Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN UJI VALIDASI BERDASARKAN KONTEN ALAT UKUR MELALUI

CONTENT DAN CONSTRUCT VALIDITY

KECEMASAN SOSIAL PADA MAHASISWA XXX

Oleh:

Tatas Kartika Dewi (46118010067)

Sarah Fadhilah Ramadhani (46118010068)

Hawa Winati Rachmana (46118010111)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

2020

Penilaian Uji Validasi Berdasarkan Konten Alat ukur

melalui Content dan Construct Validity


Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Instansi :
Bidang Kajian :

telah membaca dan memberi penilaian terhadap item-item yang terdapat di dalam alat
ukur berikut :
Nama alat ukur : Skala kecemasan sosial
Tujuan pengukuran : Memenuhi data tugas besar 2 psikometri
Tujuan penggunaan : Penelitian untuk tugas besar 2 psikometri
dengan judul,
“KECEMASAN SOSIAL PADA MAHASISWA”
Yang disusun oleh :
Nama (NIM) : Tatas Kartika Dewi (46118010067)
Sarah Fadhilah Ramadhani (46118010068)
Hawa Winati Rachmana (46118010111)

Berdasarkan penilaian yang telah dilakukan, saya menerangkan bahwa alat ukur
tersebut :
Representative : mewakili konstruk teori (dimensi dan indikator) yang hendak
diukur
Relevancy : sesuai dengan tujuan pengukuran
Clarity : item-item jelas dan tidak bias dengan konstruk, dimensi atau
indikator lain *)

Oleh karena itu, item-item yang disusun di dalam alat ukur tersebut tidak perlu
direvisi / perlu direvisi **) agar sesuai dengan dimensi dan indikator yang digunakan.

Jakarta, ______________

( )

*) checklist yang sesuai


**) coret yang tidak perlu

2
A. Definisi Konseptual
Kecemasan Sosial
Kecemasan sosial adalah suatu perasaan cemas yang berhubungan dengan
kegiatan sosial. Menurut American Psychological Association (APA) kecemasan
sosial didefinisikan sebagai sinyal yang kuat tentang situasi sosial dimana individu
merasa takut dilihat oranglain dan merasa takut jika melakukan perbuatan yang
memalukan (Olivares, dkk, 2009). Tidak jauh berbeda pendapat dari ahli lain yaitu
Grecal (1998) mengatakan bahwa seseorang akan merasa khawatir apabila mendapat
penilaian kurang baik dari orang lain, takut melakukan perilaku memalukan dimuka
umum, dan khawatir pendapatnya tidak mendapat persetujuan dari orang lain.
Olivares (2009) mengatakan bahwa kecemasan sosial bisa dikategorikan sebagai
bentuk fobia sosial yang lebih ringan, diikuti dengan adanya ketakutan secara terus
menerus dan irasional terhadap kehadiran orang lain.

Umumnya individu yang mengalami kecemasan sosial cenderung lebih


senang menggunakan media sosial sebagai tempat untuk mengobati kesendirian atau
pengganti hubungan tatap muka yang tidak diperoleh dalam kehidupan sehari-hari
karena adanya rasa cemas untuk melakukan kontak langsung dengan orang lain.
Individu yang bergantung pada sosial media akan mempresentasikan dirinya dengan
kesan yang positif agar mendapat reaksi yang positif pula dari orang lain. Namun
apabila reaksi yang didapatkan tidak sesuai dengan ekspektasi maka hal tersebut akan
memperburuk kondisi kecemasan individu dan berakibat pada perilaku dimasa depan
yang semakin ketergantungan pada sosial media dan menghindari komunikasi dengan
orang lain secara langsung.

Para pengguna media sosial yang terindikasi mengalami kecemasan sosial


memiliki kepribadian dengan ciri-ciri seperti gugup, diam, rasa malu, dan menghindar
dalam berinteraksi dengan orang lain (Gecer & Gumus, dalam Soliha, 2015). Hal ini
menyebabkan mereka lebih memilih untuk menggunakan media komunikasi yang

3
dapat dilakukan secara tulisan seperti Twitter, Whatsapp, Instagram, Facebook, dan
lain-lain.

Maka dapat disimpulkan, kecemasan sosial adalah perasaan cemas yang


berhubungan dengan kegiatan sosial dimana individu merasa ketakutan jika
melakukan interaksi dengan orang lain secara langsung dan menimbulkan respon
fisik yaitu gugup, pendiam dan menghindar dari kerumunan banyak orang, individu
yang mengalami gejala seperti ini lebih senang melakukan interaksi melalui media
sosial.

