narrative Enhancement Cognitive Therapy (NECT) dengan kata-kata yang mengkomunikasikan pengalaman
Merupakan intervensi mandiri berbasis kelompok mereka dalam bentuk narasi, dilaksanakan dalam 10 sesi per
untuk mengurangi stigma diri, harga diri, identitas diri, minggu dalam kelompok, tiap sesi 90 menit, oleh instruktur
berpedoman pada manual terstruktur, yang terdiri dari atau fasilitator terlatih. Latihan photovoice disertai
psikoedukasi, restrukturisasi kognitif, terapi naratif, memiliki komponen psikoedukasi dan mengajarkan strategi "proaktif”.
total 20 sesi, masing-masing 60 menit. Dalam kelompok Tujuan photovoice secara tidak langsung adalah mencoba
dengan dua fasilitator, dan anggota kelompok terdiri dari 6-8 berbicara dengan orang lain agar lebih memahami, dan men-
peserta. Hasil studi menunjukkan pengurangan signifikan jadi alat agar orang lain dapat mengerti.
pada stigma diri, peningkatan harga diri, harapan, dan kualitas
hidup (Roe et al., 2014). Intervensi Media Massa
Intervensi singkat berupa laporan di TV memiliki
Intervensi Komprehensif Berbasis Komunitas efek jangka panjang, pengurangan jarak sosial dan
Suatu studi uji coba intervensi komprehensif pembatasan pasien, dapat dipertahankan sampai 1 dan 3
berbasis komunitas selama sembilan bulan (Jie Li et al., 2018) bulan, dengan dampak yang berkelanjutan dalam
dengan topik terdiri dari Strategic Against Stigma and mengurangi stig- ma dan diskriminasi (Nathaly et al, 2017).
Discrimination (SASD), psikoedukasi, Social Skill Training Suatu studi menunjukkan bahwa laporan berita dan posting
(SST), dan Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Intervensi media sosial yang positif cenderung mengurangi sikap
komprehensif ini mungkin efektif untuk ODS, terutama untuk stigmatisasi, dan sebaliknya (Anna M. Ross et al, 2018). Hal
mengurangi diskriminasi, gejala klinis dan perbaikan fungsi ini juga terjadi pada komentar di media online atau media
sosial (Jie Li et al., 2018). sosial. Penggambaran media secara positif oleh orang-orang
terkemuka akan berdampak penurunan aspek stigma.
Coming Out Proud (Pengungkapan)
Intervensi ini menggunakan pedoman manual, Intervensi Berbasis Kontak
berbasis kelompok, yang pertama kali diperkenalkan oleh Program pendidikan berbasis kontak dinilai efektif
Corrigan et al (2013), mengguankan pengungkapan diri mengurangi stigma, namun sejauh mana kontaknya tidak
sebagai metode utama, hidup secara terbuka, melatih menentukan sejauh mana perubahan sikap peserta.
ketrampilan komunikasi, dan asertif (Rüsch et al., 2014), Efektivitasnya bervariasi berdasarkan persepsi individu
terdiri dari tiga sesi, masing-masing 2 jam, seminggu sekali, terhadap kualitas kontak. Kunci untuk efektivitas intervensi
dengan anggota kelompok 6-10 orang, dan dua fasilitator adalah kontak langsung, partisipasi dari kelompok sasaran,
peers. Studi menunjukkan bahwa COP pertama menunjukkan interaksi dengan orang yang memiliki pengalaman pribadi,
pengurangan dalam stress akibat stigma, kerahasiaan, dan dan diskusi terbuka dengan para peserta (Corrigan et al,
peningkatan manfaat yang dirasakan dalam pengungkapan 2014). Kontak dengan ODS diperlukan agar intervensi
yang berlanjut hingga follow up (Rüsch et al., 2014). menjadi efektif (Thornicroft et al. 2016).
Stigma: The Mental Illness Stigma Framework and Critical 20. Russinova, Z., Rogers, E.S., Gagne, C., Bloch, P., Drake,
Review of Measures. Stigma and Health (4): 348-376. K.M., Mueser, K.T. (2014). A Randomized Controlled
DOI: 10.1037/sah0000104. Trial of a Peer-run Antistigma Photovoice Intervention.
9. Goffman, Erving. (1963). Stigma: Notes on the Manage- Psychiatric Services, 65, 242–246. DOI: 10.1176/
ment of Spoiled Identity. Englewood Cliffs, NJ: Prentice appi.ps.201200572
Hall. 21. Sadock, Benjamin J., Virginia A. Sadock, Pedro Ruiz.
