TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan menjelaskan konsep teoritis kecemasan sosial, citra tubuh, dan harga
diri. Selain itu, bab ini akan membahas kerangka mental dan hipotesis penelitian..
A. Kecemasan Sosial
Social Anxiety Disorder atau kecemasan sosial adalah gangguan psikologis yang
sering dialami individu karena takut dinilai negatif oleh orang lain. Hambatan
psikologis yang sering dialami individu dapat berdampak buruk terutama pada
remaja. Gangguan kecemasan sosial lebih sering terjadi pada wanita, termasuk anak-
anak dan orang dewasa, karena merupakan kekhawatiran tentang evaluasi sosial yang
Menurut La Greca dan Lopez (dalam Junttila, Laakkonen, Niemi, dan Ranta,
Menurut Loudin (dalam Ahmad, 2013), kecemasan sosial adalah suatu kondisi di
mana seseorang percaya bahwa orang lain memandang mereka secara berbeda dari
Menurut Loudin (dalam Ahmad, 2013), kecemasan sosial adalah suatu kondisi di
mana seseorang percaya bahwa orang lain memandang mereka secara berbeda dari
berlebihan untuk menerima kritik dari orang lain, yang menyebabkan individu
2014). Kecemasan sosial lebih sering terjadi pada wanita (dewasa dan anak-anak).
Lebih lanjut Leary & Kowalski (dalam Murphy, 2012) menyatakan bahwa kecemasan
sosial fisik yang sering dialami wanita dapat digambarkan dengan kepedulian
individu terhadap penampilan dalam situasi sosial dimana mereka merasa akan dinilai
c. Keinginan untuk menyesuaikan diri dengan citra tubuh ideal dan tampil menarik
Selain kecemasan sosial terhadap fisik, Leary (dalam Murphy, 2012) juga
mengungkapkan faktor yang mempengaruhi kecemasan sosial yaitu orang yang tidak
dikenal, evaluasi diri, pengalaman masa lalu, genetika, kemampuan sosial dan harga
diri.
Orang yang tak dikenal (stranger) merupakan orang yang memiliki sedikit informasi
tentang dirinya untuk diketahui orang lain. Orang yang tak dikenal memiliki
b. Evaluasi diri
Evaluasi diri merupakan salah satu faktor dari dalam diri maupun dari lingkungan
Merupakan ingatan seseorang akan kejadian yang dialaminya di masa lalu yang
d. Genetika
Seorang dapat mewarisi kecemasan secara sosial secara biologis yang mungkin tidak
e. Kemampuan sosial
Kemampuan untuk bersosialisasi merupakan faktor yang berperan dari dalam diri
individu agar dapat mengontrol kecemasan sosial yang dirasakan oleh individu
tersebut.
f. Harga diri
Harga diri atau self esteem merupakan faktor yang menentukan perilaku
seseorang. Orang dengan harga diri rendah lebih mungkin mengalami kecemasan
internal seperti evaluasi diri, keturunan, kemampuan sosial, pengalaman masa lalu
dan harga diri yang disebabkan oleh individu. Faktor eksternal juga dapat
Berupa ketakutan terhadap evaluasi negatif dari orang lain dan kekhawatiran terhadap
b. Penghindaran sosial dan rasa tertekan yang dialami secara umum atau dengan
dikenal.
c. Penghindaran Sosial dan rasa tertekan dalam situasi yang baru atau berhubungan
a. Performance anxiety
Merupakan kecemasan yang timbul ketika kinerjanya seseorang dilihat oleh orang
lain.
b. Social anxiety
Dari uraian di atas, beberapa aspek kecemasan sosial dapat diturunkan sebagai
ketakutan akan evaluasi negatif, penghindaran sosial dan frustrasi dengan kenalan dan
Kecemasan Sosial berasal dari aspek kecemasan sosial La Greca dan Lopez yaitu
ketakutan akan evaluasi negatif, penghindaran sosial, dan perasaan depresi secara
umum atau dialami dengan orang yang mereka kenal, serta sosial penghindaran dan
interpersonal Stres hubungan, situasi baru, atau berurusan dengan orang asing
sosial cenderung menghindari orang lain karena takut dikritik, seperti berbicara atau
menampilkan diri di depan umum, makan di depan umum, menggunakan toilet
umum, atau berada di tempat umum Melakukan aktivitas lain yang mungkin
a. Kognitif
Individu cenderung khawatir tentang apa yang dipikirkan orang lain, sulit
berkonsentrasi, selalu mengingat apa yang dikatakan orang lain, selalu memikirkan
kesalahan apa yang telah mereka buat, dan pikiran mereka menjadi kosong dan tidak
bisa berkata-kata.
b. Perilaku
Individu terkadang berbicara cepat atau lambat, atau bahkan diam, membuat kalimat
tidak jelas, menghindari kontak mata dengan orang lain, bertindak hati-hati agar tidak
menarik perhatian orang lain, selalu mencari keselamatan, dan menghindari aktivitas
c. Respon tubuh
Muka merah karena malu, berkeringat atau menggigi, tegang, sulit untuk tenang,
d. Emosi
Individu akan cenderung grogi, cemas, takut, frustasi, marah terhadap diri sendiri
maupun orang lain, menjadi tidak percaya diri, depresi dan tidak memiliki harapan.
Butler yang dialami seseorang yaitu kognitif yaitu penilaian dan ekspetasi individu
akan dinilai negatif oleh orang lain, perilaku yaitu adanya perilaku tidak aman dan
menghindar, respon tubuh dan emosi yaitu berupa ketakutan dan rasa cemas saat
B. Citra Tubuh
Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan
masa dewasa. Pada masa remaja akan banyak perubahan pada setiap individu, salah
fisiknya dan ingin memiliki penampilan yang sebaik mungkin. Hal itu dapat
Cash dan Deagle (dalam Andea, 2010) mendefinisikan citra tubuh sebagai
kepuasan individu terhadap tubuhnya, seperti ukuran, bentuk, dan penampilan secara
Selain itu, Chase (dalam Sumanty et al., 2018) menyebutkan citra tubuh
merupakan istilah yang mengacu pada sejauh mana individu tidak menyukai
Body image adalah persepsi dan pendapat seseorang tentang bentuk dan ukuran
tubuhnya sendiri, serta bagaimana orang lain memandang fisiknya. Ada banyak
definisi tentang body image, namun Honigam dan Castle (dalam Januar & Putri
2011) berpendapat bahwa body image adalah gambaran mental seseorang tentang
tubuhnya, beserta penilaian dan perasaannya terhadap fisiknya. Grogan (2016)
menyatakan bahwa respon individu terhadap kondisi fisiknya akan bergantung pada
pengaruh pribadinya dan pengaruh lingkungannya, yang dapat berupa cara mereka
mereka. Citra tubuh dapat berupa kepuasan seseorang, pandangan pribadi, persepsi,
Aspek dari citra tubuh menurut Thompson (Denich & Ifdil, 2015) diantaranya
yaitu:
Bentuk tubuh merupakan suatu simbol dari diri seorang individu, karena dalam hal
tersebut individu dinilai oleh orang lain dan dinilai oleh dirinya sendiri. Selanjutnya
bentuk tubuh serta penampilan baik dan buruk dapat mendatangkan perasaan senang
Adanya penilaian sesuatu yang lebih baik atau lebih buruk dari yang lain, sehingga
menimbulkan suatu prasangka bagi dirinya terhadap orang lain, hal-hal yang menjadi
secara fisik, maka gambaran orang itu akan menuju hal-hal yang baik untuk menilai
dirinya.
Cash (dalam Nur Lailatul Husna, 2013) mengemukakan adanya lima dimensi dalam
dirinya.
terhadap bagian tubuh secara spesifik secara keseluruhan dari atas sampai bawah.
dilakukan oleh individu untuk melihat apakah tubuhnya kurus atau gemuk.
Teori yang digunakan untuk Menyusun skala citra tubuh dalam penelitian ini
adalah dimensi citra tubuh dari cash yaitu appearance evaluation, appearance
Alasan penulis menggunakan teori ini karena memuat dimesi yang sesuai dengan
C. Harga Diri
Harga diri merupakan cara remaja untuk mengevaluasi diri, membandingkan diri
mereka yang sebenarnya dengan diri ideal mereka (seperti yang dinyatakan oleh
Santrock, 2012). Taylor, Peplau, dan Sears (2009) menyatakan bahwa harga diri
adalah hasil penilaian diri sendiri, artinya kita tidak hanya mempertimbangkan
kepribadian kita tetapi juga kualitas kita. Harga diri dapat menjadi perkembangan
yang sulit bagi siswa sekolah menengah, terutama remaja pada umumnya. Suatu
penilaian atau pendapat dapat disetujui atau tidak disetujui, dalam suatu evaluasi.,
tingkat keyakinan individu terhadap dirinya sendiri sebagai orang yang mampu,
Ryan dan Brown (2003) juga mendefinisikan harga diri sebagai perilaku
menghargai diri sendiri, dapat dicontohkan dalam perilaku nyata seperti merasa
Bahagia, merasa optimis, berfikir positif dan berusaha mencapai suatu goals, mimpi
atau kesuksesan.
Dari beberapa definisi diatas, peneliti menyimpulkan bahwa harga diri adalah
Menurut Coopersmith (Andarini, Susandari, dan Rosiana, 2012) ada empat aspek
a. Power (kekuasaan)
b. Significance (keberartian)
Kepeduliaan, perhatian, dan afeksi yang diterima individu dari orang lain.
Penerimaan ditandai oleh kehangatan, ketertarikan, respon positif serta rasa suka
terhadap individu.
c. Virtue (kebajikan)
Ketaatan individu dalam mengikuti prinsip-prinsip etis, moral, dan agama yang telah
diterimannya.
d. Competence (kompetensi)
a. Penerimaan diri
Penerimaan diri adalah sikap seseorang yang merasa puas dengan diri sendiri,
b. Penghormatan diri
Penghornatan diri adalah dasar dari keyakinan dan karakter seseorang yang tidak
menurut Rosenberg yaitu penerimaan diri dan penghormatan diri. Sedangkan aspek
haega diri menurut Coopersmith adalah perasaan berharga, perasaan mampu dan
perasaan diterima.
Teori yang digunakan untuk menyusun skala harga diri dalam penelitian ini
adalah aspek-aspek harga diri dari Coopersmith yaitu power, significance, virtue dan
competence. Alasan penulis menggunakan teori ini karena aspek tersebut umum
Menurut Rosenberg (dalam Rahmania & Yuniar, 2012) harga diri memiliki lima
dimensi, yaitu :
pendidikannya.
b. Dimensi sosial, yang mengacu pada persepsi individu terhadap hubungan sosial
individu.
c. Dimensi emosional, yang merupakan hubungan keterlibatan individu terhadap
emosi individu.
dalam keluarganya.
e. Dimensi fisik, yang mengacu pada persepsi terhadap kondisi fisik individu.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi harga diri menurut
D. Kerangka Pemikiran
Masa remaja adalah masa perubahan fisik, kognitif, dan sosial yang besar, dan
dapat menjadi masa ketika kecemasan sosial muncul. Kecemasan sosial adalah
ketakutan akan umpan balik negatif dari orang lain, yang menyebabkan seseorang
menghindari interaksi sosial dalam kelompok. Jika seorang remaja dapat memahami
Jika mereka mengalami kesulitan dalam bidang ini, mereka dapat merasa rendah
diri dari orang lain, atau sangat tidak menyukai diri mereka sendiri sehingga mereka
akan menolak diri mereka sendiri. Beberapa remaja memiliki rasa kepedulian yang
kuat ketika dalam situasi sosial di mana mereka berpikir orang lain akan
mengevaluasi mereka. Ini adalah citra tubuh, yang terkait erat dengan kecemasan
sosial. Apabila remaja memiliki citra tubuh tinggi, berarti remaja memiliki persepsi
positif mengenai dirinya sehingga remaja merasa puas dengan penampilan fisiknya
dan bisa melalui tugas perkembangannya yaitu menerima kondisi fisik dan
Berdasarkan penelitian terhadap 286 siswa SMA oleh Shofiana Eva Ratnasari,
Israh Pratiwi, dan Hayyu Wildannisa (2021), terdapat hubungan negatif antara citra
tubuh dengan kecemasan sosial, dengan nilai korelasi -0,165, menunjukkan hubungan
langsung dan positif. antara citra tubuh dan kecemasan hubungan yang signifikan.
kecemasan sosial dengan nilai korelasi sebesar -0,218, menunjukkan hubungan yang
langsung dan signifikan antara citra tubuh dengan kecemasan sosial. Remaja di
Yogyakarta.
Kemudian penelitian Regina Agatha Pribadi terhadap 200 remaja putri (2019)
kecemasan sosial, dengan nilai korelasi sebesar -0,360 yang menunjukkan hubungan
langsung dan positif antara citra tubuh dengan kecemasan sosial pada remaja putri.
Temuan dari ketiga studi ini menunjukkan hubungan langsung dan signifikan antara
citra tubuh remaja dan kecemasan sosial. Hasil korelasi negatif yang signifikan
Kecemasan sosial juga dipengaruhi oleh harga diri (Leary, 1983). Dinamika
situasi sosial.
remaja, terdapat hubungan negatif antara harga diri dengan kecemasan sosial dengan
nilai korelasi sebesar -0,210 yang menunjukkan adanya hubungan langsung dan
signifikan antara harga diri dengan harga diri. kecemasan sosial hubungan pada
remaja.
Sebuah penelitian oleh Andi Tajuddi dan Haenidar (2019) terhadap 30 remaja tahap
akhir menunjukkan korelasi negatif antara harga diri dan kecemasan sosial, dengan
hasil linier 0,925 untuk kedua variabel, menunjukkan hubungan langsung dan
signifikan antara harga diri dan sosial. hubungan kecemasan. kecemasan sosial siswa.
Kemudian penelitian terhadap 132 remaja oleh Meilani Liskasiwi dan Kamsih
Astuti (2020) menunjukkan hubungan terbalik antara harga diri dan kecemasan sosial
dengan hasil korelasi -0,213, menunjukkan hubungan langsung antara harga diri
Hasil dari ketiga penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan langsung dan
signifikan antara harga diri dengan kecemasan sosial pada remaja. Hasil berkorelasi
negatif menunjukkan bahwa harga diri yang lebih tinggi dikaitkan dengan kecemasan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa citra tubuh dan harga diri
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang bersifat praduga dan masih belum
teori dan kerangka berpikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai :
1. Ha 1 : Ada hubungan antara citra tubuh dengan kecemasan sosial pada siswi
2. Ha 2 : Ada hubungan antara harga diri dengan kecemasan sosial pada siswi
3. Ha 3 : Ada hubungan antara citra tubuh dan harga diri dengan kecemasan