4
B. Definisi Operasional

Kecemasan Sosial
No Variabel Definisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala ukur /
subjek
penelitian
1 Kecemasan Kecemasan sosial adalah pesaan Kuesioner Mengisi Semakin tinggi skor yang Likert / 50
sosial takut atau kahawatir yang berisi 21 lembar diperoleh subjek orang
berhubungan dengan kegiatan item kuesioner. penelitian, berarti Mahasiswa
berkomunikasi intrapersonal. pertanyaan mengindikasikan yang dipilih
Individu tersebut akan mengenai semakin tinggi pula secara Random
mengembangkan perasaan aspek tingkat kecemasan sosial Sampling.
perasaan negatif dan kecemasan yang diperoleh individu,
mengahasilkan reaksi sosial sosial demikian juga semakin
berupa gugup saat melakukan rendah skor yang
interaksi. Kecemasan Sosial yang diperoleh subjek
dimiliki remaja diungkapkan penelitian, maka
melalui skala sikap kecemasan mengindikasikan
sosial yang dibuat berdasarkan semakin rendah pula
aspek-aspek kecemasan sosial kecemasan sosial yang
yang meliputi, ketakutan akan diperoleh individu.
evaluasi negatif, penghindaran
sosial dan rasa tertekan dalam
situasi yang baru/berhubungan
dengan orang asing/baru,
penghindaran sosial dan rasa
tertekan yang dialami secara
umum/dengan orang yang dikenal

5
Blue print
No Dimensi Indikator Pertanyaan
1 Ketakutan akan Takut 1. saya merasa penampilan saya tidak lebih
evaluasi negatif baik dari orang lain.
2. saya takut untuk melakukan suatu hal yang
berbeda dari orang lain.
Cemas 3. saya merasa cemas bila saya menjadi pusat
perhatian.
4. saya takut bila seseorang berpendapat
negatif mengenai penampilan saya.
5. saya takut untuk mengungkapkan pendapat
didepan umum.
Penghindara 6. jika ada sesi diskusi saya lebih baik tidak
n memberikan pendapat.
7. saya merasa lebih baik untuk diam agar
tidak mendapat komentar negatif.
2 Penghindaran Fisik 8. Detak jantung saya berdebar lebih cepat
sosial dan rasa ketika bertemu orang baru
tertekan dalm 9. Tangan saya gemetar ketika saya bertemu
situasi yang dengan orang baru
baru/berhubungan 10. Ketika bertemu dengan orang baru telapak
dengan orang tangan saya akan berkeringat
asing/baru behavioral 11. Saya akan menghindar jika bertemu orang
baru
12. Saya menundukan kepala saya ketika saya
bertemu dengan orang baru
13. Saya merasa gugup ketika berbicara
dengan orang baru
kognitif 14. Saya menghindar bertemu dengan orang
baru
3 Penghindaran 15. Meskipun berdiskusi dengan orang yang
sosial dan rasa sudah saya kenal, saya tetap merasa cemas
tertekan yang pada situasi tersebut.
dialami secara 16. Saya menghindari bertemu dengan orang
umum/dengan lain, bahkan meskipun orang tersebut sudah
orang yang dikenal saya kenal.
17. Meskipun berinteraksi dengan orang yang
sudah saya kenal, terkadang perasaan cemas
muncul.
18. Saya cenderung membatasi interaksi sosial
dengan orang lain.
19. Saya tidak memiliki seorang teman/sahabat
yang betul-betul dekat dengan saya.
20. Saya tidak tertarik untuk berbicara lama
dengan orang lain, meskipun saya
mengenalnya.
21. Saya tidak mudah percaya dengan orang,
meskipun orang tersebut sudah saya kenal.
C. Hasil Validitas dan Relabilitas
Validitas
Validitas memiliki arti bahwa instrumen tersebut bisa digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013:121). Alat ukur dapat
dikatakan memiliku validitas yang tinggi jika alat ukur tersebut dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Sebaliknya, alat ukur disebut degan tes
bervaliditas rendah jika alat ukur mendapatkan hasil yang tidak relevan. Untuk
menentukan valid atau tidaknya suatu instrumen, bisa menggunakan validitas isi,
yaitu:

1. Face Validity

Face Validity adalah validitas yang dilihat dari tampilan depan. Seperti
cover, font, ukuran kertas, dan display dari tampilan laporan penelitian.

2. Logical Validity

Logical Validity adalah validitas yang dilakukan dengan berdiskusi dengan


professional judgement, seperti dosen.

Peneliti juga mengujikannya dalam statistika korelasi Product Moment.


Teknik ini bisa langsung dimasukkan dalam program SPSS. Rumus dari teknik ini
adalah :

N . ∑ xy−( ∑ x ) .(∑ y )
r xy =
2 2
√ { N . ∑ x −( ∑ x ) } . { N . ∑ y −( ∑ y ) }
2 2

Keterangan:

 rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y


 N = jumlah sampel
 ∑𝑋𝑌 = jumlah perkalian skor variabel X dan skor variabel Y
 ∑𝑋= jumlah skor variabel X
 ∑𝑌= jumlah skor variabel Y
 ∑𝑋2= jumlah kuadrat skor variabel X
 ∑𝑌2 = jumlah kuadrat skor variabel Y

Koefisien korelasi dilakukan untuk menguji layak atau tidaknya item yang
digunakan dengan uji signifikansi 0,05, artinya suatu item dianggap valid jika
memiliki korelasi dengan skor total. Selain itu, bisa melakukan penilaian langsung
dengan koefisien korelasi dengan batas minimal 0,30. Azwar (2016) mengatakan
bahwa item yang memiliki koefisien korelasi minimal 0,30 cenderung memiliki
daya beda yang memuaskan.

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS yang dilakukan pada


data penelitian, validitas yang didapatkan adalah sebagai berikut :

No r xy rTabel Keterangan
item
1 0.326 0.433 Tidak Valid
2 0.569 0.433 Valid
3 0.566 0.433 Valid
4 0.405 0.433 Tidak Valid
5 0.715 0.433 Valid
6 0.687 0.433 Valid
7 0.571 0.433 Valid
8 0.493 0.433 Valid
9 0.437 0.433 Valid
10 0.413 0.433 Tidak Valid
11 0.532 0.433 Valid
12 0.440 0.433 Valid
13 0.601 0.433 Valid
14 0.622 0.433 Valid
15 0.655 0.433 Valid
16 0.625 0.433 Valid
17 0.769 0.433 Valid
18 0.569 0.433 Valid
19 0.285 0.433 Tidak Valid
20 0.581 0.433 Valid
21 0.421 0.433 Tidak Valid
Menurut Azwar (2016) untuk mendapatkan informasi yang akurat
mengenai korelasi antar item, maka perlu rumusan koreksi terhadap efek spurious
over lap. Kriteria pengujian korelasi yakni :

1. Jika r hitung > r tabel (dengan taraf signifikansi 0,05) maka instrumen atau
item memiliki korelasi yang signifikan terhadap skor total, sehingga
dinyatakan valid.
2. Jika r hitung < r tabel (dengan taraf signifikansi 0,05) atau r hitung bernilai
negatif, maka instrumen atau item tidak memiliki korelasi signifikan
terhadap skor total yang ada, sehingga dinyatakan tidak valid.

Berdasarkan pada perhitungan data, jumlah item yang valid adalah 16


butir dan jumlah item yang tidak valid sebanyak 5 butir dengan total keseluruhan
berjumlah 21 item. Hasil output pada corrected item – total correlation
dibandingkan dengan nilai r tabel pada taraf signifikansi 0,05. Apabila jumlah
data (n) = 21, maka besar distribusi nilai r table adalah 0,433. Untuk menunjukkan
validnya suatu item, maka nilai koefisien korelasi dari item >0,433 atau lebih
besar dari 0,433. Jika nilai koefiesn korelasi item >0,433 atau lebih kecil dari
0,433 maka item tersebut tidak valid.

Dari hasil analisis yang ada, item nomor 1, 4, 10, 19, dan 21 memiliki nilai
kurang dari 0,433 dari r table jumlah (n) = 21, maka kelima a=item tersebut tidak
valid. Kemudian untuk nomor item yang lain memiliki nilai >0,433 maka dapat
disimpulkan bahwa item tersebut valid.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi item menjadi tidak valid.
Misal karena subyek mengalami psikosomatis yang bisa menyebabkan hasil
pengisian skala menjadi kurang maksimal. Aspek kognitif yang menjadi indikator
ketidak –validan suatu item karena subyek kesulitan berkonsentrasi dan tidak
fokus. Pada aspek emosi, kemungkinan item menjadi tidak valid karena subyek
mengisi skala sedang mengalami kondisi cemas atau khawatir. Kemungkinan lain
yakni subyek mengalami beban pikiran atau stres juga bisa mempengaruhi hasil
pengisian.
Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah suatu alat pengecekan yang digunakan untuk
mengukur tingkat konsistensi jika pengukuran yang dilakukan dengan
menggunakan alat ukur penelitian dapat dilakukan berulang kali (Sugiono, 2005).
Hasil dari pengecekan yang dilakukan dengan menggunakan uji reliabilitas dapat
menentukan apakah suatu alat ukur penelitian dapat digunakan berulang kali
walaupun dengan alat ukur yang sama.

Ada beberapa jenis uji reliabilitas, namun yang digunakan oleh peneliti saat
ini ialah uji reliabilitas alpha Cronbach. Menurut Wiratna (2014) uji reliabilitas
dilakukan bersamaan pada seluruh item pertanyaan dalam kuesioner penelitian.
Dasar dasar dalam uji relibilitas yaitu :

 Jika angka yang dihasilkan dari alpha Cronbach bernilai > 0.50 maka alat
ukur tersebut reliabel atau konsisten.
 Namun, jika angak yang dihasilkan dari alpha Cronbach bernilai < 0.50
maka alat ukut tersebut tidak reliabel atau tidak konsisten.

Berikut adalah rumus yang digunakan jika uji reliabilitas alpha Cronbach :

n ∑σ t 2
r 11=( )(1− )
n−1 σ t2

Keterangan :

r11 = Reliabitas yang dicari.

n = Jumlah item pertanyaan yang di uji.

∑σ t 2 = Jumlah varians skor pada setiap item.

σ t2 = Varians total.
Berdasarkan hasil pengecekan data dengan menggunakan SPSS, uji
reliabilitas yang didapatkan adalah :

Dari hasil pengecekan data yang dihasilkan, sehingga didapatkan hasil


0.877 dengan jumlah item pertanyaan 21 butir. Jika koefisien reliabilitas berada di
atas 0.50 maka hasil tersebut dinyatakan tinggi dan item pertanyaan bersifat
reliabel atau konsisten. Jumlah data analisis yang didapatkan pada data ini
sebanyak 0.877 maka hasil tersebut berada di atas 0.50 sehingga dapat
disimpulkan bahwa item pertanyaan bersifat reliabel atau konsisten.
DAFTAR PUSTAKA

Anindita, H. S. (2019). Studi Komparasi Kecenderungan Gangguan Kecemasan Sosial


pada Pemain Game Online dan Pengguna Media Sosial. (Doctoral Dissertation, UNNES)
Azka, F., Firdaus,D., dan Kurniadewi, E. (2018). Kecemasan Sosial dan Ketergantungan
Media Sosial pada Mahasisewa. 5, 201-210.
https://www.statistikian.com/2012/10/uji-reliabilitas-instrumen.html (diakses pada
tanggal 17 Mei 2020)

https://www.spssindonesia.com/2014/01/uji-reliabilitas-alpha-spss.html (diakses pada


tanggal 17 Mei 2020)
Kuesioner Kecemasan Sosial
No Pertanyaan Pilihan
1 Saya merasa penampilan saya tidak lebih baik dari STS TS S SS
orang lain.
2 Saya takut untuk melakukan suatu hal yang berbeda dari STS TS S SS
orang lain.
3 Saya merasa cemas bila saya menjadi pusat perhatian. STS TS S SS

4 Saya takut bila seseorang berpendapat negatif mengenai STS TS S SS


penampilan saya
5 Saya takut untuk mengungkapkan pendapat didepan STS TS S SS
umum.
6 Jika ada sesi diskusi saya lebih baik tidak memberikan STS TS S SS
pendapat.
7 Saya merasa lebih baik untuk diam agar tidak mendapat STS TS S SS
komentar negatif.
8 Detak jantung saya berdebar lebih cepat ketika bertemu STS TS S SS
orang baru
9 Tangan saya gemetar ketika saya bertemu dengan orang STS TS S SS
baru
10 Ketika bertemu dengan orang baru telapak tangan saya STS TS S SS
akan berkeringat
11 Saya akan menghindar jika bertemu orang baru STS TS S SS
12 Saya menundukan kepala saya ketika saya bertemu STS TS S SS
dengan orang baru
13 Saya merasa gugup ketika berbicara dengan orang baru STS TS S SS
14 Saya merasa khawatir ketika bertemu dengan orang baru STS TS S SS
15 Meskipun berdiskusi dengan orang yang sudah saya STS TS S SS
kenal, saya tetap merasa cemas pada situasi tersebut.
16 Saya menghindari bertemu dengan orang lain, bahkan STS TS S SS
meskipun orang tersebut sudah saya kenal.
17 Meskipun berinteraksi dengan orang yang sudah saya STS TS S SS
kenal, terkadang perasaan cemas muncul
18 Saya cenderung membatasi interaksi sosial dengan STS TS S SS
orang lain.
19 Saya tidak memiliki seorang teman/sahabat yang betul- STS TS S SS
betul dekat dengan saya.
20 Saya tidak tertarik untuk berbicara lama dengan orang STS TS S SS
lain, meskipun saya mengenalnya.
21 Saya tidak mudah percaya dengan orang, meskipun STS TS S SS
orang tersebut sudah saya kenal.

Anda mungkin juga menyukai