10. Goffman, Erving. (1959). Presentation of Self in Everyday (2017). Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of
Life. New York: Doble day Company. Psychiatry, 10th edition, Wolters Kluwer, Philadelphia,
11. Hansson L, Lexén A, Holmén J. (2017). The Effectiveness USA, bab 12 Schizophrenia Spectrum and Other Psy-
of Narrative Enhancement and Cognitive Therapy: a chotic Disorders.
Randomized Controlled Study of a Self-stigma Interven- 22. Sadock, Benjamin J., Virginia A. Sadock, Pedro Ruiz.
tion. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology 52 (2015). Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry Be-
(11):1415-1423. doi: 10.1007/s00127-017-1385-x. havioral Science/ Clinical Psychiatry, 11th edition,
12. Hawari, D. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Wolters Kluwer, Philadelphia, USA, bab 7 Schizophre-
Jiwa Skizofrenia. Jakarta Indonesia: Gaya Baru nia Spectrum and Other Psychotic Disorders.
13. Heatherton, TF, Kleck, Hebl, dan Hull. (2003). The Social 23. Scheid, T.L., & Brown, T.N. (2010). A Handbook For
Psychology of Stigma. New York: The Guilford Press. Study Of Mental Health Social Contexts. New York :
14. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Potret Cambridge University Press.
Sehat Indonesia dari Riskesdas 2018. 24. Singh, A., Mattoo, S.K., Grover, S. (2016). Stigma and its
http://www.depkes.go.id/article/view/18110200003/potret- correlates among caregivers of schizophrenia: A study
sehat-indonesia-dari-riskesdas-2018.html. from North India. Psychiatry Research 30; 241:302-8.
15. Kusumawardhani, AAAA, Dharmono, S., Amir, N., Diatri, DOI: 10.1016/j.psychres.2016.04.108.
H, Malik, K. (2015). From Curing to Caring Achieving 25. Soebiantoro, J. (2017). Pengaruh Edukasi Kesehatan
Patient’s Recovery. Seksi Skizofrenia Perhimpunan Dokter Mental Intensif Terhadap Stigma Pada Pengguna
Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia. Layanan Kesehatan Mental. Jurnal Psikologi dan
Kesehatan Mental VOL 2, NO 1. http://
16. Maramis, WF, dan Maramis, AA. (2009). Catatan Ilmu
dx.doi.org/10.20473/jpkm.V2I12017.1-21
Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University
Press. 26. Stahl, S.M. (2013). Stahl's Essensial Psychopharmachol-
17. Pattyn, E., Verhaeghe, M., Sercu, C., Bracke, P. (2014). ogy Neuroscientific Basis and Practical Application,
Public Stigma and Self-stigma: Differential Association New York : Cambridge University Press.
with Attitudes toward Formal and Informal Help Seeking. 27. Stuart, H. (2016). Reducing The Stigma of Mental Illness.
Psychiatric Services; 65(2):232-8. DOI: 10.1176/ Centre for Health Services and Policy Research, Queen’s
18. Roe, D., Hasson-Ohayon, I., Mashiach-Eizenberg, M., Health 3, e17, page 1 of 14. doi:10.1017/gmh.2016.11
Derhy, O., Lysaker, P.H., Yanos, P.T. (2014). Narrative 28. Thornicroft, G., Mehta, N., Clement, S., Marcus, E.,
Enhancement and Cognitive Therapy (NECT) Effective- Stona, A.C., Bezborodovs, N., Evans Lacko, S., Pala-
ness: A Quasi-Experimental Study. Journal of Clinical cious, J., Dochery, M., Barley, E., Rose, D., Koschorke,
Psychology, 70, 303–312. DOI: 10.1002/jclp.22050 M.., Shidhaye, R., Henderson, C. (2015). Evidence for
19. Rüsch, N., Abbruzzese, E., Hagedorn, E., Hartenhauer, effective interventions to reduce mental health-related
D., Kaufmann, I., Curschellas, J., Ventling, S., Zuaboni, stigma and discrimination in the medium and long term:
G., Bridler, R., Olschewski, M., Kawohl, W., Rössler, W., systematic review. British Journal of Psychiatry: The
Kleim, B., Corrigan, P.W. (2014). Efficacy of Coming Out Journal of Mental Science, 207 (5): 377-84. DOI: